Kelompok 1
Kelompok 1
Makalah
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Metodologi Keperawatan
Disusun Oleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Melihat lagi Maha
Mendengar dan atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya Sehingga penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Konsep dasar pengkajian
keperawatan” sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Dalam makalah ini tentunya banyak pihak yang telah memberikan bantuan
baik moril maupun materil. Maka dari itu, penyusun ingin menyampaikan ucapan
terima kasih kepada Bapak Bhakti Permana, S.kep., Ners., M.Si., M.Kep selaku
dosen yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penyusun. Serta
kepada Bapak Deni Firmansyah, S.Sos yang telah menjadi fasilitator dalam
mencari buku sumber.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan yang mendasar.
Oleh karena itu, penyusun meminta agar pembaca dapat memberikan kritik
dan saran yang dapat membangun penyusun supaya lebih baik dalam pembuatan
makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
1. Mengapa harus dilakukan pengkajian keperawatan?
2. Bagaimana metode pengumpulan data dalam pengkajian keperawatan?
C. Tujuan
Makalah ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pentingnya pengkajian keperawatan.
2. Untuk mengetahui metode pengumpulam data dalam melakukan tindakan
pengkajian keperawatan
1
D. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini yakni untuk pengembangan keilmuan di
bidang keperawatan dan untuk memberikan informasi agar pembaca lebih
mengetahui dan memahami tujuan dan manfat prosedur pengkajian keperawatan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data keperawatan pada tahap
pengkajian adalah wawancara (interview), pengamatan (observasi), pemeriksaan
fisik (physical assessment) dan studi dokumentasi.
1. Wawancara (interview)
Biasa juga disebut dengan anamnesa adalah menanyakan atau tanya
jawab yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan
merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Dalam berkomunikasi
ini perawat mengajak klien dan keluarga untuk bertukar pikiran dan
perasaannya yang diistilahkan teknik komunikasi terapeutik.
Teknik tersebut mencakup keterampilan secara verbal maupun non
verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi. Teknik verbal meliputi
pertanyaan terbuka maupun tertutup, menggali jawaban dan memvalidasi
respon klien. Teknik non verbal meliputi mendengarkan secara aktif, diam,
sentuhan dan kontak mata. Mendengarkan secara aktif merupakan suatu
hal yang perlu dilatih.
Unsur-unsur yang penting dalam mendengarkan secara aktif yaitu:
a. Memperhatikan pesan yang disampaikan
b. Mengurangi hambatan-hambatan
1) Suara yang gaduh (suara radio, tv, pembicaraan di luar)
2) Kurangnya privasi
3) Adanya interupsi dari perawat lain
4) Perasaan terburu-buru
5) Klien merasa cemas, nyeri, mengantuk
6) Perawat sedang memikirkan hal lain / tidak fokus ke klien
7) Klien tidak senang dengan perawat atau sebaliknya
c. Posisi duduk sebaiknya berhadapan, dengan jarak yang sesuai.
d. Mendengarkan penuh dengan perasaan terhadap setiap yang dikatakan
klien
e. Memberikan kesempatan klien istirahat
4
Tujuan Wawancara:
a. Untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan masalah
keperawatan klien.
b. Untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dalam
mengidentifikasi dan merencanakan tindakan keperawatan.
c. Membantu klien memperoleh informasi dan berpartisipasi dalam
identifikasi masalah dan tujuan.
d. Membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama
tahap pengkajian.
e. Meningkatkan hubungan antara perawat dengan klien dalam
berkomunikasi.
Komunikasi keperawatan digunakan untuk memperoleh riwayat
keperawatan. Riwayat keperawatan merupakan data yang khusus dan
data ini harus dicatat, sehingga rencana tindakan keperawatan dapat
dibuat sesuai dengan kebutuhan klien. Riwayat keperawatan
sebaiknya segera didapatkan begitu klien masuk rumah sakit, karena
riwayat tersebut akan memudahkan perawat dalam mengidentifikasi
kemampuan dan kelemahan klien, resiko terjadinya gangguan fungsi
kesehatan, dan masalah-masalah keperawatan yang aktual maupun
potensial.
Tahapan Wawancara / Komunikasi :
1) Persiapan
Sebelum melakukan komunikasi dengan klien, perawat harus
melakukan persiapan dengan membaca status klien. Perawat
diharapkan tidak mempunyai prasangka buruk terhadap klien,
karena akan mengganggu dalam membina hubungan saling
percaya dengan klien.
Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat
tidak boleh memaksa, atau memberi kesempatan kapan klien
sanggup. Pengaturan posisi duduk dan teknik yang akan
5
digunakan dalam wawancara harus disusun sedemikian rupa guna
memperlancar wawancara.
2) Pembukaan atau perkenalan
Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara
adalah dengan memperkenalkan diri: nama, status, tujuan
wawancara, waktu yang diperlukan dan faktor-faktor yang
menjadi pokok pembicaraan. Perawat perlu memberikan
informasi kepada klien mengenai data yang terkumpul dan akan
disimpan dimana, bagaimana menyimpannya dan siapa saja yang
boleh mengetahuinya.
3) Isi / tahap kerja
(a) Fokus wawancara adalah klien
(b) Mendengarkan dengan penuh perhatian
(c) Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien
(d) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
(e) Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya
(f) Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan perasaannya
(g) Jika situasi memungkinkan kita dapat memberikan sentuhan
terapeutik, yang bertujuan untuk memberikan dorongan
spiritual, merasa diperhatikan.
4) Terminasi
Perawat mempersiapkan untuk penutupan wawancara. Untuk
itu klien harus mengetahui kapan wawancara akan berakhir dan
tujuan dari wawancara pada awal perkenalan, sehingga
diharapkan pada akhir wawancara perawat dan klien mampu
menilai keberhasilan dan dapat mengambil kesimpulan bersama.
Jika diperlukan, perawat perlu membuat perjanjian lagi untuk
pertemuan berikutnya.
Jadi, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan
wawancara dengan klien adalah:
6
(a) Menerima keberadaan klien sebagaimana adanya
(b) Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan
keluhan-keluhannya/ pendapatnya secara bebas
(c) Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa
aman dan nyaman bagi klien
(d) Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatian
(e) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
(f) Tidak bersifat menggurui
(g) Memperhatikan pesan yang disampaikan
(h) Mengurangi hambatan-hambatan
(i) Posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak tepat/sesuai, cara
duduk)
(j) Menghindari adanya interupsi
(k) Mendengarkan penuh dengan perasaan
(l) Memberikan kesempatan istirahat kepada klien
Macam-macam wawancara:
a. Auto anamnesa: wawancara dengan klien langsung
b. Allo anamnesa: wawancara dengan keluarga / orang terdekat.
Teknik Pengumpulan Data Yang Kurang Efektif :
a. Pertanyaan tertutup. Tidak ada kebebasan dalam mengemukakan
pendapat/ keluhan/ respon. misalnya: “Apakah Anda makan tiga kali
sehari ?“
b. Pertanyaan terarah. Secara khas menyebutkan respon yang diinginkan.
Misalnya: “……Anda setuju bukan?”
c. Menyelidiki. Mengajukan pertanyaan yang terus-menerus
d. Menyetujui/ tidak menyetujui. Menyebutkan secara tidak langsung bahwa
klien benar atau salah. Misalnya: “Anda tidak bermaksud seperti itu kan?”
7
Dalam melakukan pengkajian keadaan umum klien tentunya kita harus
memperhatikan tingkat kesadarannya, yang mana tingkat kesadaran merupakan
ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan,
tingkat kesadaran dibedakan menjadi:
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya,
dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan
sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak,
berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon
psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila
dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi
jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon
terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah,
mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
8
Adapun penyebab penurunan kesadaran yakni penurunan tingkat kesadaran
mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat kesadaran dapat menurun ketika
otak mengalami kekurangan oksigen (hipoksia); kekurangan aliran darah
(seperti pada keadaan syok); penyakit metabolic seperti diabetes mellitus (koma
ketoasidosis); pada keadaan hipo atau hipernatremia; dehidrasi; asidosis,
alkalosis; pengaruh obat-obatan, alkohol, keracunan: hipertermia, hipotermia;
peningkatan tekanan intrakranial (karena perdarahan, stroke, tomor otak);
infeksi (encephalitis); epilepsi.
2. Pengamatan (observasi)
Tahap kedua dalam pengumpulan data adalah pengamatan, dan pada
praktiknya kita lebih sering menyebutnya dengan observasi. Observasi adalah
mengamati perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang
masalah kesehatan dan keperawatan klien. Tujuan dari observasi adalah
mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi klien melalui kepekaan
alat panca indra.
9
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi:
a. Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara
rinci kepada klien (meskipun komunikasi terapeutik tetap harus
dilakukan), karena terkadang hal ini dapat meningkatkan kecemasan
klien atau mengaburkan data (data yang diperoleh menjadi tidak
murni). Misalnya : “Pak, saya akan menghitung nafas Bapak dalam
satu menit“ kemungkinan besar data yang diperoleh menjadi tidak
valid, karena kemungkinan klien akan berusaha untuk mengatur
nafasnya.
b. Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien.
c. Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca
dan dimengerti oleh perawat yang lain.
Contoh kegiatan observasi misalnya : terlihat adanya kelainan
fisik, adanya perdarahan, ada bagian tubuh yang terbakar, bau alkohol,
urin, feses, tekanan darah, heart rate, batuk, menangis, ekspresi nyeri,
dan lain-lain.
10
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian
tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat
diperlukan agar perawat dapat membedakan warna, bentuk dan
kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh
meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris. Dan perlu
dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan
bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma
di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
b. Palpasi
Adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan
jari-jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan
data, misalnya tentang: temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi,
ukuran.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan selama palpasi:
1) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
2) Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
3) Kuku jari perawat harus dipotong pendek.
4) Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.
Misalnya: adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-
lain.
c. Perkusi
Adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan
tubuh tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri
kanan) dengan tujuan menghasilkan suara.
Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk
dan konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya
sebagai alat untuk menghasilkan suara.
Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah:
1) Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
2) Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah
paru-paru pada pneumonia.
11
3) Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi
daerah jantung, perkusi daerah hepar.
4) Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga
kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.
d. Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara
mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya
menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang
didengarkan adalah: bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.
Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :
1) Rales: suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-
saluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus,
sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC.
2) Ronchi: nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi
maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien
batuk. Misalnya pada edema paru.
3) Wheezing: bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase
inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
4) Pleura Friction Rub: bunyi yang terdengar “kering” seperti suara
gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan
pleura.
12
persyarafan, sistem perkemihan, sistem pencernaan, sistem muskuloskeletal
dan integumen, sistem reproduksi. Informasi yang didapat membantu
perawat untuk menentukan sistem tubuh mana yang perlu mendapat
perhatian khusus.
d. Doengoes (1993)
Mencakup: aktivitas/ istirahat, sirkulasi, integritas ego, eliminasi,
makanan dan cairan, hygiene, neurosensori, nyeri / ketidaknyamanan,
pernafasan, keamanan, seksualitas, interaksi sosial, penyuluhan /
pembelajaran.
4. Studi Dokumentasi
Pendokumentasian data pegkajian merupakan aspek yang penting dalam
pengkajian data riwayat kesehatan dan pengkajian fisik. Setelah pengumpulan
data selesai dilakukan, perawat harus dapat mengorganisasikan data dan
mencatatnya dengan cara yang tepat dan benar.
Data riwayat kesehatan dan pengkajian fisik yang didokumentasikan
dalam catatan / status kesehatan klien merupakan sumber informasi yang
penting bagi perawat dan tenaga kesehatan lainnya. Catatan/ status kesehatan
juga merupakan dokumen legal yang dapat digunakan untuk keperluan
pengadilan. Untuk ini, data harus di tulis secara sah, akurat, dan dapat
mewakili hasil pengkajian.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Adapun saran yang disampaikan yakni setelah membaca makalah ini,
diharapkan dapat menerapkan tata cara pengkajian keperawatan sesuai dengan
metode pengkajian keperawatan.
14
DATAR PUSTAKA
15