Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PT137. ILMU REPRODUKSI TERNAK

“PROSES REPRODUKSI SEKSUAL PADA TERNAK”

OLEH :

FADHLI FAJRI
1610621010
PARALEL : 02

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
KAMPUS II PAYAKUMBUH
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat dan hidayahNya sehingga saya dapat merampungkan makalah perorangan ini.

Penulisan dan pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas


perorangan mata kuliah Ilmu Reproduksi Ternak oleh Bapak Dr.Ir.H.Jaswandi,MS.
Adapun yang saya bahas dalam makalah ini mengenai “PROSES REPRODUKSI
SEKSUAL PADA TERNAK”

Penyusunan makalah ini tidak berniat untuk mengubah materi yang sudah
tersusun. Namun, hanya untuk pendekatan pada studi banding atau membandingkan
beberapa materi yang sama dari berbagai referensi,dan semoga bisa memberi
tambahan pengetahuan pada hal yang terkait dengan Proses Reproduksi Seksual Pada
Ternak.

Penyampaian pembandingan materi dari referensi yang satu dengan yang


lainnya akan menyatu dalam satu makalah saya. Sehingga tidak ada menyalahi makna
dari buku aslinya dan beberapa sumber lainnya.

Saya ucapkan terima kasih kepada rekan – rekan dan nara sumber lainnya yang
telah ikut berpartisipasi membantu saya, sehingga makalah perorangan ini dapat
terselesaikan.

Penyusun,

FADHLI FAJRI

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………………………2

Daftar Isi ……………………………………………………………………...………………….3

Bab I Pendahuluan

1.1.Latar Belakang ………………………………………………………..……………………4

1.2.Rumusan Masalah ………..................………………………………………..……….....5

1.3.Tujuan …………………………...…………………………………………………………..5

Bab II Pembahasan

2.1.Organ Reproduksi Pada Ternak ………………………………………………………….6

2.2.Pembentukan Gamet …………………………………………………………………….12

2.3.Siklus Reproduksi ………………………………………………………………………...14

2.4.Fertilisasi …………………………………………………………………………………..18

2.5.Perkembangan Embrio …………………………………………………………………..21

2.6.Kebuntingan ………………………………………………………………………………22

2.7.Kelahiran …………………………………………………………………………………..25

Bab III Penutup

3.1.Kesimpulan ………………………………………………………….…..........................27

Daftar Pustaka ……………………………………...…………………………………………28

3
I.PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Reproduksi merupakan salah satu ciri dari makhluk hidup, disamping ciri-ciri lain
seperti; respirasi, transportasi, pencernaan, ekskresi, koordinasi, dan iritabilitas. Setiap
makhluk hidup memiliki kemampuan untuk melakukan reproduksi atau proses
perkembangbiakan. Secara umum reproduksi pada makhluk hidup dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu reproduksi seksual (secara perkawinan) dan reproduksi
aseksual (tanpa perkawinan).
Pada reproduksi seksual mengunakan alat/organ seksual berupa sel kelamin
jantan dan sel kelamin betina, sedangkan pada reproduksi aseksual, tidak
menggunakan alat/organ seksual, sehingga proses perkembanganbiakan
menggunakan organ tubuh, seperti akar dan batang pada tumbuhan.
Reproduksi seksual disebut juga perkembangbiakan secara generative,
sedangkan reproduksi aseksual disebut juga perkembangbiakan secara vegetative.
Reproduksi seksual umumnya dilakukan oleh hewan tingkat tinggi dan sebagian
tunbuhan. Sedangkan reproduksi aseksual umum dilakukan hewan tingkat rendah dan
sebagian tumbuhan.
Secara umum, proses reproduksi seksual melibatkan dua hal yakni, sel telur atau
yang biasa disebut dengan ovum dan sel mani atau yang biasanya disebut dengan
sperma. Ovum sendiri dihasilkan olah ternak betina melalui proses ovulasi setelah
melalui beberapa tahap perkembangan folikel (secara umum disebut dengan proses
oogenesis yakni proses pembentukan sel telur atau ovum), sedangkan sperma
diproduksi oleh ternak jantan melalui proses spermatogenesis (proses pembentukan sel
gamet jantan atau sperma yang terjadi di dalam testis tepatnya pada tubulus
seminiferus).
Makalah ini membahas lebih rinci tentang proses reproduksi seksual pada
ternak, yang meliputi organ reproduksi,pembentukan gamet jantan betina,siklus
reproduksi,fertilisasi,perkembangan embrio dan kebuntingan serta kelahiran.

4
1.2.Rumusan Masalah
Dalam makalah ini, ada beberapa materi yang harus dirumuskan atau dijelaskan
yaitu :
1.Apakah organ reproduksi pada ternak ?
2.Bagaimana proses pembentukan gamet jantan dan betina ?
3.Bagaimana siklus reproduksi pada ternak ?
4.Bagaimanaa proses fertilisasi pada ternak ?
5.Bagaimana proses perkembangan embrio pada ternak ?
6.Bagaimana proses kebuntingan pada ternak ?
7.Bagaimana proses kelahiran pada ternak ?

1.3.Tujuan
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis dapat memahami tujuan dari
penyusunan makalah ini yaitu :
1.Untuk mengetahui organ reproduksi pada ternak
2.Untuk mengetahui proses pembentukan gamet jantan dan betina
3.Untuk mengetahui siklus reproduksi pada ternak
4.Untuk mengetahui proses fertilisasi pada ternak
5.Untuk mengetahui proses perkembangan embrio pada ternak
6.Untuk mengetahui proses kebuntingan pada ternak
7.Untuk mengetahui proses kelahiran pada ternak

5
II.PEMBAHASAN
2.1.Organ Reproduksi Pada Ternak
2.1.1.Organ Reproduksi Jantan
Alat reproduksi ternak jantan terdiri atas gonad jantan yang disebut testes
(terdapat sepasang), saluran reproduksi yang terdiri atas epididymis, vas deferens yang
masing-masing adalah spasang kemudian menyatu pada saluran yang dinamakan
uretra sampai ke ujung penis, dan alat reproduksi bagian luar yang terdiri atas penis
dengan pelindungnya yang disebut praeputium dan kantong skrotum. Pada organ
rerpoduksi jantan juga terdapat kelenjar pelengkap (glandula assesor) yang berperan
sangat penting dalam menentukan kualitas spermatozoa yaitu kelenjar vesikularis
(Glandulae vesicularis), kelenjar prostat dan kelenjar cowper’s ( Cowper’s gland atau
glandulae bulbourethralis) yang semua kelenjar tersebut jumlahnya masing-masing ada
sepasang.
1.TESTIS
Testes adalah organ reproduksi primer pada hewan / ternak jantan yang
berfungsi sebagai penghasil benih (spermatozoa) dan sekaligus sebagai penghasil
hormon jantan (Testosteron). Karena menghasilkan sel, testes ini disebut memiliki
fungsi cytogenik dan sebagai pengahasil hormon disebut kelenjar endokrin. Testes ini
jumlahnya sepasang yaitu bagian kanan dan kiri.
Testis terdiri atas 3 jaringan,yaitu sebagai berikut :
1. Tubulus seminiferus. Epitel tubulus terdiri dari dua macam sel yang berbeda, yaitu :
a. Sel sertoli adalah berbentuk panjang dan kadang-kadang seperti piramid.
b. Sel germinatif yang akan mengalami perubahan selama proses spermatogenesis,
sebelum pembuahan (fertilisasi).
2.Sel Stroma
3.Sel-Sel Interstitial dan sel-sel leydig

2.EPIDIDYMIS
Epididymis berasal dari bahasa latin yang arti harfiahnya adalah epi = di atas dan
didymis adalah testis). Berbentuk bulat memanjang serupa tabung yang besar di bagian
pangkalnya yang disebut kepala epididymis (caput epididymis), bagian tengah yang

6
disebut badan (corpus epididymis ) serta bagian yang melekuk dan berbatasan dengan
saluran berikutnya (vas deferens) yang disebut ekor (cauda epididymis).
Caput epididymis lebih besar dari bagian lain dari epididymis, terletak melekat di
bagian atas testes. Pada sapi jantan hidup bagian kepala epididymis tidak terlihat
karena tertutup tenunan pengikat longgar dan kulit. Jika diraba dengan jari akan terasa
bagian ini dengan jelas dapat dibedakan dengan tenunan lainnya dari epididymis
dengan konsistensi lebih kenyal. Bagian kepala ini dapat dijadikan sebagai petunjuk
yang dapat mengarahkan kita untuk menemukan saluran vas deferens untuk tujuan
vasektomi misalnya. Vas deferens letaknya di tempat yang terjauh dari bagian kepala.
Jika dibuat sayatan pada caput epididymis maka beberapa ductuli efferentis
selalu terpotong. Di bawah mikroskop ductus efferentis berbentuk seperti tabung yang
berdiameter 100 – 300 mikron. Biasanya hanya sedikit saja spermatozoa ditemukan di
dalamnya. Sel-sel epitel yang membatasi dindingnya terdiri dari dua macam sel yang
kedua-duanya berbentuk kubus yang tinggi. Kedua macam sel ini adalah sel epitel yang
bertugas sebagai penghasil cairan dan yang satunya adalah menggerakan
spermatozoa dengan cara mendorong spermatozoa dengan rambut cilia yang terdapat
pada permukaan sel-sel tersebut.
Letak sel kelenjar dengan sel rambut getar adalah berselang-seling. Sel-sel
kelenjar dapat dikenali dari isi selnya yang terdiri atas sebuah inti dan butiran – butiran
sekretoris.
Gerakan rambut silia mengarah ke jurusan badan epididymis hingga
spermatozoa cepat keluar seperti terlempar ke badan epididymis hingga terlihat di
bawah mikroskup adanya jumlah yang sedikit dari spermatozoa yang ada di dalam
ductuli efferentis. Sekali-kali rambut silia terlepas dan sel silia ini berubah menjadi sel
sekretori, sedangkan sel sekretori dapat juga berubah menjadi sel silia.
Bagian badan atau corpus epididymis atau leher terentang lurus ke bawah,
sejajar dengan jalannya vas deferens. Ukurannya lebih kecil dibanding caput
epididymis, menjalar ke bawah sampai hampir melewati testes. Sesampainya di bagian
paling bawah dari testes maka akan berbelok atau melekuk ke atas. Lipatan inilah
disebut bagian ekor atau cauda epididymis.Bagian lumen epididymis hanya dilapisi satu
macam sel rambut getar atau berambut silia tidak bergerak hingga disebut dengan

7
istilah stereo silia. Lumen epididymis cukup besar, dengan diameter 1 mm. Pada lapis
bagian luar dari ductus epididymis, di atas membran basal terdapat sel-sel urat daging
licin dan serabut ini akan menebal pada bagian ekor epididymis. Lapisan serabut urat
daging licin ini akan menjadi tebal setelah epididymis berubah menjadi saluran
reproduksi berikutnya yaitu vas deferens.
3.VAS DEFERENS
Saluran reproduksi ini terentang dari ekor epididymis sampai ke uretra. Saluran
berdinding tebal ini mengandung serabut-serabut urat daging licin dengan diameter 2
mm. Vas deferens memasuki ruang abdomen bersama-sama dengan pembuluh-
pembuluh darah dan pembuluh syaraf yang menuju ke bagian testes merupakan satu
kesatuan yang dikenal dengan sebutan funiculus spermaticus.
Vas deferens dari kedua buah testes akan berjalan ke bagian atas melalui
canalis inguinalis (celah bagian bawah) akan terus berjalan ke atas dan sesampainya di
atas kandung kencing akan terletak pada posisi berjejer dan lambat laun akan
membesar yang seterusnya bagian ini disebut ampula (ampulae ductus deferentis).
4.PENIS
Penis sapi berbentuk bulat panjang dan bertipe fibro elastis, artinya selalu dalam
keadaan agak kaku dan kenyal meskipun dalam keadaan non-ereksi. Penis terbungkus
oleh tunica fibrosa yang padat dan putih dikenal dengan nama tunica albugenia.
Penis dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian pangkal yang melekat pada fascia atau
ligamenta yang kuat dan disebut “Crus Penis”, bagian badan dimana dibagian
tengahnya melipat melingkar merupakan huruf “S” disebut “sigmoid” dan bagian ujung
penis disebut “Glans Penis”.
5.PRAEPUTIUM
Pada fase kehidupan embryologik, praeputium berasal dari kulit, tidak berasal
dari sinus urogenitalis sedangkan yang berasal dari sinus urogenitalis adalah kantong
skrotum. Praeputium merupakan pelindung penis dari pengaruh lingkungan luar dan
kekeringan. Celah praeputeium pada sapi dewasa kira-kira 5 cm caudal tali pusat,
lebarnya kira-kira dapat dimasuki 3 jari, disekitarnya ditumbuhi bulu-bulu pelindung
yang lebih panjang dari bulu kulit biasa. Uang praeputium yang berisi penis panjangnya
sampai 40 cm dengan diameter 3 – 4 cm.

8
2.1.2.Organ Reproduksi Betina
Alat kelamin betina pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian yaitu alat kelamin
dalam dan alat kelamin bagian luar. Alat kelamin dalam meliputi ovarium, tuba falopii,
kornua uteri, korpus uteri, serviks dan vagina. Sedangkan alat kelamin bagian luar
terdiri atas vulva, klitoris, vestibulum vaginae dan kelenjar vestibulae. Alat kelamin
bagian dalam, ke bagian dorsal digantung oleh beberapa alat penggantung.
Organ reproduksi primer meliputi ovarium, saluran reproduksi meliputi tuba
falopii, kornua uteri, corpus uteri, serviks dan vagina serta organ reproduksi bagian luar
meliputi clitoris dan vulva.
1.OVARIUM
Ovarium merupakan organ reproduksi primer pada hewan betina. Disebut organ
primer karena ovarium menghasilkan sel garnet betina (yaitu ovum) dan hormon
kelamin betina. Hormon kelamin yang dihasilkan oleh ovarium dibedakan dalam dua
kelompok yaitu hormon steroid dan hormon peptida. Hormon steroid terdiri dan
progesteron dan estrogen, sedangkan hormon peptida terdiri dari inhibin, activin,
relaxin, dan oxytocin.
Ovarium tersusun oleh bagianbagian medula yang terletak di dalam dan korteks
yang terletak diluamya. Komposisi bagian medula yaitu jaringan ikat fibroelastik,
jaringan syaraf dan pembuluh darah yang berhubungan dengan ligamentum
mesovarium melalui hilus. Bagian korteks berisi folikel-folikel, corpus luteum, stroma,
pembuluh darah, pembuluh limfe, dan serabut otot polos. Di bagian paling luar, ovarium
dikelilingi oleh epitel germinal dan terbungkus oleh tunica albuginea.
Folikel akan mengalami perkembangan yang prosesnya disebut folikulogenesis,
dimana dan folikel awal yang disebut folikel primer akan berkembang menjadi folikel
sekunder, kemudian folikel tertier, dan akhimya menjadi folikel graaf yang siap ovulasi.
Perkembangan folikel tersebut diatur oleh hormon yang dilepaskan oleh kelenjar
pituitaria anterior yaitu follicle stimulating hormone (FSH).
2.OVIDUCT
Oviducts disebut juga tuba falopi (fallopian tubes) secara anatomis mempunyai
hubungan yang sangat dekat dengan ovarium. Pada hewan ternak ukuran panjang

9
oviducts bervariasi, berkisar antara 20-30 cm. Oviducts terbagi ke dalam 4 segmen
dengan fungsi yang berbeda, yaitu: fimbria, infundibulum, ampulla dan isthmus.
Fimbria berbentuk seperti jari-jari, merupakan bagian ujung oviducts yang bebas
kecuali di satu titik di sudut atas ovarium, sehingga dipastikan bahwa fimbria terletak
sangat dekat dengan permukaan ovanum. Infundibulum merupakan saluran berbentuk
cerobong yang bermuara di dekat ovarium, yang kemudian membentuk bursa ovari.
Ampulla, panjangnya sekitar setengah dan panjang oviducts dengan diameter 3-5 mm,
merupakan bagian oviducts yang paling lebar. Ampulla selanjutnya bergabung dengan
isthmus. Isthmus, berdiameter lebih kecil dari ampulla yaitu 0,5-1 mm, merupakan
penghubung antara oviducts dan comua uteri. Isthmus terhubung langsung dengan
uterus, pada tempat yang disebut utero-tubal junction, sambungan tersebut pada kuda
berbentuk papila kecil.
Cairan oviducts mempunyai beberapa fungsi, meliputi kapasitasi sperma,
hiperaktivasi sperma, fertilisasi dan perkembangan awal praimplantasi. Kompisisi cairan
oviducts terdiri dari transudat serum dan hasil sekresi granula dari sel sekretorik
epithelium oviducts. Sekresi oviducts diatur oleh hormon steroid.
Kontraksi oviducts memfasilitasi pencampuran isi kandungan oviducts,
membantu menelanjangi ovum lepas dan sel cumulus, membantu proses fertilisasi
melalui peningkatan kontak antara ovum dan sperma, serta turut berperan mengatur
transport ovum. Berbeda dengan kontraksi intestinum, peristaltik oviducts tidak
ditujukan mentransfer ovum namun malah untuk sedikit menunda perjalanan ovum.
3.UTERUS
Uterus items terdiri dari 2 buah comua uteri, sebuah corpus uteri, dan cervix.
Porporsi masing-masing bagian tersebut, termasuk bentuk dan rangkaian berbeda-
beda di antara spesies. Kedua sisi uterus terhubung ke dinding pelvis dan abdomen
oleh ligamentum lata uteri.
Uterus mempunyai sejumlah fungsi. Endometrium beserta cairannya mempunyai
peranan yang utama dalam proses reproduksi meliputi:
a. Transport sperma dan tempat deposisi semen ke tempat fertilisasi di oviducts dengan
bantuan kontraksi myometrium, sedangkan endometrium berperan dalam proses
kapasitasi spermatozoa

10
b. Pengaturan fungsi corpus luteum melalui pelepasan prostaglandin

c. Inisiasi implantasi dengan menyediakan nutrisi bagi embrio,

d. Tempat terjadinya kebuntingan.

e. Proses partus melaiui kontraksi myometrium akan mendorong fetus keluar, dan
involusi uterus terjadi pasca partus untuk persiapan kebuntingan berikutnya.
4.CERVIX
Cervix merupakan organ yang sebagian besar tersusun oleh jaringan ikat fibrosa
dan hanya sebagian kecil saja jaringan otot polos. Struktur cervix seperti sphincter
(pengunci) yang mengarah ke bagian kaudal ke vagina. Ciri khas cervix adalah dinding
tebal dan lumen berkerut. Struktur cervix berbeda-beda diantara spesies, begitu juga
ukurannya. Pada ruminansia terdapat bentukan seperti cincin disebut annular ring yang
susunannya interlocking saling mengunci satu-dengan yang lain sehingga cervix
tertutup.
Fungsi cervix adalah sebagai berikut :
1. transport spermatozoa, dimana kerjanya tergantung status hormonalnya.

2. tempat penampungan dan seleksi spermatozoa, adanya lipatan mukosa membuat


spermatozoa yang tidak baik dan mati akan terperangkap, sehingga hanya
spermatozoa berkualitas baik yang bisa melanjutkan perjalanan

3. sebagai barier antara uterus dengan bagian luar untuk mencegah masuknya
mikroorganisme dan luar, melalui perubahan kekentalan mukus dan mekamsme
interlocking cincin cervix

4. berperan dalam proses partus, dimana pada saat partus cervix akan dilatasi
sehingga fetus dapat keluar.
5.VAGINA
Vagina merupakan saluran reproduksi betina di kaudal cervix, tersusun oleh
lapisan epithel,lapisan otot,dan lapisan serosa.Lapisan muskulusnya dilengkapi dengan
pembuluh darah,syaraf, sekelompok sel syaraf, serta jaringan ikat.
Selama siklus estrus, keadaan vagina berubah-ubah, namun derajat
perubahannya berbeda-beda di antara spesies. Perbedaan tersebut mungkin

11
disebabkan oleh tingkat sekresi estrogen dan progesteron yang berbeda. Oleh karena
itu pemeriksaan preparat apus vagina tidak bisa digunakan untuk mendiagnosa fase
dalam siklus estrus maupun abnormalitas hormonal.
Adapun fungsi vagina yaitu,sebagai berikut :
1. sebagai organ kopulasi

2. tempat penampungan spermatozoa sementara setelah kawin alam

3. transport spermatozoa

4. sebagai saluran pembuangan dan saluran di atasnya

5. jalan lewat fetus path saat partus

2.2.Pembentukan Gamet
Gametogenesis merupakan proses pembentukan gamet yang terjadi di dalam
gonade. Proses tersebut pada hewan jantan disebut spermatogenesis yang terjadi
didalam testis, sedang pada hewan betina disebut oogenesis yang terjadi di dalam
ovarium. Gametogenesis merupakan pembelahan pemasakan yaitu dengan
pembelahan meiosis sehingga sel kelamin yang dibentuk bersifat haploid.
2.2.1.Pembentukan Gamet Jantan (Spermatogenesis)
Pembentukan sel kelamin vertebrata maupun invertebrata mempunyai tahapan
yang sama yaitu : tingkat perbanyakan (mitosis); pertumbuhan (sintesis); pemasakan
(miosis); pengeluaran dari dalam gonade.Calon sel kelamin jantan embrional dapat
dibedakan sel lain karena ukurannya yang relatif lebih besar, bentuk epitelial dan intinya
juga lebih besar. Sintesis DNA terjadi pada stadium perbanyakan untuk membentuk inti
baru sel anakan setelah itu istirahat menunggu stimulasi hormon sampai stadium
pertumbuhan dimulai. Sintesis DNA dan RNA terjadi pada stadium pertumbuhan
sampai terbentuk spermatosit I. Ukuran sel ini yang terbesar karena kaya DNA dan
RNA. Asam nukleat ini khusus untuk dicurahkan ke dalam sel telur pada waktu
fertilisasi. Pertumbuhan berakhir pada spermatosit I, kemudian mengalami pembelahan
pemasakan menjadi spermatosit II. Pembelahan sekali lagi menjadi spermatid yang
haploid. Inti spermatid menjadi lebih padat, seolah olah tidak terjadi aktifitas
sintesis.Perkembangan berikutnya adalah spermiogenesis, merupakan perubahan

12
bentuk dari sel yang pasif menjadi sel yang dapat bergerak. Perubahan bentuk ini
dikendalikan oleh inti yang haploid. Sebagian sitoplasma dibuang ke luar sel.
Spermatozoon kaya akan mitokrondria sebagai pembangkit tenaga gerak. Protein
khusus yang disintesis selama spermiogenesis adalah tubulin yang berada dalam leher
dan filament sebagai ekornya. Kedua protein ini yang menyebabkan spermatozoon
dapat bergerak aktif. Gen yang mengendalikan sintesis protein itu didukung dalam
kromosom Y. Spermatozoon juga mensintesis enzim yang digunakan untuk melisiskan
selaput telur. Enzim itu disekresikan oleh Apparatus Golgi dan disimpan dalam
akrosoma. Enzim hialuronidase pada spermatozoon mammalia dan acrosin pada
invertebrata. Spermatogenesis terjadi di dalam testis. Pada mammalia terjadi di dalam
tubulus seminiferus. Testis vertebrata jumlahnya sepasang, besarnya berbanding
langsung dengan ukuran tubuh. Sel kelamin jantan dalam berbagai tingkat
perkembangan terdapat pada dinding tubulus seminiferus.
Spermatogonium letaknya berada di dekat membrana basalis. Dalam proses
perkembangannya, sel kelamin jantan berangsur bergerak menuju ke arah lumen.
Spermatosit I berukuran paling besar, spermatosit II lebih kecil dan spermatid paling
kecil. Spermatozoa berada dalam lumen yang sebelumnya menempel pada sel Sertoli.
Struktur spermatozoon vertebrata terdiri dari : akrosoma berisi enzim untuk melisiskan
selaput telur. Bagian kepala mengandung inti, leher mengandung sentriol, bagian
tengah mengandung mitokondria sebagai penghasil tenaga gerak dan mengandung
mikrotubule yang kontraktil. Bagian prinsipal mengandung filamen aksial dan bagian
ujung sebagai flagellum.Proses pembentukan spermatozoon meliputi 2 komponen yaitu
perkembangan inti dan sitoplasma. Perkembangan sitoplasma spermatogonium sampai
spermatosit I bertambah banyak untuk kemudian terbagi dalam pembelahan meiosis
sama besar. Sitoplasma pada perkembangan dari spermatid ke spermatozoon
sebagian besar dikeluarkan dari sel agar sel menjadi langsing dan lincah.
2.2.2.Pembentukan Gamet Betina (Oogenesis)
Oogenesis terjadi dalam ovarium. Kebanyakan ovarium vertebrata sepasang,
kecuali bangsa burung (Aves) hanya satu yang berkembang. Pada dasarnya ovarium
terdiri dari bagian korteks berisi sel telur dan bagian medulla berisi jaringan ikat. Ukuran

13
ovarium tergantung dari jumlah telur yang diproduksi. Pada mammalia sangat kecil,
pada vertebrata rendah relatif besar dan telur yang dibentuk jumlahnya cukup besar.
Sel telur vertebrata dalam ovarium mengalami perkembangan dari oogonium
sampai oosit I. Tingkat pembelahan meiosis terjadi di luar ovarium. Bahkan pada
spesies tertentu,pembelahan meiosis diselesaikan setelah spermatozoon masuk telur.
Sel telur dipersiapkan untuk kelangsungan hidup dari induk ke perkembangan awal,
oleh karena itu dilengkapi dengan cadangan sumber energi yaitu Vitellus (yolk). Yolk
terdiri dari protein, lipid dan karbohidrat. Enzim atau prekusornya juga dipersiapkan
untuk proses metabolisme dalam perkembangan zygot.
Yang terlibat dalam proses perkembangan sel telur yaitu sel folikel (sel nutrisi),
inti (vesicula germinativa) berisi gen sebagai pengkomando terjadinya sintesis vitellus.
Bioplasma sebagai substansi hidup dan deutoplasma sebagai bahan baku sumber
energi. Antara inti dan ooplasma berhubungan timbal balik dalam proses pembentukan
vitellus. Calon sel kelamin yang embrional belum dapat dibedakan antara yang jantan
dan betina yaitu sebagai gonosit. Setelah deferensiasi, calon sel telur berukuran lebih
besar, baik inti maupun ukuran selnya. Inti sel telur disebut vesicula germinativa, relatif
besar karena kegiatan sintesis jauh lebih besar dari sel manapun.
Sintesis DNA pada stadium perbanyakan dipersiapkan untuk pembentukan inti
baru pada anakan sel. Pada akhirnya stadium perbanyakan, sintesis terhenti dalam
stadium istirahat sampai tahap pertumbuhan dimulai karena pengaruh hormon yang
merangsang pertumbuhan sel telur.
2.3.Siklus Reproduksi
Siklus reproduksi adalah serangkaian kegiatan biologik kelamin yang
berlangsung secara periodik hingga terlahir generasi baru dari suatu makhluk hidup.
Jika siklus reproduksi dari suatu makhluk terputus maka kehadiran makhluk tersebut di
dunia menjadi terancam (Adnyana, 2012).
2.3.1.Pubertas
Hewan jantan dan betina secara teknis dikatakan mencapai pubertas jika telah
mampu menghasilkan gamet dan menunjukkan perilaku sebagai manifestasi
karakteristik seksual. Pubertas pada dasarnya merupakan hasil pengaruh yang

14
berlangsung berangsur antara peningkatan aktifitas gonadotropin dan kemampuan
gonad untuk secara simultan mengatur steroidogenesis dan gametogenesis.
Pada kondisi normal, pubertas akan tercapai sekitar 3-4 bulan pada kelinci, 6-7
bulan pada kambing, domba dan babi, 12 bulan pada sapi, 15-18 bulan pada kuda, 16-
24 minggu pada ayam jantan, 18-20 minggu pada ayam betina, 6-7 minggu pada puyuh
jantan dan 5-7 minggu pada puyuh betina. Pada hewan selain yang sudah disebutkan,
tentunya umur pubertas akan berlain-lainan.
Usia tercapainya pubertas lebih erat hubungannya dengan berat tubuh
disbanding dengan umur. Pada sapi perah, pubertas tercapai saat mencapai 30-40 %
berat dewasa, sapi potong 45-55 % berat dewasa dan lain-lain spesies akan memiliki
berat pencapaian pubertas yang berbeda.
Kandungan nutrisi makanan berpengaruh pada usia tercapainya pubertas. Jika
pertumbuhan dipercepat dengan overfeeding, hewan akan mencapai pubertas pada
umur yang lebih muda, sebaliknya jika pertumbuhan diperlambat dengan underfeeding,
maka pubertas akan terlambat atau tertunda.
2.3.2.Siklus Birahi
Hewan betina pada umumnya memiliki waktu tertentu dimana ia mau dan bersedia
menerima pejantan untuk aktifitas kopulasi. Waktu tersebut dikenal sebagai masa birahi
(estrus). Estrus datang secara siklis atau periodik, berlangsung selama waktu tertentu
tergantung pada jenis hewannya. Interval antara timbulnya satu periode birahi ke
permulaan periode birahi berikutnya dikenal sebagai satu siklus birahi.Interval-interval
ini disertai suatu seri perubahan-perubahan fisiologik di dalam saluran kelamin betina.
Untuk domba diketahui bahwa jika alat reproduksi belum disensitifkan oleh
progesteron, estrogen (hormon birahi) tidak mendapat tanggapan apa dari alat
reproduksi tersebut. Karena itu ada fenomena pada domba iklim sedang yang disebut
silent heat atau birahi tenang. Berahi tenang ini menghasilkan ovulasi, tetapi birahi itu
sendiri tidak terlihat dari luar, sedang domba betina yang mengalami birahi tenang itu
tidak ingin kawin dan pejantannya juga tidak tahu bahwa betina tersebut sedang birahi.
Pada birahi berikutnya dimana pada bekas ovulasi birahi yang lalu telah terbentuk
progesteron, terjadilah gejala birahi yang ditandai adanya pembengkakan vulva, betina
mendekati pejantan dan sebagainya hingga terjadi perkawinan.

15
Berdasar pada jarak antara musim kelamin dengan musim kelamin berikutnya
atau berdasarkan jarak antara birahi dan birahi berikutnya,beberapa jenis hewan dapat
digolongkan menjadi monoestrus dan poliestrus.
Monoestrus merupakan golongan hewan yang dalam satu tahun hanya satu kali
menunjukkan gejala birahi. Termasuk ke dalam golongan ini misalnya: anjing, kucing,
singa, harimau dan hewan-hewan mamalia liar yang hidup dihutan.
Poliestrus adalah golongan hewan yang dalam satu tahun menunjukkan
beberapa kali gejala birahi. Termasuk dalam golongan ini misalnya: sapi, kerbau, babi,
domba, kambing. Dalam keadaan tidak bunting atau sedang menyusui anak,gejala
birahi akan terjadi secara periodik dengan interval waktu tertentu.
2.3.3.Tahap- Tahap Siklus Birahi
Lama siklus birahi pada hewan mamalia yang tidak di domestikasi bervariasi dari
16 sampai 24 hari (biri-biri: 16- 17 hari; sapi, kambing, domba: 20-21 hari, kuda: 20-24
hari), tergantung pada species dan juga sedikit bervariasi diantara individu satu
spesies. Variasi tersebut juga terjadi pada waktu atau saat ovulasi, dimana pada biri-biri
dan sapi, ovulasi akan terjadi 24-30 jam setelah birahi, babi: 35-45 jam setelah birahi
dan kuda 4-6 hari setelah birahi.
Siklus birahi atau estrus, secara lengkap dibagi menjadi 4 tahap. Pentahapan ini
lebih dimaksudkan untuk memudahkan bagi kita mempelajari siklus birahi tersebut.
Sebenarnya batas yang tegas diantara tahap-tahap tersebut tidak ada, karena sifat
proses ini berlangsung secara kontinyu (bila normal).Birahi, adalah periode dimana
betina bersedia untuk menerima pejantan dan diestrus ditandai oleh dihasilkannya
progesteron, dimana pada waktu itu hewan betina tidak mau menerima pejantan sama
sekali.
2.3.4.Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Selama Siklus Birahi
Selama siklus estrus, terjadi perubahan-perubahan baik yang tampak dari luar
maupun yang tidak tampak dari luar. Perubahan-perubahan yang tampak dari luar
biasanya digunakan untuk penentuan saat terjadinya estrus. Perubahan yang tidak
tampak dari luar karena terjadi pada alat-alat reproduksi bagian dalam sehingga sukar
digunakan untuk penentuan ada tidak nya estrus. Perubahan-perubahan tersebut

16
semuanya bersifat sambung menyambung satu sama lain, sehingga akhirnya bertemu
kembali pada permulaannya.
Perubahan-perubahan luar yang tampak sewaktu proestrus merupakan fase
persiapan, biasanya pendek terjadi perubahan tingkah laku (biasanya sedikit gelisah
dan memperdengarkan suara-suara tertentu atau malah diam saja). Pada alat kelamin
luar mulai tampak tanda-tanda peningkatan jumlah peredaran darah. Pada fase ini
hewan belum mau menerima pejantan untuk kopulasi tetapi kemungkinan tingkah laku
birahi sudah mulai tampak.
Estrus merupakan fase terpenting dalam siklus birahi oleh karena pada fase
inilah hewan betina mau dan bersedia menerima pejantan untuk berkopulasi. Ciri-ciri
yang tampak dari luar adalah hewan tampak gelisah, nafsu makan turun atau bahkan
hilang sama sekali, bergerak menghampiri pejantan dan sering menaiki individu lain.
Pada bagian alat kelamin luar (vulva) tampak kemerah-merahan sebagai akibat
banyaknya aliran darah dan tampak mengeluarkan mukus (tanda ini lebih tampak pada
hewan muda dibanding hewan tua.
Metestrus merupakan fase setelah estrus selesai. Gejala luar sebenarnya tidak
terlalu tampak, namun seringkali gejala-gejala sisa estrus masih tampak. Bedanya
dengan estrus adalah meskipun gejala birahi masih dapat dilihat, akan tetapi hewan
betina sudah menolak pejantan untuk aktifitas kopulasi.
Diestrus merupakan fase yang ditandai oleh tidak adanya aktifitas kelamin dan
hewan akan tampak tenang. Fase ini merupakan fase terpanjang selama siklus.
2.3.5.Peranan Hormon Dalam Siklus Birahi
Jenis-jenis hormon yang berperan secara langsung dalam siklus birahi adalah
hormon-hormon gonadotropin (FSH, LH dan LTH), estrogen dan progesteron. Terdapat
juga suatu zat yang berpengaruh dalam hal ini adalah prostaglandin. Siklus birahi
dimulai dari saat tercapainya pubertas dan secara normal akan berlangsung periodik
dalam interval waktu tertentu. Siklus birahi dimulai dengan adanya sekresi FSH dari
adenohipopisa yang merangsang terjadinya perkembangan folikel ovarium dimulai dari
folikel primer.Folikel Primer yang berkembang dapat berjumlah lebih dari satu dan
menjadi matang semua, sehingga pada saat ovulasi dapat menghasilkan lebih dari satu
ova (telur).

17
2.3.6.Ovulasi
Ovulasi merupakan proses keluarnya ovum dari folikel ovarium. Peristiwa ini
merupakan puncak dari siklus birahi. Keseluruhan perubahan-perubahan yang terjadi
pada alat reproduksi selama siklus birahi merupakan persiapan bagi terjadinya fertilisasi
dan kebuntingan (kehamilan). Terjadinya ovulasi sehubungan dengan siklus birahi pada
berbagai jenis hewan memiliki waktu yang berbeda-beda.
2.3.7.Birahi Setelah Beranak
Kadar progesteron yang tinggi dibutuhkan selama kebuntingan. Progesteron
disekresikan oleh korpus luteum dan pada beberapa spesies (biri-biri, sapi) juga
dihasilkan oleh plasenta. Sekresi progesteron yang terus menerus akan menekan
kejadian birahi dan pada sebagian besar hewan mamalia termasuk penekanan kejadian
ovulasi.
Pada kuda,ovulasi tenang (silent ovulation) dapat terjadi selama bulan kedua
kebuntingan dan menghasilkan corpus luetum yang akhirnya juga memiliki fungsi
mencukupi kebutuhan kadar progesteron selama kebuntingan.
2.4.Fertilisasi
Proses peleburan spermatozoon dan sel telur yang meliputi inti (genom) dan
sitoplasma disebut fertilisasi. Selain proses yang alami fertilisasi juga dapat dibuat
secara eksperimental.Perkembangan sel telur tanpa dicampuri oleh genom jantan
disebut partenogenesis.Perkembangan sel telur yang tidak mengalami meiosis disebut
ginogenesis. Androgenesis adalah perkembangan sel telur yang terjadi karena peran
pronukleus jantan semata, sedang pronukleus betina tidak ikut serta karena dikeluarkan
secara eksperimental.
Prinsip fertilisasi adalah penggabungan genom jantan dan betina. Proses
fertilisasi meliputi beberapa tahap : pendekatan sel kelamin; penempelen; penetrasi
spermatozoon ke dalam ooplasma; penggabungan inti dan inisiasi pembelahan zygot.
2.4.1.Pendekatan Spermatozoon-Sel Telur
Baik fertilisasi eksternal maupun internal, proses pendekatan spermatozoon – sel
telur merupakan peranan aktif spermatozoon dan gerakan khemotaksis.
Spermatozoon Sea urchin mengeluarkan androgamone, sedangkan spermatozoon
mammalia mengeluarkan hyaluronidase. Spermatozoon mengalami aktivasi dan

18
kapasitasi. Spermatozoon ikan menjadi lebih aktif setelah masuk ke air dan inhibitornya
mengalami pengenceran. Spermatozoon mammalia menjadi aktif di dalam saluran telur
karena stimulasi dari cairan oviduct. Kapasitasi spermatozoon in vitro dengan cara
memberikan sel folikel dalam suspensi spermatozoon.
Karena spermatozoon menabrak sel folikel maka akrosoma putus dan
hyaluronidase keluar. Secara umum enzim yang keluar dari akrosoma disebut
akrosin.Telur bergerak secara pasif. Pada fertilisasi eksterna, telur mengalami
oviposisi, sperma disemprotkan pada lingkungan sekitar telur yang sedang keluar. Pada
fertilisasi interna, telur bergerak sepanjang oviduct karena gerakan peristaltik sedang
gerakan spermatozoon dibantu gerakan antiperistaltik.
2.4.2. Penempelan Spermatozoon Pada Selaput Telur
Di dalam air spermatozoon Sea urchin diaktivasi oleh gynogamone dari selaput
telur.Spermatozoon dapat menempel karena reaksi fertilizin dari selaput telur dengan
antifertilizin dari spermatozoon. Fertilizin adalah glikoprotein yang khusus dan spesifik
untuk tiap spesies.Oleh karena itu secara normal tidak akan pernah terjadi fertilisasi
silang antar spesies walaupun hidup dalam satu tempat, misal di lokasi perairan yang
sama. Pada tempat penempelan antara membran telur dengan akrosoma terjadi
saluran membran. Inti spermatozoon masuk lewat saluran itu.
Di dalam oviduct spermatozoon dapat menempel pada selaput telur setelah
menembus sel-sel corona radiata dengan enzim hyaluronidase.Secara alami
perkawinan dapat terjadi antara individu betina dan jantan dalam satu spesies sehingga
tidak ada masalah histocompatibility atau reaksi antigen-antibody.Pada fertilisasi in
vitro dapat terjadi spermatozoon memasuki telur dari spesies yang berlainan,bahkan
dalam percobaan sel telur manusia dapat saja dimasuki dengan spermatozoon
hamster. Namun tidak akan terjadi peleburan inti.
2.4.3. Penetrasi spermatozoon ke dalam ooplasma
Masuknya spermatozoon dalam ooplasma menimbulkan berbagai reaksi : 1).
Reaksi membran, 2). reaksi korteks dan 3). kenaikan metabolisme. Membran telur
menjadi lebih elastis untuk mencegah polispermi. Di dalam korteks terjadi kenaikan
kadar ion Ca++ sebagai aktifator metabolisme. Sintesis protein khusus untuk proses ini

19
juga terjadi untuk inisiasi pembelahan dan untuk membentuk enzim yang mendukung
metabolisme.
Spermatozoon masuk telur meninggalkan ekornya di dalam rongga perivitellin.
Bagian leher berbalik di depan, sentriol keluar dari leher, inti kemudian akan membesar
membentuk pronukleus jantan. Pronukleus jantan bergerak menuju ke pronukleus
betina. DNA dan RNA dari spermatozoon bercampur dalam ooplasma, kemudian
membentuk inti baru.
Masuknya spermatozoon dalam ooplasma menyebabkan reorganisasi
penyebaran protein di dalam ooplasma. Pigmen (protein berwarna) mengalir ke tempat
masuknya spermatozoon.Yellow crescent pada telur Styela partita mengalir ke bagian
equator telur. Grey crescent pada telur katak berada di equator, menempatkan diri
sedemikian rupa agar terjadi pembagian yang sama pada saat pembelahan telur
pertama. Perubahan letak protein dalam ooplasma mencerminkan pola bentuk dan
struktur tubuh embrio yang akan terbentuk nantinya.
2.4.4.Penggabungan Pronukleus Jantan dan Betina
Penggabungan inti merupakan penyatuan genom jantan dengan betina.
Kromosom bersatu membentuk sinkarion. Apabila kromosom berasal dari sperma dan
telur lain spesies tidak akan dapat terjadi penggabungan, karena jumlah pasangan dan
ukurannya tidak saling bersesuaian.
2.4.5.Inisiasi Pembelahan Zygot
Diploidi inti zygot memungkinkan terjadi pembelahan secara mitosis. Sintesis
tubulin (benang spindel) yang mengatur pembelahan terjadi. Pengorganisasian benang
spindel oleh sentriol dari spermatozoon. Pertama kali bentuk organisasinya sebagai
monoaster, kemudian sebagai amphiaster akhirnya menjauh dan menuju pada kutub
yang berlawanan maka sesaat kemudian terjadilah mitosis (segmentasi). Sintesis
protein khusus pada saat pembelahan sel zygot ini bervariasi pada setiap jenis
binatang. Telur yang berukuran kecil sudah terjadi sintesis,sedang yang besar belum.
Fertilisasi merupakan proses peleburan inti gamet jantan dan inti gamet betina.
Peleburan tersebut merupakan percampuran karakteristik-karakteristik menurun, sifat-
sifat paternal (dari sifat pejantan atau ayah) dan maternal (dari sifat induk betina atau
ibu) sehingga dapat berkembang menjadi individu baru. Kejadian tersebut merupakan

20
hal yang tidak mudah dipahami, oleh karena sebuah molekul pun bila ukurannya besar
jarang dapat masuk ke dalam sel. Sel telur yang dilapisi bukan saja oleh membran
plasma tetapi oleh lapisan-lapisan lain, seharusnya hanya dapat ditembus dalam suatu
proses yang memerlukan waktu agak lama sebelum spermatozoon dapat masuk. Oleh
karena itu spermatozoon haruslah dapat menempel pada permukaan telur cukup lama
sehingga reaksi penghancuran lapisan telur dapat berlangsung.
2.5.Perkembangan Embrio
Tahap-tahap perkembangan individu baru dimulai dari gametogenesis, yaitu
dengan terbentuknya empat sperma pada jantan dan satu ovum pada betina.
Gametogenesis terjadi pada individu dewasa, yang kemudian dilanjutkan dengan
adanya fertilisasi yaitu penggabungan antara material sperma dan material ovum
(Villee, 1988).
Setelah terjadinya fertilisasi, yaitu ditandai adanya kehamilan. Selama periode
kehamilan akan terjadi proses perkembangan embrio yang diawali dengan proses
pembelahan, diferensiasi, perpindahan dan organogenesis. Pada mamalia pembelahan
terjadi secara holoblastis. Pembelahan pertama akan melalui bidang latitudinal yang
terletak dibagian atas bidang ekuator.
Pembelahan kedua melalui bidang meridional, tetapi hanya pada blastomer
kutub vegetal. Kemudian diikuti dengan pembelahan blastomer di kutub animal,
sehingga terbentuk 4 blastomer. Pembelahan ketiga terjadi pada blastomer di kutub
vegetal secara tidak serentak. Kemudian diikuti dengan pembelahan blastomer di kutub
animal yang juga terjadi secara tidak bersamaan. Di akhir pembelahan ketiga akan
terbentuk 8 balstomer (Yatim, 1984).
Proses pembuahan (fertilisasi) memiliki tahapan-tahapan, sehingga dari
spermatozoa dapat membuahi sel ovum. Setelah terjadinya fertilisasi akan ada
tahapan-tahapan lain sehingga akan menghasilkan suatu embrio (Marjono, 1992).
Setelah inti sel spermatozoa bersatu dengan inti sel ovum, maka terjadilah sel
baru yang bersifat diploid. Sel ini disebut (gamet satu sel = konseptus, gamet yang telah
membelah menjadi 2 sel atau lebih = embrio). Pertumbuhan embrio yang dimulai
dengan pembelahan diri dari 1 menjadi 2 sel dan seterusnya tidak merubah besarnya

21
seluruh embrio, sebab pembelahan dan pertumbuhan ini terjadi dalam zona pellucida,
dan sel-sel yang terbentuk makin lama makin kecil (Partodiharjo, 1992).
Zigot mulai menjalani pembelahan awal mitosis sampai beberapa kali. Sel-sel
yang dihasilkan dari setiap pembelahan berukuran lebih kecil dari ukuran induknya,
disebut blastomer. Sesudah 3-4 kali pembelahan, zigot memasuki tingkat 16 sel,
disebut stadium morula (kira-kira pada hari ke-3 sampai ke-4 pascafertilisasi). Morula
terdiri dari inner cell mass (kumpulan sel-sel di sebelah dalam, yang akan tumbuh
menjadi jaringan-jaringan embrio sampai janin) dan outer cell mass (lapisan sel di
sebelah luar, yang akan tumbuh menjadi trofoblas sampai plasenta) (Marjono, 1992).
Kira-kira pada hari ke-5 sampai ke-6, di rongga sela-sela inner cell mass
merembes cairan menembus zona pellucida, membentuk ruang antar sel. Ruang antar
sel ini kemudian bersatu dan memenuhi sebagian besar massa zigot membentuk
rongga blastokista. Inner cell mass tetap berkumpul di salah satu sisi, tetap berbatasan
dengan lapisan sel luar. Pada stadium ini zigot disebut berada dalam stadium blastula
atau pembentukan blastokista. Inner cell mass kemudian disebut sebagai embrioblas,
dan outer cell mass kemudian disebut sebagai trofoblas (Marjono, 1992).
2.6.Kebuntingan
2.6.1.Proses Kebuntingan
Satu periode kebuntingan adalah periode dari mulai terjadinya fertilisasi sampai
terjadinya kelahiran normal (Soebandi, 1981) sedangkan menurut Frandson (1992)
menyatakan kebuntingan berarti keadaan anak sedang berkembang didalam uterus
seekor hewan. Dalam penghidupan peternak,periode kebuntingan pada umumnya
dihitung mulai dari perkawinan yang terakhir sampai terjadinya kelahiran anak secara
normal.
Periode kebuntingan dimulai dengan pembuahan dan berakhir dengan kelahiran
anak yang hidup. Peleburan spermatozoa dengan ovum mengawali reaksi kimia dan
fisika yang majemuk, bermula dari sebuah sel tunggal yang mengalami peristwa
pembelahan diri yang berantai dan terus menerus selama hidup individu tersebut.
Tetapi berbeda dalam keadaan dan derajatnya sewaktu hewan itu menjadi dewasa dan
menjadi tua. Setelah pembuahan , yang mengembalikan jumlah kromosom yang
sempurna, pembelahan sel selanjutnya bersifat mitotik sehingga anak-anak sel hasil

22
pembelahannya mempunyai kromosom yang sama dengan induk selnya. Peristiwa ini
berlangsung sampai hewan menghasilkan sel kelamin (Salisbury, 1985)
Pertumbuhan makhluk baru terbentuk sebagai hasil pembuahan ovum oleh
spermatozoa dapat dibagi menjadi 3 periode, yaitu: periode ovum,periode embrio dan
periode fetus. Periode ovum dimulai dari terjadinya fertilisasi sampai terjadinya
implantasi,sedang periode embrio dimulai dari implantasi sampai saat dimulainya
pembentukan alat alat tubuh bagian dalam. Periode ini disambung oleh periode fetus.
Lamanya periode kebuntingan untuk tiap spesies berbeda-beda perbedaan tersebut
disebabkan faktor genetik
Menurut Frandsion (1992) menyatakan bahwa Periode kebuntingan pada pada
kuda 336 hari atau sekitar sebelas bulan; sapi 282 hari atau sembilan bulan lebih
sedikit; domba 150 hari atau 5 bulan; babi 114 hari atau 3 bulan 3 minggu dan 3 hari
dan anjing 63 hari atau sekitar 2 bulan.
Menurut Salisbury (1985) periode kebuntingan pada semua bangsa sapi perah
berlangsung 278-284 hari kecuali brown swiss rata-rata 190 hari.
Perubahan alat kelamin betina selama kebuntingan berlangsung
Menurut Partodiharjo (1982) hewan yang mengalami masa kebuntingan akan
menunjukan perubahan bagian-bagian tertentu sebagai berikut:
1. Vulva dan vagina
Setelah kebuntingan berumur 6 sampai 7 bualan pada sapi dara akan terlihat
adanya edema pada vulvanya. Semakin tua buntingnya semakin jelas edema vulva ini.
Pada sapi yang telah beranak, edema vulva baru akan terlihat setelah kebuntingan
mencapai 8,5 sampai 9 bulan.
2. Serviks
Segera setelah terjadi fertilisasi perubahan terjadi pada kelenjar-kelenjar serviks.
Kripta-kripta menghasilkan lendir yang kental semalin tua umur kebuntingan maka
semakin kental lendir tersebut.
3. Uterus
Perubahan pada uterus yang pertama terjadinya vaskularisasi pada
endomertium, terbentuk lebih banyak kelenjar endometrium, sedangkan kelenjar yang
telah ada tumbuh lebih panjang dan berkelok-kelok seperti spiral.

23
4. Cairan Amnion dan Allantois
Volume cairan amnion dan allantois selama kebuntingan juga mengalami
perubahan. Perubahan yang pertama adalah volumenya, dari sedikit menjadi banyak;
kedua dari perbandingannya. Hampir semua spesies, cairan amnion menjadi lebih
banyak dari pada volume cairan allantois, tetapi pada akhir kebuntinan cairan allantois
menjadi lebih banyak.
5. Perubahan pada ovarium
Setelah ovulasi, terjadilah kawah bekas folikel. Kawah ini segera dipenuhi oleh
darah yang dengan cepat membeku yang disebut corpus hemorrhagicum. Pada hari ke
5 sampai ke-6 korpus luteum telah terbentuk.
2.6.2. Hormone Yang Berperan Saat Kebuntingan.
Hormon-hormon yang berperan pada saat kebuntingan,yaitu sebagai berikut :
1.Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH)
Kadar hormone ini menurut para peneliti lebih tinggi pada saat sapi bunting
daripada saat tidak bunting. Lebih tepatnya saat awal kebuntingan kadar hormone ini
meningkat. Hormone ini mengalami penurunan dari kelenjar hipofisa disebabkan
naiknya kadar esterogen yang menghambat pembentukan hormone tersebut.
2.Esterogen.
Pada awal kebuntingan hormone ini sedikit kemudian kadarnya mulai naik pada
saat umur kebuntintingan mulai tua. Pada usia kebuntingan 4 bulan akhir sapi akan
mengekskresikan 10 X lipat hormone esterogon didalam air seninya dibanding sesudah
melahirkan.
3.Progesterone.
Hormone ini mempunyai peranan palaing penting dan dominant dalam berperan
mempertahankan kebuntingan. Kadar hormone yang meningkat menyebabkan
berhentinya kerja hormone lain serta menyebabkan berhentinya siklus estrus dengan
mencegahnya hormone gonadotrophin-gonadotrophin. Progesteron dihasilkan di corpus
luteum dan plasenta. Apabila sekresi hormon ini berhenti pada setia kebuntingan akan
berakhir selama beberapa hari.
2.7.Proses Kelahiran

24
Kelahiran (parturition, partus, delivery, mise bas) merupakan akhir dari periode
kebuntingan (Soeparna; Solihati, nurcholidah: 2014). Kelahiran merupakan proses
melahirkan yang dibagi dalam tiga tahap, yang diawali dengan dilatasi/pelebaran
serviks bersamaan dengan kontraksi uterus dan diakhiri dengan pengeluaran fetus
serta membran plasenta. (Yusuf, Muhammad : 2012).

2.7.1.Tanda-tanda Umum Periode Kelahiran


Periode kelahiran dapat diketahui dari tanda-tanda umum sebagai berikut :
1.Melalui lama kebuntingan dapat diketahui kapan hewan beranak/ partus dengan
mengetahui kapan terjadinya perkawinan berhasil.
2.Pertumbuhan kelenjar ambing, pembesaran ambing yang berisi kolostrum, ambing
menjadi Odemateus, bila ditekan melegok.
3.Vulva basah dan berdilatasi serta meleleh lendir/cairan dari allantois ke vagina.
4.Hewan gelisah, mengisolasi diri, reaksi sakit di perut (kontraksi uterus), respons
melihat perut dan matanya “Rolling eyes” sebagai manifestasi menahan rasa nyeri.
5.Daerah perut relaksasi dan daerah flank (legok lapar) melegok. Terjadi rrelaksasi
ligamentum sacro-stiacita atau sacro-iliaca, pangkal ekor dan daerah pelvis melegok
(pengaruh enzim).
6.Tempeatur rectal (sapi) menurun 0,5°C selama 2 hari menjelang partus (Soeparna;
Solihati, nurcholidah: 2014).
7.Tanda-tanda utama menjelang kelahiran berhubungan dengan perubahan
ligamentum pelvis, pembesaran dan adanya oedema vulva dan aktifitas kelenjar
mammae. Tanda-tanda ini sangat berguna sebagai petunjuk, walaupun sangat
bervariasi untuk memperediksi secara tepat tanggal kelahiran (Lestari, 2013).
2.7.2. Gejala Khusus Kelahiran
Gejala-gejala Khusus Kelahiran dapat dibagi menjadi tiga fase,yaitu sebagai
berikut :
1.Fase persiapan
2.Fase pengeluaran fetus
3.Dilatasi serviks uteri
Tabel Mekanisme Partus pada beberapa Ternak

25
Spesies Mekanisme
Babi (PGF2α) adalah agen luteolisis yang menyebabkan Cl regresi.
Peningkatan estrogen secara refleks meningkatkan pula pituitari-axis
adrenal; estrogen meningkat, oxytosin dan PG dirilis.
Domba Cortisol fetus berperan pada plasenta menyebabkan enzim 17 α-
dan hydorilase untuk menurunkan plasma p4, dan meningkatkan konsentrasi
kambing estrogen. Peningkatan ratio E:P akan meningkatkan aktivitas (PGF2α),
(PGF2+), dan oxytosin.
Sapi Kelahiran dipicu oleh (PGF2α), yang menyebabkan luteolisis. Cortisol
fetus menstimulasi dirilisnya (PGF2α) dari uterus. Perubahan endokrin
yang lain hampir sama dengan yang terjadi pada kambing dan domba
Kuda Oxytosin meningkat secara progresif menjelang akhir kebuntingan
kemudian menstimulasi sintesis (PGF2α). Kombinasi kedua hormon ini
menyebabkan keluarnya fetus
Sumber: (Lestari, 2013)

III.PENUTUP
3.1.Kesimpulan

26
1. Reproduksi pada makhluk hidup dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
Reproduksi seksual (secara perkawinan) dan reproduksi aseksual (tanpa
perkawinan).
2. Proses reproduksi seksual mengunakan alat/organ seksual berupa sel kelamin
jantan dan sel kelamin betina.
3. Organ reproduksi ternak jantan terdiri atas gonad jantan yang disebut testes,
saluran reproduksi yang terdiri atas epididymis, vas deferens kemudian menyatu
pada saluran yang dinamakan uretra sampai ke ujung penis, dan alat reproduksi
bagian luar yang terdiri atas penis dengan pelindungnya yang disebut
praeputium dan kantong skrotum.
4. Organ reproduksi ternak betina pada dasarnya dibagi menjadi dua bagian yaitu
alat kelamin dalam dan alat kelamin bagian luar. Alat kelamin dalam meliputi
ovarium, tuba falopii, kornua uteri, korpus uteri, serviks dan vagina. Sedangkan
alat kelamin bagian luar terdiri atas vulva, klitoris, vestibulum vaginae dan
kelenjar vestibulae.
5. Gametogenesis merupakan proses pembentukan gamet yang terjadi di dalam
gonade. Proses tersebut pada hewan jantan disebut spermatogenesis yang
terjadi didalam testis, sedang pada hewan betina disebut oogenesis yang terjadi
di dalam ovarium
6. Siklus reproduksi adalah serangkaian kegiatan biologik kelamin yang
berlangsung secara periodik hingga terlahir generasi baru dari suatu makhluk
hidup.
7. Fertilisasi adalah proses peleburan spermatozoon dan sel telur yang meliputi inti
(genom) dan sitoplasma
8. Kebuntingan adalah keadaan anak sedang berkembang didalam uterus seekor
ternak
9. Kelahiran merupakan proses melahirkan yang dibagi dalam tiga tahap, yang
diawali dengan dilatasi/pelebaran serviks bersamaan dengan kontraksi uterus
dan diakhiri dengan pengeluaran fetus serta membran plasenta.
DAFTAR PUSTAKA

27
Akhyar,M. Salman. 2004. BIOLOGI untuk SMA Kelas 1(KelasX) Semester2.Grafindo
Media Pratama,Bandung

Balinsky.1976. An Introduction to Embryology.W.B. Saunders Company Philadelphia

Blakely, J. dan D. H. Bade. 1998. Ilmu Peternakan Edisi ke-4. Gadjah Mada University
Press,Yogyakarta

Carlson,Bruce,M.1988.Patten's Foundations of Embryology.Mc Graw Hill Book


Company,New York

Gilbert, S. F.1991. Developmental Biology. Sinauer Association Inc.,Massachusetts

Hafez, B. dan E.S.E. Hafez. 2000. Reproduction in Farm Animal 7th Edition. Lippincott
William & Wilkins.Baltimore,USA

Hafez, E.S.E.1980. Reproduction in Farm Animals. Lea and Febiger,Philadelphia

Hoar,W.S.1984. General and Comparative Physiology. Third edition. Prentice Hall of


India,New Delhi

Kastawi, Yusuf.dkk. 2003. Zoologi Avertebrata. Jica,Malang

Oemarjati,Boen.S.dan Wisnu Wardhana.1990. Taksonomi Avertebrata Pengantar


Praktikum Laboratorium.UI Press,Jakarta

Partodiharjo, 1992. Ilmu Reproduksi Ternak.Mutiara Sumber Widya,Jakarta

Partodihardjo, S.1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Mutiara Sumber Widya,Bandung


Salisbury, G. W. dan N. L. Van Denmark. 1985. Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi
Buatan pada Sapi. Gadjah Mada University Press,Yogyakarta

28
Tienhoven, Ari Van.1983. Reproductive Physiology of Vertebrate. Second Edition.
Cornell University Press,thaca and London

Tim Ganesha Operation. 2004. Instan Biologi SMA.Erlangga.Jakarta

Toelihere, Mozes. R.1981. Fisiologi Reproduksi pada ternak.PT Angkasa,Bandung

29

Anda mungkin juga menyukai