Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS KASUS PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan


Yang Diampu Oleh Bapak Dr.Nur Wahyu Rochmadi, M.Pd, M.Si.

Disusun Oleh:Off C
Elsa Novia Fitri Dewi (160341606011)

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

APRIL 2017
LATAR BELAKANG

Hak asasi manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang melekat pada diri manusia sejak
manusia diciptakan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak yang dimiliki setiap orang
tentunya tidak dapat dilaksanakan sebebas-bebasnya, karena ia berhadapan langsung dan harus
menghormati hak yang dimiliki orang lain. Hak asasi manusia teriri atas dua hak yang paling
fundamental, yaitu hak persamaan dan hak kebebasan. Tanpa adanya kedua hak ini maka akan
sulit untuk menegakkan hak asasi lainnya.

Pengakuan terhadap hak asasi manusia pada hakikatnya merupakan penghargaan terhadap
segala potensi dan harga diri manusia menurut kodratnya. Walaupun demikian, kita tidak boleh
lupa bahwa hakikat tersebut tidak hanya mengundang hak untuk mengikuti kehidupan secara
kodrati. Sebab dalam hakikat kodrati itupun terkandung kewajiban pada diri manusia tersebut.
Tuhan memberikan sejumlah hak dasar tadi dengan kewajiban membina dan
menyempurnakannya.

HAM merupakan hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundmental
sebagai suatu anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh
setiap individu, masyarakat, atau negara.

Dengan demikian, hakikat pengormatan dan perlindungan terhadap HAM ialah menjaga
keselamatan eksistensi manusia secara utuh melalui aksi keseimbangan. Keseimbangan adalah
antara hak dan kewajiban serta keseimbangan antara kepentingan perseorangan dengan
kepentingan umum. Upaya menghormati, melindungi, dan menjunjung tinggi HAM menjadi
kewajiban dan tanggung jawab bersama antara individu, pemerintah (aparatur pemerintahan baik
sipil maupun militer), dan negara.

Meskipun di Indonesia telah di atur Undang Undang tentang HAM, masih banyak pula
pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia.
KASUS 1

Guru di Jayapura Pukul Siswa, Kepala Sekolah Membela
Liputan 6 24 Okt 2013, 17:40 WIB

(Sumber:www.liputan 6.com)

Video amatir kekerasan seorang guru yang memukuli muridnya, sambil merokok di ruang
kelas, di Jayapura, Papua, beredar. Pukulan dilayangkan karena siswa tidak bisa menjawab
pertanyaannya.
Dalam tayangan Liputan 6 Petang SCTV, Kamis (24/10/2013), dengan mudahnya seorang
guru di SMK Negeri 3, Jayapura, Papua ini, melayangkan tangannya ke kepala siswa. Video
berdurasi 3 menit 14 detik ini diam-diam direkam salah satu siswa untuk membuktikan kekerasan
yang dialami murid bukanlah isapan jempol.
Sang guru tidak segan mengulangi aksinya, sambil sesekali mengisap rokok di ruang kelas.
Guru yang mengajar energi terbarukan di SMK ini, menampar murid yang tidak mampu menjawab
pertanyaannya. Orangtua siswa menuntut tindakan tegas terhadap guru yang tidak terpuji ini.
Namun, sayangnya Kepala Sekolah SMK Negeri 3 Jayapura, malah terkesan membela sang
guru. Menurutnya, sang guru berbuat demikian karena kehabisan metode untuk menggenjot siswa
SMK yang berbeda denga SMA

Analisis Kasus

Hak asasi merupakan hak mendasar yang dimiliki setiap manusia semenjak dia lahir. Hak
pertama yang kita miliki adalah hak untuk hidup seperti di dalam Undang Undang No. 39 tahun
1999 pasal 9 ayat (1) tentang hak asasi manusia, “Setiap orang berhak untuk hidup,
mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf hidupnya”, ayat (2) “Setiap orang berhak hidup
tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera, lahir dan bathin”, dan ayat (3) “Setiap orang berhak
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.”
Di Indonesia hak asasi manusia (HAM) secara tegas di atur dalam Undang Undang No. 39
tahun 1999 pasal 2 tentang asas-asas dasar yang menyatakan “Negara Republik Indonesia
mengakui dan menjunjung tinggi hak asasi manusia dan kebebasan dasar manusia sebagai hak
yang secara kodrati melekat pada dan tidak terpisahkan dari manusia, yang harus dilindungi,
dihormati, dan ditegakkan demi peningkatan martabat kemanusiaan, kesejahtera-an, kebahagiaan,
dan kecerdasan serta keadilan.”
Meskipun di Indonesia telah di atur Undang Undang tentang HAM, masih banyak pula
pelanggaran-pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia. Pelanggaran HAM yang baru-baru ini
sedang marak adalah pelanggaran hak asasi perlindungan anak. Padahal di dalamnya sudah
terdapat Undang Undang yang mengatur di dalamnya, antara lain Undang Undang No. 4 tahun
1979 diatur tentang kesejahteraan anak, Undang Undang No. 23 tahun 2002 diatur tentang
perlindungan anak, Undang Undang No. 3 tahun 1997 tentang pengadilan anak, Keputusan
Presiden No. 36 tahun 1990 diatur tentang ratifikasi konversi hak anak.
Apabila kita melihat kasus yang terjadi diatas dimana seorang anak yang seharusnya
mendapatkan pendidikan yang layak bukan malah di pukul yang mengakibatkan anak jadi takut
untuk pergi kesekolah untuk menimba ilmu, hal ini tentu saja melangar peraturan perundang-
undangan yang berlaku sebagaimana yang terdapat dalam Undang-undang dasar Negara Republik
Indonesia yang tercantum di dalam Pasal 28 B ayat (2), yang berbunyi Setiap orang berhak atas
kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan
diskriminas, Pasal 28 C ayat (1) Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan
kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu
pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi
kesejahteraan umat manusia. Ayat (2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negaranya.
Dan sebagaimana yang diatur didalam Undang-undang Khusus Tentang Hak Asasi Manusia, yaitu
Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 11 yang berbunyi “Setiap
orang berhak atas pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk tumbuh dan berkembang secara
layak”.Kasus ini masuk dalam kasusu pelanggaran biasa atau pelanggaran ringan.

 REFLEKSI

Menurut saya, melihat dari kasus diatas hendaknya Aparat penegak hukum lebih jeli dan teliti
lagi dalam perlindungan hak Asasi Manisia khususnya pelanggaran hak asasi terhadap anak, yang
mana seorang anak seharusnya mendapatkan pendidikan yang layak untuk perkembangan
hidupnya, dan juga kepada guru seharusnya membimbing murid untuk membentuk mereka
menjadi manusia seutuhnya yang berjiwa pancasila. Dan juga guru hendaknya menerapkan etika
sebagai seorang guru. Etika bagi guru adalah terhadap peserta didiknya, terhadap pekerjaan dan
terhadap tempat kerja. Etika tersebut wajib dimiliki oleh seorang guru untuk mewujudkan proses
belajar mengajar yang baik.
Guru sebaiknya memberi contoh yang baik bagi muridnya. Keteladanan seorang guru adalah
perwujudan realisasi kegiatan belajar mengajar dan menanamkan sikap kepercayaan kepada
murid. Guru yang berpenampilan baik dan sopan akan mempengaruhi sikap murid demikian juga
sebaliknya. Selain itu di dalam memberikan contoh kepada murid, guru harus bisa mencontohkan
bagaimana bersifat objektif dan terbuka pada kritikan serta menghargai pendapat orang lain.
KASUSS II

KASUS MAHASISWA MEMBUNUH BAYINYA

(Sumber:dokumen pribadi)

Pada tanggal 31 Maret2017 di daerah Sumbersari-Malang sekitar pkul 17.00 WIB,seorang ibu
kos terdengar suara bayi (yang sebelumnya telah di curigai bahwa tersangka hamil),akan tetapi
ketika dia ditanyai oleh ibu kosnya dia malah mengaku bahwa hanya sekedar sakit lambung.pada
sore itu ibu kos mendengar suara tangisan bayi dan langsung menggedor pintu kamar tersangka
tersebut.akan tetapi tersangka menjawab bahwa suara tersebutbersumber dari laptop.Terpaksa ibu
kos masuk kedalam kamar tersangka tersebut dengan melihat adanya darah dibawah kasur
tersangka ibu kos langsung berkata “sudah nak kamu ini hamil sekarang mana bayimu”.tersangka
menjawab”sudah saya buang bu”.dengan keridak percayaan ibu kos tersebut lalu ibu kos
memeriksa sekitar kamar dan akhirnya di temukan di dalam tas yang telah di bungkus kresek dan
ditutupi jas hujan.

 ANALISIS KASUS

Hak asasi manusia adalah hak dasar atau hak pokok yang melekat pada diri manusia sejak
manusia diciptakan sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hak pertama yang kita miliki adalah
hak untuk hidup seperti di dalam Undang Undang No. 39 tahun 1999 pasal 9 ayat (1) tentang hak
asasi manusia, “Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, dan meningkatkan taraf
hidupnya”, ayat (2) “Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera, lahir
dan bathin”, dan ayat (3) “Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.”
Menurut UU Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002 BAB III Pasal 4 :”setiap anak
berhak untuk dapat hidup ,tumbuh ,berkembang dan berpartisiasi secara wajar sesuia dengan
harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
Melihat kasusu diatas seorang anak hendaknya mendapatkan penghidupan yang layak bukan
malah harus dibunuh.Seperti yang tercantum dalam UU N0.23 Tahun 2002 BAB III Pasal 8
menyatakan bahwa :”setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan social
sesuai dengan kebutuhan fisik,mental spiritual dan social”.
Dalam hal in tindakan tersangka berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pasal 338
termasuk dalam tindakan pembunuhan.Pembunuhan dalam KUHP Pasal 338 diartikan sebagai
suatu kesengajann menghilangkan nyawa orang lain,perbuatan yang tidak manusiawi.
Pembunuhan secara yuridis diatur dalam pasal 338 KUHP ,yang mengatakan bahwa :”barang
siapa dengan sengaja menghilangkan ,karena bersalah telah melakukan “pe,bunuhan “dipidana
dengan pidana penjara selam-lamanya 15 tahun.

 REFLEKSI
Menurut saya melihat kasus diatas anak merupakan anugerah dari tuhan YME.Setiap orang
dari lahir telah mempunyai hak yang menempel pada dirinya berupa hak hidup.akan tetapi pada
kasusu ini seorang mahasiswa nekat membuang bayi yang tidak bersalah tersebut

Hendaknya sikap orang tua untuk mengontrol kehidupan anaknya itu penting,pengawasan
terhadap anak sendiri itu juga penting.agar tidak terjadi kasus seperti ini.melihat dunia yang seperti
saat ini pergaulan bebas telah terjadi diman-mana pengawasan pada anak itu sangatlah penting
meskipun anak tersebut sudah menjadi seorang Mahasiswa.

Hal ini terjadi dikarenakan kurang sadarnya orang akan Hak Asasi Manusia.Meskipu
pemerintah telah berupaya untuk menegakkan HAM akan tetapi jika rasa sadar orang terhadap
HAM kurang maka akan timbul lah pelanggaran HAM.

Kasus seperti ini marak sekali terjadi di Indonesia.Sebaiknya setiap perbatan yang
dilakukan haruslah dipertanggung jawabkan.
KASUS III
Kasus Pelanggaran HAM di Aceh

Pada tahun 1989-1998,Pemerintah memberlakukan Aceh sebagai Daerah Operasi Militer


(DOM),CoHA (2002-2003), DM I, DM II dan DS (2003-2005). Sepanjang masa itu telah terjadi
pembunuhan, penyiksaan, penghilangan, pemerkosaan dan pelecehan seksual, perampasan harta
benda, pembakaran, pengusiran terhadap warga sipil. Kasus tergolong besar diantaranya Kasus
Tgk Bantaqiah, Kasus Simpang KKA dan Kasus Arakundo dari ratusan kasus yang dilaporkan.
Laporan terakhir Kontras menyatakan masyarakat, TNI, PMI, dan AMM ikut melakukan
penggalian kuburan sepanjang 2005-2007 sebanyak 41 kuburan telah dibongkar berisi 61 kerangka
yang diduga korban konflik. Hal ini tentu masih sangat kuat melekat dalam ingatan kita,
bagaimana masyarakat Aceh saat itu dicekam perasaan takut dan tidak aman. Sekitar 3.000 kasus
pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi di masa konflik sejak tahun 1989-2005,
hingga kini belum ada proses hukum. Padahal, dalam MoU Helsinki telah diamanatkan bahwa ada
Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi (KKR) untuk mengungkapkan fakta-fakta kebenaran terhadap
para korban konflik.

 ANALISIS KASUS

Kasus Aceh misalnya, Semenjak dideklarasikannya GAM oleh Hasan Di Tiro, Aceh selalu
menjadi daerah operasi militer dengan intensitas kekerasan yang tinggi. Operasi militer yang
digelar oleh pemerintah Indonesia di Aceh sejak tahun 1976-2005 untuk menumpas Gerakan Aceh
Merdeka, dengan berbagai bentuk operasi militer yang diterapkan mulai dari penerapan Daerah
Operasi Militer (DOM), Darurat Militer (DM),Darurat Sipil I (DS I) dan Darurat Sipil II (DSII),
di Aceh telah mengakibatkan terjadinya kekerasan dan pelanggaran HAM terhadap masyarakat
sipil yang tak berdosa.Tahun 1989 – 1998, Sepanjang masa itu pelanggaran HAM berat terhadap
warga Aceh banyak dijumpai, mulai dari penagkapan, penyiksaan, ada yang dibunuh dan
mayatnya entah kemana, pemerkosaan ,perampasan harta benda, dan pengusiran secara paksa oleh
oknum Aparat keamanan Indonesia seperti TNI, Polri, Intelijen, dan Milisi. Kasus tergolong besar
diantaranya Kasus Tgk Bantaqiah, Kasus Simpang KKA dan Kasus Arakundo dari ratusan kasus
yang dilaporkan.

Sederetan kasus pelanggaran HAM terjadi di Aceh dan menyisakan luka yang sangat
mendalam. Kasus ini jelas melanggar konvenat yang dikeluarkan PBB dan bertentangan dengan
undang-undang Republik Indonesia tentang HAM. Dapat kita lihat bahwa banyak hak yang
dilanggar disini, hak hidup, hak kebebasan, hak atas kepemilikan harta benda, hak kebebasan dari
rasa takut serta hak mendapatkan perlindungan hukum. Kondisi ini diperparah lagi dengan tidak
adanya proses hukum terhadap para pelaku kekerasan dan pelanggaran HAM, dan tidak adanya
rehabilitasi atas dampak konflik yang dialami korban.

Sebagaimana kita ketahui, para korban konflik mengalami kerugian yang sangat besar yang
telah membawa dampak secara langsung dan tidak langsung terhadap kelangsungan hidupnya ke
depan. Penyiksaan, trauma masa lalu, kehilangan orang yang dicintai, hilangnya pekerjaan, kondisi
kesehatan yang buruk, pengorbanan atas harta benda, pencemaran nama baik, perkosaan dan
pelecehan seksual terhadap perempuan merupakan bentuk-bentuk kekerasan yang sampai
kapanpun tidak bisa ditolerir dan sampai saat ini belum ada penyelesaiannya.

Hal ini sangat bertentangan dengan instrumen hak asasi manusia yang dimiliki Negara
Republik Indonesia,yakni: Undang – Undang Dasar 1945, Ketetapan MPR Nomor
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia,dan Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia. Di Indonesia secara garis besar disimpulkan, hak-hak asasi manusia
itu dapat dibeda-bedakan menjadi sebagai berikut :

a. Hak – hak asasi pribadi (personal rights) yang meliputi kebebasan menyatakan pendapat, kebebasan
memeluk agama, bebas dari ancaman, dan kebebasan bergerak.

b. Hak – hak asasi ekonomi (property rights) yang meliputi hak untuk memiliki sesuatu, hak untuk
membeli dan menjual serta memanfaatkannya.

c. Hak – hak asasi politik (political rights) yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan, hak pilih
(dipilih dan memilih dalam pemilu) dan hak untuk mendirikan partai politik.
d. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan ( rights of legal
equality).

e. Hak – hak asasi sosial dan kebudayaan ( social and culture rights). Misalnya hak untuk memilih
pendidikan dan hak untukmengembangkan kebudayaan.

f. Hak asasi untuk mendapatkan perlakuan tata cara peradilan dan perlindungan (procedural
rights). Misalnya peraturan dalam hal penahanan, penangkapan, penggeledahan, dan peradilan.

 REFLEKSI

Hak Asasi Manusia merupakan hak dasar yang dimiliki manusia dan bersumber dari
Tuhan. Hak tersebut bukan diberikan oleh negara maupun oleh sesama manusia. Oleh karena itu
penghormatan terhadap HAM haruslah dijunjung tinggi, manusia bermartabat tidak berhak
melakukan pelanggaran HAM terhadap manusia lain. Pelanggaran yang dilakukan akan dikenakan
sanksi sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Namun demikaian pelanggara HAM
masih marak terjadi. Kasus Aceh misalnya. Sejak dideklarasikan adanya Gerakan Aceh Merdeka,
Aceh menjadi daerah dengan potenti pelanggaran HAM yang tinggi. Pemberlakuan DOM di Aceh
melahirkan pelanggaran HAM berat, dari mulai penggusuran,penculikan,penyiksaan,
penghilangan paksa, sampai ke pembunuhan terjadi mulai tahun 1989 sampai 2005. Hal ni
menyisakan trauma yang mendalam bagi masyarakat Aceh. Untuk itu diperlukan upaya-upaya
agar masyarakat Aceh yang telah dilanggar haknya bisa mendapatkan haknya kembali.

Oleh karena itu penanganan terhadap kasus pelanggaran HAM tentu harus lebih
ditingkatkan, terutama oleh pemerintah Indonesia, hal ini diperlukan untuk memberikan rasa
keadilan kepada para korban secara khusus, dan kepada masayarakat Indonesia secara umum, hal
ini juga diharapkan akan menjadi pelajaran berarti bagi semua masyarakat dan penyelenggara
negara, untuk tidak mengulangi pelanggaran-pelanggaran tersebut diatas.

Selain itu juga diperlukan rekonsiliasi nasional, sebagai agenda penegakan hak asasi
manusia saat ini.Bukan hanya rekonsiliasi nasional yang harus dilakukan, namun diperlukan
kemauan yang kuat dari pemerintah dan berbagai pihak dalam upaya menyelesaikan pelanggaran
HAM ini, ditingkat daerah, seperti di Aceh pemerintah harus segera menyelesaikan persoalan
pelanggaran HAM ini, melaksanakan institusionalisasi instrumen penanganan masalah HAM yang
berlaku dan melaksanakan pengungkapan kebenaran. Pelaku yang terkait dengan permasalahan ini
harus diperiksa dan diadili sesuai hukum yang berlaku.

Anda mungkin juga menyukai