Anda di halaman 1dari 40

BAB II

PEMBAHASAN

A. PERUBAHAN PADA SISTEM SENSORI PERSEPSI KARENA PROSES

PENUAAN

Banyak lansia mempunyai masalah sensoris yang berhubungan dengan

perubahan normal akibat penuaan. Perubahan ini tidak terjadi pada kecepatan yang

sama atau pada waktu yang sama untuk semua orang dan tidak selalu jelas atau

dramatis. Perubahan sensoris dan permasalahan yang dihasilkan mungkin

merupakan factor yang turut berperan paling kuat dalam perubahan gaya hidup

yang bergerak ke arah ketergantungan yang lebih besar dan persepsi negative

tentang kehidupan.

Persepsi sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk saling


berhubungan dengan orang lain dan untuk memelihara atau membentuk hubungan
yang baru, berespons terhadap bahaya, dan menginterpretasikan masukan sensoris
dalam aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Isolasi dapat diakibatkan oleh
perubahan penglihatan dan pendengaran. Lansia dengan masalah penglihatan atau
pendengaran mungkin enggan untuk berspekulasi ke luar rumah karena
ketidakmampuan mereka untuk membedakan tanda yang mudah dibaca secara
sekilas atau mengenali permukaan yang keras/kasar. Lansia dengan kerusakan
pendengaran mungkin memberikan respon yang tidak sesuai selama percakapan,
menimbulkan rasa malu dan menghindar dari komunikasi verbal. Perubahan
penglihatan dan pendengaran mungkin juga menyebabkan kesalahan dalam
menginterpretasi stimulus sensasi di dalam lingkungan.

Persepsi sensori memungkinkan seseorang menghargai dan berespon

terhadap lingkungan, termasuk pemandangan yang menarik dan bergerak, music

yang indah, diskusidan debat yang menarik, hiburan didalam dan diluar rumah,

makanan yang rasanya enak, berbagai keharuman yang sangat menyenangkan, dan
25
sentuhan seseorang yang dicintai. Persepsi sensori juga memberikan pertahanan

sebagai respons terhadap lingkungan serta bertindak sebagai system keamanan

seseorang terhadap sesuatu yang dapat mengakibatkan permasalahan.

Indra pengecap dan penciuman merupakan indra yang penting, tetapi

perubahan dalam indra-indra ini tidak mengakibatkan perbedaan yang jelas dalam

respons lansia terhadap lingkungan. Namun, persepsi sensoris dalam penciuman

dan pengecapan dapat memfasilitasi respons seseorang terhadap situasi yang

menyenangkan juga terhadap biaya. Sebagai contoh, seorang lansia mungkin tidak

mampu untuk mendeteksi makanan yang telah basi, sehingga dapat menyebabkan

lansia tersebut memakan zat yang mengandung toksin.

Semua indra manusia memainkan peranan dalam respons perceptual

seseorang terhadap lingkungan. Indra-indra tersebut juga dapat memungkinkan

seseorang untuk beradaptasi terhadap situasi yang kompleks dan berubah dalam

aktivitas kehidupan sehari-hari.

PENGLIHATAN

PERUBAHAN DALAM PENUAAN

Defisit sensori ( misalnya, perubahan penglihatan ) dapat merupakan bagian

dari penyesuaian berkesinambungan yang datang dalam kehidupan usia lanjut.

Perubahan penglihatan mempengaruhi pemenuhan AKS. Perubahan penglihatan

dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses penuaan termasuk penurunan

kemampuan untuk melakukan akomodasi, konstriksi pipil akibat penuaan, dan

perubahan warna serta kekeruhan lensa mata ( katarak ).


25
Perubahan penglihatan pada awalnya dimulai dengan terjadinya awitan

presbiopi kehilangan kemampuan akomodatif. Perubahan kemampuan akomodatif

ini pada umumnya dimulai pada dekade keempat kehidupan, ketika seseorang

memiliki masalah dalam membaca huruf-huruf yang kecil. Kerusakan kemampuan

akomodasi terjadi karena otot-otot siliaris menjadi lebih lama dan lebih kendur, dan

lensa kristalin mengalami sklerosis, dengan kehilangan elastisitas dan kemampuan

untuk memusatkan pada ( penglihatan jarak dekat ) kondisi ini dapat dikoreksi

dengan lensa seperti kacamata jauh dekat. ( bifokal ).

Ukuran pupil menurun (miosis pupil) dengan penuaan karena sfinkter pupil

mengalami sklerosis. Miosis pupil ini dapat mempersempit lapang pandang

seseorang dan mempengaruhi penglihatan perifer pada tingkat tertentu, tetapi

tampaknya tidak benar-benar mengganggu kehidupan sehari-hari.

Perubahan warna (misalnya: menguning) dan meningkatnya kekeruhan

lensa kristal yang terjadi dari waktu ke waktu dapat menimbulkan katarak. Katarak

menimbulkan berbagai tanda dan gejala penuaan yang mengganggu penglihatan

dan aktivitas setiap hari. Penglihatan yang kabur dan seperti terdapat suatu selaput

di atas mata adalah suatu gejala umum, yang mengakibatkan kesukaran dalam

memfokuskan penglihatan dan membaca. Kesukaran ini dapat dikoreksi untuk

sementara dengan penggunaan lensa. Selain itu, lansia harus didororng untuk

menggunakan lampu yang terang dan tidak menyilaukan. Sensitivitas terhadap

cahaya sering terjadi, menyebabkan lansia sering mengedipkan mata mata terhadap

cahaya terang atau ketika berada di luar pada siang hari yang cerah. Sensitivitas

cahaya dapat mengakibatkan kecenderungan lansia untuk tetap tinggal di dalam

ruangan atau menggunakan kaca mata hitam. Sinar yang menyilaukan atau

lingkaran cahaya (“halo”), yang disebabkan oleh oleh penyebaran cahaya,


25
memengaruhi dalam mengemudi, terutama pada malam hari ketika menghadapi

sinar yang sangat terang dari lampu besar mobil. Kedaan ini dapat berbahaya dan

mungkin menyebabkan suatu kemunduran dalam aktivitas social pada sore hari jika

lansia tersebut terlalu segan untuk meminta bantuan dalam mengemudi.

Berkurangnya penglihatan pada malam hari dapat mengakibatkan kesukaran dalam

mengemudi dan ambulasi. Lansia memerlukan penggunaan cahaya pada malam

hari di dalam rumah dan waktu tambahan untuk melakukan penyesuaian

penglihatan terhadap perubahan kekuatan penerangan ketika meninggalkan suatu

lingkungan yang memiliki pencahayaan baik ke suatu lingkungan dengan

penerangan yang redup. Katarak juga mengakibatkan gangguan dalam persepsi

kedalaman atau stereopsis, yang menyebabkan masalah dalam menilai ketinggian.

Lansia harus diajarkan untuk menggunakan tangan mereka sebagai pemandu pada

pegangan tangga dan utnuk menggunakan cat berwarna terang pada bagian tepi

anak tangga. Perubahan dalam persepsi warna terjadi seiring dengan pembentukan

katarak dan mengakibatkan warna yang muncul tumpul dan tidak jelas, terutama

warna - warna terang seperti kuning, orange, merah direkomendasikan untuk

memudahkan dalam membedakan warna. Sakit mata atau rasa tidak nyaman pada

mata mungkin dialami oleh beberapa lansia karena pada lansia karena pada saat

katarak terbentuk akan dapat meningkatkan tekanan intraocular (TIO) untuk

sementara. Hal yang penting dilakukan adalah melakukan pemeriksaan penglihatan

dan tekanan pada mata secara teratur dan untuk melakukan operasi pengangkatan

katarak ketika telah siap.

Perubahan normal yang berhubungan Implikasi klinis


dengan penuaan
25
PENGLIHATAN
Penurunan kemampuan akomodasi Kesukaran dalam membaca huruf – huruf
konstriksi pupil senilis peningkatan yang kecil,penyempitan lapang pandang,
kekeruhan lensa dengan perubahan warna penglihatan yang kabur, sensitivitas
menjadi menguning terhadap cahaya penurunan penglihatan
pada malam hari, kesukaran dengan persepsi
kedalaman

PENDENGARAN
Penurunan fungsi sensorineural secara Kehilanagan pendengaran secara bertahap
lambat

PENDENGARAN

PERUBAHAN PADA PENUAAN

Palumbo menyatakan bahwa “pendengaran adalah suatu kecacatan dan sering


diabaikan yang dapat secara dramatis mempengaruhi kualitas hidup seseorang (hlm
36).penurunan pendengaran adalah masalah kesehatan kedua yang paling umum yang
mempengaruhi lansia. Beberapa orang menyatakan bahwa hal tersebut memiliki efek yang
bergerak seperti gelombang yang dapat memengaruhi area dasar tertentu dari penampilan
manusia, menurunkan kenikmatan hidup dan menurunkan interaksi dengan orang lain dan
rekreasi di luar rumah.

Pada orang yang berusia lebih dari 65 tahun, antara 28 dan 55% mengalami gangguan
pendengaran dalam derajat yang berbeda. Diantaara mereka yang berusia lebih dari 80
tahun, 66% mengalami gangguan pendengaran. Diperkirakan 90% orang yang berada
dalam institusi mengalami masalah pendengaran.

Kehilangan pendegnaran pada lansia disebut presbikusis. Mhoon, menggambarkan


fenomena tersebut sebagai “suatu penyakit bilateral pada pendengaranyang berkembang
25
secaraprogresif lambat terutama memengaruhi nada tinggi dan dihubungkan dengan
penuaan” penyebabnya tidak diketahui, tetapi berbagai faktor yang telah diteliti: nutrisi,
faktor genetik, suara gaduh atau ribut, hipertensi, stres emosional, dan arteriosklerosis.
Penurunan pendengaran terutama berupa sensorineural, tetapi juga dapat berupa komponen
konduksi yang berkaitan dengan presbikusis penurunan pendengaran sensorineural terjadi
saat telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi dengan baik (saraf
pendengaran, batang otak, atau jalur kortikal pendengaran). Penyebab dari perubahan
konduksi tidak diketahui, tetapi masih mungkin berkaitandengan perubahan pada tulang di
telinga bagian tengah, dalam bagian koklear, atau di dalam tulang mastoid.

Dalam presbikusis, suara konsonan dengan nada tinggi merupakan yang pertama kali
terpengaruh, dan perubahan dapat terjadi secara bertahap. Karena perubahan-perubahan
terjadi secara lambat, klien mungkin tidak langsung meminta bantuan yang dalam hal ini
sangat penting sebab semakin cepat kehilangan pendengaran dapat di detifikasi dan alat
bantu diberikan, semakin besar untuk kemungkinan berhasil. Karena kehilangan
pendengaran pada umumnya berlangsung secara bertahap, seseorang mungkin tidak
menyadari perubahannya sampai diberitahu oleh seseorang yang mengatakan bahwa ia
menjadi “susah mendengar”.

Dua masalah fungsional pendengaran pada populasi lanjut usia adalah ketidak mampuan
untuk mendeteksi volume suara dan ketidakmampuan untuk mendeteksi suara dengan nada
frekuensi yang tinggi seperti beberapa konsonan (misalnya f, s, sk, sh, dan l). Perubahan-
perubahan ini dapat terjadi pada salah satu atau kedua telinga. Berbagai alat yang tersedia
saat ini digunakan untuk memeriksa adanya gangguan pendengaran seperti otoskop dengan
pemeriksaan histologi, mikrobiologi, dan biokimia, secara pemeriksaan radiologi.
Pemeriksaan otologis dan audiologis yang seksama sangat penting dilakukan.

B. TEORI PENUAAN

1. Teori Biologis

Teori biologi merupakan teori yang menjelaskan mengenai proses fisik penuaan
yang meliputi perubahan fungsi dan struktur organ, pengembangan, panjang usia
25
dan kematian (Christofalo dalam Stanley).Perubahan yang terjadi di dalam tubuh
dalam upaya berfungsi secara adekuat untuk dan melawan penyakit dilakukan
mulai dari tingkat molekuler dan seluler dalam sistem organ utama. Teori biologis
mencoba menerangkan menganai proses atau tingkatan perubahan yang terjadi
pada manusia mengenai perbedaan cara dalam proses menua dari waktu ke waktu
serta meliputi faktor yang mempengaruhi usia panjang, perlawanan terhadap
organisme dan kematian atau perubahan seluler.

a. Teori Genetika

Teori genetika merupakan teori yang menjelaskan bahwa penuaan merupakan


suatu proses yang alami di mana hal ini telah diwariskan secara turun-temurun
(genetik) dan tanpa disadari untuk mengubah sel dan struktur jaringan. Teori
genetika terdiri dari teori DNA, teori ketepatan dan kesalahan, mutasi somatik, dan
teori glikogen. DNA merupakan asam nukleat yang berisi pengkodean mengenai
infornasi aktivitas sel, DNA berada pada tingkat molekuler dan bereplikasi sebelum
pembelahan sel dimulai, sehingga apabila terjadi kesalahan dalam pengkodean DNA
maka akan berdampak pada kesalahan tingkat seluler dan mengakibatkan malfungsi
organ.

Pada manusia, berlaku program genetik jam biologi di mana program


maksimal yang diturunkan adalah selama 110 tahun. Sel manusia normal akan
membelah 50 kali dalam beberapa tahun. Sel secara genetik diprogram untuk
berhenti membelah setelah mencapai 50 divisi sel, pada saat itu sel akan mulai
kehilangan fungsinya. Teori genetika dengan kata lain mengartikan bahwa proses
menua merupakan hal yang tidak dapat dihindari dan akan semakin terlihat bila usia
semakin bertambah. Teori ini juga bergantung dari dampak lingkungan pada tubuh
yang dapat mempengaruhi susunan molekula

a. Teori Wear And Tear (Dipakai dan Rusak)

Teori Wear And Tear mengajukan akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi
dapat merusak sintesis DNA. August Weissmann berpendapat bahwa sel somatik
nomal memiliki kemampuan yang terbatas dalam bereplikasi dan menjalankan
25
fungsinya. Kematian sel terjadi karena jaringan yang sudah tua tidak beregenerasi.
Teori wear and tear mengungkapkan bahwa organisme memiliki energi tetap yang
terseddia dan akan habis sesuai dengan waktu yang diprogramkan.

b. Teori Rantai Silang

Teori rantai silang mengatakan bahwa struktur molekular normal yang


dipisahkan mungkin terikat bersama-sama melalui reaksi kimia. Agen rantai silang
yang menghubungkan menempel pada rantai tunggal. dengan bertambahnya usia,
mekanisme pertahanan tubuh akan semakin melemah, dan proses cross-link terus
berlanjut sampai terjadi kerusakan. Hasil akhirnya adalah akumulasi silang senyawa
yang menyebabkan mutasi pada sel, ketidakmampuan untuk menghilangkan sampah
metabolik.

c. Riwayat Lingkungan

Menurut teori ini, faktor yang ada dalam lingkungan dapat membawa
perubahan dalam proses penuaan. Faktor-faktor tersebut merupakan karsinogen dari
industri, cahaya matahari, trauma dan infeksi.

d. Teori Imunitas

Teori imunitas berhubungan langsung dengan proses penuaan. Selama proses


penuaan, sistem imun juga akan mengalami kemunduran dalam pertahanan
terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada lamsia akan
sangat mudah mengalami infeksi dan kanker.1 perubahan sistem imun ini
diakibatkan perubahan pada jaringan limfoid sehingga tidak adanya keseimbangan
dalam sel T intuk memproduksi antibodi dan kekebalan tubuh menurun.

Pada sistem imun akan terbentuk autoimun tubuh. Perubahan yang terjadi
merupakan pengalihan integritas sistem tubuh untuk melawan sistem imun itu
sendiri.

e. Teori Lipofusin dan Radikal Bebas


25
Radikal bebas merupakan contoh produk sampah metabolisme yang dapat
menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Normalnya radikal bebas akan
dihancurkan oleh enzim pelindung, namun beberapa berhasil lolos dan
berakumulasi di dalam organ tubuh. Radikal bebas yang terdapat di lingkungan
seperti kendaraan bermotor, radiasi, sinar ultraviolet, mengakibatkan perubahan
pigmen dan kolagen pada proses penuaan.

Radikal bebas tidak mengandung DNA. Oleh karena itu, radikal bebas dapat
menyebabkan gangguan genetik dan menghasilkan produk-produk limbah yang
menumpuk di dalam inti dan sitoplasma. Ketika radikal bebas menyerang molekul,
akan terjadi kerusakan membran sel; penuaan diperkirakan karena kerusakan sel
akumulatif yang pada akhirnya mengganggu fungsi.

Dukungan untuk teori radikal bebas ditemukan dalam lipofusin, bahan limbah
berpigmen yang kaya lemak dan protein. Peran lipofusin pada penuaan mungkin
kemampuannya untuk mengganggu transportasi sel dan replikasi DNA. Lipofusin,
yang menyebabkan bintik-bintik penuaan, adalah dengan produk oksidasi dan oleh
karena itu tampaknya terkait dengan radikal bebas.

f. Teori Neuroendokrin

Teori neuroendokrin merupakan teori yang mencoba menjelaskan tentang


terjadinya proses penuaan melalui hormon. Penuaan terjadi karena adanya
keterlambatan dalam sekresi hormon tertentu sehingga berakibat pada sistem saraf.

Hormon dalam tubuh berperan dalam mengorganisasi organ-organ tubuh


melaksanakan tugasnya dam menyeimbangkan fungsi tubuh apabila terjadi
gangguan dalam tubuh.

Pengeluaran hormon diatur oleh hipotalamus dan hipotalamus juga merespon


tingkat hormon tubuh sebagai panduan untuk aktivitas hormonal. Pada lansia,
hipotalamus kehilangan kemampuan dalam pengaturan dan sebagai reseptor yang
mendeteksi hormon individu menjadi kurang sensitif. Oleh karena itu, pada lansia
banyak hormon yang tidak dapat dapat disekresi dan mengalami penurunan
keefektivitasan.
25
Penerunan kemampuan hipotalamus dikaitkan dengan hormon kortisol. Kortisol
dihasilkan dari kelenjar adrenal (terletak di ginjal) dan kortisol bertanggung jawab
untuk stres.

g. Teori Medis (Medical Theories)

Teori medis geriatri mencoba menjelaskan bagaimana perubahan biologis yang


berhubungan dengan proses penuaan mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh
manusia. Biogerontologi merupakan subspesialisasi terbaru yang bertujuan
menentukan hubungan antara penyakit tertentu dan proses penuaan. Metode
penelitian yang lebih canggih telah digunakan dan banyak data telah dikumpulkan
dari subjek sehat dalam studi longitudinal, beberapa kesimpulan menarik dari
penelitian tiap bagian berbeda.

2. Teori Sosiologi

Teori sosiologi merupakan teori yang berhubungan dengan status hubungan


sosial. Teori ini cenderung dipengaruhi oleh dampak dari luar tubuh.

a. Teori Kepribadian

Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa


menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Teori pengembangan
kepribadian yang dikembangkan oleh Jung menyebutkan bahwa terdapat dua tipe
kepribadian yaitu introvert dan ekstrovert. Lansia akan cenderung menjadi introvert
kerenan penurunan tanggungjawab dan tuntutan dari keluarga dan ikatan sosial.

b. Teori Tugas Perkembangan

Tugas perkembangan merupakan aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi


oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan
yang sukses.pada kondisi tidak danya pencapaian perasaan bahwa ia telah
menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut berisiko untuk memiliki rasa
penyeselan atau putus asa
25
c. Teori Disengagement (Penarikan Diri)

Teori ini menggambarkan penarikan diri ole lansia dari peran masyarakat dan
tanggung jawabnya. Lansia akan dikatakan bahagia apabila kontak sosial telah
berkurang dan tanggungjawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda.
Manfaat dari pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar dapat menyediakan
eaktu untuk mengrefleksi kembali pencapaian yang telah dialami dan untuk
menghadapi harapan yang belum dicapai.

d. Teori Aktivitas

Teori ini berpendapat apabila seorang lansia menuju penuaan yang sukses maka
ia harus tetap beraktivitas.kesempatan untuk turut berperan dengan cara yang penuh
arti bagi kehidupan seseorang yang penting bagi dirinya adalah suatu komponen
kesejahteraan yang penting bagi lansia. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya
fungsi peran lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup, dan aktivitas
mental serta fisik yang berkesinambungan akan memelihara kesehatan sepanjang
kehidupan.

e. Teori Kontinuitas

Teori kontinuitas mencoba menjelaskan mengenai kemungkinan kelanjutan dari


perilaku yang sering dilakukan klien pada usia dewasa. Perilaku hidup yang
membahayakan kesehatan dapat berlangsung hingga usia lanjut dan akan semakin
menurunkan kualitas hidup.

f. Teori Subkultur

Lansia, sebagai suatu kelompok, memiliki norma mereka sendiri, harapan,


keyakinan, dan kebiasaan; karena itu, mereka telah memiliki subkultur mereka
sendiri. Teori ini juga menyatakan bahwa orang tua kurang terintegrasi secara baik
dalam masyarakat yang lebih luas dan berinteraksi lebih baik di antara lansia
lainnya bila dibandingkan dengan orang dari kelompok usia berbeda. Salah satu
hasil dari subkultur usia akan menjadi pengembangan "kesadaran kelompok umur"
25
yang akan berfungsi untuk meningkatkan citra diri orang tua dan mengubah definisi
budaya negatif dari penuaan.

3. Teori Psikologis

Teori psikologis merupakan teori yang luas dalam berbagai lingkup karena
penuaan psikologis dipengaruhi oleh faktor biologis dan sosial, dan juga
melibatkan penggunaan kapasitas adaptif untuk melaksanakan kontrol perilaku atau
regulasi diri.

Teori Kebutuhan Manusia

Banyak teori psikologis yang memberi konsep motivasi dan kebutuhan


manusia. Teori Maslow merupakan salah satu contoh yang diberikan pada lansia.
Setiap manusia yang berada pada level pertama akan mengambil prioritas untuk
mencapai

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN PASIEN KATARAK

A.DEFINISI

- Katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang

menghalangi sinar masuk ke dalam mata.

- Katarak adalah : Perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dari tembus

cahaya menjadi keruh. Penyakit ini menyebabkan penderita tidak bisa melihat

dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan

akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina (menurut dr.Setiyo Budi

Riyanto, SpM)

- Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang mengakibatkan lensa mata

berselaput dan rabun. (menurut, Prof Suharjo)


25
B.ETIOLOGI

Menurut Ilyas (2005)

1. Faktor genetik ( faktor keturunan)

2. Umur (> 60 tahun) atau faktor imunologis (dengan bertambahnya

usiaakan bertambah cacat imunologik yangg mengakibatkan kerusakan sel)

3. Penyakit mata lain (uveitis)

4. Penyakit sistemik (DM)

5. Catat bawaan sejak lahir

6. A free radical (terkena radiasi terus menerus dalam waktu yang lama)

7. Rokok dan alkohol

8. Operasi mata sebelumnya

C. KLASIFIKASI

Stadium pada katarak senil :

1. Stadium awal (insipien). Pada stadium awal (katarak insipien) kekeruhan lensa

mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa.
25
Pada saat ini seringkali penderitanya tidak merasakan keluhan atau gangguan pada

penglihatannya, sehingga cenderung diabaikan. Kekeruhan mulai dari tepi ekuator

berbentuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior ( katarak kortikal ). Vakuol

mulai terlihat di dalam korteks. Katarak sub kapsular posterior, kekeruhan mulai

terlihat anterior subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan dan

korteks berisi jaringan degenerative(benda morgagni)pada katarak insipient

kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang tidak

sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk waktu

yang lama. (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).

2. Stadium imatur. Pada stadium yang lebih lanjut, terjadi kekeruhan yang lebih tebal

tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapat bagian-

bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi kortek yang

mengakibatkan lensa menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa akan

mmberikan perubahan indeks refraksi dimana mata akan menjadi mioptik.

Kecembungan ini akan mengakibatkan pendorongan iris kedepan sehingga bilik

mata depan akan lebih sempit.( (Ilyas, Sidarta : Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).

3. Stadium matur. Bila proses degenerasi berjalan terus maka akan terjadi pengeluaran

air bersama-sama hasil desintegrasi melalui kapsul. Didalam stadium ini lensa akan

berukuran normal. Iris tidak terdorong ke depan dan bilik mata depan akan

mempunyai kedalaman normal kembali. Kadang pada stadium ini terlihat lensa

berwarna sangat putih akibatperkapuran menyeluruh karena deposit kalsium ( Ca ).

Bila dilakukan uji bayangan iris akan terlihat negatif. ( Ilyas, Sidarta : Katarak

Lensa Mata Keruh, ed. 2,)

4. Stadium hipermatur. Katarak yang terjadi akibatkorteks yang mencair sehingga

masa lensa ini dapat keluar melalui kapsul. Akibat pencairan korteks ini maka

nukleus "tenggelam" kearah bawah (jam 6)(katarak morgagni). Lensa akan


25
mengeriput. Akibat masa lensa yang keluar kedalam bilik mata depan maka dapat

timbul penyulit berupa uveitis fakotoksik atau galukoma fakolitik (Ilyas, Sidarta :

Katarak Lensa Mata Keruh, ed. 2,).

Tabel 1.1 Perbedaan karakteristik Katarak (Ilyas, 2001)

Insipien Imatur Matur Hipermatur


Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata depan Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Shadow test (-) (+) (-) +/-
Visus (+) < << <<<
Penyulit (-) Glaukoma (-) Uveitis+glaukoma

Klasifikasi katarak berdasarkan lokasi terjadinya:

1. Katarak Inti (Nuclear)

Merupakan yang paling banyak terjadi. Lokasinya terletak pada nukleus atau

bagian tengah dari lensa. Biasanya karena proses penuaan.

2. Katarak Kortikal.

Katarak kortikal ini biasanya terjadi pada korteks. Mulai dengan kekeruhan putih

mulai dari tepi lensa dan berjalan ketengah sehingga mengganggu penglihatan.

Banyak pada penderita DM

3. Katarak Subkapsular.

Mulai dengan kekeruhan kecil dibawah kapsul lensa, tepat pada lajur jalan sinar

masuk. DM, renitis pigmentosa dan pemakaian kortikosteroid dalam jangka waktu
25
yang lama dapat mencetuskan kelainan ini. Biasanya dapat terlihat pada kedua

mata.

D. PATOFLOW TERLAMPIR

E. MANIFESTASI KLINIS

Katarak di diagnosis terutama dengan gejala subjektif. biasanya pasien


melaporkan penurunan ketajaman penglihatan seperti silau dan ganngguan
fungsional sampai derajat tertentu yang diakibatkan karena kehilangan penglihatan
tadi. Temuan objektif biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan
pada pupil sehingga retina tidak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa
sudah menjadi opak, cahaya akan di pendarkan dan bukannya di intransmisikan
dengan yang tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan kabur atau redup,menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi
bayangan dan susah melihat di malam hari. Pupil,yang normalnya hitam, akan
tampak kekuningan, abu-abu atau putih. Katarak biasanya terjadi bertahap selama
bertahun- tahun dan ketika katarak sudah sangat memburuk lensa koreksi yang
lebih kuatpun tak akan mampu memperbaiki penglihatan. Orang dengan katarak
secara khas selalu mengembangkan strategi untuk menghindari silau yang
menjengkelkan yang disebabkan oleh cahaya yang salah arah. Misalnya,ada yang
mengatur ulang perabot rumahnya sehingga sinar tidak akan langsung menyinari
mata mereka. Ada yang menggunakan topi berkelopak lebar atau kacamata hitam
dan menurunkan pelindung cahaya saat mengendarai mobil pada siang hari.

Menurut GOI dan Medicastore (2009)


25
1. Penglihatan tidak jelas seperti terdapat kabut yang menghalangi objek.

2. Dapat terjadi penglihatan ganda pada satu mata

3. Memerlukan pencahayaan yang baik untuk dapat membaca

4. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu

5. Pandangan menjadi kabur/ redup

6. Pupil tampak abu-abu/ putih

Sulit melihat dimalam hari

F. KOMPLIKASI

Meskipun terjadi perbaikan pengembalian kepandangan penuh yang sempurna pada


ekstraksi katarak dan implantasi, ada juga yang komplikasinya.

• Kerusakan endotel kornea

• sumbatan pupil

• gloukoma

• perdarahan

• fistula luka operasi

• edema makula sistoid

• pelepasan koroid

• uveitis dan
25
• endoftalmitis

Dapat diubah posisinya kembali dengan pemberian tetes mata dilator, diikuti
dengan pemberian posisi kepala dan diakhiri dengan tetes mata konstriktor, atau pasien
memerlukan pembedahan lagi untuk mereposisi atau mengangkat IOL.

Komplikasi yang umum terjadi pada pembedahan adalah pembentukan membran


sekunder, yang terjadi sekitar 25 %pasien dalam 3 sampai 36 bulan setelah
pembedahan. Membran yang terbentuk sering disalah artikan dengan opafikasi kapsul
posterior atau katarak sekunder. Membran ini dibentuk sebagai akibat proliferasi sisa
epitel lensa. Dapat mempengaruhi penglihatan dengan mengganggu masuknya cahaya
dan meningkatkan terjadinya disabilitas silau. Dapat dibuat lubang melalui membran
( kapsulotomi ) dengan jarum atau laser ( laser yag ) untuk mengembalikan
penglihatan. ( Brunner & Suddarth,2002 )

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG PASIEN DIRUJUK KE RUMAH SAKIT

1. EKG : memberikan data dasar’ mendeteksi ketidaknormalan

2. Sinar X dada : menunjukan ukuran jantung, ketidaknormalan paru/kondisi

penyakit, perubahan pada pembuluh darah besar dan struktur tulang.

3. Tes Ketajaman Visual : mengidentifikasi katarak/ masalh penglihatan

lainnya.

4. Tes Tonometer : mengukur tekanan intraokular

5. JDL : menunjukan masalah seperti infeksi, anemia dan ketidaknormalan

lainnya.

6. Profil kimiawi : mengevaluasi fungsi/ketidakseimbangan tubuh secara

umum.

7. Denyut Oksimetri : menentukan oksigenasi, fungsi pernafasan


25
8. Tes Skrining Penyakit Menular : TB, HIV, RPR, hepatitis

9. Skrining obat-obatan : sesuai indikasi pemakaian untuk

mengidentifikasikadar terapeutik atau toksik.

10. Urinalisis : memberikan informasi mengenai fungsi ginjal, menentukan

munculnya ISK atau DM.

H. PENATALAKSANAAN PASIEN DI RUJUK KE RUMAH SAKIT

Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil dengan pembedahan
laser. Namun, masih terus dilakukan penelitian mengenai kemajuan prosedur laser
baru yang dapat digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan
keluar melalui kanula (Pokalo, 1992).
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat
sampai ke titik di mana pasien melakukan aktivitas hidup sehari-hari, maka
penanganan biasanya konservatif. Penting dikaji efek katarak terhadap kehidupan
sehari-hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi sehari-hari; seperti berdandan,
ambulasi, aktivitas rekreasi, menyetir mobil, dan kemarapuan bekerja, sangat penting
untuk menentukan terapi mana yang paling cocok bagi masing-masing penderita.

Pembedahan diinidikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut


untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi, bila
ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kuaalitas hidup, atau bila
visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan
berbagai penyakit retina atau saraf optikus, seperti pada diabetes dan glaukoma.
Pembedahan katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada orang
berusia lebih dari 65. Masa kini, katarak paling sering diangkat dengan anestesia
lokal berdasar pasien rawat jalan, meskipun pasien perlu dirawat bila ada indikasi
medis. Keberhasilan pengembalian penglihatan yang bermanfaat dapat dicapai pada
95% pasien.

Pengambilan keputusan untuk menjalani pembedahan sangat individual


sifatnya. Dukungan finansial dan psiko-sosial dan konsekwensi pembedahan harus
25
dievaluasi, karena sangat penting untuk penatalaksanaan pasien pascaoperasi.
Kebanyakan operasi dilakukan dengan anestesia lokal (retrobulbar atau peribulbar)
yang dapat mengimobilisasi mata. Obat penghilang cemas dapat diberikan untuk
mengatasi perasaan klaustrbfobia sehubungan dengan draping bedah. Anestesi
umum diperlukan bagi yang tak bisa menerima anestesia lokal, yang tak mampu
berkerja sama dengan alasan fisik atau psikologis, atau yang tak berespons terhadap
anestesia lokal.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk pengangkatan katarak:
ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler. Indikasi intervensi bedah adalah
hilangnya penglihatan yang mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang
menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi gangguan okuler
lain, seperti retinopati diabetika.

Ekstraksi Katarak Intrakapsuler


Ekstraksi katarak intrakapsuler (ICGE, intracapsuler cataract extraction) adalah
pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula dipisahkan lensa
diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara langsung pada kapsula lentis. bedah
beku berdasar pada suhu pembekuan untuk mengangkat suatu lesi atau abnormalitas.
Instrumen bedah beku bekerja prinsip bahwa logam dingin akan melekat pada benda yang
lembab Ketika cryoprobe diletakkan secara langsung pada kapsul lentis, kapsul akan
melekat pada probe. Lensa kemudian diangkat secara lembut. Yang dahulu merupakan
cara pengangkatan katarak utama, ICCE sekarang jarang dilakukan karena tersedianya
teknik bedah yang lebih canggih

Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler


Ekstraksi katarak ekstrakapsuler (EGGE, exstracapsular cataract extraction) sekarang
merupakan teknis yang lebih disukai dan mencapai sampai 98% pembedahan katarak.
Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama pembedahan. Prosedur ini
meliputi pengambilan kapsula anterior, menekan keluar nukleus lends, dan mengisap sisa
fragraen kortikallunak menggunakan irigasi dan alat hisap. Dengan meninggalkan kapsula
posterior dapat mempertahankan arsitektur bagian posterior mata, jadi mengurangi
insidensi komplikasi yang serius.
25
Fakoemulsifikasi merupakan penemuan terbaru pada ekstraksi ekstrakapsuler.
Cara ini memungkinkan pengambilan lensa melalui insisi yang lebih kecil dengan
menggunakan alat ultfason frekwensi tinggi untuk memecah nukleus dan korteks lensa
menjadi partikel kecil yang kemudian diaspirasi melalui alat yang sama yang juga
memberikan irigasi kontinus. Teknik ini memerlukan waktu penyenabuhan yang lebih
pendek dan penurunan insidensi astigmatisme pascapperasi. Kedua teknik irigasiaspirasi
dan fakoemulsifikasi dapat mempertahankan Kapsula posterior, yang nantinya, digunakan
untuk penyangga IOL. Ekstraksi katarak dan implantasi IOL dapat dilakukan bersama
dengan transplantasi kornea atau pembedahan untuk glaukoma.
Pengangkatan Lensa. Karena lensa kristalina bertanggung jawab terhadap sepertiga
kekuatan fokus mata, maka, bila lensa diangkat, pasien memerlukan koreksi optikal.
Koreksi ini dapat dilakukan dengan salah satu dari tiga metode: kacamata apakia, lensa
kontak, atau impian IOL.
Kacamata apakia mampu memberikan pandangan sentral yang baik. Namun
pembesaran 25 sampai 30%, menyebabkan penurunan dan distorsi pandangan perifer, yang
menyebabkan kesulitan dalam memahami relasi spasial, membuat benda – benda nampak
jauh lebih dekat dari yang sebenarnya. Kacamata ini juga menyebabkan aberasi sferis,
mengubah garis lurus rnenjadi lengkung.
Pandangan binokuler tak dapat dilakukan kecuali kedua lensa telah angkat dari mata.
Memerlukan waktu penyesuaian yang lama sampai pasien mampu mengkoordinasikan
gerakan, memperkirakan jarak, dan berfungsi aman dengan medan pari dangan yang
terbatas. Kaca mata ipakia sangat tebal dan merepotkan dan membuat mata kelihatan
sangat besar.
Lensa koritak jauh lebih nyaman dari kaca mata apakia. Tak terjadi pembesaran
yang bermakna , (5% sampai 10%), tak terdapat aberasi sferis, tak ada penurunan lapang
pandangan dan tak ada kesalahan orientasi pasial; Lensa jenis ini memberikan rehabilitai
visual yang hampir sempurna bagi mereka yang .mampu meguasai cara memasang,
melepaskan dan merawat dan bagi mereka yang yang dapat mengenakannya dengan
nyaman. Kebanyakan lansia mengalami kemunduran keterampilan tangan, sehingga
perawatan higienetik lensa kontak harian menjadi sulit. Pada beberapa pasien, lensa jangka
panjang dapat memberikan alternatif yang beralasan, namun, lensa jangka panjang
memerlukan kunjungan berkala untuk pengelepasan dan pembersihan. Harganya juga
25
mahal dan sering harus diganti karena hilang atau sobek. Kerugian lainnya adalah
meningkatnya fisiko keratitis infeksiosa.
Implan lensa intraokuler (IOL) memberikan alternatif bagi lensa apakia yang tebal
dan berat untuk mengoreksi penglihatan pascaoperasi. Implan IOL telah menjadi pilihan
koreksi optikal karena semakin halusnya teknik bedah mikro dan kemajuan rancang
bangun IOL. IOL adalah lensa permanen plastik yang secara bedah di implantasi ke dalam
mata. Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran normal. Karena IOL
mampu menghilangkan efek optikal lensa apakia yang menjengkelkan dan ketidak
praktisan penggunaan lensa kontak, maka hampir 97% pembedahan katarak (lebih dari
seribu tiap tahun) dilakukan bersamaan dengan pemasangan IOL.
Kemajuan terkini lensa yang dapat dilipat saat pemasangan, memungkinkann
pemasangan melalui insisi yang lebih kecil yang dibuat untuk fakoemulsifikasi sementara
ukuran lensanya tetap seperti semula saat pemasangan selesai. Pemasangan lensa ini dapat
dilakukan hanya dengan "satu jahitan atau tanpa jahitan sama sekali"
Sekitar 95% OL dipasang di kamera posterior, dan yang 5 % sisanya di kamera
anterior. Lensa kamera anterior dipasarig pada pasien yang menjalani ekstraksi
iritrakapsuler atau yang kapsul posteriornya ruptur tanpa sengaja selama prosedur ekstra
kapsuler. Kombinasi ekstraksi ekstra kapsuler dan pemasangan lensa posterior lebih
disukai karena lebih tidak menimbulkan komplikasi yang membahayakan penglihatan.
Banyak pasien. yang masih memerlukan koreksi refraksi setelah pernasangan IOL untuk
pandangan dekat. Dengan adanya IOL difraktif multifokal yang canggih dapat menurunkan
kebutuhan koreksi optikal hampir pada separuh resipien, menurut laporan PDA terbaru
(Roy & Tindall, 1993).
Ada beberapa kontraindikasi pemasangan IOL, termasuk uveitis berulang, retinopati
diabetika proliferatif, dan glaukoma neovaskuler.
Komplikasi. Meskipun terjadi perbaikan pengembalian ke pandangan penuh yang
sempurna pada ekstraksi katarak dan implantasi IOL, ada juga komplikasinya. Kerusakan
endotel kornea, sumbatan pupil, glaukoma perdarahan, fistula luka operasi, edema makula
sistoid, pelepasan koroid, uveitis, dan endoftalmitis. Dapat diubah posisinya kembali
dengan pemberian tetes mata dilator, diikuti pernberian posisi pada kepala, dan diakhiri
dengan tetes mata konstriktor, atau pasien memerlukan pembedahan lagi untuk mereposisi
atau rnengangkat IOL, komplikasi yang umum terjadi pada pembedahan adalah
pembentukan membran sekunder, yang terjadi sekitar 25% pasien dalam 3 ampai 36 bulan
25
setelah pembedahan. Membran yang terbentuk sering disalahartikan dengan opasifikasi
kapsul posterior atau katarak sekunder. Membran ini terbentuk sebagai proliferasi sisa
epitel lensa dapat mempengaruhi penglihatan dengan mengganggu masuknya cahaya dan
meningkatkan terjadinya disabilitas silau. Dapat dibuat lubang melalui membran
(kapsulotomi) dengan jarum atau laser (laserYag) untuk mengembalikan penglihatan.
Pembedahan katarak biasanya dilakukan dengan dasar pasien rawat jalan. Bila pasien
menderita katarak bilateral yang memerlukan ECCE, hanya satu prosedur yang boleh
dilakukan pada saat itu. Kemudian pasien dianjurkan menunggu 6 sampai 8 minggu untuk
pembedahan kedua.
Pendidikan pasien dan pertimbangan perawatan dirumah. Setelah periode
penyembuhan pasca operasi yang singkat setelah ekstraksi katarak dan implantasi IOL,
pasien dipulangkan dengan disertai instruksi mengenai obat mata, pembersihan dan
perlindungan, tingkat dan pembatasan aktivitas, diet, pengontrolan nyeri, pemberian posisi,
janji kontrol, proses pasca operatif yang diharapkan, dan gejala yang harus dilaporkan
segera kepada ahli bedah. Sebaiknya pendidikan ini diperkuat pasca operasi dan
pengaturan perawatan dirumah harus disusun dengan baik. Pasien dianjurkan telah
menyusun cara transfortasi untuk pulang, perawatan pada sore harinya, dan transfortasi
untuk kunjungan tindaklanjut ke ahli bedah hari berikunya. Menentukan perlunya alat
bantu kesehatan dirumah sangat penting sebelum pembedahan. Pasien biasanya cepat
kembali ke aktivitas harian normal. Namun, membungkuk dan mengangkat beban berat
harus dibatasi sampai sekitar 1 minggu, bergantung jenis pembedahan yang dilakukan.
Tameng mata dipakai pada malam hari dan kacamata (kacamata hitam ketika berada diluar
rumah dengan cahaya terang) pada siang hari perlu untuk 2 minggu untuk melindungi mata
dari cedera. Perlunya perlindungan ini harus ditekankan karena kebanyakan pasien yang
menjalani pengangkatan katarak adalah manula dan beresiko jatuh, trauma tumpul pada
mata dapat menyebabkan ruptur bola mata, mengakibatkan kehilangan penglihatan. Pasien
biasanya mendapatkan resep kacamata dalam 6 sampai 8 minggu setelah pembedahan.
I. ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

DATA FOKUS

DS DO
- Klien mengatakan tersinggung bila DATA TAMBAHAN

diingatkan oleh menantunya tentang - Kemungkinan mata klien tampak


25
penglihatan dan pendengaran yang adanya kabut

sudah mulai berkurang. - Kemungkinan pupil klien terdapat

- Klien mengatakan seringkali pengembunan seperi mutiara yang

menangis dan mengadu pada berwarna keabuan.

anaknya mengenai hal itu


Tanda-Tanda Vital

DATA TAMBAHAN
- TD : 130/80 mmHg

- Kemungkinan klien mengatakan - RR : 20 x/menit

Pengelihatan tidak jelas seperti - HR : 80x/menit

ada kabut menghalangi obyek - S : 36,5oC

- Kemungkinan klien mengatakan - Kemungkinan terjadi perubahan

ketika melihat suatu objek terlihat warna pada lensa mata

bayangan pada objek tersebut. - Kemungkinan terlihat adanya noda

- Kemungkinan klien mengatakan putih disekeliling lensa.

silau pada saat melihat cahaya lampu - Kemungkinan pada pemeriksaan

- Kemungkinan klien mengatakan oftalmoskopi terdapat perdarahan

sulit melihat dimalam hari pada retina.

- Kemungkinan klien mengatakan - Kemungkinan pada pemeriksaan

seperti melihat kabut di area darah lengkap terdapat anemi

matanya sistemik.

- Kemungkinan klien mengatakan - Kemungkinan klien bertanya-tanya

pandangannya kabur kepada perawat tentang kondisinya.

- Kemungkinan klien mengatakan - Kemungkinan klien terlihat cemas

sulit berjalan di malam hari

- Kemungkinan klien mengatakan

takut dengan keadaan matanya yang


25
sekarang.

- Kemungkinan klien mengatakan

takut mengalami kebutaan

- Kemungkinan klien mengatakan

takut mengalami cacat pada bagian

mata

ANALISA DATA

DATA FOKUS MASALAH ETIOLOGI


1. DATA TAMBAHAN gangguan persepsi sensori perubahan resepsi, transmisi, dan

DS : perseptual penglihatan integrasi sensori

- Kemungkinan klien

mengatakan Pengelihatan

tidak jelas seperti

ada kabut menghalangi

obyek

- Kemungkinan klien

mengatakan ketika

melihat suatu objek

terlihat bayangan pada

objek tersebut.

- Kemungkinan klien

mengatakan silau pada

saat melihat cahaya lampu

- Kemungkinan klien

mengatakan sulit melihat

dimalam hari
25
- Kemungkinan klien

mengatakan seperti

melihat kabut di area

matanya

- Kemungkinan klien

mengatakan

pandangannya kabur

- Kemungkinan klien

mengatakan sulit berjalan

di malam hari karena sulit

melihat.

DO :
- Kemungkinan mata

klien tampak adanya kabut

- Kemungkinan pupil

klien terdapat

pengembunan seperi

mutiara yang berwarna

keabuan.

Tanda-Tanda Vital

- TD : 130/80 mmHg

- RR : 20 x/menit

- HR : 80x/menit

- S : 36,5oC

- Kemungkinan terjadi
25
perubahan warna pada

lensa mata

- Kemungkinan terlihat

adanya noda putih

disekeliling lensa.

2. DATA TAMBAHAN Ansietas takut terhadap perkembangan

DS : penyakit

- Kemungkinan klien

mengatakan takut dengan

keadaan matanya yang

sekarang.

- Kemungkinan klien

mengatakan takut

mengalami kebutaan

- Kemungkinan klien

mengatakan takut

mengalami cacat pada

bagian mata.

DO :

- Kemungkinan klien

bertanya-tanya kepada

perawat tentang

kondisinya.

- Kemungkinan klien
25
terlihat cemas

3. DATA TAMBAHAN Resiko tinggi cedera usia perkembangan fisiologis dan

DS : psikososial

- Kemungkinan klien

mengatakan Pengelihatan

tidak jelas seperti

ada kabut menghalangi

obyek.

- Kemungkinan klien

mengatakan sulit melihat

dimalam hari

- Kemungkinan klien

mengatakan ketika

melihat suatu objek

terlihat bayangan pada

objek tersebut.

- Kemungkinan klien

mengatakan seperti

melihat kabut di area

matanya

No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


1. gangguan persepsi setelah dilakukan - Pastikan akses ke
sensori perseptual tindakan penggunaan alat bantu
penglihatan b.d keperawatan
sensori seperti
25
perubahan resepsi, selama 3x24 jam kacamata
transmisi, dan integrasi diharapkan - Tingkatkan jumlah
sensori gangguan persepsi
stimuli untuk mencapai
sensori penglihatan
dapat input sensori yang

sesuai (misalnya

peningkatan interaksi

sosial, jam dinding

dengan angka-angka

yang besar).

- Kurangi jumlah

stimulus untuk

mencapai input sensori

yang sesuai (lampu

yang cukup terang,

batasi pengunjung, dan

sediakan waktu

istirahat).

- Jangan memindahkan

barang-barang didalam

kamar pasien tanpa

memberitahu pasien.

kolaborasi

- Adakan terapi okupasi


2. ansietas berhubungan setelah dilakukan - Pantau adanya tanda
dengan takut terhadap tindakan dan gejala ansietas
perkembangan keperawatan
(misalnya tanda vital,
25
penyakit selama 3x24 jam napsu makan, pola
diharapkan ansietas tidur, dan tingkat
berkurang sampai
konsentrasi)
dengan hilang
dengan - Pantau ekspresi tidak

Kriteria Hasil : ada harapan atau tidak


- Klien berdaya (misalnya “
menerima aku tidak dapat”)
kondisinya - Tentukan sumber
- Mengatakan ansietas (misalnya
tidak nyeri, malfungsi tubuh)
mencemaskan - Berikan informasi
tentang tentang penyakit dan
keadaannya prognosis klien

- Berikan kejujuran dan

jawaban langsung

terhadap pertanyaan

pasien tentang proses

perkembangan

penyakitnya.

Kolaborasi :
- Atur akses ke penasihat

spiritual sesuai dengan

yang diinginkan pasien


3. Resiko tinggi cedera setelah dilakukan - bantu pasien pada saat
berhubungan dengan tindakan ambulasi.
usia perkembangan keperawatan
- Sediakan alat bantu
fisiologis dan selama 3x24 jam
psikososial diharapkan: berjalan seperti tongkat
25
1. Resiko cedera atau walker

akan menurun, - Tempatkan bel atau

sebagaimana lampu panggil pada

termuat dalam tempat tidur.

menjadi orang - Jauhi bahaya

tua : keamanan lingkungan (misalnya

sosial dan berikan penccahayaan

perilaku yang adekuat)

kemanan : - Jangan melakukan

pencegahan jatuh perubahan yang tidak

2. Pengendelaian diperlukan

resiko akan dilingkungan fisik

ditunjukan, (misalnya, penempatan

dibuktikan oleh lebel).

indikator berikut - Yakinkan bahwa

ini (sebutkan pasien menggunakan

nilai 1-5: tidak alas kaki yang sesuai

pernah, jarang, (misalnya, hak yang

kadang-kadang, tidak tinggi, dan ttali

sering dan terikat dengan aman)

konsisten)

- pantau faktor

risiko perilaku

pribadi dan

lingkungan

- mengembangkan
25
dan mengikuti

strategi

pengendalian

resiko

- mengubah gaya

hidup untuk

mengurangi

resiko

J. ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH

1. Hidup Sehat

Setiap orang pasti berkeinginan untuk terus dapat hidup sehat dan kuat
sampai tua, untuk mencapainya ada berbagai cara yang dapat dilakukan, salah satu
caranya adalah berperilaku hidup sehat.

Sebelum membahas tentang cara hidup sehat sebaiknya terlebih dahulu


diketahui apa itu sehat. Karena banyak masyarakat yang beranggapan bahwa sehat
adalah tidak sakit secara fisik saja. Sehat adalah suatu keadaan sejahtera jiwa dan
raga juga sosialnya. Sehat adalah suatu hadiah dari menjalankan hidup sehat. Oleh
karena itu jika ingin terus menerus meningkatkan kesehatan harus menjalankan
cara-cara hidup sehat.

Cara hidup sehat adalah cara-cara yang dilakukan untuk dapat menjaga,
mempertahankan dan meningkatkan kesehatan seseorang. Adapun cara-cara
tersebut adalah:

1. Makan makanan yang bergizi dan seimbang

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa diet adalah salah satu faktor yang
mempengaruhi kesehatan seseorang. Dengan tambahnya usia seseorang,
kecepatan metabolisme tubuh cenderung turun, oleh karena itu, kebutuhan gizi
bagi para lanjut usia, perlu dipenuhi secara adekuat. Kebutuhan kalori pada lanjut
25
usia berkurang, hal ini disebabkan karena berkurangnya kalori dasar dari kegiatan
fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan tubuh
dalam keadaan istirahat, misalnya : untuk jantung, usus, pernafasan, ginjal, dan
sebagainya. Jadi kebutuhan kalori bagi lansia harus disesuaikan dengan
kebutuhannya. Petunjuk menu bagi lansia adalah sebagai berikut (Depkes, 1991):

Menu bagi lansia hendaknya mengandung zat gizi dari berbagai macam bahan
makanan yang terdiri dari zat tenaga, pembangun dan pengatur.

• Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi lansia 50% adalah hidrat arang yang

bersumber dari hidrat arang komplex (sayur – sayuranan, kacang- kacangan,

biji – bijian).

• Sebaiknya jumlah lemak dalam makanan dibatasi, terutama lemak hewani.

• Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah yang besar yang

bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah

bertahap.

• Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu non fat,

yoghurt, ikan.

• Makanan yang mengandung zat besi dalam jumlah besar, seperti kacang –

kacangan, hati, bayam, atau sayuran hijau.

• Membatasi penggunaan garam, hindari makanan yang mengandung alkohol.

• Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah.

• Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan – bahan yang

segar dan mudah dicerna.

• Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goreng – gorengan.

• Makan disesuaikan dengan kebutuhan.

2. Minum air putih 1.5 – 2 liter


25
Manusia perlu minum untuk mengganti cairan tubuh yang hilang setelah
melakukan aktivitasnya, dan minimal kita minum air putih 1,5 – 2 liter per hari.

Air sangat besar artinya bagi tubuh kita, karena air membantu menjalankan
fungsi tubuh, mencegah timbulnya berbagai penyakit di saluran kemih seperti
kencing batu, batu ginjal dan lain-lain. Air juga sebagai pelumas bagi fungsi tulang
dan engselnya, jadi bila tubuh kekurangan cairan, maka fungsi, daya tahan dan
kelenturan tulang juga berkurang, terutama tulang kaki, tangan dan lengan. Padahal
tulang adalah penopang utama bagi tubuh untuk melakukan aktivitas. Manfaat lain
dari minum air putih adalah mencegah sembelit. Untuk mengolah makanan di
dalam tubuh usus sangat membutuhkan air. Tentu saja tanpa air yang cukup kerja
usus tidak dapat maksimal , dan muncullah sembelit.

Dan air mineral atau air putih lebih baik daripada kopi, teh kental, soft
drink, minuman beralkohol, es maupun sirup. Bahkan minuman-minuman tersebut
tidak baik untuk kesehatan dan harus dihindari terutama bagi para lansia yang
mempunyai penyakit-penyakit tertentu seperti DM, darah tinggi, obesitas dan
sebagainya.

3. Olah raga teratur dan sesuai


Usia bertambah, tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan
kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat lansia
kemampuan akan turun antara 30 – 50%. Oleh karena itu, bila usia lanjut ingin
berolahraga harus memilih sesuai dengan umur kelompoknya, dengan
kemungkinan adanya penyakit. Olah raga usia lanjut perlu diberikan dengan
berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat
aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif atau bertanding.

Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan batasan diatas yaitu, jalan
kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki misalnya golf,
lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan kecil dan olah raga yang
bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan latihan otot manusia lanjut dapat
menghambat laju perubahan degeneratif.

4. Istirahat, tidur yang cukup


25
Sepertiga dari waktu dalam kehidupan manusia adalah untuk tidur. Diyakini
bahwa tidur sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan dan proses penyembuhan
penyakit, karna tidur bermanfaat untuk menyimpan energi, meningkatkan imunitas
tubuh dan mempercepat proses penyembuhan penyakit juga pada saat tidur tubuh
mereparasi bagian-bagian tubuh yang sudah aus. Umumnya orang akan merasa
segar dan sehat sesudah istirahat. Jadi istirahat dan tidur yang cukup sangat penting
untuk kesehatan.

5. Menjaga kebersihan
Yang dimaksud dengan menjaga kebersihan disini bukan hanya kebersihan
tubuh saja, melainkan juga kebersihan lingkungan, ruangan dan juga pakaian
dimana orang tersebut tinggal. Yang termasuk kebersihan tubuh adalah: mandi
minimal 2 kali sehari, mencuci tangan sebelum makan atau sesudah mengerjakan
sesuatu dengan tangan, membersihkan atau keramas minimal 1 kali seminggu, sikat
gigi setiap kali selesai makan, membersihkan kuku dan lubang-lubang ( telinga,
hidung, pusar, anus, vagina, penis ), memakai alas kaki jika keluar rumah dan
pakailah pakaian yang bersih.

Kebersihan lingkungan, dihalaman rumah, jauh dari sampah dan genangan


air. Di dalam ruangan atau rumah, bersihkan dari debu dan kotoran setiap hari,
tutupi makanan di meja makan. Pakain, sprei, gorden, karpet, seisi rumah, termasuk
kamar mandi dan WC harus dibersihkan secara periodik.

Namun perlu diingat dan disadari bahwa kondisi fisik perlu medapat
bantuan dari orang lain, tetapi bila lansia tersebut masih mampu diusahakan untuk
mandiri dan hanya diberi pengarahan.

6. Minum suplemen gizi yang diperlukan


Pada lansia akan terjadi berbagai macam kemunduran organ tubuh,
sehingga metabolisme di dalam tubuh menurun. Hal tersebut menyebabkan
pemenuhan kebutuhan sebagian zat gizi pada sebagian besar lansia tidak terpenuhi
secara adekuat. Oleh karena itu jika diperlukan, lansia dianjurkan untuk
mengkonsumsi suplemen gizi. Tapi perlu diingat dan diperhatikan pemberian
25
suplemen gizi tersebut harus dikonsultasikan dan mendapat izin dari petugas
kesehatan.

7. Memeriksa kesehatan secara teratur


Pemeriksaan kesehatan berkala dan konsultasi kesehatan merupakan kunci
keberhasilan dari upaya pemeliharaan kesehatan lansia. Walaupun tidak sedang
sakit lansia perlu memeriksakan kesehatannya secara berkala, karena dengan
pemeriksaan berkala penyakit-penyakit dapat diketahui lebih dini sehingga
pengobatanya lebih mudan dan cepat dan jika ada faktor yang beresiko
menyebabkan penyakit dapat di cegah. Ikutilan petunjuk dan saran dokter ataupun
petugas kesehatan, mudah-mudahan dapat mencapai umur yang panjang dan tetap
sehat.

8. Mental dan batin tenang dan seimbang


Untuk mencapai hidup sehat bukan hanya kesehatan fisik saja yang harus
diperhatikan, tetapi juga mental dan bathin. Cara-cara yang dapat dilakukan untuk
menjaga agar mental dan bathin tenang dan seimbang adalah:

• Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan YME dan menyerahkan diri kita

sepenuhnya kepadaNya. Hal ini akan menyebabkan jiwa dan pikiran menjadi

tenang Hindari stres, hidup yang penuh tekanan akan merusak kesehatan,

merusak tubuh dan wajahpun menjadi nampak semakin tua. Stres juga dapat

menyebabkan atau memicu berbagai penyakit seperti stroke, asma, darah

tinggi, penyakit jantung dan lain-lain.

• Tersenyum dan tertawa sangat baik, karena akan memperbaiki mental dan fisik

secara alami. Penampilan kita juga akan tampak lebih menarik dan lebih

disukai orang lain. Tertawa membantu memandang hidup dengan positif dan

juga terbukti memiliki kemampuan untuk menyembuhkan. Tertawa juga

ampuh untuk mengendalikan emosi kita yang tinggi dan juga untuk
25
melemaskan otak kita dari kelelahan. Tertawa dan senyum murah tidak perlu

membayar tapi dapat menadikan hidup ceria, bahagia, dan sehat.

9. Rekresi
Untuk menghilangkan kelelahan setelah beraktivitas selama seminggu maka
dilakukan rekreasi. Rekreasi tidak harus mahal, dapat disesuaikan denga kondisi
dan kemampuan. Rekreasi dapat dilakukan di pantai dekat rumah, taman dekat
rumah atau halaman rumah jika mempunyai halaman yang luas bersama keluarga
dan anak cucu, duduk bersantai di alam terbuka. Rekreasi dapat menyegarkan otak,
pikiran dan melemaskan otot yang telah lelah karena aktivitas sehari-hari.

10. Hubungan antar sesama yang sehat


Pertahankan hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman, karena
hidup sehat bukan hanya sehat jasmani dan rohani tetapi juga harus sehat sosial.
Dengan adanya hubungan yang baik dengan keluarga dan teman-teman dapat
membuat hidup lebih berarti yang selanjutnya akan mendorong seseorang untuk
menjaga, mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya karena ingin lebih lama
menikmati kebersamaan dengan orang-orang yang dicintai dan disayangi.

11. Back to nature (kembali ke alam)


Seperti yang telah terjadi, gaya hidup pada zaman modern ini telah
mendorong orang mengubah gaya hidupnya seperti makan makanan siap saji,
makanan kalengan, sambal botolan, minuman kaleng, buah dan sayur awetan,
jarang bergerak karena segala sesuatu atau pekerjaan dapat lebih mudah dikerjakan
dengan adanya tekhnologi yang modern seperti mencuci dengan mesin cuci,
menyapu lantai dengan mesin penyedot debu, bepergian dengan kendaran
walaupun jaraknya dekat dan bisa dilakukan dengan jalan kaki. Gaya hidup seperti
itu tidak baik untuk tubuh dan kesehatan karena tubuh kita menjadi manja, karena
kurang bergerak, tubuh jadi rusak karena makanan yang tidak sehat sehingga tubuh
menjadi lembek dan rentan penyakit.

Oleh karena itu salah satu upaya untuk hidup sehat adalah back to nature
atau kembali lebih dekat dengan alam. Kita tidak harus menjauhi tekhnologi tetapi
paling tidak kita harus menghindari bahan makanan kalengan, minuman kalengan,
25
makanan yang diawetkan, makanan siap saji dan harus lebih banyak mengkonsumsi
sayur-sayuran dan buah-buahan yang segar dan juga minum air putih.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta.

2. NANDA International. Diagnosis Keperawatan.2011. Jakarta EGC

3. Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Dengan

Intervensi NIC dan NOC. Edisi 7. Jakarta : EGC

4. Somantri, Irman. 2007. Patofisiologi Untuk Keperawatan, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta

5. Stanley, Mickey & Patricia Gauntlett Beare. 2006. Buku Ajar Keperawatan
25
Gerontik. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

6. Nugroho, Wahyudi. 2006. Keperawatan Gerontik. Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta

25

Anda mungkin juga menyukai