Anda di halaman 1dari 31

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“MANFAAT KONTROL DAN MINUM OBAT SECARA TERATUR DALAM


MENCEGAH KEKAMBUHAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA”
DI POLI PSIKIATRI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Oleh:
Tim PKRS Poli Psikiatri

Pemerintah Provinsi Jawa Timur


Rumah Sakit Umum Daerah dr Saiful Anwar
Malang
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“MANFAAT KONTROL DAN MINUM OBAT SECARA TERATUR DALAM
MENCEGAH KEKAMBUHAN PADA PASIEN GANGGUAN JIWA”
DI POLI PSIKIATRI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG

Di susun oleh:

Kelompok 2 – PSIK 2013


Ayu Meida Kartika Sari 170070301111061
Putri Perdana Sari 170070301111095
Ni Luh Putu Saptya W 170070301111033
Hasnah Cholida Sani 170070301111083

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Manfaat Kontrol Dan Minum Obat Secara


Teratur Dalam Mencegah Kekambuhan
Sasaran : Keluarga Pasien dan Pasien
Tempat : Poli Psikiatri RS Dr. Saiful Anwar Malang
Hari/Tanggal : Kamis, 9 November 2017
Waktu : 10.00 – 10.30 WIB

A. LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang
secaraklinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau
penderitaan danmenimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi
kehidupan manusia (Keliat, 2011).
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan
yang sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia
jumlah penderita gangguan jiwa bertambah. Berdasarkan data dari
World Health Organisasi (WHO) dalam Yosep (2013), ada sekitar 450
juta orang didunia yang mengalami gangguan jiwa. WHO menyatakan
setidaknya ada satu dari empat orang didunia mengalami masalah
mental, dan masalah gangguan kesehatan jiwa yang ada di seluruh
dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius.
Berdasarkan hasil penelitian dari Rudi Maslim dalam Mubarta
(2011) prevalensi masalah kesehatan jiwa di Indonesia sebesar 6,55%.
Angka tersebut tergolong sedang dibandingkan dengan negara
lainnya. Data dari 33 Rumah Sakit Jiwa ( RSJ ) yang ada di seluruh
Indonesia menyebutkan hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa
berat mencapai 2,5 juta orang. Penderita gangguan jiwa berat dengan
usia di atas 15 tahun diIndonesia mencapai 0,46%. Hal ini berarti
terdapat lebih dari 1 juta jiwa di Indonesia yang menderita gangguan
jiwa berat. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa 11,6%
penduduk Indonesia mengalami masalahgangguan mental emosional (
Riset kesehatan dasar,2007). Sedangkanpada tahun 2013 jumlah
penderita gangguan jiwa mencapai 1,7 juta( Riskesdas, 2013 )..
Penatalaksanaan klien dengan gangguan jiwa perlu dikelola secara
integrasi. Menurut Keliat (2011) penataksanaan pada pasien gangguan
jiwa dengan terapi keperawatan, psikofarmakologis dan psikologis.
Sedangkan menurut Durand (2007) dapat berupa terapi biologis (obat
anti psikosis, elektrokonvulsif) dan terapi spikososial. Penatalaksanaan
yang diberikan secara komprehensif pada klien gangguan jiwa
menghasilkan perbaikan yangoptimal dan mencegah kekambuhan.
Kekambuhan pada pasien gangguan jiwa setelah mejalani
pengobatan disebabkan oleh banyak faktor. Keliat (2009) mengatakan
ada 4 faktor yang menyebabkan kekambuhan yaitu klien, obat,
penanggung jawab dan keluarga. Sedangkan menurut Leaberma
(2011) yang bisa memicu kekambuhan pada pasien gangguan jiwa
yaitu tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter secara teratur,
menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter, kurangnya
dukungan dari keluarga dan masyarakat. Faktor-faktor tersebut yang
menyebabkan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa.
Ketidakpatuhan penatalaksanaan obat menyebabkan kekambuhan
pada pasien gangguan jiwa. Klien biasa berhenti minum obat karena
efek samping obat dan keyakinan mereka bahwa obat menambah
parah, klien yang kurang pengetahuan dan kesadaran akan beresiko
putus obat (Velligan et al, 2010). Keteraturan pengobatan dan
perawatan sangat penting proses penyembuhan. Perilaku yang sering
muncul pada pasien gangguan jiwa adalah motivasi kurang, isolasi
social, perilaku makan dan tidur yang buruk, sukar menyelesaikan
tugas, sukar mengatur keuangan, penampilan tidak rapi, lupa
melakukansesuatu, kurang perhatian, sering bertengkar, bicara pada
diri sendiri dan tidak teraturminum obat (NIMH, 2012).
Kekambuhan tersebut selain berdampak pada klien juga akan
berdampak pada keluarga. Oleh sebab itu, penting adanya pemberian
informasi terkait pentingnya control dan rutin minum obat untuk
mencegah kekambuhan.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan keluarga pasien dan pasien mampu
mengetahui manfaat kontrol dan minum obat secara teratur dalam
mencegah kekambuhan
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan
keluarga pasien dan pasien dapat mengetahui :
a. Mengetahui jenis, indikasi, kontraindikasi, dan efek saping
dari obat-obat pasien gangguan jiwa manfaat kontrol dan
minum obat secara teratur
b. Mengetahui penyebab putus obat pada pasien gangguan
jiwa
c. Menyebutkan penyebab, tanda-tanda dan gejala
kekambuhan
Metode
Ceramah
Tanya-jawab
Media dan Alat Pengajaran
a. Power poin

C. Kegiatan Penyuluhan
No Komunikator Komunikan waktu
Pre Interaksi 5 menit
1. Memberi salam dan Menjawab salam
memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan Mendengarkan
penyuluhan dan tema
penyuluhan
Isi 20 menit
3. Menjelaskan materi Mendengarkan
penyuluhan mengenai manfaat
kontrol dan minum obat secara
teratur dan peran keluarga
dalam mencegah kekambuhan Mengajukan pertanyaan
4. Memberikan kesempatan
kepada komunikan untuk
bertanya tentang materi yang
disampaikan
Penutup 5 menit
5. Memberikan pertanyaan akhir Menjawab
sebagai evaluasi
6. Menyimpulkan bersama-sama Mendengarkan
hasil kegiatan penyuluhan
7. Menutup penyuluhan dan Menjawab salam
mengucapkan salam

KERITERIA EVALUASI
1. Evaluasi stuktur
a. Kesiapan SAP.
b. Kesiapan tempat : Penyuluhan dilaksanakan poli Psikiatri
c. Kesiapan waktu : Penyuluhan dilaksanakan jam 10.00
d. Kesiapan penyuluh : Penyuluhan dilaksanakan oleh
mahasiswa profesi PSIK UB
e. Kesiapan sasaran : Sasaran ditujukan kepada keluarga
pasien dan pasien di poli Pskiatri
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
b. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
selama penyuluhan berlangsung.
c. Peserta mengajukan pertanyaan.
d. Di evaluasi terhadap peserta, penjelesan selama 5 menit.
e. Peserta kurang lebih 10-20 orang

3. Evaluasi hasil
a. Peserta dapat menjelaskan kembali manfaat kontrol dan
minum obat secara teratur dan peran keluarga dalam
mencegah kekambuhan.
PENGORGANISASIAN
a. Pembicara : Putri Perdana
b. Moderator : Hasnah Cholida
c. Observer : Ayu Meida
d. Fasilitator : Saptya Widyatmi

SETTING TEMPAT

Keterangan :

= Flip Chart

= Penyaji

= Moderator

= Obeserver
= Fasilitator
= Keluarga Pasien
MATERI PENYULUHAN

1. Obat-obatan pada Pasien gangguan Jiwa


Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerjasecara selektif
pada Sistem Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efekutama terhadap aktivitas
mental dan perilaku, digunakan untuk terapigangguan psikiatrik yang
berpengaruh terhadap taraf kualitas hidupklien (Hawari, 2001). Obat psikotropik
dibagi menjadi beberapa golongan,diantaranya: antipsikosis, anti-depresi, anti-
mania, anti-ansietas, anti-insomnia, anti-panik, dan anti obsesif-kompulsif,.

a. Antipsikosis :
Obat-obat antipsikotik ialah obat-obatan yang digunakan untuk mengobati
jenis gangguan jiwayang disebut gangguan psikotik. Gangguan psikotik
adalah gangguan jiwa yang memengaruhi cara orang berpikir, merasa
danberperilaku. Para penderita gangguan psikotik mungkin memiliki
kesulitan mengenali apa yangsebenarnya terjadi dan apa yang
sebenarnya tidak terjadi. Gejala gangguan psikotik dialami olehpenderita
gangguan bipolar, depresi, psikosis yang berkaitan dengan penggunaan
narkoba danskizofrenia.
 Kontraindikasi :
Antipsikosis sebaiknya digunakan dengan hati–hati pada pasien dengan
gangguan hati, gangguan ginjal, penyakit kardiovaskular, penyakit
parkinson, epilepsi (dan kondisi yang mengarah ke epilepsi), depresi,
miastenia gravis, hipertrofi prostat, atau riwayat keluarga atau individu
glaukoma sudut sempit. Perhatian juga diperlukan pada penyakit saluran
napas yang berat dan pada pasien dengan riwayat jaundice atau yang
memiliki riwayat diskrasia darah.
 Efek samping
Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan obat golongan ini adalah
gejala ekstrapiramidal termasuk di antaranya:
 Gejala parkinson (termasuk tremor) yang akan timbul lebih sering
pada orang dewasa atau lansia dan dapat muncul secara
bertahap.
 Distonia (pergerakan wajah dan tubuh yang tidak normal) dan
diskinesia, yang lebih sering terjadi pada anak atau dewasa muda
dan muncul setelah pemberian hanya beberapa dosis.
 Akatisia (restlessness) yang secara karakteristik muncul setelah
pemberian dosis awal yang besar dan mungkin memperburuk
kondisi yang sedang diobati.
 Tardive dyskinesia (ritmik, pergerakan lidah, wajah, rahang yang
tidak disadari [invuntary movements of tongue, face and jaw])
yang biasanya terjadi pada terapi jangka panjang atau dengan
pemberian dosis yang tinggi, tetapi dapat juga terjadi pada terapi
jangka pendek dengan dosis rendah. Tardive dyskinesia
sementara dapat timbul setelah pemutusan obat
 Jenis-jenis obat:
Generic N.dagang Potensi Dosis Dosis preparat
lazim IM
dewasa tunggal
(mg/hr) lazim
(mg)
Chlorpromazine Thorazine Rendah 300-800* 25-50 Tablet (10,25,50,100,200 mg)
(CPZ)orange 150-600’’ Kapsul (30,75,150,200,300 mg)
Larutan (10 mg/5 ml; 30mg/ml;
100mg/ml)
Parenteral (25mg/ml)
Supositoria rectal (25,100 mg)

Levomepromazine Sedang 25-50’’

Trifluoperazinebiru Stelazine Tinggi 6-20* 1-2 Tablet (1,2,5,10 mg)


tua 10-15’’

Perphenazine Trilafon Sedang 8-40* 5-10 Tablet (2,4,8,16 mg)


putih keruh/ biru 12-24’’

Fluphenazine Prolixin , Tinggi 1-20* 2-5 Tablet (1; 2,5; 5; 10 mg)


Permitil , 10-15’’ Larutan (2,5mg/5ml; 5mg/ml)
Anatensol Parenteral (2,5 mg/ml)hanya
IM

Thioridazine Mellaril, Rendah 200-700* - Tablet


Meneril 150-600’’ (10,15,25,50,100,150,200 mg)
Larutan (100mg/5ml; 30mg/ml;
100mg/ml)

Haloperidol Haldol Tinggi 6-20* 2-5 Tablet (0,5; 1; 2;3;10;20 mg)


1,5 mgputih (0,5 5-15’’ Parenteral (50mg/ml;
5 mgpink mgbiru) 100mg/ml)hanya IM
Lodomer
(5
mgbiru)
Govotil (5
mgbiru
muda)
Pimozide Orap, Oral Tinggi 1-102* - Tablet (2 mg)
forte 2-4 ‘’ Kapsul (10,15,30 mg)
Larutan (5 mg/ml)
Parenteral (5 mg/ml)

Sulpirideputih Dogmatil Rendah 300-600’’ Tablet (200 mg)


forte Parenteral (50 mg/ml)

Remoxipride Roxiam Rendah 200-400* - -

Risperidone Risperdal Rendah 4-8* - Tablet ‘’kecuali


(hijau 2-6’’ Zofreda’’(1,2,3 mg)
muda), Larutan (25 mg/5ml)
Neripfos,
Noprenia,
Persidal
(kuning),
Rizodal
(cream),
Zofreda

Clozapinekuning Clozaril Sedang 25-100’’ Tablet (25,100 mg)


muda

Quetiapine kuning Seroquel 50-400’’ Tablet (25,100,200 mg)


tua

Olanzapineputih Zyprexa 10-20’’ Tablet (5,10 mg)

b. Antidepresi
Obat antidepresan ditujukan kepada penderita depresi dan kadang
berguna juga pada penderita ansietas fobia, obsesif-kompulsif, dan
mencegah kekambuhan depresi.
 Kontraindikasi
- Penyakit jantung coroner
- Glaucoma, retensi urin, hipertensi prostat, gangguan fungsi hati,
epilepsy
 Efek samping
- Trisklik dan MAOI (Mono Amin Oxydase Inhibitor) :
antikolinergik(mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi,
sinus takikardi) dan antiadrenergik (perubahan EKG, hipotensi)
- SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor): nausea, sakit kepala
- MAOI (Mono Amin Oxydase Inhibitor) : interaksi tiramin
Jika pemberian telah mencapai dosis toksik timbul atropine toxic
syndrome dengan gejala eksitasi SSP, hiperpireksia, hipertensi, konvulsi,
delirium, confusion dan disorientasi.

 Jenis-jenis
Generic N.dagang Dosis lazim preparat
dewasa
(mg/hr)
Amitriptilinmerah Amitriptyline, 150-300* Tablet (10,25,50,75,100,150 mg)
bata Elavil 75-100’’ Parenteral (10mg/ml)

150-300* Tablet (10,25,50 mg)


Imipramine Tofranil 75-100’’ Kapsul (75,100, 125, 150 mg)
Parenteral (12,5 mg/ml)

150-250* Kapsul (25,50,75 mg)


75-100’
Clomipramine Anafranil
150-300*
Kapsul (25,50,100 mg)
150-300*
Trimipramine Surmontil
Kapsul (10,25,50,75,100,150 mg)
150-300* Larutan (10mg/5ml)
Doxepine Adapin, Sinequan
Tablet (10 ,25,50,75,100,150 mg)
50-150* Kapsul (25,50 mg)

Desipramine Norpramine, Kapsul (10,25,50,75 mg)


Pentofrane 15-60* Larutan (10 mg/5ml)

150-400* Tablet (5,10 mg)


Nortriptylin Pamelor, Aventyl 200’’
Tablet (25,50,100,150 mg)
150-225*
Protriptyline Vivactil 75’’

Amoxapine Asendin Tablet (25,50,75 mg)

Tablet 10mg
Maprotiline Ludiomil
300’’ Tablet 15 mg

Isocarboxazid Marplan 20’’ Tblet 10 mg


Phenelzine Nardil Tablet 150 mg

Tranylcypromine Parnate Kapsul (10, 20 mg)


20-40’’ Larutan (20 mg/5ml)
Moclobemide Aurorix
50-100’’ Tablet (50,100 mg)
Fluoxetineputih Prozax, Nopres,
Antiprestin,Kalyetin Tablet (20,30 mg)
100’’
Flufoxamine Tablet (50 mg)
15’’
Paroxetine Seroxat
Tablet (50,100, 150,300 mg)
Sertraline Zoloft, Fotral,
Mudep Tablet 30 mg

Trazodone Trazon

Mirtazapine Temeron

c. Antimaniak
Obat anti mania mempunyai beberapa sinonim antara lain mood
modulators, mood stabilizers dan antimanik. Dalam membicarakan obat
antimania yang menjadi acuan adalah litium karbonat.
 Kontraindikasi : pada ibu hamil
 Efek samping :
- Gejala efek samping pada pengobatan jangka lama:
mulut kering, haus, gastrointestinal distress (mual, muntah, diare
feses lunak), kelemahan otot, poliuria, tremor halus (fine tremor, lebih
nyta pada pasien usia lanjut dan penggunaan bersamaan dengan
neuroleptika dan antidepresan). Tidak ada efek sedasi dan gangguan
akstrapiramidal
- Efek samping lain : hipotiroidisme, peningkatan berat badan,
perubahan fungsi tiroid, edema pada tungkai metalic taste,
leukositosis, gangguan daya ingat dan kosentrasi pikiran
- Gejala intoksikasi
Gejala dini : muntah, diare, tremor kasar, mengantuk, kosentrasi
pikiran menurun, bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas, berjalan
tidak stabil Dengan semangkin beratnya intoksikasi terdapat gejala :
kesadaran menurun, oliguria, kejang-kejang Penting sekali
pengawasan kadar lithium dalam darah

 Jenis-jenis
No Nama Generik Sediaan Dosis anjuran

1 Litium karbonat 250-500 mg

2 Haloperidol Tab 0,5 mg,2 mg, 5 mg 4,5-15 mg

Liq 2 mg/hr

Injk 5 mg/ml

3 Karbamazepin Tab 200 mg 400-600 mg/hr

2-3 x/hr

d. Anti-ansietas
 Kontraindikasi
Pasien dengan hipersensitif terhadap benzodiazepin, glaukoma,
miastenia gravis, insufisiensi paru kronik, penyakit ginjal dan penyakit
hati kronik Pada pasien usia lanjut dan anak dapat terjadi reaksi yang
berlawanan (paradoxal reaction) berupa kegelisahan, iritabilitas,
disinhibisi, spasitas oto meningkat dan gangguan tidur. Ketergantungan
relatif sering terjadi pada individu dengan riwayat peminum alkohol,
penyalagunaan obat atau unstable personalities. Untuk mengurangi
resiko ketergantungan obat, maksimum lama pemberian 3 bulan dalam
rentang dosis terapeutik.
 Efek samping
- Sedasi ( rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerka
psikomotor menurun, kemampuan kognitif melemah)
- Relaksasi otot ( rasa lemas, cepat lelah dan lain-lain)
- Potensi menimbulkan ketergntungan lebih rendah dari narkotika
- Potensi ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang masih
dapat dipertahankan setelah dosis trerakhir berlangsung sangat
singkat.
- Penghentian obat secara mendadak, akan menimbulkan gejala putus
obat, pasien menjadi iritabel, bingung, gelisah, insomania, tremor,
palpitasi, keringhat dingin, konvulsi.
 Jenis

No Nama Generik Golongan Sediaan Dosis aniuran

Diazepam (diazepam 5mg :


kuninga, diazepam 2mg :
1 putih) Benzodiazepin Tab 2- 5 mg Peroral 10-
30mg/hr,2-3

x/hari

Paenteral

IV/IM

2-10 mg/kali,

setiap 3-4 jam

2 Klordiazepoksoid Benzodiazepin Tab 5 mg 15-30 mg/hari

Kap 5 mg 2-3 x/sehari

3 Lorazepam (krem, pink) Benzodiazepin Tab 0,5-2 mg 2-3 x 1 mg/hr

4 Clobazam Benzodiazepin Tab 10 mg 2-3 x 10


mg/hr

5 Brumazepin Benzodiazepin Tab 1,5-3-6 3 x 1,5 mg/hr


mg

e. Anti- insomnia
 Kontraindikasi’
- Sleep apnoe syndrome
- Congestive heart failure
- Chronic respiratory disease
- Wanita hamil dan menyusui
 Efek samping
- Supresi SSP pada saat tidur
- Rebound Phenomen
- Disinhibiting efect yang menyebabkan perilaku penyerangan dan
ganas pada penggunaan golongan benzodiazepine dalam waktu yang
lama
 Jenis :

No Nama Generik Golongan Sediaan Dosis aniuran

1 Nitrazepam Benzodiazepin Tab 5 mg Dewasa 2 tab

Lansia 1 tab

2 Triazolam Benzodiazepin Tab 0,125 mg Dewasa 2 tab

Lansia 1 tab

Tab 0,250 mg Dewasa 2 tab

Lansia 1 tab

3 Estazolam Benzodiazepin Tab 1 mg 1-2 mg/malam

Tab 2mg

4 Chloral hydrate Non- Soft cap 500 mg 1-2 cap, 15-30


Benzodiazepin menit sebelum

tidur

2. Alasan Penderita gangguan Jiwa Harus Minum Obat


Gangguan jiwa diketahui berkaitan erat dengan ketidakseimbangan
kimiawi otak atau neurotransmitter, seperti serotonin, dopamin, dan
norepinefrin. Dalam kondisi sehat, sel-sel saraf yang ada di otak akan
mengirim impuls lewat berbagai senyawa kimia ini untuk untuk
mengatur suasana hati dan emosi.
Ketika seseorang mengalami gangguan jiwa, jumlah
neurotransmitter tertentu dalam otak jadi tidak seimbang sehingga
menghalangi saraf untuk mengirim impuls. Akibatnya, timbullah
gejala-gejala perubahan mood yang kemudian memengaruhi karakter
dan perilaku. Misalnya saja, depresi diketahui terjadi karena tingkat
serotonin yang rendah. Ketidakseimbangan senyawa kimia otak ini
sendiri dapat dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari genetik,
lingkungan, cedera kepala, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan,
dan kecacatan saat lahir.
Obat gangguan jiwa dapat mengurangi gejala yang dialami pasien.
Obat yang diresepkan oleh dokter bekerja langsung memperbaiki atau
menyeimbangkan kadar senyawa kimia dalam otak untuk
memperbaiki suasana hati dan mengurangi efek samping fisik yang
dapat menyertai gejalanya, seperti badan lemas, insomnia, mual, dan
lain sebagainya dengan harapan agar bisa berpikir lebih jernih dan
menemukan motivasi untuk bangkit kembali dari keterpurukan.
3. Penyebab Penderita Gangguan Jiwa Tidak Teratur Minum Obat
Penyebab gangguan jiwa tidak teratur dalam meminum oba, dapat
disebabkan oleh 2 faktor :
a. Penyebab internal
 Kurangnya motivasi
 Efek samping yang dirasakan
 Adanya gangguan kognitif (tidak menyadari sakit)
 Perasaan bosan
b. Faktor eksternal:
 Kurangnya dukungan dari keluarga
 Kurangnya informasi terkait pentingya pengobatan
 Akses ke peleyanan kesehatan yang sulit
 Harga obat yang relatif mahal
4. Efek Tidak Teratur/ Putus Obat pada Pasien Gangguan Jiwa
Putus obat adalah penghentian penggunaan obat-obatan jiwa tanpa
persetujuan dokter yang memberi terapi dan dapat mengakibatkan pasien
menjadi kambuh kembali. Akibat yang ditimbulkan akibat putus obat
biasanya pasien yang tadinya sudah tenang, mampu melakukan aktivitas
sendiri tanpa dibantu menjadi kembali gaduh, gelisah, susah diatur, atau
bisa mengakibatkan mengalami kekambuhan. Akhirnya menyulitkan
keluarga sendiri (Arif, 2006)
Kekambuhan adalah suatu keadaan dimana timbulnya kembali
suatu penyakit yang sudah sembuh dan disebabkan oleh berbagai macam
faktor penyebab. Pencegahan kekambuhan adalah mencegah terjadinya
peristiwa timbulnya kembali gejala-gejala yang sebelumnya sudah
memperoleh kemajuan.
Dampak Kekambuhan
Dampak gangguan jiwa bagi keluarga sangat besar, apalagi ada beberapa
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Dampak dari anggota
yang menderita gangguan jiwa bagi keluarga diantaranya keluarga belum
terbiasa dengan adanya gangguan jiwa. Dampak-dampak gangguan jiwa
bagi keluarga, seperti:
• Penolakan
Sering terjadi dan timbul ketika ada keluarga yang menderita
gangguan jiwa, pihak anggota keluarga lain menolak penderita
tersebut dan menyakini memiliki penyakit berkelanjutan. Selama
episode akut anggota keluarga akan khawatir dengan apa yang terjadi
pada mereka cintai. Pada proses awal, keluarga akan melindungi
orang yang sakit dari orang lain dan menyalahkan dan merendahkan
orang yang sakit untuk perilaku tidak dapat diterima dan kurangnya
prestasi. Sikap ini mengarah pada ketegangan dalam keluarga, dan
isolasi dan kehilangan hubungan yang bermakna dengan keluarga
yang tidak mendukung orang yang sakit.
• Tanpa informasi untuk membantu keluarga belajar untuk mengatasi
penyakit mental, keluarga dapat menjadi sangat pesimis tentang
masa depan. Sangat penting bahwa keluarga menemukan sumber
informasi yang membantu mereka untuk memahami bagaimana
penyakit itu mempengaruhi orang tersebut. Mereka perlu tahu bahwa
dengan pengobatan, psikoterapi atau kombinasi keduanya, mayoritas
orang kembali ke gaya kehidupan normal.
• Stigma
Informasi dan pengetahuan tentang gangguan jiwa tidak semua dalam
anggota keluarga mengetahuinya. Keluarga menganggap penderita
tidak dapat berkomunikasi layaknya orang normal lainnya.
Menyebabkan beberapa keluarga merasa tidak nyaman untuk
mengundang penderita dalam kegiatan tertentu. Hasil stigma dalam
begitu banyak di kehidupan sehari-hari, Tidak mengherankan, semua
ini dapat mengakibatkan penarikan dari aktif berpartisipasi dalam
kehidupan sehari-hari.
• Frustrasi, Tidak berdaya dan Kecemasan
Sulit bagi siapa saja untuk menangani dengan pemikiran aneh dan
tingkah laku aneh dan tak terduga. Hal ini membingungkan,
menakutkan dan melelahkan. Bahkan ketika orang itu stabil pada
obat, apatis dan kurangnya motivasi bisa membuat frustasi. Anggota
keluarga memahami kesulitan yang penderita miliki. Keluarga dapat
menjadi marah marah, cemas, dan frustasi karena berjuang untuk
mendapatkan kembali ke rutinitas yang sebelumnya penderita
lakukan.
• Kelelahan dan Burnout
Seringkali keluarga menjadi putus asa berhadapan dengan orang
yang dicintai yang memiliki penyakit mental. Mereka mungkin mulai
merasa tidak mampu mengatasi dengan hidup dengan orang yang
sakit yang harus terus-menerus dirawat. Namun seringkali, mereka
merasa terjebak dan lelah oleh tekanan dari perjuangan sehari-hari,
terutama jika hanya ada satu anggota keluarga mungkin merasa
benar-benar di luar kendali. Hal ini bisa terjadi karena orang yang
sakit ini tidak memiliki batas yang ditetapkan di tingkah lakunya.
Keluarga dalam hal ini perlu dijelaskan kembali bahwa dalam merawat
penderita tidak boleh merasa letih, karena dukungan keluarga tidak
boleh berhenti untuk selalu men-support penderita.
• Duka
Kesedihan bagi keluarga di mana orang yang dicintai memiliki
penyakit mental. Penyakit ini mengganggu kemampuan seseorang
untuk berfungsi dan berpartisipasi dalam kegiatan normal dari
kehidupan sehari-hari, dan penurunan yang dapat terus-menerus.
Keluarga dapat menerima kenyataan penyakit yang dapat diobati,
tetapi tidak dapat disembuhkan. Keluarga berduka ketika orang yang
dicintai sulit untuk disembuhkan dan melihat penderita memiliki
potensi berkurang secara substansial bukan sebagai yang memiliki
potensi berubah.
• Kebutuhan Pribadi dan Mengembangkan Sumber Daya Pribadi
Jika anggota keluarga memburuk akibat stres dan terlalu banyak
pekerjaan, dapat menghasilkan anggota keluarga yang sakit tidak
memiliki sistem pendukung yang sedang berlangsung. Oleh karena
itu, keluarga harus diingatkan bahwa mereka harus menjaga diri
secara fisik, mental dan spiritual yang sehat. Memang ini bisa sangat
sulit ketika menghadapi anggota keluarga yang sakit mereka. Namun,
dapat menjadi bantuan yang luar biasa bagi keluarga untuk menyadari
bahwa kebutuhan mereka tidak boleh diabaikan.
Tanda dan Gejala dari Kekambuhan :
• Menjadi ragu-ragu dan serba takut
• Tidak napsu makan
• Sukar konsentrasi
• Sulit tidur
• Depresi
• Tidak ada minat
• Menarik diri
5. Cara Penderita Gangguan Jiwa Untuk Tetap Minum Obat
 Buat kesepakatan dengan penderita (membuat jadwal minum
obat).
 Jelaskan manfaat pengobatan bagi penderita, serta akibat jika
lupa/menolak minum obat.
 Konsultasikan dengan dokter mengenai pilihan obat, seperti
bentuk sirup atau puyer.
 Modifikasi pemberian obat, Seperti diberikan/diminumkan
bersama-sama saat makan buah
 Berikan pujian langsung pada penderita saat mempunyai
keinginan sendiri untuk minum obat.
 Libatkan anggota keluarga untuk mengawasi penderita minum
obat (memastikan obat benar-benar diminum).
Daftar Pustaka :
Arif , Iman Setiadi. 2006. Skizofrenia: Memahami Dinamika Keluarga Pasien.
Bandung: Refika Aditama

Kusumawati, F & Hartono.Y. (2010). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.


Jakarta:Salemba.

Keliat, B.A, Akemat, Helena Novy, dan Nurhaeni Heni. 2011.


KeperawatanKesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic Course). Jakarta
:EGC

Yosep,Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama.


STRATEGI PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Keluarga Klien dan klien yang sudah kooperatif yang mengikuti
penyuluhan adalah keluarga dan klien dengan halusinasi, isolasi sosial,
menarik diri, harga diri rendah, gannguan proses pikir.

2. Diagnosa Keperawatan : -

3. Tujuan :
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga dan pasien
dapat mengetahui dan memahami tentang manfaat kontrol dan minum
obat secara teratur dan peran keluarga dalam mencegah kekambuhan

b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan pasien dan
keluarga pasien dapat mengetahui tentang:
a. Menyebutkan manfaat kontrol dan minum obat secara
teratur
b. Menyebutkan peran keluarga dalam mencegah
kekambuhan
c. Menyebutkan tanda-tanda dan gejala kekambuhan

4. Tindakan Keperawatan :
a. BHSP
b. Melakukan penyuluhan sesuai dengan prosedur yang ada
c. Mengevaluasi hasil penyuluhan

B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum.. bapak bapak dan ibu ibu sekalian..” “selamat
pagi semuanya..” “baiklah bapak ibu, perkenalkan dulu, nama saya
Hasnah mahasiswa keperawatan UB. Pada kesempatan kali ini saya
akan menjadi moderator acara penyuluhan pagi hari ini. Disebelah
saya ini ada Putri selaku pemateri, dan ada Ayu Meida dan Saptya
sebagai fasilitator”

b. Evaluasi/Validasi
“apa kabarnya pagi hari ini? masih tetap semangat ya.. iya bagus..
harus tetap semangat dan sabar menemani keluarga kita yang masih
dalam proses penyembuhan..”

c. Kontrak
“Bapak-ibu tujuan kegitan kita kumpul disini yaitu akan melakukan
penyuluhan kesehatan tentang manfaat kontrol dan minum obat
secara teratur dan peran keluarga dalam mencegah kekambuhan.
Kita harapkan bapak ibu bisa aktif dalam menyimak materi dan bila
ada yang tidak jelas silahkan ditanyakan diakhir sesi penyuluhan”

“Bapak ibu, kami nanti akan membagikan kertas berisi lembar


jawaban untuk pre dan post test tentang materi penyuluhan.. tidak
sulit kok, semampu dan sepengetahuan bapak ibu aja..” “Lama
penyuluhan yaitu 30 menit”

“Semua bapak-ibu wajib mengikuti kegiatan sampai selesai ya”


“Tujuan umum yaitu bapak-ibu dapat memahami manfaat kontrol dan
minum obat secara teratur dan peran keluarga dalam mencegah
kekambuhan”
“Tujuan khususnya adalah bapak-ibu mampu menyebutkan manfaat
kontrol dan minum obat secara teratur, menyebutkan peran keluarga
dalam mencegah kekambuhan, menyebutkan tanda-tanda dan gejala
kekambuhanFase Kerja
“Baiklah mari kita mulai pembagian lembar jawab pretest. Berikut adalah
soalnya. dapat dimulai sekarang..” lembar jawab silahkan dikumpulkan,
dan untuk mempersingkat waktu, saya persilahkan pemateri untuk
menyampaikan materinya. Waktu dan tempat saya berikan.

-pemateri menyampaikan materi penyuluhan- -fasilitator membantu


memfokuskan klien dalam sesi penyampaian materi-
“Baiklah ibu-bapak, tadi sudah disampaikan beberapa materi tentang apa
saja kebutuhan dasar manusia. Apakah dari bapak ibu ada pertanyaan
atau ada yang ingin menyampaikan pendapat? Kami persilahkan”

2. Terminasi
Evaluasi Subjektif

“Baiklah bapak ibu sekalian. Bagaimana setelah mendapat materi


barusan? Semakin paham atau makin bingung.

Evaluasi Objektif

Nah, sekarang waktunya post test. Kan tadi kita sudah belajar bersama,
kita ingin tahu apakah bapak ibu sudah memahami isinya. sebelumnya
saya akan membagikan lembar jawaban. “pertanyaan pertama.. waktu
dimulai sekarang”

Rencana Tindak Lanjut

“Setelah mendapat materi tersebut, ibu bapak disini mampu memahami


apa saja manfaat kontrol dan minum obat secara teratur dan peran
keluarga dalam mencegah kekambuhan.. Sehingga kami harapkan
bapak-ibu bisa memenuhi kebutuhan dasar manusia tersebut dalam
kehidupan sehari - hari. Kami juga mengharapkan setelah ini bapak ibu
bisa membagikan ilmu yang diperoleh untuk keluarga lainnya atau orang
lain.”

Kontrak yang akan datang

Topik : “nanti ada penyuluhan selanjutnya dengan topik yang berbeda”

Waktu : “untuk waktunya setiap hari rabu, apa bapak ibu bisa?”

Tempat : “nanti tempatnya seperti biasa disini, bagaimana apa bersedia?”

“Sebelum saya tutup kegiatan pada hari ini, mari kita berdoa menurut
agama masing-masing agar ilmu yang diperoleh hari ini dapat
bermanfaat. Berdoa kami persilahkan. Terimakasih atas perhatian ibu
bapak. Bila ada salah kata atau kesalahan yang lain, saya dan teman-
teman mengucapkan mohon maaf. Akhir kata wabillahitaufiq wal hidayat.
Wassalamualaikum wr. Wb.
SOAL PRE TES
1. Mengapa penderita gangguan jiwa harus minum obat :
a. Agar kondisi bertambah parah
b. Tidak menyadari kondisi sakit
c. Memperbaiki kondisinya
2. Mengapa penderita gangguan jiwa sering tidak teratur dalam meminum
obat :
a. Tidak menyajari jika sakit
b. Fasilitas kesehatan yang jauh
c. Merasa gelisah dan sulit tidur
3. Apa yang harus dilakukan jika klien menolak minum obat :
a. Membiarkan pasien tidak meminum obat
b. Membuat jadwal minum obat
c. Mengurung pasien pada ruangan tertentu
4. Apa saja yang dilakukan leluarga dalam merawat pasien dengan
ganggguan jiwa :
a. Mengabaikan
b. Membantu memenuhi kebutuhan sehari (makan, minum, kersihan diri
dan penapilan)
c. Melarang pasien untuk beraktifitas
SOAL POST TES

1. Kenapa penderita gangguan jiwa harus minum obat :


a. Agar kondisi bertambah parah
b. Tidak menyadari kondisi sakit
c. Untuk memacu atau menghambat fungsi mental yang terganggu.
2. Mengapa penderita gangguan jiwa sering tidak teratur dalam meminum
obat :
a. Tidak menyajari jika sakit
b. Rasa obat yang tidak enak
c. Merasa gelisah dan sulit tidur
3. Apa yang harus dilakukan jika klien menolak minum obat :
a. Membiarkan pasien tidak meminum obat
b. Membuat jadwal minum obat
c. Mengurung pasien pada ruangan tertentu
4. Apa saja yang dilakukan leluarga dalam merawat pasien dengan
ganggguan jiwa :
a. Mengabaikan
b. Membantu memenuhi kebutuhan sehari (makan, minum, kersihan diri
dan penapilan)
c. Melarang pasien untuk beraktifitas
DAFTAR NAMA PESERTA PENYULUHAN

Topik : Manfaat Kontrol Dan Minum Obat Secara


Teratur Dalam Mencegah Kekambuhan
Sasaran : Klien dan Keluarga klien yang ada di Poli
Psikiatri Dr. Saiful Anwar Malang
Tempat : Poli Pskiatri Dr. Saiful Anwar Malang
Hari/Tanggal : Kamis, 9 November 2017
Waktu :

No Nama Alamat Tanda Tangan

1 1

2 2

3 3

4 4

5 5

6 6

7 7

8 8

9 9

10 10

11 11

12 12
13 13

14 14

15 15

16 16

17 17

18 18

19 19

20 20

21 21

22 22

23 23

24 24

25 25

Pembimbing Lahan

(……………………….………….)
EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Penyuluh mencari literatur mengenai kepatuhan kontrol dan minum obat
untuk mencegah kekambuhan pada pasien dengan gangguan jiwa
b. Penyuluh membuat SAP mengenai kepatuhan kontrol dan minum obat
untuk mencegah kekambuhan pada pasien dengan gangguan jiwa,
diharapkan telah mempersiapkan terkait materi, media, alat bantu, serta
sarana-prasarana yang digunakan untuk penyuluhan kesehatan dengan
matang
c. Penyuluhan dilakukan dengan sesuai pengorganisasian
Moderator : Hasnah Cholida
Pemateri : Putri Perdana
Fasilitator dan observer : Ayu Meida dan Ni Luh Putu Saptya

2. Evaluasi Proses
a. Diharapkan penyuluhan berjalan sesuai rencana
b. Diharapkan suasana penyuluhan kondusif dan tidak ada peserta yang
meninggalkan ruangan saat dilakukan penyuluhan
c. Diharapkan peserta antusias terhadap materi penyuluhan
d. Diharapkan peserta memberikan respon atau umpan balik berupa
pertanyaan-pertanyaan

3. Evaluasi Hasil
No Indikator Pre Post
1 Jumlah pasien datang 100% 100%
penyuluhan (17 orang)
2 Sarana prasarana siap 100% 100%
(LCD, tempat penyuluhan,
kursi, meja, laptop)
3 Penyaji menyiapkan materi 100% 100%
dan mampu menguasai
materi
4 Kegiatan penyuluhan 100% 100%
berjalan lancar dan
konsusif
Sebelum melakukan penyuluhan pemateri memberikan pertanyaan dasar
kepatuhan kontrol dan minum obat untuk mencegah kekambuhan pada
pasien dengan gangguan jiwa, kemudian setelah penyuluhan peserta
diberikan pertanyaan yang sama dengan pertanyaan yang diberikan sebelum
dilakukan penyuluhan. Penyuluhan dikatakan berhasil jika dari total seluruh
sasaran yang mengikuti penyuluhan, 80% sasaran dapat menjawab dengan
benar.
Misalnya: jumlah peserta penyuluhan 10 orang, saat diawal penyuluhan diberikan
beberapa pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta
penyuluhan. Pertanyaan yang sama juga diberikan pada akhir penyuluhan,
jika 8 dari 10 orang peserta dapat menjawab pertanyaan dengan benar,
maka penyuluhan dianggap berhasil, namun jika kurang dari 8 peserta
menjawab pertanyaan dengan benar maka penyuluhan dianggap tidak
berhasil.
Dokumentasi Kegiatan

Anda mungkin juga menyukai