1
Schiavo, Renata. 2014. Health Communication : From Theory to Practice.
doi:10.1017/CBO9781107415324.004.
2
http://etheses.uin-malang.ac.id/1660/6/11410100_Bab_2.pdf
disekitarnya. Dalam keadaan senang, seseorang memiliki kecenderungan
untuk menganggap berbagai hal disekitarnya adalah baik. Begitu pula
sebaliknya jika seseorang dalam keadaan sedih.
d. Jenis-jenis persepsi
Menurut Riswandi (2009), terdapat dua jenis persepsi, yaitu persepsi
lingkungan fisik dan persepsi lingkungan sosial4. Kedua jenis persepsi tersebut
memiliki perbedaan, yaitu:
1) Persepsi lingkungan fisik
Persepsi lingkungan fisik adalah persepsi yang dilakukan terhadap sifat-
sifat fisik suatu objek. Objek bersidat statis, sehingga tidak memberikan
umpan balik atas persepsi yang diberikan.
2) Persepsi sosial
Persepsi sosial adalah persepsi yang dilakukan terhadap sifat fisik (luar)
dan sifat dalam yang meliputiperasaan, motih, harapan, keyakinan, dan
lainnya. Persepsi ini bersifat interaktif sehingga ada kemungkinan
seseorang yang memberikan persepsi akan menerima umpan balik dari
orang yang menjadi objek.
3
Agung, Wardana. 2012. “Persepsi Siswa Kelas XI SMAN 1 Depok Sleman Terhadap Kegiatan Belajar Mengajar
Pendidikan Jasmani Tahun 2010/2011,” 7–22
4
http://erepo.unud.ac.id/18812/3/1220025006-3-BAB%20II.pdf
optimal. Di sisi lain, pasien dan keluarga mengeluh karena merasa kurang puas atas
proses atau hasil dari pengobatan yang dilakukan pihak rumah sakit. Sengketa tersebut
biasanya terjadi akibat adanya perbedaan persepsi mengenai penyakit dan kesehatan
antara dokter dan pasien, ekspektasi yang berlebihan terhadap dokter oleh pasien, dan
ketidaksiapan dokter untuk menjalin komunikasi yang empatik dengan pasien . Maka
dari itu, persepsi yang benar sangat penting dalam komunikasi kesehatan karena akan
berdampak pada kesehatan yang membaik, kenyamanan dan kepuasan pasien,
penurunan resiko malpraktik dan sengketa yang terjadi antara pasien dan dokter5.
2. Bentuk Komunikasi
Terdapat dua bentuk komunikasi, yaitu komunikasi verbal dan non-verbal. Kedua
jenis komunikasi ini akan mempengaruhi bagaimana informasi diterima, disetujui, dan
diuraikan6. Kedua jenis komunikasi tersebut sangat berbeda. Perbedaannya yaitu7:
a. Komunikasi verbal
Komunikasi verbal adalah penyampaian informasi menggunakan kata-kata.
Media yang digunakan pada komunikasi ini yaitu bahasa. Pemahaman tentang
bahasa sangat diperlukan akan informasi yang disampaikan dapat diterima
dengan baik dan benar.
b. Komunikasi non-verbal
Komunikasi non-verbal adalah cara penyampaian pesan atau informasi
menggunakan bahasa tubuh. Bahasa tubuh yang digunakan dapat berupa
gerakan tangan, raut muka, gerakan mata, dan gerakan badan. Meskipun tanpa
adanya percakapan, dengan komunikasi non-verbal yang baik dan benar,
informasi dapat tersampaikan.
5
Schiavo, Renata. 2014. Health Communication : From Theory to Practice.
doi:10.1017/CBO9781107415324.004.
6
Schiavo, Renata. 2014. Health Communication : From Theory to Practice.
doi:10.1017/CBO9781107415324.004.
7
http://nurlaela.note.fisip.uns.ac.id/2015/09/23/komunikasi-verbal-dan-non-verbal/
8
http://helvetia.ac.id/elearning/file.php/1/Communication4-variabel.pdf
Penyampaian informasi yang bersifat pribadi kepada orang lain adalah bentuk
dari keterbukaan. Keterbukaan adalah ciri dari adanya kepercayaan diantara
kedua belah pihak yang terlibat komunikasi. Dengan adanya keterbukaan,
kesalahpahaman yang mungkin terjadi dalam komunikasi dapat dihindari.
b. Lingkungan
Lingkungan dapat menjadi hambatan dalam komunikasi apabila lingkungan
tersebut memiliki kondisi yang ramai, ribut, dan tidak nyaman. Kondisi
tersebut akan menyebabkan informasi yang disampaikan terganggu sehingga
informasi tidak tersampaikan dengan utuh.
c. Fisik
Bisu, buta, dan tuli merupakan bentuk hambatan fisik dalam komunikasi.
Panca indera utama penerima informasi, yaitu mulut, mata, dan telinga saling
berkoordinasi ketika menerima informasi. Mata berfungsi sebagai alat
penerima informasi dari komunikasi non-verbal dan telinga berfungsi sebagai
penerima informasi dari komunikasi verbal.
d. Psikologi
Komunikasi yang efektif akan lebih sulit tercapai ketika salah satu atau dua
belah pihak tidak dalam kondisi yang sehat untuk berkomunikasi. Misalnya
keadaan marah. Ketika seseorang dalam keadaan marah, informasi yang
disampaikan memiliki cenderung untuk ditolak mentah-mentah karena pada
kondisi tersebut otak tidak dapat mengolah informasi dengan benar.
Dengan demikian, pihak pemberi informasi harus memperhatikan hambatan apa saja
yang mungkin terjadi ketika komunikasi dilakukan dan mencari solusi agar informasi yang
disampaikan dapat diterima secara optimal.
9
http://www.ubm.ac.id/faktor-hambatan-barriers-dalam-komunikasi-yang-efektif/