Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN REMATOID ATRITIS

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi

Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang berarti
sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis berarti radang
sendi. Sedangkan Reumatoid arthritis adalah suatu penyakit autoimun dimana
persendian (biasanya sendi tangan dan kaki) mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian dalam
sendi (Gordon, 2002).
Reumatoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang
manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini juga
melibatkan seluruh organ tubuh.(Hidayat, 2006)
Artritis Reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian
(biasanya sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga
terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian
dalam sendi.(www.medicastore.com)
Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan
proses inflamasi pada sendi Reumatik adalah gangguan berupa kekakuan,
pembengkakan, nyeri dan kemerahan pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya
(Adellia, 2011).
2. Etiologi Artritis Reumatoid
Hingga kini penyebab Remotoid Artritis (RA) tidak diketahui, tetapi
beberapa hipotesa menunjukan bahwa RA dipengaruhi oleh faktor-faktor :
a. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara IGC dan faktor
Reumatoid
b. Gangguan Metabolisme
c. Genetik
d. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
Penyebab penyakit Reumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun
faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor
metabolik, dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

Adapun Faktor risiko yang akan meningkatkan risiko terkena nya artritis
reumatoid adalah;
a. Jenis Kelamin: Perempuan lebih mudah terkena AR daripada laki-laki.
Perbandingannya adalah 2-3:1.
b. Umur: Artritis reumatoid biasanya timbul antara umur 40 sampai 60 tahun. Namun
penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak (artritis reumatoid
juvenil)
c. Riwayat Keluarga: Apabila anggota keluarga anda ada yang menderita penyakit
artritis Reumatoid maka anda kemungkinan besar akan terkena juga.
d. Merokok: Merokok dapat meningkatkan risiko terkena artritis reumatoid.

3. Klasifikasi Artritis Reumatoid


Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe, yaitu:
a. Reumatoid arthritis klasik
pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
b. Reumatoid arthritis defisit
pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
c. Probable Reumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
d. Possible Reumatoid arthritis
pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus
berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam waktu 3 bulan.

Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :


a. Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang
ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat bergerak maupun
istirahat, bengkak dan kekakuan.
b. Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi
juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya kontraksi tendon.
c. Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali,
deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.

4. Patofisiologi Artritis Reumatoid


Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan sebelumnya)
terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-
enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi
edema, proliferasi membran sinovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah
menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut
terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer & Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti
vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan,
sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada
persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.
Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang
menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. Bila
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau
dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan
osteoporosis setempat.
Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan
adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh
dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Namun pada sebagian
kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai dengan kerusakan sendi yang terus
menerus dan terjadi vaskulitis yang difus (Long, 1996).

5. Tanda Dan Gejala Artritis Reumatoid


Pasien-pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
a. Nyeri persendian
b. Bengkak (Reumatoid nodule)
c. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
d. Terbatasnya pergerakan
e. Sendi-sendi terasa panas
f. Demam (pireksia)
g. Anemia
h. Berat badan menurun
i. Kekuatan berkurang
j. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
k. Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
l. Pasien tampak anemik
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
a. Gerakan menjadi terbatas
b. Adanya nyeri tekan
c. Deformitas bertambah pembengkakan
d. Kelemahan
e. Depresi
f. Pada jantung : Reumatoid heard diseasure, Valvula lesion (gangguan
katub),Pericarditis, Myocarditis
g. Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis
h. Pada lympa : Lhymphadenopathy
i. Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
j. Pada otot : Mycsitis
Ada beberapa gambaran klinis yang lazim ditemukan pada penderita artritis
reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada saat yang bersamaan
oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis yang sangat bervariasi.
a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan menurun dan
demam. Terkadang kelelahan dapat demikian hebatnya.
b. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan,
namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi interfalangs distal. Hampir semua
sendi diartrodial dapat terserang.
c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat generalisata tatapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbeda dengan kekakuan sendi
pada osteoartritis, yang biasanya hanya berlangsung selama beberapa menit dan
selalu kurang dari 1 jam.
d. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran radiologik.
Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di tepi tulang dan ini dapat
dilihat pada radiogram.
e. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal,
deformitas boutonniere dan leher angsa adalah beberapa deformitas tangan yang
sering dijumpai pada penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput
metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar juga
dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam
melakukan gerak ekstensi.
f. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada sekitar
sepertiga orang dewasa penderita arthritis Reumatoid. Lokasi yang paling sering
dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku ) atau di sepanjang
permukaan ekstensor dari lengan; walaupun demikian nodula-nodula ini dapat
juga timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya
merupakan suatu petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.
g. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat menyerang organ-organ
lain di luar sendi. Jantung (perikarditis), paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh
darah dapat rusak.

6. Komplikasi Artritis Reumatoid


a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya prosesgranulasi
di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
d. Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang disebabkan
oleh adanya darah yang membeku.
e. Terjadi splenomegali.
f. Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar kemampuannya
untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan trombosit dalam
sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit ( disease modifying antirhematoid
drugs, DMARD ) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama
pada arthritis reumatoid.
Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas , sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat
vaskulitis.
7. Kriteria Diagnostik Artritis Reumatoid
Kriteria American Rheumatism Association untuk Artritis Reumatoid

No Kriteria Definisi
1 Kaku pagi hari Kekakuan pada pagi hari pada persendian dan
disekitarnya, sekurangnya selama 1 jam sebelum
perbaikan maksimal
2 Artritis pada Pembengkakan jaringan lunak atau persendian atau
3 daerah lebih efusi (bukan pertumbuhan tulang) pada sekurang-
kurangnya 3 sendi secara bersamaan yang diobservasi
oleh seorang dokter. Dalam kriteria ini terdapat 14
persendian yang memenuhi kriteria yaitu PIP, MCP,
pergelangan tangan, siku pergelangan kaki dan MTP
kiri dan kanan.
3 Artritis pada Sekurang-kurangnya terjadi pembengkakan satu
persendian tangan persendian tangan seperti yang tertera diatas.
4 Artritis simetris Keterlibatan sendi yang sama (seperti yang tertera pada
kriteria 2 pada kedua belah sisi, keterlibatan PIP, MCP
atau MTP bilateral dapat diterima walaupun tidak
mutlak bersifat simetris.
5 Nodul Reumatoid Nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ekstensor atau daerah juksta-artrikular yang
diobservasi oleh seorang dokter.
6 Faktor Reumatoid Terdapatnya titer abnormal faktor reumatoid serum
serum yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil
positif kurang dari 5% kelompok kontrol yang
diperiksa.
7 Perubahan Perubahan gambaran radiologis yang radiologis khas
gambaran bagi arthritis reumotoid pada periksaan sinar X tangan
posteroanterior atau pergelangan tangan yang harus
menunjukkan adanya erosi atau dekalsifikasi tulang
yang berlokalisasi pada sendi atau daerah yang
berdekatan dengan sendi (perubahan akibat osteoartritis
saja tidak memenuhi persyaratan).
Untuk keperluan klasifikasi, seseorang dikatakan menderita artritis reumatoid
jika ia sekurang-kurangnya memenuhi 4 dari 7 kriteria di atas. Kriteria 1 sampai 4
harus terdapat minimal selama 6 minggu. Pasien dengan dua diagnosis tidak
dieksklusikan. Pembagian diagnosis sebagai artritis reumatoid klasik, definit, probable
atau possible tidak perlu dibuat.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG ARTRITIS REUMATOID


a. Tes serologi : Sedimentasi eritrosit meningkat, Darah bisa terjadi anemia dan
leukositosis, Reumatoid faktor, terjadi 50-90% penderita
b. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan awal )
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
c. Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
d. Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
e. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas
dan komplemen ( C3 dan C4 ).
f. Biopsi membran sinovial: menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan
panas.
g. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.
Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang
simetris yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen
Beberapa faktor yang turut dalam memeberikan kontribusi pada penegakan
diagnosis Reumatoid arthritis, yaitu nodul Reumatoid, inflamasi sendi yang ditemukan pada
saat palpasi dan hasil-hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaaan laboratorium
menunjukkan peninggian laju endap darah dan factor Reumatoid yang positif sekitar 70%;
pada awal penyakit faktor ini negatif. Jumlah sel darah merah dan komplemen C4 menurun.
Pemeriksaan C- reaktifprotein (CRP) dan antibody antinukleus (ANA) dapat menunjukan hasil
yang positif. Artrosentesis akan memperlihatkan cairan sinovial yang keruh, berwarna mirip
susu atau kuning gelap dan mengandung banyak sel inflamasi, seperti leukosit dan
komplemen (Smeltzer & Bare, 2002). Pemeriksaan sinar-X dilakukan untuk membantu
penegakan diagnosis dan memantau perjalanan penyakitnya. Foto rongen akan
memperlihatkan erosi tulang yang khas dan penyempitan rongga sendi yang terjadi dalam
perjalanan penyakit tersebut (Smeltzer & Bare, 2002).

ARTRITIS REUMATOID

9. PENATALAKSANAAN ARTRITIS REUMATOID


Tujuan utama terapi adalah:
a. Meringankan rasa nyeri dan peradangan
b. Memperatahankan fungsi sendi dan kapasitas fungsional maksimal penderita.
c. Mencegah atau memperbaiki deformitas
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang
merupakan sarana pembantu untuk mecapai tujuan-tujuan tersebut yaitu:
a. Istirahat
b. Latihan fisik
c. Panas
d. Pengobatan
1) Aspirin (anti nyeri)dosis antara 8 s.d 25 tablet perhari, kadar salisilat serum
yang diharapakan adalah 20-25 mg per 100 ml
2) Meningkatkan toleransi saluran cerna terhadap terapi obatNatrium kolin dan
asetamenofen
3) Mengatasi keluhan sendi, memiliki efek steroid sparing sehingga menurunkan
kebutuhan steroid yang diperlukan.Obat anti malaria (hidroksiklorokuin,
klorokuin) dosis 200 – 600 mg/hari
4) Garam emas
5) Kortikosteroid
e. diet untuk penurunan berat badan yang berlebihNutrisi
Bila Reumatoid artritis progresif dan, menyebabkan kerusakan sendi,
pembedahan dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri dan memperbaiki fungsi.
Pembedahan dan indikasinya sebagai berikut:
1) Sinovektomi, untuk mencegah artritis pada sendi tertentu, untuk
mempertahankan fungsi sendi dan untuk mencegah timbulnya kembali
inflamasi.
2) Arthrotomi, yaitu dengan membuka persendian.
3) Arthrodesis, sering dilaksanakan pada lutut, tumit dan pergelangan tangan.
4) Arthroplasty, pembedahan dengan cara membuat kembali dataran pada
persendian.
Terapi di mulai dengan pendidikan pasien mengenai penyakitnya dan
penatalaksanaan yang akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik antara
pasien dan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan yang merawatnya.
Tanpa hubungan yang baik akan sukar untuk dapat memelihara ketaatan pasien
untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu yang lama (Mansjoer, dkk. 2001).
Penanganan medik pemberian salsilat atau NSAID dalam dosis
terapeutik. Kalau diberikan dalam dosis terapeutik yang penuh, obat-obat ini akan
memberikan efek anti inflamasi maupun analgesik. Namun pasien perlu
diberitahukan untuk menggunakan obat menurut resep dokter agar kadar obat
yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan sehingga keefektifan obat anti-
inflamasi tersebut dapat mencapai tingkat yang optimal (Smeltzer & Bare, 2002).
Kecenderungan yang terdapat dalam penatalaksanaan Reumatoid arthritis
menuju pendekatan farmakologi yang lebih agresif pada stadium penyakit yang
lebih dini. Kesempatan bagi pengendalian gejala dan perbaikan penatalaksanaan
penyakit terdapat dalam dua tahun pertama awitan penyakit tersebut (Smeltzer &
Bare, 2002).
Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-hari,
sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat
pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa
mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara
berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu
seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut.
Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung
Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara
persendian agar tetap lentur.

B. ASUHAN KEPERAWATAN ARTRITIS REUMATOID


1. PENGKAJIAN ARTRITIS REUMATOID
a. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati
warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
2) Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
a) Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
b) Catat bila ada krepitasi
c) Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
3) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
a) Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
b) Ukur kekuatan otot
4) Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
5) Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
b. Riwayat Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup
tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia
merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan
sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap
konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan
organ-organ lainnya ( misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal ), tahapan
misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk
arthritis lainnya. Pengkajian 11 Pola Gordon
c. Pola Persepsi Kesehatan- Pemeliharaan Kesehatan
1) Apakah pernah mengalami sakit pada sendi-sendi?
2) Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
3) Riwayat keluarga dengan RA
4) Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
5) Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll

d. Pola Nutrisi Metabolik


1) Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak
mengandung pospor(zat kapur), vitamin dan protein)
2) Riwayat gangguan metabolic
e. Pola Eliminasi
1) Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK?
f. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Kebiasaan aktivitas sehari-hari sebelum dan sesudah sakit
2) Jenis aktivitas yang dilakukan
3) Rasa sakit/nyeri pada saat melakukan aktivitas
4) Tidak mampu melakukan aktifitas berat
g. Pola Istirahat dan Tidur
1) Apakah ada gangguan tidur?
2) Kebiasaan tidur sehari
3) Terjadi kekakuan selama 1/2-1 jam setelah bangun tidur
4) Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
h. Pola Persepsi Kognitif
1) Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
i. Pola Persepsi dan Konsep Diri
1) Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas/kaku sendi)?
2) Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
j. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
1) Bagaimana hubungan dengan keluarga?
2) Apakah ada perubahan peran pada klien?
k. Pola Reproduksi Seksualitas
1) Adakah gangguan seksualitas?
l. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
1) Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita?
m. Pola Sistem Kepercayaan
1) Agama yang dianut?
2) Adakah gangguan beribadah?
3) Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan

2. Diagnosa Keperawatan Artritis Reumatoid


a. Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh akumulasi
cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
penurunan, kekuatan otot.
c. Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal, penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.Kebutuhan

3. Perencanaan Artritis Reumatoid

DIAGNOSA
KEPERAWATA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
N
Nyeri Setelah dilakukan1. Kaji keluhan nyeri,1. Membantu dalam
berhubungan tindakan keperawatan catat lokasi dan menentukan kebutuhan
dengan agen selama 3x24 jam intensitas (skala 0- manajemen nyeri dan
pencedera, diharapkan tidak ada 10). Catat faktor- keefektifan program
distensi jaringan Keluhan nyeri, dengan faktor yang2. Matras yang lembut/
oleh akumulasi kriteria : mempercepat dan empuk, bantal yang
cairan/ proses 1. Menunjukkan tanda-tanda rasa besar akan mencegah
inflamasi, nyeri hilang/ sakit non verbal pemeliharaan kesejajaran
destruksi sendi. terkontrol 2. Berikan matras/ tubuh yang tepat,
2. Terlihat rileks, kasur keras, bantal menempatkan stress
dapat kecil,. Tinggikan pada sendi yang sakit.
tidur/beristirahat linen tempat tidur Peninggian linen tempat
dan berpartisipasi sesuai kebutuhan tidur menurunkan
dalam aktivitas 3. Tempatkan/ tekanan pada sendi yang
sesuai kemampuan. pantau terinflamasi/nyeri
3. Mengikuti program penggunaan bantl,3. Mengistirahatkan sendi-
farmakologis yang karung pasir, sendi yang sakit dan
diresepkan gulungan mempertahankan posisi
4. Menggabungkan trokhanter, bebat, netral. Penggunaan brace
keterampilan 4. brace.Dorong dapat menurunkan nyeri
relaksasi dan untuk sering dan dapat mengurangi
aktivitas hiburan mengubah posisi,. kerusakan pada sendi
ke dalam program Bantu untuk4. Mencegah terjadinya
kontrol nyeri. bergerak di tempat kelelahan umum dan
tidur, sokong kekakuan sendi.
sendi yang sakit di Menstabilkan sendi,
atas dan bawah, mengurangi gerakan/
hindari gerakan rasa sakit pada sendi
yang menyentak. 5. Panas meningkatkan
5. Anjurkan pasien relaksasi otot, dan
untuk mandi air mobilitas, menurunkan
hangat atau mandi rasa sakit dan
pancuran pada melepaskan kekakuan di
waktu bangun pagi hari. Sensitivitas
dan/atau pada pada panas dapat
waktu tidur. dihilangkan dan luka
dermal dapat
disembuhkan

Gangguan Setelah dilakukan1. Evaluasi/ lanjutkan1. Tingkat aktivitas/ latihan


mobilitas fisik tindakan keperawatan pemantauan tingkat tergantung dari
berhubungan selama 3x24 jam inflamasi/ rasa perkembangan/ resolusi
dengan deformitas diharapkan mobilitas sakit pada sendi dari peoses inflamasi
skeletal, nyeri, fisik baik dengan2. Pertahankan 2. Istirahat sistemik
penurunan, kriteria : istirahat tirah dianjurkan selama
kekuatan otot. 1. Mempertahankan baring/ duduk jika eksaserbasi akut dan
fungsi posisi diperlukan jadwal seluruh fase penyakit
dengan tidak aktivitas untuk yang penting untuk
hadirnya/ memberikan mencegah kelelahan
pembatasan periode istirahat mempertahankan
kontraktur. yang terus menerus kekuatan
2. Mempertahankan dan tidur malam3. Mempertahankan/
ataupun hari yang tidak meningkatkan fungsi
meningkatkan terganmggu. sendi, kekuatan otot dan
kekuatan dan3. Bantu dengan stamina umum. Catatan :
fungsi dari dan/ rentang gerak latihan tidak adekuat
atau kompensasi aktif/pasif, menimbulkan kekakuan
bagian tubuh demikiqan juga sendi, karenanya
3. Mendemonstrasika latihan resistif dan aktivitas yang berlebihan
n tehnik/ perilaku isometris jika dapat merusak sendi
yang memungkinka 4. Menghilangkan tekanan
memungkinkan 4. Ubah posisi dengan pada jaringan dan
melakukan sering dengan meningkatkan sirkulasi.
aktivitas jumlah personel5. Berguna dalam
cukup. memformulasikan
Demonstrasikan/ program latihan/
bantu tehnik aktivitas yang
pemindahan dan berdasarkan pada
penggunaan kebutuhan individual
bantuan mobilitas, dan dalam
mis, trapeze mengidentifikasikan alat
5. Kolaborasi: konsul6. tekanan pada jaringan
dengan fisoterapi. yang mudah pecah untuk
6. Kolaborasi: mengurangi risiko
Berikan matras imobilitas
busa/ pengubah7. Mungkin dibutuhkan
tekanan. untuk menekan sistem
7. Kolaborasi: berikan inflamasi akut
obat-obatan sesuai
indikasi (steroid).
Gangguan Citra Setelah dilakukan1. Dorong 1. Berikan kesempatan
Tubuh / Perubahan tindakan keperawatan pengungkapan untuk mengidentifikasi
Penampilan Peran selama 3x24 jam mengenai masalah rasa takut/ kesalahan
berhubungan diharapkan gangguan tentang proses konsep dan
dengan perubahan citra tubuh berkurang penyakit, harapan menghadapinya secara
kemampuan untuk dengan criteria: masa depan. langsung
melaksanakan 1. Mengungkapkan 2. Diskusikan arti dari2. Mengidentifikasi
tugas-tugas peningkatan rasa kehilangan/ bagaimana penyakit
umum, percaya diri dalam perubahan pada mempengaruhi persepsi
peningkatan kemampuan untuk pasien/orang diri dan interaksi dengan
penggunaan menghadapi terdekat. orang lain akan
energi, penyakit, Memastikan menentukan kebutuhan
ketidakseimbanga perubahan pada bagaimana terhadap intervensi/
n mobilitas. gaya hidup, dan pandangaqn pribadi konseling lebih lanjut
kemungkinan pasien dalam3. Isyarat verbal/non verbal
2. Menyusun rencana memfungsikan orang terdekat dapat
realistis untuk gaya hidup sehari- mempunyai pengaruh
masa depan. hari, termasuk mayor pada bagaimana
aspek-aspek pasien memandang
seksual. dirinya sendiri
3. Diskusikan 4. Pasien/orang terdekat
persepsi mungkin membutuhkan
pasienmengenai dukungan selama
bagaimana orang berhadapan dengan
terdekat menerima proses jangka panjang/
keterbatasan. ketidakmampuan
4. Kolaborasi: Rujuk5. Mungkin dibutuhkan
pada konseling pada sat munculnya
psikiatri, mis: depresi hebat sampai
perawat spesialis pasien mengembangkan
psikiatri, psikolog. kemapuan koping yang
5. Kolaborasi: lebih efektif
Berikan obat-
obatan sesuai
petunjuk, mis; anti
ansietas dan obat-
obatan peningkat
alam perasaan.
Defisit perawatan Setelah dilakukan1. Diskusikan tingkat1. Mungkin dapat
diri berhubungan tindakan keperawatan fungsi umum (0-4) melanjutkan aktivitas
dengan kerusakan selama 3x24 jam sebelum timbul umum dengan
musculoskeletal, diharapkan klien dapat awitan/ eksaserbasi melakukan adaptasi yang
penurunan mengatur kegiatan penyakit dan diperlukan pada
kekuatan, daya sehari-hari, dengan potensial keterbatasan saat ini
tahan, nyeri pada criteria hasil: perubahan yang2. Mendukung kemandirian
waktu bergerak, 1. Melaksanakan sekarang fisik/emosional
depresi. aktivitas perawatan diantisipasi. 3. Menyiapkan untuk
diri pada tingkat2. Pertahankan meningkatkan
yang konsisten mobilitas, kontrol kemandirian, yang akan
dengan terhadap nyeri dan meningkatkan harga diri
kemampuan program latihan. 4. Berguna untuk
individual 3. Kaji hambatan menentukan alat bantu
2. Mendemonstrasika terhadap partisipasi untuk memenuhi
n perubahan dalam perawatan kebutuhan individual.
teknik/ gaya hidup diri. Identifikasi Mis; memasang kancing,
untuk memenuhi /rencana untuk menggunakan alat bantu
kebutuhan modifikasi memakai sepatu,
perawatan diri. lingkungan menggantungkan
3. Mengidentifikasi 4. Kolaborasi: Konsul pegangan untuk mandi
sumber-sumber dengan ahli terapi pancuran
pribadi/ komunitas okupasi. 5. Mengidentifikasi
yang dapat5. Kolaborasi: Atur masalah-masalah yang
memenuhi evaluasi kesehatan mungkin dihadapi karena
kebutuhan di rumah sebelum tingkat kemampuan
perawatan diri. pemulangan actual
dengan evaluasi6. Mungkin membutuhkan
setelahnya. berbagai bantuan
6. Kolaborasi : atur tambahan untuk
konsul dengan persiapan situasi di
lembaga lainnya, rumah
mis: pelayanan
perawatan rumah,
ahli nutrisi.

DAFTAR PUSTAKA
Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi 11.
Alih bahasa : Irawati, et al. Jakarta : EGC

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC. 2002.
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi 7. Jakarta :
EGC
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA SELEKTA
KEDOKTERAN Edisi Ketiga Jilid Kedua. Jakarta : Media Aesculapius

PATHWAY ARTRITIS REUMATOID


Reaksi F. Anti Bodi, F. Metabolik, Infeksi

Reaksi Peradangan

Sinovial Menebal Informasi Tentang


Nyeri
Proses Penyakit
Pannus

Kurang
Pengetahun
Devormitas Sendi Nodul

Infiltrasi Ke dlm os.


Gg, Bodi Image Gg. Mobilitas Subcondria
Fisik
Terbatasnya Gerakan Hambatan Nutrisi pada
Sendi Kartilago Artikularis

Defisit Self Care Kerusakan Kartilago, Tulang


Tendon dan ligament melemah

Hilangnya Kekuatan Otot

Resiko Cedera

Anda mungkin juga menyukai