KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK
NOMOR PER- 04 /PJ/2012
TENTANG
PEDOMAN PENGGUNAAN METODE DAN TEKNIK PEMERIKSAAN
UNTUK MENGUJI KEPATUHAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN
Menimbang
Mengingat
Menetapkan
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA.
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
a. bahwa dalam rangka memberikan pedoman kepada
Pemeriksa Pajak dalam —pelaksanaan _pemeriksaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d Peraturan
Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-9/PJ/2010_ tentang
Standar Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan
Kewajiban Perpajakan;
b. bahwa untuk memberikan kemudahan kepada Pemeriksa
Pajak dalam menentukan metode dan teknik pemeriksaan
yang akan digunakan dalam melakukan pemeriksaan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan
Direktur Jenderal Pajak tentang Pedoman Penggunaan
Metode Dan Teknik Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan;
1, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4999);
2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007
tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
82/PMK.03/2011;
3. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-9/PJ/2010
tentang Standar Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Direktur Jenderal Pajak;
MEMUTUSKAN :
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK TENTANG
PEDOMAN PENGGUNAAN METODE DAN TEKNIK
PEMERIKSAAN UNTUK MENGUJI KEPATUHAN PEMENUHAN
KEWAJIBAN PERPAJAKAN,
Pasal 1
Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini yang dimaksud dengan:
1. Metode Pemeriksaan adalah teknik dan prosedur pemeriksaan yang
dilakukan terhadap buku, catatan, dan dokumen serta data, informasi, dan
keterangan lain, yang terdiri atas metode langsung dan metode tidak
langsung.
2. Metode2
2. Metode Langsung adalah teknik dan prosedur pemeriksaan dengan
melakukan pengujian atas kebenaran pos-pos Surat Pemberitahuan (SPT)
termasuk lampirannya, yang dilakukan secara langsung terhadap buku,
catatan, dan dokumen terkait.
3. Metode Tidak Langsung adalah teknik dan prosedur pemeriksaan dengan
melakukan pengujian atas kebenaran pos-pos Surat Pemberitahuan (SPT)
termasuk lampirannya, yang dilakukan secara tidak langsung melalui suatu
pendekatan penghitungan tertentu.
4. Pemeriksa Pajak adalah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak,
yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab untuk melaksanakan
Pemeriksaan,
5. Teknik Pemeriksaan adalah cara-cara pengumpulan bukti, pengujian,
dan/atau pembuktian yang dikembangkan oleh Pemeriksa Pajak untuk
meyakini kebenaran pos-pos yang diperiksa.
6. Prosedur Pemeriksaan adalah serangkaian langkah dalam suatu teknik
pemeriksaan, berupa petunjuk rinci yang biasanya tertulis dalam bentuk
perintah, untuk dilakukan oleh Pemeriksa Pajak.
7. Pos-pos SPT adalah pos-pos di dalam SPT atau pos turunannya termasuk
lampiran baik SPT Masa maupun SPT Tahunan.
Pasal 2
(1) Metode Langsung maupun Metode Tidak Langsung digunakan untuk
mendapatkan temuan pemeriksaan,
(2) Temuan pemeriksaan harus didasarkan pada bukti kompeten yang cukup dan
berdasarkan pada _ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Pasal 3
(1) Metode Tidak Langsung digunakan dalam hal Metode Langsung tidak dapat
diterapkan.
(2) Metode Tidak Langsung dapat digunakan untuk mendukung penggunaan
Metode Langsung atau untuk melakukan identifikasi masalah.
(3) Metode Tidak Langsung yang digunakan oleh Pemeriksa Pajak terdiri atas
pendekatan:
Transaksi Tunai dan Bank;
Sumber dan Penggunaan Dana;
Penghitungan Rasio;
Satuan dan/atau Volume;
Pertambahan Kekayaan Bersih (Net Worth);
Penghitungan Biaya Hidup.
(4) Pemeriksa Pajak dapat menggunakan satu atau lebih pendekatan Metode
‘Tidak Langsung dalam melakukan pemeriksaan.
(5) Uraian dari Metode Tidak Langsung terdapat pada Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal Pajak
ini.
ere tear eee
Pasal 4
(1) Teknik-teknik Pemeriksaan yang dapat digunakan Pemeriksa Pajak, meliputi:
a. pemanfaatan informasi internal dan/atau eksternal Direktorat Jenderal
Pajak;
pengujian keabsahan dokumen;
evaluasi;
analisis angka-angka;
penelusuran angka-angka (tracing);
penelusuran bukti;
reaos
g. pengujian ...pengujian keterkaitan;
ekualisasi atau rekonsiliasi;
permintaan keterangan atau bukti;
konfirmasi;
inspeksi;
pengujian kebenaran fisik;
pengujian kebenaran penghitungan matematis;
wawancara;
uji petik (sampling);
‘Teknik Audit Berbantuan Komputer (TABK); dan/atau
. Teknik-teknik Pemeriksaan lainnya.
2) Gntule meyakini kebenaran Pos-pos SPT yang diperiksa, Pemeriksa Pajak
dapat menggunakan satu atau lebih Teknik-teknik Pemeriksaan sesuai
pertimbangan profesional Pemeriksa Pajak, kecuali ditentukan lain oleh suatu
ketentuan.
(3) Uraian dari masing-masing Teknik Pemeriksaan dan Prosedur pemeriksaan
terdapat pada Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.
(4) Pemeriksa Pajak harus menuangkan setiap Teknik Pemeriksaan dan Prosedur
Pemeriksaan yang digunakan dalam pemeriksaan pada kertas kerja
pemeriksaan.
pos gr rrr re
Pasal 5
(1) Dalam melakukan pemeriksaan, Pemeriksa Pajak harus berpedoman pada
Metode Pemeriksaan, Teknik Pemeriksaan, dan Prosedur Pemeriksaan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini.
(2) Metode Pemeriksaan, Teknik Pemeriksaan, dan Prosedur Pemeriksaan
sebagaimana diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini dapat
diterapkan pada pemeriksaan tujuan lain, sepanjang belum diatur pada
ketentuan tersendiri.
(3) Metode Pemeriksaan, Teknik Pemeriksaan, dan Prosedur Pemeriksaan dalam
menentukan harga wajar atau laba wajar atas transaksi antara pihak-pihak
yang mempunyai hubungan istimewa diatur tersendiri dalam Petunjuk Teknis
Pemeriksaan Transfer Pricing.
Pasal 6
Dengan berlakunya Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini maka ketentuan yang
mengatur tentang penggunaan Metode Pemeriksaan dan Teknik Pemeriksaan
yang bertentangan dengan ketentuan ini dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 7
Peraturan Direktur Jenderal Pajak ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 03-02~(1-
DIREKTUR JENDERAL PAJAK,
xfer
A. FUAD RAHMANY ~#
NIP 195411111981121001