Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah hirabbil’alamin. Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat


Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah ini yang berjudul “Definisi al-Qur’an”. Shalawat serta salam tidak lupa
kami junjungkan kepada Nabi Muhammad Saw.

Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah
Qur’an dan Hadits pada Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Selain itu,
makalah ini juga dapat dijadikan sebagai referensi sumber dalam memahami dan
mempelajari serta menganalisa tentang definisi al-Qur’an.

Terima kasih kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pembaca.

Dengan terselesaikannya makalah ini, kami menyadari bahwa makalah ini


masih jauh dari kesempurnaan, baik materi maupun cara penulisan. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, 8 Maret 2015

Pemakalah

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................

BAB 1 : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................................


B. Rumusan masalah.........................................................................................................
C. Tujuan ..........................................................................................................................

BAB II : ISI

A. Arti dan pengertian al-Qur’an ......................................................................................


B. Definisi al-Qur’an dari beberapa ahli dan ulama .........................................................
C. Sifat-sifat yang membedakan al-Qur’an dengan kitab lain ..........................................
D. Nama-nama al-Qur’an ............................................................................................... ..

BAB III : PENUTUP


Kesimpulan ....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang

Dalam agama islam seluruh umat muslim menggunakan al-Qur’an


sebagai pedoman hidupnya. Tidak asing lagi umat muslim untuk membaca al-
Qur’an karena membacanya merupakan ibadah dan mengkaji isi al-Qur’an yang
dijadikan sebagai pedoman hidup dalam perintah dan larangan Allah. Namun
apakah sejauh ini muslim bisa memahami secara betul asal kata dan definisi dari
al-Qur’an tersebut.

Di antara rahasia Allah yang tidak memberikan langsung sifat yang


bersih kepada manusia namun dari waktu ke waktu dengan memberi petunjuk
kepada mereka ke arah kebaikan. Kemudian dari waktu ke waktu Allah mengutus
seorang rasul dengan membawa al-kitab dari Allah dan menyuruh mereka
beribadah hanya kepada Allah, menyampaikan kabar gembira dan memberikan
peringatan. Al-kitab yang dimaksud adalah al-Qur’an walaupun kita mengetahui
bahwa sebelum Allah menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai rasul,
sebelumya pun sudah ada beberapa al-kitab yang dibawa oleh rasul lainnya, maka
dijelaskan dalam hadits :

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari al-Qur’an?


2. Apa definisi al-Qur’an dari para ahli?
3. Bagaimana Allah menggambarkan al-qur’an didalam ayat al-Quran
tersendiri?

C. Tujuan
1. Mengetahui arti dan pengertian al-Qur’an
2. Mengetahui definisi al-Qur’an dari beberapa ahli ulama
3. Mengetahui nama-nama al-Quran yang digambarkan oleh Allah di dalam
beberapa ayat

BAB II

ISI
A. Arti dan Pengertian Al-Qur’an

Dari segi bahasa, terdapat berbagai pendapat para ahli mengenai


pengertian al-Qur’an. Sebagian berpendapat bahwa penulisannya menggunakan
huruf hamzah )‫(القرأ~ن‬. Pendapat lain mengatakan bahwa penulisan tanpa
menggunakan huruf hamzah )‫(القرأن‬.1

Ulama yang mengatakan bahwa penulisan al-Qur’an tanpa menggunakan


huruf hamzah adalah Al-Syafi’i, Al-Farra, dan Al-Asy’ari. Al-syafi’i mengatakan
bahwa lafal al-Qur’an bukan merupakan musytaq (pecahan dari kata apapun) dan
bukan pula berhamzah (tanpa tambahan huruf hamzah di tengahnya, sehingga
dibaca al-Qur’an). Lafal tersebut sudah lazim digunakan dalam pengertian
Kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan demikian
menurut al-syafi’i, lafal tersebut bukan berasal dari akar kata qara’a (membaca),
sebab kalau akar katanya qara’a , tentu tiap sesuatu yang dibaca dapat dinamai
al-Qur’an, sama dengan nama taurat dan injil.2

Al Farra3, sebagaimana al-Syafi’i, berpendapat al-Qur’an bukan musytaq


dari kata qara’a, tetapi pecahan dari kata qara’in (jamak dari qarinah) yang
berarti; kaitan, karena ayat-ayat al-Qur’an satu sama lain berkaitan. Karena itu,
huruf nun pada akhir lafal al-Qur’an adalah huruf asli bukan huruf tambahan4.
Dengan demikian, kata al-Qur’an itu dibaca dengan bunyi al-Quran bukan al-
Qur’an.5

Masih sejalan dengan beberapa pendapat di atas, Al-Asy’ari dan para


pengikutnya mengatakan , lafal al-Qur’an adalah musytaq atau pecahan dari kata
qarn . Ia mengemukakan contoh kalimat qarnusyi-syai bisysyai (menggabungkan
sesuatu dengan sesuatu). Kata qarn dalam hal ini bermakna gabungan atau kaitan,
karena surah-surah dalam al-Q1ur’an saling bergabung dan berkaitan.6

Tiga pendapat di atas menyimpulkan bahwa lafal al-Qur’an adalah al-


Quran ( tanpa menambahkan huruf hamzah di bagian tengah). Hal ini terlihat

1
Subhi Ash-Shalih, Membahas Ilmu-ilmu Al-Qur’an, (terjemahan) Tim Pustaka Firdaus dari judul asli Mabahits fi Ulum Al-
Qur’an, Pustaka Firdaus, Jakarta, cet. 11, 1991, hlm. 10
2Ibid., hlm. 11.
3
Al-Farra adalah seorang ulama ahli nahwu dan ahli b. Arab di Kufah. Nama aslinya Yahya bin Ziyad
4
ibid., hlm. 11
5
ibid., hlm. 17
6
Subhi Ash-Shalih, op. Cit., hlm. 11.
sangat berbeda dengan penggunaan kaidah pembentukan kata yang umum
digunakan dalam bahasa arab. Meskipun demikian, ketiga pendapat tersebut
memperlihatkan fungsi dan kedudukan al-Qur’an, yaitu sebagai kitabullah atau
kalam Allah yang di dalamnya terdapat ayat-ayat yang saling berkaitan satu sama
lain. Sehingga ayat-ayat tersebut memiliki satu keterpaduan dan keserasian.

Kemudian di antara para ulama yang mengemukakan tentang lafal al-


Qur’an tanpa menggunakan huruf hamzah, ada beberapa ulama yang berpendapat
lafal al-Qur’an menggunakan huruf hamzah di tengahnya. Ulama tersebut adalah
Al-Zajjaj dan Al-Lihyani.

Menurut Al-Zajjaj, lafal al-Qur’an ditulis dengan menggunakan huruf


hamzah ditengahnya berdasarkan pola kata (wazn) fu’lan. Lafal tersebut bentukan
( musytaq ) dari akar kata qar’un yang berarti jam’un. Selanjutnya ia
mengemukakan contoh kalimat quri’al ma’u fil haudi yang artinya: air itu
dikumpulkan dalam kolam. Dalam kalimat ini kata qar’un bermakna jam’un yang
dalam Bahasa Indonesia berma2kna kumpul. Alasannya, al-Qur’an isinya
“mengumpulkan” atau “menghimpun” isi dari kitab-kitab terdahulu.7

Setelah Al-Zajjaj, Al-Lihyani berpendapat lafal al-Qur’an ditulis dengan


huruf hamzah ditengahnya berdasarkan pola kata syukron atau ghufron dan
merupakan pecahan dari akar kata qara’a yang bermakna talaa (‫ تال‬/membaca).
Lafal al-Qur’an digunakan untuk menamai sesuatu yang dibaca, yakni objek
dalam bentuk masdar. 8

Setelah mengetahui beberapa pendapat dari para ulama, maka ada


pendapat terakhir yang ini sangat umum digunakan oleh masyarakat pada
umumnya. Sejalan dengan pendapat tersebut Hasbi Ash-Shiddieqy mengatakan,
al-Qur’an menurut bahasa, ialah bacaan atau yang dibaca. Al-Qur’an adalah
masdar yang diartikan dengan arti isim maf’ul, atau maqru’, artinya adalah yang
dibaca.9

Telah dikemukakan juga oleh Shubhi Ash-Shalih, bahwa pendapat yang


terakhir tersebut merupakan pendapat terkuat, karena dalam Bahasa Arab lafal al-

7
ibid., hlm. 11
8T.M. Hasbi Ash-Shidqqieqy, op. Cit., hlm. 15.
9ibid., hlm. 16
Qur’an adalah bentuk masdar yang makna sinonim dengan qira’ah , yakni
bacaan10. Untuk memperkuat pernyataan tersebut beliau sudah menyertakan
dengan sebuah ayat.

Shubhi Ash-Shalih mengutip ayat yang berbunyi:

)17-18:‫) (القيمة‬18(ُ‫)فَ ِإذَا قَ َرأْنَاهُ فَات َّ ِب ْع قُ ْرآنَه‬17( ُ‫علَ ْينَا َج ْمعَهُ َوقُ ْرآنَه‬
َ َّ‫إِن‬

“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan


(membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya
maka itulah bacaannya itu”. ( QS al-Qiyamah, 75:17-18)

Lafal qara’a yang bermakna talaa / membaca diambil orang-orang arab


dari bahasa Aramia dan digunakan dalam percakapan sehari-hari. Kata qara’a
tersebut dapat pula berarti menghimpun dan mengumpulkan. Qira’ah berarti
mengumpulkan huruf-huruf dan kalimat-kalimat dalam bacaan.11

Mengikuti beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa secara


bahasa al-Qur’an berarti saling berkaitan, berhubungan antara satu ayat dengan
ayat lain, dan juga bermakna bacaan. Semua pengertian ini memperlihatkan
kedudukan al-Qur’an sebagai kitabullahh yang ayat-ayat dan surat-suratnya
saling berhubungan, dan merupakan bacaan bagi kaum muslimin.

B. Definisi al-Qur’an dari beberapa ahli dan ulama

Al-Qur’an pada segi istilah para ahli memberikan definisi sebagai berikut:

1. Menurut Manna’ Al-Qaththan, al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan


kepada nabi Muhammad SAW dan membacanya adalah ibadah. Kata/Term
“kalam” sebenarmy3a meliputi seluruh perkataan, namun karena istilah itu
disandarkan (diidhafatkan) kepada Allah (kalamullah), maka tidak termasuk
dalam istilah al-Qur’an perkataan yang berasal dari selain Allah, seperti
perkataan manusia, jin dan malaikat. Dengan rumusan yang diturunkan kepada
nabi Muhammad SAW berarti tidak termasuk segala sesuatu yang diturunkan
kepada nabi sebelum nabi Muhammad SAW, seperti Zabur, Injil dan Taurat.
Selanjutnya dengan rumusan “membacanya adalah ibadah” maka tidak

10
Subhi Ash-Shalih, loc.cit., hlm. 12.
11
Manna’ Al-Qaththan, Mabahits fi Ulum Al-Qur’an, Mansyurat Al-Ashr Al-Hadits, hlm. 20.
termasuk hadist-hadist Nabi. Al-Qur’an diturunkan Allah dengan lafalnya.
Membacanya adalah perintah, karena itu, membaca al-Qur’an adalah ibadah.12
2. Definisi lain mengenai al-Qur’an dikemukakan oleh Al-Zarqani sebagai
berikut: 4

‫القرأن هو اللفظ المنزل علي محمد من أول الفاتحة ألي أخر الناس‬

“Al-Qur’an itu adalah lafal yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, dari
permulaan surat al-Fatihah sampai akhir surat an-Nas”

3. Abdul Wahhab Khallaf memberikan definisi sebagai berikut : “Al-Qur’an


adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada hati Rasulullah,
Muhammad bin Abdullah melalui al-Ruhul Amin (malaikat Jibril AS) dengan
lafal-lafalnya yang berbahasa arab dan maknanya yang benar, agar ia menjadi
hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar Rasulullah, menjadi undang-undang
bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka, dan menjadi sarana
pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan membacanya. Al-Qur’an itu
terhimpun dalam mushaf, dimulai dengan surata al-Fatihah dan diakhiri
dengan surat an-Nas, disampaikan kepada kita secara mutawatir dari generasi
ke generasi secara tulisan maupun lisan. Ia terpelihara dari perubahan atau
pergantian”.13

C. Sifat-sifat yang membe5dakan al-Qur’an dengan kitab lain

Setelah memperoleh definisi-definsi dari beberapa ahli pada sebelumnya


jika dihubungkan antara satu dengan yang lainnya dapat disimpulkan beberapa
sifat-sifat pada al-Qur’an yang membedakannya dengan kitab-kitab yang lain.
Sifat-sifat tersebut adalah:

1) Isi al-Qur’an

Dari segi isi al-Qur’an adalah kalamullah atau firman Allah. Dengan
sifat ini, ucapan Rasulullah, Malaikat, Jin dan sebagainya tidak dapat disebut
al-Qur’an. Kalamullah mempunyai keistimewaan-keistimewaan yang tak

12
ibid., hlm. 21.
13
Abd al-Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, al-Majelis al-A’la al-Indonesia li al-Da’wah al-Islamiyah, cetakan
IX, 1972, hlm. 23.
mungkin dapat ditandingi oleh perkataan lainnya. Hal ini akan jelas terlihat
dalam pembahasan mengenai mukjizat al-Qur’an.

2) Cara turunnya

Dari segi turunnya, al-Qur’an disampaikan melalui malaikat jibril


yang terpercaya (al-Ruh al-Amiin). Dengan demikian, jika ada wahyu Allah
yang langsung disampaikan kepada nabi Muhammad SAW tanpa perantaraan
Malaikat Jibril, seperti hadist qudsi (lafalnya dari Rasullah namun maknanya
dari Allah SWT) tidaklah termasuk al-Qur’an. Atau mungkin wahyu-wahyu
lainnya yang tidak tertulis yang disampaikan tuhan kepada manusia dalam
bentuk ilham dan sebagainya tidaklah dapat disebut al-Qur’an. Al-Qur’an
terbatas pada jenis wahyu yang tertulis dalam bahasa arab dan disampaikan
kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril.

3) Pembawanya

Dari segi pembawaannya, al-Qur’an diturunkan kepada nabi


Muhammad SAW bin Abdullah, seorang rasul yang dikenal bergelar al-
Amiin (terpercaya). Ini berarti bahwa wahyu tuhan yang disampaikan kepada
nabi lainnya tidak dapat disebut al-Qur’an.

4) Fungsinya

Dalam definisi al-Qur’an tersebut di atas disebutkan bahwa al-Qur’an


antara lain berfungsi sebagai dalil atau petunjuk atas kerasulan nabi
Muhammad SAW, pedoman hidup bagi umat manusia, menjadi ibadah bagi
yang membacanya, serta pedoman dan sumber petunjuk dalam kehidupan.

5) Susunannya

Al-Qur’an terhimpun dalam suatu mushaf yang terdiri dari ayat-ayat


dan surat-surat. Ayat-ayat al-Qur’an disusun sesuai dengan petunjuk nabi
Muhammad SAW. Karena itu, susunan ayat ini bersifat taufiqi. Sedangkan
urutan surat yang dimulai dengan al-Fatihah dan diakhiri dengan an-Nas
disusun atas ijtihad, usaha dan kerja keras para sahabat di zaman
pemerintahan khalifah Abu Bakar dan Usman bin Affan. Para sahabat yang
menyusun urutan surat-surat tersebut terkenal jujur, cerdas, pandai, sangat
mencintai Allah dan Rasul, dan hidup serta menyaksikan hal-hal yang
berkaitan pada waktu ayat al-Qur’an turun.

6) Penyampaiannya

Al-Qur’an disampaikan kepada kita dengan cara mutawatir, dalam


arti, disampaikan oleh sejumlah orang yang semuanya sepakat bahwa ia
benar benar wahyu Allah SWT, terpelihara dari perubahan dan pergantian.

D. Nama-nama al-Qur’an

Al-Qur’an mempunyai nama yang bermacam-macam. Ada yang


menyebutnya berjumlah 55 nama. Adapula yang mengatakan 90 nama14. Namun
dari sekian banyak tersebut hanya ada 4 nama saja yang masyhur, yaitu pertama
al-Qur’an itu sendiri, kedua al-Kitab, ketiga al-Furqan dan keempat adz-Dzikr.

Pertama, dinamai al-Qur’an sesuai dengan bunyi ayat:

‫ص ِب َما أ َ ْو َح ْينَا‬ َ ْ‫علَ ْيكَ أَح‬


َ َ‫سنَ ا ْلق‬
ِ ‫ص‬ ُّ ُ‫ نَحْ نُ نَق‬- َ‫ِإنَّا أ َ ْن َز ْلنَا ُه قُ ْرآنًا ع ََربِيًّا لَ َعلَّ ُك ْم ت َ ْع ِقلُون‬
َ ‫ص‬
)2-3:‫ِإلَ ْيكَ َهذَا ا ْلقُ ْرآنَ َو ِإ ْن ُك ْنتَ ِم ْن َق ْب ِل ِه لَ ِمنَ ا ْلغَافِ ِلينَ (يوسوف‬

“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupakan dengan berbahasa arab, agar


kamu memahaminya. Kami menceritakan kepadamu, dan sesungguhnya kamu
sebelum (Kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum
mengetahui”. (QS Yusuf, 12:2-3)

Kedua, dinamai al-Furqan karena firman allah:

ً ‫ع ْب ِد ِه ِل َيكُونَ ِل ْلعَالَ ِمينَ نَذ‬


)1:‫ِيرا (الفرقان‬ َ َ‫اركَ الَّذِي نَ َّز َل ا ْلفُ ْرقَان‬
َ ‫علَى‬ َ َ‫تَب‬

“Maha suci Allah yang telah menuruk6an al-Furqon (al-Qur’an) kepada hamab-
Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”. (QS al-
Furqan, 25:1)

Ketiga, disebut al-Kitab sebab allah menyebutnya dalam ayat:

14
Syaikh al-Islam Jalaluddin Abd al-Rahman al-Suyuthi, Al-itqan fi Ulum al-Qur’an, juz 1, Musthafa
al-Baby al-Halaby qa Auladahu bi Mishra, 1951, hlm. 79.
َ َ ‫ع ْب ِد ِه ا ْل ِكت‬
)1:‫اب َولَ ْم يَجْ عَ ْل لَهُ ِع َو ًجا (الكهف‬ َ ‫ا ْل َح ْم ُد ِ َّّلِلِ الَّذِي أ َ ْن َز َل‬
َ ‫علَى‬

“Segala puji bagi Allah yang telah menunrunkan kepada hamba-Nya al-Kitab
(al-Qur’an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan didalamnya”. (QS al-Kahfi,
18:1)

Keempat, dinamakan al-Dzikr karena Allah memberi nama demikian:

ِ ‫إِنَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنَا‬


ُ ِ‫الذك َْر َوإِنَّا لَهُ َل َحاف‬
)9:‫ظونَ (الحخر‬

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan “al-Dzikru, dan sesungguhnya Kami


benar-benar memeliharanya”. (QS al-Hijr, 15:9)

Disamping nama-nama tersebut tercantum di dalam al-Qur’an sendiri,


penamaan itu juga didasarkan atas alasan tertentu. Al-Qur’an dinamai al-Qur’an
karena ia dibaca, pembacaannya adalah ibadah dan orang yang membacanya
mendapat pahala. Dinamai al-Furqan karena ia memisahkan anatara yang hak dan
yang batil. Dinamai al-Kitab karena ditulis, dan dinamai adz-Dzikr karena ia
berisi peringatan dari Allah SWT. Didalamnya Allah menerangkan hal-hal yang
halal, haram, hudud, faraidl, dan lain-lain. Ia dinamai adz-Dzkir karena ia sebutan
yang mulia.

Nama-nama tersebut setelah dijelaskan di atas, ternyata menggambarkan


keluasan fungsi, kandungan, dan kedudukan al-Qur’an, yaitu sebagai
bacaan,pemisah antara yang hak dan batil, tulisan dan peringatan bagi manusia.
Nama-nama tersebut tidak dijumpai sebagaimana pada kitab lainnya.

BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

1. Beberapa ahli ulama memberikan pengertian lafal al-Qur’an bahwa lafal al-Qur’an
menggunakan huruf hamzah di tengahnya yaitu: Al-Zajjaj, lafal al-Qur’an bentukan
dari kata qar’un dan Al-Lihyani, lafal al-Qur’an berasal dari kata qara’a. Beberapa
ulama lain yang mengatakan bahwa lafal al-Qur’an tanpa menggunakan huruf hamzah
ditengahnya yaitu: Al-Syafi’i, bukan musytaq dari kata apapun, Al-Farra, pecahan kata
dari kata qara’in dan Al-Asyari, lafal al-Qur’an musytaq dari kata qarn.
2. Dari segi istilah para ahli memberikan definisi sebagai berikut:
a) Menurut Manna’ Al-Qaththan al-Qur’an adalah Kalamullah yang diturunkan
kepada nabi Muhammad SAW dan membacanya adalah ibadah
b) Menurut Al-Zarqani, al-Qur’an adalah lafal yang diturunkan kepada nabi
Muhammad SAW dari al-Fatihah sampai an-Nas
c) Menurut Abdul Wahhab Khallaf, al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan
kepada hati Rasulullah, Muhammad bin Abdullahh melalui Ruhhul Amiin
(malaikat Jibril AS) dengan lafal-lafalnya yang berbahasa arab.
3. Dari hasil definisi-definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, diperoleh beberapa
sifat pada al-Qur’an yang menjadikannya berbeda dengan kitab lain yaitu : isi al-
Qur’an, cara turunnya, pembawanya, fungsinya, susunannya dan penyampaiannya.
4. Allah SWT menggambarkan al-Qur’an dalam beberapa nama yang terkandung dlm
beberapa ayat di dalamnya, ada yang menyebutnya berjumlah 55 adapula yang
menyebut berjumlah 90 nama. Namun yang paling dikenal ada 4 nama yaitu, al-
Qur’an, al-Kitab, al-Furqon dan adz-Dzikr.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Qaththan, Manna’ Khalil, Studi Ilmu-ilmu Al-Qur’an ( diterjemahkan dari Mabahits fii
Ulumil Qur’an oleh Mudzakir AS ), Pustaka Litera AntarNusa, Bogor, cet. 13., 2010

Hasbi ash-Shidqiey, T.M. Sejarah dan Pengantar Ilmu Tafsir, Bulan Bintang, Jakarta,
cet. II, 1972.

Khalaf, Abd al-Wahhab, Ushul al-Fiqh, al-Majelis al-A’la al-Indonesia li Da’wah wa al-
Islamiyah, cet. IX., 1972

Nata, Abuddin, Al-Qur’an dan Hadits (Dirasah Islamiyah I) , Rajawali Press,cet. 7.,
1992.

Shalih, al-Shubhi, Membahas Ilmu-ilmu Al-Qur’an, Pustaka Firdaus, Jakarta, cet. II, 1991

Anda mungkin juga menyukai