Anda di halaman 1dari 12

Laporan Kerja Praktek PT.

Biro Klasifikasi Indonesia


(
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Data Yang di Peroleh
a. Nama Kapal : TB. KEITARO
Pemilik : PT.RENJANI MARITIM TRANSPORTASI
Pemohon : PT.RENJANI MARITIM TRANSPORTASI
Lokasi : PT.TIMAS MERAK
Project : Propeller , Shaft propeller
DATA - DATA TEKNIS
type : Kapal Tunda
Dimension :
LOA : 31.88 M
Breadth (B) : 8.6 M
Depth (H) : 3.77 M
Material Type :
Propeller : bronze
Shaft propeller : -s/s
NDT Metodh : PT
Standard : ASME Sec.V
Acc Criteria : Rules BKI

b. Nama Kapal : KM Ibrahim Zahier


Pemilik : PT. PUSRI
Contractor : PT. Daya Radar Utama
Lokasi : PT. Daya Radar Utama
DATA - DATA TEKNIS
Type : Bulk Carrier
LOA : 114,5 Meter
Project : Crank shaft
Material Type :
Crank shaft : -c/s
NDT Metodh : MPI

Teknik Mesin - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 38


Laporan Kerja Praktek PT. Biro Klasifikasi Indonesia
(
Standard : ASME Sec.V
Acc Criteria : Rules BKI

4.2 Persiapan Alat dan Bahan

Operator menyiakan semua peralatan yang akan dibawa dan


melakukan pengecekan Adapun alat dan bahan yang akan dibawa adalah
sebagai berikut :
untuk Penetrant Test yang di siapkan adalah

1. SKLSP 1 cairan penetrant


2. SKCS solvent removal
3. SKDS 2 developer
4. Sikat kawat
5. Chiping
6. Majun
7. Palu

Sedangkan untuk Magnetic Particle Inspection

1. Yoke
2. WCP-2 AEROSOL
3. Serbuk magnet 7HF AEROSOL
4. Majun

4.3 Hasil Inspeksi Dengan Metode Pengujian Tidak Merusak

Pada propeller , shaft propeller,dan crank shaft pemeriksaan di


lakukan dalam Keadaan habis di gunakan / Tidak baru , inspeksi dilakukan
dengan metode NDT (Non Destructive Test) sebagai berikut :
1. Penetrant test
Liquid penetrant test atau bisa disebut dye penetrant adalah salah
satu metode pengujian tidak merusak yang mampu mendeteksi
cacat terbuka pada permukaan suatu bahan atau komponen baik
logam maupun non logam, atau dapat dilakukan pada semua jenis

Teknik Mesin - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 39


Laporan Kerja Praktek PT. Biro Klasifikasi Indonesia
(
bahan, asal permukaannya tidak menyerap cairan penetrant
tersebut, seperti keramik dan plastik fiber.

Gambar 4.1 Peralatan untuk Penetrant test


Keterangan alat yang digunakan :
a. SKLSP 1 cairan penetrant
b. SKCS solvent removal
c. SKDS 2 developer
d. Sikat kawat
e. Chiping
f. Majun
g. Palu

Prinsip dasar uji penetran adalah sifat kapilaritas. Bila celah yang sangat
sempit diberi cairan. Maka celah tersebut akan mampu menyedot cairan sehingga
celah akan berisi cairan. Cairan yang ada di dalam celah akan dapat disedot ke
luar ke permukaan bila ujung celah diberi developer yang daya kapilaritasnya
lebih kuat. Cairan yang disedot oleh developer di ujung celah akan memberikan
indikasi bahwa di tempat tersebut terdapat celah.
Uji cairan penetran dilakasanakan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Permukaan benda uji dibersihkan dengan kain lap ( Pre-cleaning ) untuk


menghilangkan kotoran seperti debu, cat, minyak, lumpur, atau gemuk.
Untuk shaft propeller bagian yang di bersihkan adalah bagian ujung depan
dan belakang dari poros yaitu permukaan konus , lubang spie, dan
sepertiga panjang tirus dari bagian ujung yang lebih besar. Sedangakan
untuk propeller daerah yang di bersihkan adalah pada semua permukaan
propeller

Teknik Mesin - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 40


Laporan Kerja Praktek PT. Biro Klasifikasi Indonesia
(

2. Permukaan benda uji disemprotkan cairan pembersih / Cleaner ( Cleaner


tidak berwarna / bening ) lalu dibersihkan dengan kain lap sampai semua
permukaan benda uji bersih terutama daerah didalam cekungan tempat key
/ keyway, dan permukaan propeller.

3. Jika cairan Cleaner sudah mengering, selanjutnya dilakukan proses


aplikasi penetrant dengan menyemprotkan cairan Penetrant ( Penetrant
biasanya berwarna merah ) keseluruh permukaan bagian-bagian yang di
uji sehingga permukaannya tertutup semua.

(a)

(b)
Gambar 4.2 (a) penyemprotan cairan Penetrant pada propeller, (b) penyemprotan
cairan Penetrant pada shaft propeller

4. Diamkan beberapa menit. Sampai cairan penetrant masuk kedalam


celah yang terindikasi crack/ porosity, umumnya 5 sampai 15 menit
tergantung suhu udara pada saat itu, dan suhu benda uji tidak boleh
lebih dari 50 °C.

Teknik Mesin - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 41


Laporan Kerja Praktek PT. Biro Klasifikasi Indonesia
(
5. Selanjutnya bagian shaft propeller dan propeller yang sudah diberi
Penetrant dibersihkan dengan kain lap untuk menghilangkan Penetrant
tersebut.

6. selanjutnya semprotkan bubuk Developer (Developer berwarna putih)


ke bagian yang diuji dari shaft propeller dan propeller.

(a) (b)
Gambar 4.3 (a) penyemprotan bubuk developer pada propeller, (b) penyemprotan
bubuk developer pada shaft propeller

7. Hasil pengujian akan tampak. Bila ada keretakan akan timbul bercak
berwarna merah pada permukaan Developer yang putih. Batas waktu
inspeksi adalah 5 sampai 20 menit, ini untuk menghindari kesalahan
indikasi

Berikut ini adalah hasil pengujian dengan mengggunakan Penetrant test pada
propeller dan shaft propeller :

(a)

Teknik Mesin - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 42


Laporan Kerja Praktek PT. Biro Klasifikasi Indonesia
(

(b)

Gambar 4.4 (a) Hasil inspection pada propeller dan shaft propeller, (b) indikasi
crack dan porosity pada propeller
Setelah diuji dengan penetran test didapatkan hasil :
- pada propeller terdapat crack dan porosity. pada shaft
propeller tidak terdapat cacat/crack.

2. Magnetic Particle Inspection


Inspeksi partikel magnetik (MPI) adalah pengujian non-destruktif (NDT)
proses untuk mendeteksi diskontinuitas permukaan dan bawah permukaan pada
material besi. dengan meggunakan prinsip dasar magnet .

Gambar 4.5 Peralatan untuk MPI

Teknik Mesin - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 43


Laporan Kerja Praktek PT. Biro Klasifikasi Indonesia
(
Keterangan alat yang digunakan :
a. Yoke
b. WCP-2 AEROSOL
c. Serbuk magnet 7HF AEROSOL
d. Majun
Prinsip kerja dari Magnetic Particle Inspection ( MPI ) adalah dengan
memagnetisasi benda yang di inspeksi yaidu dengan cara mengalirkan arus listrik
dalam bahan yangg di inspeksi. Ketika terdapat cacat peda benda uji maka arah
medan magnet akan berbelok sehingga terjadi kebocoran dalam flux magnetic.
Bocoran flux magnetic akan menarik butir-butir ferromagnetic di permukaan
sehingga lokasi cacat dapat di tunjukan.

Tahapan pengujian MPI Wet visible sebagai berikut :

1. Cleaning
Kondisi permukaan harus di perhatikan, permukaan harus kering dan
bersih dari segala macam kotoran yang kiranya dapat mengganggu
proses inspeksi seperti karat, oli/gemuk, debu dll.
2. Apply WCP-2
Setelah permukaan dipastikan bersih dan keringg maka dilakukan
penymprotan WCP 2 secara merata. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan mendeteksi adanya cacat. Karena warna dari WCP 2
lebih kontras dari pada serbuk ferromagnetik.

Gambar 4.6 apply WCP

Teknik Mesin - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 44


Laporan Kerja Praktek PT. Biro Klasifikasi Indonesia
(
3. Apply AC/DC yoke
Nyalakan AC/DC yoke, lalu benda kerja mulai di magnetisasi,
magnetisasi benda uji dimaksudkan agar benda uji dapat menarik
serbuk ferromagnetik yang nantinya serbuk ferromagnetik tersebut
akan mendeteksi adanya cacat pada benda uji tersebut.

Gambar 4.7 apply AC/DC yoke

4. Aplikasi serbuk magnet


Aplikasi serbuk magnet disesuaikan dengan keadaan permukaan pada
benda uji. Serbuk magnet yang digunakan adalah type basah.

Gambar 4.8 penyemprotan serbuk magnet

Teknik Mesin - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 45


Laporan Kerja Praktek PT. Biro Klasifikasi Indonesia
(
5. Inspection
Dimaksudkan untuk meneliti bentuk cacat yang terdapat pada benda
uji. Selain itu juga dari hasil pengevalusian kita akan dapat
menentukan apakah benda uji harus di perbaiki atau tidak.

Gambar 4.9 inspection crank shaft

Berikut ini adalah hasil pengujian MPI :

Gambar 4.10 Pengujian Crank shaft dengan metode MPI


Setelah diuji MPI didapatkan hasil :
- Tidak terdapat crack/cacat pada crank shaft.

4.4 Diagram Ishikawa


Diagram Ishikawa (disebut juga diagram tulang ikan, atau cause-and-
effect matrix) adalah diagram yang menunjukkan penyebab-penyebab dari sebuah
even yang spesifik. Diagram ini pertama kali diperkenalkan oleh Kaoru
Ishikawa (1968). Pemakaian diagram Ishikawa yang paling umum adalah untuk

Teknik Mesin - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 46


Laporan Kerja Praktek PT. Biro Klasifikasi Indonesia
(
mencegah defek serta mengembangkan kualitas produk. Diagram Ishikawa dapat
membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang signifikan memberi efek terhadap
sebuah even.

Gambar 4.11 Hasil Inspection propeller


Permasalahan yang terjadi pada pembahasan di atas adalah crack dan
porosity . Maka untuk melihat akar - akar penyebab masalah ini dapat dibuat
diagram Ishikawa sehingga masalah yang sering muncul ini bisa di urai solusinya.

Gambar 4.12 Diagram Ishikawa

Teknik Mesin - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 47


Laporan Kerja Praktek PT. Biro Klasifikasi Indonesia
(
Tabel 4.1. Kemungkinan Penyebab Crack dan porosity pada propeller
Aspek Kemungkinan penyebab Korelasi

Lingkungan Air Laut Kondisi lingkungan


sendiri sangat
berpengaruh terhadap
propeller , salah
satunya air laut, air
laut memiliki kadar
garam yang dapat
menyebabkan
propeller porosity dan
karat .

Material Material Produk Material produk tidak


sesuai dengan standar.
Machine Putaran Mesin Baling-baling kapal
berputar dengan
tekanan yang lebih
besar dari yang dapat
ditahannya. Tekanan
yang berulang ini
dapat menyebabkan
kerusakan fisik secara
mikrokospik terhadap
materialnya
Metode Tidak ada SOP Tidak adanya SOP
tentang perawatan
propeller, yang
mengakibatkan
perawatan propeller
yang kurang maksimal

Teknik Mesin - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 48


Laporan Kerja Praktek PT. Biro Klasifikasi Indonesia
(
Manusia Pengetahuan Terbatas Pengetahuan Terbatas
mengenai propeller ,
mengakibatkan tentang
tanda-tanda kerusakan
pada propeller.

4.5 Langkah Perbaikan Dan Pencegahan


4.5.1 Langkah Perbaikan
Adapun langkah perbaikan pada bagian propeller, yang telah
mengalami kerusakan adalah sebagai berikut :
1. membersihkan daun propeller
2. Lakukan penambahan bahan (sesuai material propeller) dengan las
Pada bagian-bagian propeller yang mengalami crack , dan porosity.
3. Setelah dilakukan penambahan bahan , selanjunya digerinda dan
dihaluskan permukaan daun propeller hingga sesuai dengan kondisi
awal dengan bentuk dan ketebalan yang sama.
4. Langkah terakhir adalah balancing propeller

4.5.2 Langkah Pencegahan


Adapun langkah pencegahannya sebagai berikut :
1. Menggunakan produk propeller yang sesuai standar prosedur.
2. Melakukan perawatan secara teratur.
3. Me-monitoring propeller apakah masih berfungsi dengan baik atau
tidak.

Teknik Mesin - Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 49

Anda mungkin juga menyukai