Anda di halaman 1dari 12

A.

DEFINISI CKD (Chronic Kidney Disease)


Gagal ginjal kronis adalah destruksi struktural ginjal yang progesif dan terus
menerus (Cowin, 2009). Gagal ginjal kronik adalah penurunan fungsi ginjal yang
bersifat persisten dan irreversible. Sedangkan gangguan fungsi ginjal yaitu
penurunan laju filtrasi glomerulus yang dapaat digolongkan dalam kategori
ringan, sedang, dan berat (Mansjoer, 2007). Gagal ginjal kronis adalah suatu
sindrom klinis yang disebabkan penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun,
berlangsung progresif dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular
kurang dari 50 mL/min. (Suyono, et al, 2001).
Pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG :
Stadium 1 : kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG
yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2
Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60-89
mL/menit/1,73 m2
Stadium 3 : kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL/ menit/1,73 m2
Stadium 4 : kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29 mL/ menit/1,73 m2
Stadium5 : kelainan ginjal dengan LFG < 15mL/ menit/ 1,73 m2 atau gagal ginjal
terminal.
Rumus untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance
Creatinin Test ) dapat digunakan dengan rumus :
(140−𝑢𝑠𝑖𝑎)𝑥 𝐵𝐵
1. Pria : LFG (ml/mnt/1,73m2 = 𝑚𝑔
72𝑋 𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑝𝑙𝑎𝑠𝑚𝑎 ( )
𝑑𝑙

(140−𝑢𝑠𝑖𝑎)𝑥 𝐵𝐵
2. Wanita: LFG (ml/mnt/1,73m2 = 𝑚𝑔 x 0,85
72𝑋 𝑘𝑟𝑒𝑎𝑡𝑖𝑛𝑖𝑛 𝑝𝑙𝑎𝑠𝑚𝑎 ( )
𝑑𝑙

B. ETIOLOGI
GFR menurun.
a. Faktor Resiko
Gagal ginjal kronik terjadi setelah berbagai macam penyakit yang merusak
nefron ginjal. Sebagian besar merupakan penyakit parenkrim ginjal difus dan
bilateral.
1. Nefropati diabetik (riwayat diabetes, proteinuria, retonopati)
2. Hipertensi (peningkatan tekanan darah, urinalisis normal, ada riwayat keluarga)
3. Penyakit glomerular non-diabetik (presentasi nefrotik atau nefritik)
4. Penyakit ginjal kistik (gejala-gejala saluran kemih, sedimen urin yang
abnormal,kelainan pada temuan radiologis)
5. Penyakit tubulointerstitial (riwayat ISK dan refluks, paparan obat
secara kronis,abnormalitas pada temuan radiologis, sindrom tubuler
diantaranya defek padakonsentrasi urin dan abnormalitas pada urinalisis
C. PATOFISIOLOGI
Pada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termasuk glomerulus dan
tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron-
nefron yang utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat
disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR / daya saring.
Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari nefron–
nefron rusak. Beban bahan yang harus dilarut menjadi lebih besar daripada yang
bisa direabsorpsi berakibat diuresis osmotik disertai poliuri dan haus. Selanjutnya
karena jumlah nefron yang rusak bertambah banyak oliguri timbul disertai retensi
produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas
dan muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah
hilang 80% - 90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian nilai kreatinin
clearance turun sampai 15 ml/menit atau lebih rendah itu. Fungsi renal menurun,
produk akhir metabolisme protein (yang normalnya diekskresikan ke dalam urin)
tertimbun dalam darah. Terjadi uremia dan mempengaruhi setiap sistem tubuh.
Semakin banyak timbunan produk sampah maka gejala akan semakin berat.
Banyak gejala uremia membaik setelah dialisis. (Brunner & Suddarth, 2001).
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Kardiovaskuler
a. Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis
b. Pitting edema (kaki, tangan, sacrum), edema periorbital
c. Friction rub pericardial, pembesaran vena leher
2. Dermatologi
a. Warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering bersisik
b. Pruritus (rasa gatal yang bisa meliputi seluruh tubuh atau sebagian)
c. Kuku tipis dan rapuh
d. Rambut tipis dan kasar
3. Pulmoner
a. Krekels, Sputum kental dan liat
b. Pernafasan kusmaul
4. Gastrointestinal
a. Anoreksia, mual, muntah, cegukan
b. Nafas berbau ammonia
c. Ulserasi dan perdarahan mulut
d. Konstipasi dan diare
e. Perdarahan saluran cerna
5. Neurologi
a. Tidak mampu konsentrasi
b. Kelemahan dan keletihan
c. Konfusi/ perubahan tingkat kesadaran
d. Disorientasi
e. Kejang, Rasa panas pada telapak kaki
f. Perubahan perilaku
6. Muskuloskeletal
a. Kram otot, kekuatan otot hilang
b. Kelemahan pada tungkai
c. Fraktur tulang, foot drop
7. Reproduktif : amenore, atrofi testekuler
E. KOMPLIKASI
Penyakit gagal ginjal kronis selain dapat menggangu fungsi ginjal juga dapat
meneybabkan komplikasi pada tubuh, diantaranya adalah:
1. Hiperkalemia (tingkat kadar kalium dalam darah) yang diakibatkan
penurunan ekskresi asidosis metabolic, katabolisme dan masukan diit yang
berlebihan.
2. Perikarditis, efusi pericardial dan juga tamponade jantung.
3. Hipertensi yang diakibatkan oleh retensi cairan dan natrium serta mal
fungis sistem renin angioaldosteron.
4. Anemia yang diakibatkan oleh penurunan eritroprotein, rentang usia sel
darah merah, pendarahan gastrointestinal akibat iritasi pada lapisan
mukosa saluran pencernaan.
5. Penyakit tulang seperti osteoporosis dan lain lain. Yang diakibatkan oleh
retensi fosfat kadar kalium serum yang rendah metabolisme vitamin D,
abnormal dan peningkatan kadar alumunium.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Laboratorium darah : BUN, Kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat),
Hematologi (Hb, trombosit, Ht, Leukosit), protein, antibody (kehilangan
protein dan immunoglobulin).
b. Pemeriksaan Urin : Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein,
sedimen, SDM, keton, SDP, TKK/CCT.
2. Pemeriksaan EKG : Untuk melihat adanya hipertropi ventrikel kiri, tanda
perikarditis, aritmia, dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia).
3. Pemeriksaan USG : Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal,
kepadatan parenkim ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal,
kandung kemih serta prostate.
4. Pemeriksaan Radiologi : Renogram, Intravenous Pyelography, Retrograde
Pyelography, Renal Aretriografi dan Venografi, CT Scan, MRI, Renal Biopsi,
pemeriksaan rontgen dada, pemeriksaan rontgen tulang, foto polos abdomen.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan terhadap CKD meliputi :
1. Restriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat.
2. Obat-obatan : diuretik untuk meningkatkan urinasi; alumunium hidroksida
untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta
diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa
bila terjadi anemia.
3. Dialisis (cuci darah)
4. Transplantasi ginjal
H. PATHWAY
Infeksi vaskuler zat toksik obstruksi saluran kemih

Reaksi antigen, arteriosklerosis tertimbun dalam ginjal


antibodi batu besar dan kasar iritasi/cedera jaringan
suplai darah ginjal retensi urin
menekan saraf perifer hematuria

nyeri pinggang anemia


GFR turun

CKD Nyeri kronik

Sekresi protein terganggu retensi Na sekresi eritropoitis turun

Sindrom uremia total CES naik produksi Hb turun

perpospatemia Ketidakseimbangan asam basa tekanan kapiler naik oksihemoglobin turun

pruritus Produksi asam naik Vol. Intensitas naik suplai O2 turun

Gangguan integritas kulit Gas lambung naik Edema intoleransi aktifitas

nausea, vomitus Preload naik Resiko ketidakefektifan perfusi ginjal

Ketidakseimbangan nutrisi beban jantung naik Kelebihan volume cairan


hipertrofi ventrikel kiri

payah jantung kiri

bendungan atriaum kiri COP turun

tekanan vena pulmonalis aliran darah ginjal turun

kapiler paru naik RAA turun

edema paru retensi Na & H20 naik

Ketidakefektifan pola nafas


I. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktifitas dan Istirahat
Kelelahan, kelemahan, malaise, gangguan tidur, kelemahan otot dan tonus,
penurunan ROM
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi lama atau berat, palpitasi, nyeri dada, peningkatan JVP,
tachycardia, hipotensi orthostatic, friction rub
c. Integritas Ego
Faktor stress, perasaan tak berdaya, tak ada kekuatan, menolak, cemas, takut,
marah, irritable
d. Eliminasi
Penurunan frekuensi urin, oliguri, anuri, perubahan warna urin, urin pekat warna
merah/coklat, berawan, diare, konstipasi, abdomen kembung
e. Makanan/Cairan
Peningkatan BB karena edema, penurunan BB karena malnutrisi, anoreksia, mual,
muntah, rasa logam pada mulut, asites, penurunan otot, penurunan lemak
subkutan
f. Neurosensori
Sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot, kejang, kebas, kesemutan, gangguan
status mental,penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, koma
g. Nyeri/Kenyamanan
Nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri kaki, distraksi, gelisah
h. Pernafasan
Pernafasan kusmaul (cepat dan dangkal), paroksismal nokturnal dyspnea (+),
batuk produkrif dengan frotty sputum bila terjadi edema pulmonal.
i. Keamanan
Kulit gatal, infeksi berulang, pruritus, demam (sepsis dan dehidrasi), petekie,
ekimosis, fraktur tulang, deposit fosfat kalsieum pada kulit, ROM terbatas
j. Seksualitas
Penurunan libido, amenore, infertilitas
k. Interaksi Sosial
Tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran seperti biasanya.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis),
kerusakan jaringan
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
c. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan edema paaru menghambat
ekspansi paru
No Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan
NOC NIC
1. Nyeri kronis berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Managemen nyeri (1400)
ketidak mampuan fisik-psikososial 2x 24 jam Pasien tidak mengalami nyeri, dengan 1. Observasi tanda – tanda vital;
kronis (metastase kanker, injuri kriteria hasil: 2. Ajarkan tehnik nafas dalam;
neurologis, artritis). (00133) 3. Berikan kompres di daerah yang
Kontrol Nyeri (2102) diperlukan;
Kode Indikator SA ST 4. Berikan informasi mengenai
210201 Nyeri yang di 2 5 penyebab nyeri;
laporkan 5. Kolaborasi dengan tim medis dalam
210206 Ekspresi nyeri 2 1 pemberian obat.
wajah

1 : Berat ( 9-10 )
2 : Cukup Berat ( 7-8 )
3 : Sedang ( 5-6 )
4 : Ringan ( 3-4 )
5 : Tidak Ada ( 1-2 )
2. Ketidakefektifan pola nafas Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Managemen jalan nafas (3140)
2x 24 jam Pasien tidak mengalami sesak, 1. Observasi tanda – tanda vital;
berhubungan dengan edema paaru
dengan kriteria hasil: 2. Ajarkan batuk efektif;
menghambat ekspansi paru 3. Anjurkan posisi semifowler;
Status Pernafasan: Kepatenan Jalan Nafas 4. Berikan oksigenasi sesuai
(00032)
(0410) kebutuhan;
Kode Indikator SA ST 5. Kolaborasi dengan tim medis dalam
041004 Frekuensi 2 1 pemberian obat.
pernafasan
041013 Pernafasan cuping 2 1
hidung

1 = Deviasi berat
2 = Deviasi cukup berat
3 = Deviasi sedang
4 = Deviasi ringan
5 = Tidak ada deviasi

3. Kelebihan volume cairan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Managemen cairan (4120)
2x 24 jam Pasien tidak mengalami edema, 1. Observasi tanda – tanda vital;
berhubungan dengan gangguan
dengan kriteria hasil: 2. Observasi intake dan output
mekanisme regulasi (00026) cairan;
Keseimbangan Cairan (0601) 3. Berikan diuretik sesuai
Kode Indikator SA ST instruksi;
060101 Tekanan darah 3 1 4. Kaji luas dan lokasi edema;
060116 Turgor kulit 3 1 5. Kolaborasi dengan tim medis
060112 Edema perifer 3 1 dalam pemberian obat.

Tekanan Darah
1 = Tidak Terganggu (sistol : 100-120, diastol :
70-90)
2 = Sedikit Terganggu (sistol : 130-140, diastol :
100-110)
3 = Cukup Terganggu (sistol : 150-160, diastol :
120-130)
4 = Banyak Terganggu (sistol : 160-170, diastol
: 140-150)
5= Sangat Terganggu (sistol : 180-190, diastol :
160-170)

Edema Perifer
1 = Tidak Ada (< 2 detik)
2 = Ringan (Kedalaman 1-3mm dengan waktu 3
detik)
3 = Sedang (Kedalaman 3-5mm dengan waktu 5
detik)
4 = Cukup Berat (Kedalaman 5-7mm dengan
waktu 7 detik )
5= Berat (Kedalaman > 7mm dengan waktu >7
detik)
DAFTAR PUSTAKA

NANDA International.2015. Diagnosis keperawatan: Definisi dan Klasifikasi


2015-2017. Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius
Elizabeth J. Corwin. (2009). Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta: Aditya
Media
Nursing Interventions Clasifications (NIC) : Elsevier
Nursing Outcomes Clasifications (NOC) : Elsevier
Long, B C. (2001). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan
Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (2002). Patofisiologi Konsep Kllinis
Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal BedahBrunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
Suyono, Slamet. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 3. Jilid I II.
Jakarta.: Balai Penerbit FKUI

Anda mungkin juga menyukai