Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulisan laporan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan asuhan
pada ibu hamil yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Banyuasin
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik pasien dengan Death Conceptus
b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya Death Conceptus
c. Untuk mengetahui pencegahan terjadinya Death Conceptus
1.3. Manfaat
1. Bagi klien/keluarga
Sebagai bahan acuan bagi klien agar lebih mengetahui tentang
Death Conceptus, serta dapat mewaspadai apabila terdapat gejala-gejala
klinis yang menyebabkan terjadinya Death Conceptus.
2. Bagi petugas kesehatan
Diharapka dapat menambah wawasan dan dapat dijadikan literature
dalam menangani pasien dengan Death Conceptus ,bagi institusi pendidikan
sebagai bahan acuan untuk menambah ilmu dan wawasan pengetahuan
mahasiswa terhadap penyakit Death Conceptus.
3. Bagi instansi pendidik
Agar dapat memberikan manfaat bagi lembaga pendidikan, serta
dapat merencanakan kegiatan pendidikan dalam konteks asuhan
keperawatan secara menyeluruh, khususnya pada pasien Death Conceptus ,
sehingga lulusan akademi kebidanan di harapkan mampu memberikan
pelayanan yang optimal.
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1.Identitas Pasien
Nama : Ny. H
Umur : 24 tahun
Jenis kelamin : Wanita
Suku/Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Betung
2.2. Anamnesis
a. Keluhan Utama :
Keluar cairan kemerahan dan berbau dari vagina sejak 3 hari SMRS
(22-05-17).
e. Riwayat Menstruasi :
Menarche : 15 tahun
Siklus : 40 hari
Lama haid : 5 hari
Dismenorrhea : (-)
HPHT : 28-12-16
TP : 05-09-17
f. Riwayat Perkawinan
Menikah satu kali, status masih menikah
g. Riwayat KB :
Pasien belum pernah menggunakan KB
h. Riwayat Operasi
Penderita belum pernah operasi sebelumnya
i. Riwayat ANC
Kontrol 2 kali di bidan
j. Kebiasaan Hidup
Merokok (-), Alkohol (-), konsumsi jamu (-), memelihara binatang (-)
Thorax :
Mammae : Simetris
Pulmo : Suara nafas vesikuler, ronki - / -, wheezing - / -
Cor : S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Lihat status obstetri
Ekstremitas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
b. Statis Obstretikus
Inspeksi : Perut tampak cembung, striae gravidarum (-),
, luka bekas SC (-)
Palpasi : pemeriksaan leopold belum bisa dilakukan karena usia
kehamilan pasien 20 minggu, ballottement (+)
TFU : 2 jari dibawah pusar
His : (-)
Auskultasi : DJJ (-)
c. Pemeriksaan Dalam
Portio : lunak
Posisi : posterior
Ketuban : (+)
Pendataran : 0%
Pembukaan : kuncup/(-),
Hodge : bidang hodge I,
Terbawah : tidak dapat dinilai
Penunjuk : tidak dapat dinilai
USG:
2.5. Diagnosis
G1 P0 A0 Hami 20 minggu dengan death conceptus
2.6. Prognosis
Ibu : Dubia ad Bonam
Janin : Dubia ad Malam
2.7. Penatalaksanaan
IVFD RL gtt xx/menit
Cek Hb, leukosit, trombosit, CT, BT
Inj. Cefotaxime 2x1 gr
Proster 3 tab/oral/4jam
Rencana partus pervaginam
2.8. Laporan Persalinan
Kala 1
Lama: 6,5 jam
Tindakan: partus spontan
Tanggal 22 mei 2017 jam 14.00 – 20.30 wib
Kala II
Bayi lahir meninggal ,partus spontan pada tanggal 22 mei 2017
pukul 20.30 wib.
Jenis kelamin perempuan, berat 300gram, PB : 10 cm.
Kala III
Lama : 15 menit
Plasenta lahir utuh
Kala IV
TD : 110/70 mmHg
N : 72 x/menit
RR : 20 x/menit
Perdarahan : ± 250 cc
IVFD RL gtt xx/menit
Inj. Cefotaxime 2x1 gr
Asam mefenamat tab 3x500 mg
Hb vit tab 2x1
2.9. Follow up
Tanggal 23-05-17
S : flek (+), nyeri perut bawah (+)
O: Ku: tampak sakit sedang
Sens : Compos mentis
TD : 100/70 mmHg
N : 80 x/m
RR : 20 x/m
T : 37,3oC
Genitalia : lochea rubra (+), perdarahan tidak aktif
A : post abortus komplit
P : - IVFD RL drip oxytocin 2 amp gtt xx/m
- Inj. Cefotaxime 2x1 gr
- asam mefenamat 3x500 mg tab
- Hb vit 2x1 tab
Tanggal 23-05-17
S:-
O: Ku: tampak sakit sedang
Sens : Compos mentis
TD : 110/70 mmHg
N : 82 x/m
RR : 20 x/m
T : 36,8oC
Genitalia : lochea rubra (+), perdarahan tidak aktif
A : post abortus komplit
P : - rencana rawat jalan
- aff infus
- cefadroxil 2x500 mg tab
- asam mefenamat 3x500 mg tab
- Hb vit 2x1 tab
- Maltofer 2x1 tab
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 . Intra Uterine Fetal Death
A. Definisi
Intra Uterine Fetal Death/Kematian Janin dalam rahim yaitu kematian
yang terjadi pada umur kehamilan lebih dari 20 minggu dimana janin sudah
mencapai ukuran 500 gr atau lebih
Menurut WHO dan The American College Of Obstetricians and
Gynecologists yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim
dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim pada
kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir dari
gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi.
B. Klasifikasi
C. Etiologi
Penyebab dari IUFD seringkali dipicu oleh Ketidak cocokan rhesus darah
ibu dan janin, ketidak cocokan golongan darah ibu dan janin, gerakan janin yang
terlalu aktif, penyakit pada ibu, kelainan kromosom, trauma saat hamil, infeksi pada
ibu, kelainan bawaan janin, perdarahan antepartum, penyakit saluran kencing,
penyakit endokrin, malnutrisi, dll.
Pada 25-60 % kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin
dapat disebabkan oleh faktor maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta.
Faktor maternal antara lain adalah
Post term (> 42 minggu), diabetes mellitus tidak terkontrol, sistemik lupus
eritematosus, infeksi, hipertensi, preeklamsia, eklamsia, hemoglobinopati, umur
ibu tua, penyakit rhesus, ruptura uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi akut
ibu,kematian ibu.
Faktor fetal antara lain adalah
Hamil kembar, hamil tumbuh terhambat, kelainan kongenital, kelainan genetik,
infeksi.
Faktor plasenta antara lain adalah
Kelainan tali pusat, lepasnya plasenta, ketuban pecah dini, vasa previa.
Sedangkan faktor risiko terjadinya kematian janin intrauterin meningkat pada
usia ibu > 40 tahun, pada ibu infertil, kemokonsentrsi pada ibu, riwayat bayi dengan
berat badan lahir rendah, infeksi ibu (ureplasma urealitikum), kegemukan, ayah
berusia lanjut.
F. Klasifikasi
Menurut United States National Center for Health Statistic Kematian
janin dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu: 1
1. Golongan I : kematian sebelum massa kehamilan mencapai 20 minggu penuh
(early fetal death)
2. Golongan II : kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu (intermediate fetal
death)
3. Golongan III : kematian sesudah masa kehamilan >28 minggu (late fetal
death)
4. Golongan IV : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan
di atas.
Bila janin mati dalam kehamilan yang telah lanjut terjadilah perubahan-
perubahan sebagai berikut :
1. Rigor mortis (tegang mati)
Berlangsung 2,5 jam setelah mati, kemudian lemas kembali.
2. Maserasi grade 0 (durasi < 8 jam) :
kulit kemerahan ‘setengah matang’
3. Maserasi grade I (durasi > 8 jam) :
Timbul lepuh-lepuh pada kulit, mula-mula terisi cairan jernih tapi kemudian
menjadi merah dan mulai mengelupas.
4. Maserasi grade II (durasi 2-7 hari) : kulit mengelupas luas, efusi cairan
serosa di rongga toraks dan abdomen. Lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air
ketuban menjadi merah coklat.
5. Maserasi grade III (durasi >8 hari)
Hepar kuning kecoklatan, efusi cairan keruh, mungkin terjadi mumifikasi.
Badan janin sangat lemas, hubungan antara tulang-tulang sangat longgar
dan terdapat oedem dibawah kulit.
G. Patofisiologi
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IUFD) karena beberapa faktor antara
lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi berbahaya
karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin.
Serta anemia, karena anemia disebabkan kekurangan Fe maka dampak pada janin
adalah irefersibel. Kerja organ – organ maupu aliran darah janin tidak seimbang
dengan pertumbuhan janin.
I. Diagnosis
Penetapan diagnosa di peroleh dengan cara : anamnesa, pemeriksaan yang
meliputi palpasi, auskultasi, reaksi kehamilan, rontgen foto abdomen.Riwayat dan
pemeriksaan fisik sangat terbatas nilainya dalam membuat diagnosis kematian
janin. Umumnya penderita hanya mengeluh gerakan janin berkurang, pada
pemeriksaan fisik tidak terdengar denyut jantung janin. Diagnosis pasti ditegakkan
dengan pemeriksaan ultrasound , dimana tidak tampak adanya gerakan jantung
janin.
Pada anamnesis gerakan menghilang. Pada pemeriksaan pertumbuhan janin
tidak ada, yang terlihat terlihat pada tinggi fundus uteri menurun, berat badan ibu
menurun, dan lingkaran perut ibu mengecil.
Dengan fetoskopi dan doppler tidak dapat didengar adanya bunyi jantung
janin. Dengan sarana penunjang diagnostik lain yaitu USG, tampak gambaran janin
tanpa tanda kehidupan. Dengan foto radiologik setelah 5 hari tampak tulang kepala
kolaps, tulang kepala saling tumpang tindih (gejala ‘spalding’) tulang kepala
hiperrefleksi, edema sekitar tulang kepala; tampak gambaran gas pada jantung dan
pembuluh darah. Pemeriksaan hCG urin menjadi negatif setelah beberapa hari
kematian janin. Komplikasi yang dapat terjdi ialah trauma psikis ibu ataupun
keluarga, apalagi bila waktu antara kematian janin dan persalinan berlangsung
lama. Bila terjadi ketuban pecah dapat terjadi infeksi. Terjadi koagulopati bila
kematian janin lebih dari 2 minggu.
J. Komplikasi
Trauma emosional yang berat terjadi bila waktu antara kematian janin dan
persalinan cukup lama.
Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah.
Dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.
K. Penatalaksanaan
b. Jika tidak ada respon sesudah 2x25 mcg misoprostol, naikkan dosis
menjadi 50mcg setiap 6 jam. Jangan berikan lebih dari 50 mcg setiap
kali dan jangan melebihi 4 dosis.
10. Jika tes pembekuan sederhana lebih dari 7 menit atau bekuan mudah pecah,
waspada koagulopati
11. Berikan kesempatan kepada ibu dan keluarganya untuk melihat dan
melakukan kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.
L. Pencegahan
Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah atau mendekati
aterm adalah bila ibu mersa gerakan janin menurun, tidak bergerak, atau gerakan
janin terlalu keras, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Perhatikan adanya
solusio plasenta. Pada gamelli dengan T + T (twin to twin transfusio) pencegahan
dilakukan dengan koagulasi pembuluh anastomosis.
3.2. Abortus
A. Definisi
B. Etiologi
3. PenyakitIbu
keracunan.
C. Patogenesis
Pada kehamilan lebih 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu dari pada plasenta.
Pendarahan tidak banyak jika plasenta segera dilepas dengan lengkap. Peristiwa
abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur. Hasil konsepsi pada
abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya kantong amnion
kosong atau tampak kecil tanpa bentuk yang jelas, mungkin pula janin telah mati
lama, mola kruenta, maserasi, fetus kompresus.
D. Manifestasi Klinis
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau
konsepsi.
- Rasa mulas atau keram perut didaerah atas simfisis, sering disertai nyeri
- Pemeriksaan Ginekologi
1. Inspeksi Vulva: Pendarahan pervaginaan ada atau tidaknya jaringan
hasil konsepsi, tercium atau tidak bau busuk dari vulva.
2. Inspekulo: Pendarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau
sudah tertutup ada atau tidaknya jaringan keluar dari ostium, ada
atau tidaknya cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
3. Colok Vagina: Porsio terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari
usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada
perabaan adneksa, kaum douglasi tidak menonjol dan tidak nyeri.
E. Diagnosa
Diagnosa meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan status psikiatri,
pemeriksaan penunjang.
1. Anamnesa
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi status interna umum status obstetri.
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan manifestasi klinis yang mengarah
pada suatu gejala abortus seperti yang sudah dijelaskan diatas.
3. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium darah lengkap, hematokrit, golongan
terresistensi.
2. Tes kehamilan: positif jika janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
setelah abortus.
masih hidup.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diberikan sesuai dengan etiologi yang mendasari timbulnya
suatu abortus.
Penatalaksanaan Umum:
- Istirahat baring, tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan, karena cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke
uterus dan berkurangnya rangsang mekanik.
- Pada kehamilan lebih dari 12 minggu diberikan infus oksitosin dimulai 8
tetes permenit dan naikkan sesuai kontraksi uterus.
- Bila pasien syok karena pendarahan berikan infus ringer taktat dan selekas
mungkin tranfusi darah.
Medikamentosa:
1. Simptomatik : Analgesic (asam metenamat) 500 gram (3x1)
2. Antibiotik : Amoksilin 500 mg (3x1)
3. Education : Kontrol 3-4 hari setelah keluar setelah keluar dari rumah
sakit.
BAB IV
PEMBAHASAN
5.1. Kesimpulan
Death conceptus adalah kematian janin di dalam rahim dimana usia
kehamilan sesudah 20-28 minggu. Faktor risiko dari death conceptus dapat berasal
dari faktor maternal seperti : ibu memliki penyakit Diabetes mellitus, hipertensi,
SLE, penyakit rhesus, antifosfolipid syndrome, dan infeksi. Faktor fetal, seperti :
kehamilan kembar, kelainan kongenital, dan infeksi. Faktor plasenta, seperti :
kelainan tali pusat, lepas nya plasenta, dan vasa previa.
5.2. Saran
a. Bagi klien/keluarga
Sebagai bahan acuan bagi klien agar lebih mengetahui tentang kesehatan
kehamilan, serta dapat mewaspadai apabila terdapat gejala-gejala klinis yang
menyebabkan terjadinya Death conceptus.
LAMPIRAN