Sap Eval
Sap Eval
Oleh:
Tim PKRS Poli Psikiatri
Di susun oleh:
A. LATAR BELAKANG
Gangguan jiwa yaitu suatu sindrom atau pola perilaku yang
secaraklinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau
penderitaan danmenimbulkan gangguan pada satu atau lebih fungsi
kehidupan manusia (Keliat, 2011).
Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan
yang sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia
jumlah penderita gangguan jiwa bertambah. Berdasarkan data dari
World Health Organisasi (WHO) dalam Yosep (2013), ada sekitar 450
juta orang didunia yang mengalami gangguan jiwa. WHO menyatakan
setidaknya ada satu dari empat orang didunia mengalami masalah
mental, dan masalah gangguan kesehatan jiwa yang ada di seluruh
dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius.
Berdasarkan hasil penelitian dari Rudi Maslim dalam Mubarta
(2011) prevalensi masalah kesehatan jiwa di Indonesia sebesar 6,55%.
Angka tersebut tergolong sedang dibandingkan dengan negara
lainnya. Data dari 33 Rumah Sakit Jiwa ( RSJ ) yang ada di seluruh
Indonesia menyebutkan hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa
berat mencapai 2,5 juta orang. Penderita gangguan jiwa berat dengan
usia di atas 15 tahun diIndonesia mencapai 0,46%. Hal ini berarti
terdapat lebih dari 1 juta jiwa di Indonesia yang menderita gangguan
jiwa berat. Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa 11,6%
penduduk Indonesia mengalami masalahgangguan mental emosional (
Riset kesehatan dasar,2007). Sedangkanpada tahun 2013 jumlah
penderita gangguan jiwa mencapai 1,7 juta( Riskesdas, 2013 )..
Penatalaksanaan klien dengan gangguan jiwa perlu dikelola secara
integrasi. Menurut Keliat (2011) penataksanaan pada pasien gangguan
jiwa dengan terapi keperawatan, psikofarmakologis dan psikologis.
Sedangkan menurut Durand (2007) dapat berupa terapi biologis (obat
anti psikosis, elektrokonvulsif) dan terapi spikososial. Penatalaksanaan
yang diberikan secara komprehensif pada klien gangguan jiwa
menghasilkan perbaikan yangoptimal dan mencegah kekambuhan.
Kekambuhan pada pasien gangguan jiwa setelah mejalani
pengobatan disebabkan oleh banyak faktor. Keliat (2009) mengatakan
ada 4 faktor yang menyebabkan kekambuhan yaitu klien, obat,
penanggung jawab dan keluarga. Sedangkan menurut Leaberma
(2011) yang bisa memicu kekambuhan pada pasien gangguan jiwa
yaitu tidak minum obat dan tidak kontrol ke dokter secara teratur,
menghentikan sendiri obat tanpa persetujuan dari dokter, kurangnya
dukungan dari keluarga dan masyarakat. Faktor-faktor tersebut yang
menyebabkan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa.
Ketidakpatuhan penatalaksanaan obat menyebabkan kekambuhan
pada pasien gangguan jiwa. Klien biasa berhenti minum obat karena
efek samping obat dan keyakinan mereka bahwa obat menambah
parah, klien yang kurang pengetahuan dan kesadaran akan beresiko
putus obat (Velligan et al, 2010). Keteraturan pengobatan dan
perawatan sangat penting proses penyembuhan. Perilaku yang sering
muncul pada pasien gangguan jiwa adalah motivasi kurang, isolasi
social, perilaku makan dan tidur yang buruk, sukar menyelesaikan
tugas, sukar mengatur keuangan, penampilan tidak rapi, lupa
melakukansesuatu, kurang perhatian, sering bertengkar, bicara pada
diri sendiri dan tidak teraturminum obat (NIMH, 2012).
Kekambuhan tersebut selain berdampak pada klien juga akan
berdampak pada keluarga. Oleh sebab itu, penting adanya pemberian
informasi terkait pentingnya control dan rutin minum obat untuk
mencegah kekambuhan.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan keluarga pasien dan pasien mampu
mengetahui manfaat kontrol dan minum obat secara teratur dalam
mencegah kekambuhan
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan
keluarga pasien dan pasien dapat mengetahui :
a. Mengetahui jenis, indikasi, kontraindikasi, dan efek saping
dari obat-obat pasien gangguan jiwa manfaat kontrol dan
minum obat secara teratur
b. Mengetahui penyebab putus obat pada pasien gangguan
jiwa
c. Menyebutkan penyebab, tanda-tanda dan gejala
kekambuhan
Metode
Ceramah
Tanya-jawab
Media dan Alat Pengajaran
a. Power poin
C. Kegiatan Penyuluhan
No Komunikator Komunikan waktu
Pre Interaksi 5 menit
1. Memberi salam dan Menjawab salam
memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan Mendengarkan
penyuluhan dan tema
penyuluhan
Isi 20 menit
3. Menjelaskan materi Mendengarkan
penyuluhan mengenai manfaat
kontrol dan minum obat secara
teratur dan peran keluarga
dalam mencegah kekambuhan Mengajukan pertanyaan
4. Memberikan kesempatan
kepada komunikan untuk
bertanya tentang materi yang
disampaikan
Penutup 5 menit
5. Memberikan pertanyaan akhir Menjawab
sebagai evaluasi
6. Menyimpulkan bersama-sama Mendengarkan
hasil kegiatan penyuluhan
7. Menutup penyuluhan dan Menjawab salam
mengucapkan salam
KERITERIA EVALUASI
1. Evaluasi stuktur
a. Kesiapan SAP.
b. Kesiapan tempat : Penyuluhan dilaksanakan poli Psikiatri
c. Kesiapan waktu : Penyuluhan dilaksanakan jam 10.00
d. Kesiapan penyuluh : Penyuluhan dilaksanakan oleh
mahasiswa profesi PSIK UB
e. Kesiapan sasaran : Sasaran ditujukan kepada keluarga
pasien dan pasien di poli Pskiatri
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusias terhadap materi penyuluhan.
b. Tidak ada peserta yang meninggalkan tempat penyuluhan
selama penyuluhan berlangsung.
c. Peserta mengajukan pertanyaan.
d. Di evaluasi terhadap peserta, penjelesan selama 5 menit.
e. Peserta kurang lebih 10-20 orang
3. Evaluasi hasil
a. Peserta dapat menjelaskan kembali manfaat kontrol dan
minum obat secara teratur dan peran keluarga dalam
mencegah kekambuhan.
PENGORGANISASIAN
a. Pembicara : Putri Perdana
b. Moderator : Hasnah Cholida
c. Observer : Ayu Meida
d. Fasilitator : Saptya Widyatmi
SETTING TEMPAT
Keterangan :
= Flip Chart
= Penyaji
= Moderator
= Obeserver
= Fasilitator
= Keluarga Pasien
MATERI PENYULUHAN
a. Antipsikosis :
Obat-obat antipsikotik ialah obat-obatan yang digunakan untuk mengobati
jenis gangguan jiwayang disebut gangguan psikotik. Gangguan psikotik
adalah gangguan jiwa yang memengaruhi cara orang berpikir, merasa
danberperilaku. Para penderita gangguan psikotik mungkin memiliki
kesulitan mengenali apa yangsebenarnya terjadi dan apa yang
sebenarnya tidak terjadi. Gejala gangguan psikotik dialami olehpenderita
gangguan bipolar, depresi, psikosis yang berkaitan dengan penggunaan
narkoba danskizofrenia.
Kontraindikasi :
Antipsikosis sebaiknya digunakan dengan hati–hati pada pasien dengan
gangguan hati, gangguan ginjal, penyakit kardiovaskular, penyakit
parkinson, epilepsi (dan kondisi yang mengarah ke epilepsi), depresi,
miastenia gravis, hipertrofi prostat, atau riwayat keluarga atau individu
glaukoma sudut sempit. Perhatian juga diperlukan pada penyakit saluran
napas yang berat dan pada pasien dengan riwayat jaundice atau yang
memiliki riwayat diskrasia darah.
Efek samping
Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan obat golongan ini adalah
gejala ekstrapiramidal termasuk di antaranya:
Gejala parkinson (termasuk tremor) yang akan timbul lebih sering
pada orang dewasa atau lansia dan dapat muncul secara
bertahap.
Distonia (pergerakan wajah dan tubuh yang tidak normal) dan
diskinesia, yang lebih sering terjadi pada anak atau dewasa muda
dan muncul setelah pemberian hanya beberapa dosis.
Akatisia (restlessness) yang secara karakteristik muncul setelah
pemberian dosis awal yang besar dan mungkin memperburuk
kondisi yang sedang diobati.
Tardive dyskinesia (ritmik, pergerakan lidah, wajah, rahang yang
tidak disadari [invuntary movements of tongue, face and jaw])
yang biasanya terjadi pada terapi jangka panjang atau dengan
pemberian dosis yang tinggi, tetapi dapat juga terjadi pada terapi
jangka pendek dengan dosis rendah. Tardive dyskinesia
sementara dapat timbul setelah pemutusan obat
Jenis-jenis obat:
Generic N.dagang Potensi Dosis Dosis preparat
lazim IM
dewasa tunggal
(mg/hr) lazim
(mg)
Chlorpromazine Thorazine Rendah 300-800* 25-50 Tablet (10,25,50,100,200 mg)
(CPZ)orange 150-600’’ Kapsul (30,75,150,200,300 mg)
Larutan (10 mg/5 ml; 30mg/ml;
100mg/ml)
Parenteral (25mg/ml)
Supositoria rectal (25,100 mg)
b. Antidepresi
Obat antidepresan ditujukan kepada penderita depresi dan kadang
berguna juga pada penderita ansietas fobia, obsesif-kompulsif, dan
mencegah kekambuhan depresi.
Kontraindikasi
- Penyakit jantung coroner
- Glaucoma, retensi urin, hipertensi prostat, gangguan fungsi hati,
epilepsy
Efek samping
- Trisklik dan MAOI (Mono Amin Oxydase Inhibitor) :
antikolinergik(mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi,
sinus takikardi) dan antiadrenergik (perubahan EKG, hipotensi)
- SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor): nausea, sakit kepala
- MAOI (Mono Amin Oxydase Inhibitor) : interaksi tiramin
Jika pemberian telah mencapai dosis toksik timbul atropine toxic
syndrome dengan gejala eksitasi SSP, hiperpireksia, hipertensi, konvulsi,
delirium, confusion dan disorientasi.
Jenis-jenis
Generic N.dagang Dosis lazim preparat
dewasa
(mg/hr)
Amitriptilinmerah Amitriptyline, 150-300* Tablet (10,25,50,75,100,150 mg)
bata Elavil 75-100’’ Parenteral (10mg/ml)
Tablet 10mg
Maprotiline Ludiomil
300’’ Tablet 15 mg
Trazodone Trazon
Mirtazapine Temeron
c. Antimaniak
Obat anti mania mempunyai beberapa sinonim antara lain mood
modulators, mood stabilizers dan antimanik. Dalam membicarakan obat
antimania yang menjadi acuan adalah litium karbonat.
Kontraindikasi : pada ibu hamil
Efek samping :
- Gejala efek samping pada pengobatan jangka lama:
mulut kering, haus, gastrointestinal distress (mual, muntah, diare
feses lunak), kelemahan otot, poliuria, tremor halus (fine tremor, lebih
nyta pada pasien usia lanjut dan penggunaan bersamaan dengan
neuroleptika dan antidepresan). Tidak ada efek sedasi dan gangguan
akstrapiramidal
- Efek samping lain : hipotiroidisme, peningkatan berat badan,
perubahan fungsi tiroid, edema pada tungkai metalic taste,
leukositosis, gangguan daya ingat dan kosentrasi pikiran
- Gejala intoksikasi
Gejala dini : muntah, diare, tremor kasar, mengantuk, kosentrasi
pikiran menurun, bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas, berjalan
tidak stabil Dengan semangkin beratnya intoksikasi terdapat gejala :
kesadaran menurun, oliguria, kejang-kejang Penting sekali
pengawasan kadar lithium dalam darah
Jenis-jenis
No Nama Generik Sediaan Dosis anjuran
Liq 2 mg/hr
Injk 5 mg/ml
2-3 x/hr
d. Anti-ansietas
Kontraindikasi
Pasien dengan hipersensitif terhadap benzodiazepin, glaukoma,
miastenia gravis, insufisiensi paru kronik, penyakit ginjal dan penyakit
hati kronik Pada pasien usia lanjut dan anak dapat terjadi reaksi yang
berlawanan (paradoxal reaction) berupa kegelisahan, iritabilitas,
disinhibisi, spasitas oto meningkat dan gangguan tidur. Ketergantungan
relatif sering terjadi pada individu dengan riwayat peminum alkohol,
penyalagunaan obat atau unstable personalities. Untuk mengurangi
resiko ketergantungan obat, maksimum lama pemberian 3 bulan dalam
rentang dosis terapeutik.
Efek samping
- Sedasi ( rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerka
psikomotor menurun, kemampuan kognitif melemah)
- Relaksasi otot ( rasa lemas, cepat lelah dan lain-lain)
- Potensi menimbulkan ketergntungan lebih rendah dari narkotika
- Potensi ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang masih
dapat dipertahankan setelah dosis trerakhir berlangsung sangat
singkat.
- Penghentian obat secara mendadak, akan menimbulkan gejala putus
obat, pasien menjadi iritabel, bingung, gelisah, insomania, tremor,
palpitasi, keringhat dingin, konvulsi.
Jenis
x/hari
Paenteral
IV/IM
2-10 mg/kali,
e. Anti- insomnia
Kontraindikasi’
- Sleep apnoe syndrome
- Congestive heart failure
- Chronic respiratory disease
- Wanita hamil dan menyusui
Efek samping
- Supresi SSP pada saat tidur
- Rebound Phenomen
- Disinhibiting efect yang menyebabkan perilaku penyerangan dan
ganas pada penggunaan golongan benzodiazepine dalam waktu yang
lama
Jenis :
Lansia 1 tab
Lansia 1 tab
Lansia 1 tab
Tab 2mg
tidur
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
Keluarga Klien dan klien yang sudah kooperatif yang mengikuti
penyuluhan adalah keluarga dan klien dengan halusinasi, isolasi sosial,
menarik diri, harga diri rendah, gannguan proses pikir.
2. Diagnosa Keperawatan : -
3. Tujuan :
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga dan pasien
dapat mengetahui dan memahami tentang manfaat kontrol dan minum
obat secara teratur dan peran keluarga dalam mencegah kekambuhan
b. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan diharapkan pasien dan
keluarga pasien dapat mengetahui tentang:
a. Menyebutkan manfaat kontrol dan minum obat secara
teratur
b. Menyebutkan peran keluarga dalam mencegah
kekambuhan
c. Menyebutkan tanda-tanda dan gejala kekambuhan
4. Tindakan Keperawatan :
a. BHSP
b. Melakukan penyuluhan sesuai dengan prosedur yang ada
c. Mengevaluasi hasil penyuluhan
B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum.. bapak bapak dan ibu ibu sekalian..” “selamat
pagi semuanya..” “baiklah bapak ibu, perkenalkan dulu, nama saya
Hasnah mahasiswa keperawatan UB. Pada kesempatan kali ini saya
akan menjadi moderator acara penyuluhan pagi hari ini. Disebelah
saya ini ada Putri selaku pemateri, dan ada Ayu Meida dan Saptya
sebagai fasilitator”
b. Evaluasi/Validasi
“apa kabarnya pagi hari ini? masih tetap semangat ya.. iya bagus..
harus tetap semangat dan sabar menemani keluarga kita yang masih
dalam proses penyembuhan..”
c. Kontrak
“Bapak-ibu tujuan kegitan kita kumpul disini yaitu akan melakukan
penyuluhan kesehatan tentang manfaat kontrol dan minum obat
secara teratur dan peran keluarga dalam mencegah kekambuhan.
Kita harapkan bapak ibu bisa aktif dalam menyimak materi dan bila
ada yang tidak jelas silahkan ditanyakan diakhir sesi penyuluhan”
2. Terminasi
Evaluasi Subjektif
Evaluasi Objektif
Nah, sekarang waktunya post test. Kan tadi kita sudah belajar bersama,
kita ingin tahu apakah bapak ibu sudah memahami isinya. sebelumnya
saya akan membagikan lembar jawaban. “pertanyaan pertama.. waktu
dimulai sekarang”
Waktu : “untuk waktunya setiap hari rabu, apa bapak ibu bisa?”
“Sebelum saya tutup kegiatan pada hari ini, mari kita berdoa menurut
agama masing-masing agar ilmu yang diperoleh hari ini dapat
bermanfaat. Berdoa kami persilahkan. Terimakasih atas perhatian ibu
bapak. Bila ada salah kata atau kesalahan yang lain, saya dan teman-
teman mengucapkan mohon maaf. Akhir kata wabillahitaufiq wal hidayat.
Wassalamualaikum wr. Wb.
SOAL PRE TES
1. Mengapa penderita gangguan jiwa harus minum obat :
a. Agar kondisi bertambah parah
b. Tidak menyadari kondisi sakit
c. Memperbaiki kondisinya
2. Mengapa penderita gangguan jiwa sering tidak teratur dalam meminum
obat :
a. Tidak menyajari jika sakit
b. Fasilitas kesehatan yang jauh
c. Merasa gelisah dan sulit tidur
3. Apa yang harus dilakukan jika klien menolak minum obat :
a. Membiarkan pasien tidak meminum obat
b. Membuat jadwal minum obat
c. Mengurung pasien pada ruangan tertentu
4. Apa saja yang dilakukan leluarga dalam merawat pasien dengan
ganggguan jiwa :
a. Mengabaikan
b. Membantu memenuhi kebutuhan sehari (makan, minum, kersihan diri
dan penapilan)
c. Melarang pasien untuk beraktifitas
SOAL POST TES
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10
11 11
12 12
13 13
14 14
15 15
16 16
17 17
18 18
19 19
20 20
21 21
22 22
23 23
24 24
25 25
Pembimbing Lahan
(……………………….………….)
EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Penyuluh mencari literatur mengenai kepatuhan kontrol dan minum obat
untuk mencegah kekambuhan pada pasien dengan gangguan jiwa
b. Penyuluh membuat SAP mengenai kepatuhan kontrol dan minum obat
untuk mencegah kekambuhan pada pasien dengan gangguan jiwa,
diharapkan telah mempersiapkan terkait materi, media, alat bantu, serta
sarana-prasarana yang digunakan untuk penyuluhan kesehatan dengan
matang
c. Penyuluhan dilakukan dengan sesuai pengorganisasian
Moderator : Hasnah Cholida
Pemateri : Putri Perdana
Fasilitator dan observer : Ayu Meida dan Ni Luh Putu Saptya
2. Evaluasi Proses
a. Diharapkan penyuluhan berjalan sesuai rencana
b. Diharapkan suasana penyuluhan kondusif dan tidak ada peserta yang
meninggalkan ruangan saat dilakukan penyuluhan
c. Diharapkan peserta antusias terhadap materi penyuluhan
d. Diharapkan peserta memberikan respon atau umpan balik berupa
pertanyaan-pertanyaan
3. Evaluasi Hasil
No Indikator Pre Post
1 Jumlah pasien datang 100% 100%
penyuluhan (17 orang)
2 Sarana prasarana siap 100% 100%
(LCD, tempat penyuluhan,
kursi, meja, laptop)
3 Penyaji menyiapkan materi 100% 100%
dan mampu menguasai
materi
4 Kegiatan penyuluhan 100% 100%
berjalan lancar dan
konsusif
Sebelum melakukan penyuluhan pemateri memberikan pertanyaan dasar
kepatuhan kontrol dan minum obat untuk mencegah kekambuhan pada
pasien dengan gangguan jiwa, kemudian setelah penyuluhan peserta
diberikan pertanyaan yang sama dengan pertanyaan yang diberikan sebelum
dilakukan penyuluhan. Penyuluhan dikatakan berhasil jika dari total seluruh
sasaran yang mengikuti penyuluhan, 80% sasaran dapat menjawab dengan
benar.
Misalnya: jumlah peserta penyuluhan 10 orang, saat diawal penyuluhan diberikan
beberapa pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan peserta
penyuluhan. Pertanyaan yang sama juga diberikan pada akhir penyuluhan,
jika 8 dari 10 orang peserta dapat menjawab pertanyaan dengan benar,
maka penyuluhan dianggap berhasil, namun jika kurang dari 8 peserta
menjawab pertanyaan dengan benar maka penyuluhan dianggap tidak
berhasil.
Dokumentasi Kegiatan