BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
LANDASAN TEORI
Suatu kapal dapat seluruhnya dibuat dengan system melintang atau hanya bagian-bagian
tertentu saja (misalnya pada kamar mesin atau ceruk-ceruk) yang dibuat dengan system
melintang sedangkan bagian utamanya dengan system membujur atau kombinasi atau seluruhnya
dibuat dengan system membujur. Pemilihan jenis system untuk suatu kapal sagat ditentukan oleh
ukuran kapal, jenis atau fungsi kapal menjadikan dasar pertimbangan-pertimbangan lainnya.
Pada alas dipasang wrang-wrang dengan jarak yang sama pula dengan jarak antara gading-
gading sedemikian rupa sehingga masing-masing wrang, gading-gading dan balok geladak
membentuk sebuah rangkaian yang saling berhubungan dan terletak pada satu bidang vertical
sesuai penampang melintang kapal pada tempat yang bersangkutan. Jadi, sepanjang kapal
berdiri rangkaian-rangkaian (framering) ini dengan jarak antara yang rapat. Rangkaian ini
hanya ditiadakan apabila pada tempat yang sama telah dipasang sekat melintang atau
rangkaian lainnya yaitu gading besar,
Gading-gading besar (web frame) adalah gading-gaing yang mempunyai bilah (web) yang
sangat besar dibandingkan dengan gading utama. Gading besar ini dihubungkan pula ujung-
ujungnya dengan balok geladak yang mempunyai bilah yang juga besar (web beam). Gading-
gading besar ini umumnya hanya ditempatkan pada ruangan-ruangan tertentu misalnya pada
kamar mesin, tetapi dapat juga didalam ruang muat bila memang diperlukan sebagai
tambahan penguat melintang. Sekat-sekat melintang pada gading-gading merupakan unsur-
unsur penguatan melintang badan kapal.
Elemen-elemen yang dipasang membujur dalam sisrem melintang adalah :
- Pada alas : penumpu tengah ( center girder ) dan penumpu samping ( side girder ).
Penumpu tengah adalah pelat yang dipasang vertical memanjang kapal tepat pada
bidang paruh ( center line ). Dalam alas ganda tinggi penumpu tengah ini merupakan
tinggi alas ganda. Dalam alas tunggal penumpu alas ini memotong wrang-wrang tepat
pada bidang paruh. Penumpu samping ( side girder / side keelson ) juga merupakan pelat
vertical yang dipasang disebelah punumpu tengah. Suatu kapal dapat memiliki satu atau
lebih penumpu samping.
- Pada sisi : santa sisi ( side stringer ). Santa sisi pada umumnya hanya dipasang pada
tempat-tempat tertentu (terutama didalam ceruk dan kamar mesin ), dapat juga dalam
ruang muat, tergantung kebutuhan setempat.
- Pada geladak : penumpu geladak ( deck girder atau carling ) untuk kapal barang dengan
satu buah lubang palkah pada tiap ruang muat pada geladak yang bersangkutan, dapat
dipasang 1-3 buah penumpu geladak, tergantung lebar kapal. Penumpu geladak dipasang
tepat pada bidang paruh atau menerus dengan penumpu bujur lubang palkah (hatchside
girder) yaitu penumpu-penumpu yang tepat berada dibawah ambang palkah yang
membujur. Dengan demikian terlihat bahwa dalam system melintang, elemen-elemen
konstruksi yang dipasang membujur jauh lebih sedikit jumlahnya daripada elemen-
elemen kerangka yang merupakan bagian dari penguat melintang.
Dari segi kekuatan, ketahanan terhadap korosi, kemampuan untuk dikerjakan, dan
kemampuan untuk dilas, alumunium mempunyai sifat yang hampir sama dengan baja, hanya
alumunium relatif lebih mahal daripada baja. Bahan lain yang biasa untuk melengkapi
pembangunan kapal baja adalah lembaga. Tembaga banyak digunakan untuk instalasi pipa-pipa
yang ada di kapal.
Bahan-bahan lain seperi gelas serat dan kayu banyak dipakai untuk bahan pokok membuat kapal-
kapal yang relatif lebih kecil, juga untuk membuat interior-interior kapal baja atau kapal
alumunium. Baja bangunan kapal hanya dapat dirpoduksi oleh pabrik-pabrik baja yang telah
disetujui oleh Biro Klasifikasi Indonesia. Baja itu juga harus dibuat melalui proses tertentu.
Adapun proses tersebut meliputi pembuatan baja dengan dapur kubu (open hearth), dapur listrik,
proses pengembusan dengan oksigen (zat asam) dari atas, atau proses-proses khusus lain yang
telah disetujui. Melalui proses-proses tersebut, diharapkan akan dihasilkan baja yang mempunyai
sifat berkualitas tinggi dengan susunan kimia dan sifat mekanis, sesuai dengan yang disyaratkan,
sejauh mungkin bebas dari kandungan bahan bukan logam dan cacat-cacat dalam atau luar yang
dapat mempengaruhi pemakaian atau pengerjaan selanjutnya, dan bahan baja yan sudah
mendapatkan perlakuan panas. Baja untuk membangun suatu kapal pada umumnya dibagi
menjadi dua bagian besar, yaitu
- Baja bangunan kapal biasa bangunan kapal dengan tegangan tinggi.
- Baja kapal biasa digunakan pada konstruksi kapal yang dianjurkan mempunyai sifat
kimia, deoksidasi pengelolaan panas, atau sifat-sifat mekanik yang sudah mendapt
persetujuan BKI,. Penggolongan didasarkan pada metode deoksidasi komposisi unsur-
unsur kimia yang dikandung, pengujian tekan, pengujian tarik, dan perlakuan panas
Adapun sifat-sifat mekanis yang harus dimiliki baja biasa adalah batas lumer minimal 24
kg/mm2 kekuatan tarik dari 41 kg mm2 sampai dengan 50 kg/mm2, dan regangan patah
minimal 22 %.
Baja kapal yang mempunyai tegangan tinggi yang dipakai untuk bangunan kapal harus
sesuai dengan peraturan-peraturan Biro Klasifiki baik mengenai komposisi kimia, sifat-sifat
mekanik, metode deoksidasi, maupun perlakuan panasnya. Baja kapal tegangan tinggi untuk
lambung, digolongan ke dalam dua bagian, yaitu baja dengan tegangan lumer minimal 32 Kg /
mm2 dan mempunyai kekuatan tarik dari 48 Kg/ mm2 – 60 kg/mm2 serta baja dengan tegangan
lumer minimum 36 Kg / mm2 dan mempunyai kekuatan tarik dari 50 kg/mm2. Penggolongan
kualitas itu didasarkan pada metode deoksidasi, proses pembuatan, komposisi kimia, pengujian
tarik,pengujian takik, pengujian pukul, dan perlakuan panas, baja tegangan tinggi dipergunakan
juga untuk bagian-bagian konstruksi kapal yang mendapat tekanan besar pada susunan kerangka
kapal.
Selain baja tersebut diatas, masih ada baja lain yang digunakan untuk bangunan kapal.
baja tersebut adalah baja tempat. Sifat-sifat yang harus dimiliki baja tempa ini ialah bahwa baja
itu harus mempunyai kekuatan tarik minimal 41 Kg / mm2. Jenis baja tersebut digunakan pada
bagian-bagian tertentu di kapal, yaitu untuk poros baling-baling, kopling kemudi, linggi, poros,
engkol, roda gigi, dan lain sebagainya. Semua bahan yang telah memenuhi persyaratan BKI akan
diberi stempel. Jika suatu bagian telah mendapatkan stempel dari BKI ternyata tidak memenuhi
syarat setelah diadakan pengujian lagi, stempel itu harus dibatalkan dengan pencoretan atau
penghapusan stempel. Bahan yang dipakai untuk membuat badan kapal biasanya berupa pelat
dan profil. Pelat diberi stempel dikedua sisi, depan dan belakang pada sudut pelat yang
bersebrangan sehingga stempel itu selalu dapat dilihat tanpa membalik-membalikan pelat atau
profil. Berdasarkan ketebalan, pelat dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
- pelat tipis dengan ketebalan 3 mm sampai 5 mm sampai 25 mm
- pelat tebal dengan ketebalan 25 mm sampai 60 mm.
- Ukuran luas pelat yang paling banyak dijual adalah 1.500 mm x 6.000 mm dan 1.200 x
2.400 mm.
Profil yang paling untuk membangun kapal mempunyai bermacam-macam bentuk dan ukuran.
Bentuk-bentuk tersebut dapat dilihat pada gambar 9.1. Penggunaan pelat dan profil-profil
tersebut adalah sebagai berikut.
- Pelat, sebagai bahan utama untuk membangun kapal dapat dilihat pada gambar 9.1a.
- Balok berpenampang bujur sangkar biasanya digunakan untuk balok-balok tinggi, lunas
dan lain-lain. Diperlihatkan pada gambar 9.1.b
- Profil penampang bulat pada umumnya digunakan untuk topang-topang yang kecil, balok
untuk pegangan tangan gambar 9.1.c.
- Profil setengah bulat pada umumnya dipakai pada tepi-tepi pelat sehingga pelat tersebut
tidak tajam ujung tepinya, misalnya pada tepi ambang palka gambar 9.1.d.
- Profil siku sama kaki digunakan penegar pelat atau penguatan-penguatan. Diperlihatkan
pada gambar 9.1.e.
- Profil siku sama kaki digunakan penegar pelat atau penguatanpenguatan. Diperlihatkan
pada Gambar 9.1e.
- Profil siku gembung (bulb) merupakan profil siku yang salah satu sisinya diperkuat
dengan pembesaran tepi sampai menggembung Gambar 9.1f.
- Profil U adalah profil yang mempunyai kekuatan besar daripada profil siku bulba. Profil
ini digunakan untuk kekuatan konstruksi yang lebih besar daripada yang disyaratkan.
Diperlihatkan pada Gambar 9.1g.
- Profil berbentuk penampang Z sama dengan profil U dalam hal bentuknya, tetapi salah
satu sisi dibalik. Diperlihatkan pada Gambar 9.1h.
- Profil H dan I adalah profil yang sangat kuat, tetapi tidak digunakan secara umum, profil
ini dipasang pada konstruksi yang memerlukan kekuatan khusus. Diperlihatkan pada
Gambar 9.1i.
- Profil T adalah yang digunakan untuk keperluan khusus. Misalnya, untuk penumpu
geladak. Diperlihatkan pada gambar 9.1j
- Profil T gembung adalah profil yang mempunyai kekuatan lebih besar daripada profil T.
diperlihatkan pada Gambar.9.1.k
- Profil gembung adalah profil yang salah satu ujungnya dibuat gembung dan digunakan
untuk penguatan pelat. Contoh pemasangan profil ini adalah pelat 9.1 l,m,n
badan kapal. Geladak cuaca, alas dan sisi-sisi kapal juga berfungsi sebagai dinding-dinding
kedap yang menahan air dari luar dan menerima gaya tekan air ke atas
(buoyancy) sehingga kapal dapat terapung. Elemen-elemen lainnya membantu langsung
fungsi-fungsi tersebut dan sebagian hanya berperan sebagai pendukung atau penunjang agar
elemen-elemen pokok tersebut selalu tetap pada kedudukannya sehingga dapat berfungsi
secara efektif.
badan kapal (General longitudinal bending of the hull/ship). Tegangan-tegangan yang timbul
sebagaimana disebutkan di atas disebut tegangan-tegangan longitudinal/memanjang
(longitudinal bending stresses); dari sini dikenal pula momen lengkung longitudinal
(longitudinal bending moments).
Dalam kedudukannya di air, kapal cenderung mengalami hogging dan sagging, baik karena
muatan atau beban-beban statis yang ada di dalamnya maupun kaena gelombang-gelombang
yang dilaluinya. Distribusi beban sepanjang badan kapal pada hakekatnya ditentukan, oleh
muatan yang ada di dalamnya dan oleh gaya tekan air ke atas yang bekerja pada badan kapal
itu. Pembagian beban yang tidak merata sepanjang badan kapal akan menyebabkan badan
kapal mengalami lengkung longitudinal.
Di air tenang (still water), lengkungan longitudinal, dipandang menurut arah lengkungannya
(hogging atau magging), boleh dikatakan hanya dipengaruhi oleh penempatan muatan di
dalam badan kapal itu sendiri; yaitu hogging akan terjadi apabila massa muatan yang berada
di bagian ujung-ujung badan kapal lebih besar daripada massa muatan yang berada di bagian
tengah badan kapal. Sebaliknya sangging akan terjadi bila massa muatan yang berada di
bagian tengah badan kapal lebih besar daripada massa muatan yang berada di bagian ujung-
ujung badan kapal. Di lain pihak, dalam operasinya di laut, terutama pada waktu berlayar,
secara umum kapal akan lebih sering melalui daerah yang bergelombang daripada daerah
yang tenang, sehingga badan kapal dapat dipastikan akan selalu mengalami gerakan angguk
(pitching) selama pelayarannya, terutama bila menentang gelombang atau mengikuti
gelombang dengan panjang gelombang yang secara global dianggap sama dengan panjang
kapal. Selama pelayaran, distribusi pembebanan sepanjang badan kapal dari muatan yang
dibawanya boleh dikatakan tidak mengalami perubahan, tetapi distribusi pembebanan dari
gaya tekan air ke atas akan selalu berubah-ubah dari gelombang ke gelombang yang dilalui,
berubah selama kapal dalam pelayarannya. Dengan kata lain distribusi beban sepanjang
badan kapal akan selalu berubah / mengalami perubahan dari waktu ke waktu selama kapal
dalam operasinya di laut, sehingga kapal akan selalu mengalami lengkung longitudinal yang
selalu berubah pula,
baik arah maupun besarnya yang semua itu tergantung pada kondisi pemuatan (ballast,
penuh, dsb.), kondisi laut dan posisi kapal terhadap gerakan gelombang.
Hogging terbesar akan terjadi bila bagian tengah badan kapal berada pada posisi di atas
puncak gelombang (crest), sedangkan sagging terbesar bila bagian tengah kapal berada pada
posisi di atas lembah gelombang (trough).
Gambar hogging
Gambar sagging
Efek-efek dinamis dari gelombang demikian itu tidak hanya saja berpengaruh pada letak
distribusi pembebanan tetapi juga menimbulkan pembebanan tambahan pada badan kapal
dan tidak hanya dipengaruhi oleh gerakan angguk (pitching), tetapi juga dengan (rolling) dan
gerakan naik-turun (heaving). Masalah terlalu kompleks untuk disinggung lebih lanjut
disini. Singkatnya, lengkungan longitudinal dibebankan dalam dua macam; yaitu lengkungan
longitudinal di air tenang (still water longitudinal bending) dan lengkungan longitudinal di
perairan bergelombang (wave longitudinal bending); dan kekuatan memanjang badan kapal
Racking
Tegangan-tegangan ini bekerja terutama pada pojok-pojok badan kapal (lutut bilga dan lutut-
lutut balok geladak) sebagai akibat pukulan gelombang pada sisi kapal, atau pada saat kapal
mengalami oleng (rolling). Dalam hal demikian ini badan kapal akan terpuntir, sehingga kulit
kapal akan mengalami tegangan puntir.
Gambar racking
Panting
Panting, dalam kaitannya dengan konstruksi kapal, diartikan sebagai gerakan keluar-masuk
(kembang-kempisnya) sisi-sisi kapal yang berada di ujung-ujung sebagai akibat silih
bergantinya tekanan air yang diterima oleh sisi-sisi kapal tersebut.
Pada waktu mengalami gerakan angguk (pitching), bagian depan badan kapal, demikian juga
bagian belakang, akan mengalami keadaan dimana pada satu saat terangkat dari atas
permukaan air dan saat berikutnya masuk kembali ke dalam air. Dengan demikian maka sisi-
sisi kapal di daerah tersebut pada satu saat tidak mendapatkan tekanan air dan saat berikutnya
menerima tekanan air. Hal ini akan menimbulkan tegangan-tegangan pada sisi-sisi kapal
tersebut, dan dinamakan tegangan-tegangan panting (panting stresses).
Pounding / Slamming
Pada saat mengalami gerakan anggukan (pitching) sebagaimana disebutkan di atas, maka
dalam gerakannya kembali ke dalam air bagian alas kapal di ujung depan akan menepuk
permukaan air sebelum masuk kembali ke dalam air. Hal ini akan menimbulkan tegangan-
tegangan yang akan dialami oleh alas kapal di daerah depan.
Massa setempat
Beban-beban yang ditimbulkan oleh barang-barang berat yang ditempatkan pada bagian-
bagian tertentu di dalam / pada badan kapal, seperti misalnya mesin-mesin, peralatan bongkar
muat, muatan, dsb.
Getaran
Getaran-getaran yang ditimbulkan oleh mesin-mesin, baling-baling dan sebagainya akan
cenderung menimbulkan beban-beban di daerah buritan.
yang sama. Jadi, berat dan tekanan ke atas setiap potongan memanjang balok adalah sama
sehingga balok tidak akan mengalami lengkungan seperti terlihat pada gambar.
Kemudian diambil balok dengan ukuran seperti di atas, tetapi bahan dari balok tersebut tidak
homogen. Berat untuk ¼ bagian di ujung-ujungnya dibuat mempunyai kerapatan yang lebih
besar daripada kerapatan ½ bagian yang ditengah. Jadi berat setiap potongan memanjang untuk
seluruh balok tidak sama, yaitu untuk ¼ bagian di ujung-ujungnya sama dan ½ bagian yang
ditengah lebih kecil daripada di ujung. Karena ukuran penampang balok tetap sama bila
dicelupkan dalam air, tekanan ke atas yang diberikan oleh air untuk setiap potongan memanjang
balok adalah sama. Jadi antara berat dan tekanan ke atas untuk setiap potongan memanjang balok
tidak sama lagi dan hal ini akan menimbulkan lengkungan pada balok seperti terlihat pada
gambar.
Pada gambar di atas berlaku hukum Archimedes, yang menjelaskan bahwa berat balok sama
dengan harga tekanan ke atas air (P = ⍴ .gv) Bila dikaitkan dengan sebuah kapal, hal tersebut
akan nyata sekali. Kapal secara keseluruhan, dari depan sampai belakang merupakan benda yang
tidak homogen dan pembagian berat kapal tidak teratur untuk seluruh panjang kapal, baik
beratnya sendiri maupun muatannya. Karena kapal juga terapung di air, kapal juga akan
mendapat tekanan ke atas dari air. Karena bentuk bagian bawah kapal tercelup air dan
penampang untuk seluruh panjang kapal itu tidak sama, maka tekanan ke atasnya juga tidak
sama dan biasanya membentuk suatu kurva seperti pada gambar dibawah ini.
Karena berat kapal dan tekanan ke atas untuk setiap potongan memanjang tidak sama,
lengkungan kapal atau bending pada kapal akan selalu terjadi, hanya besar kecilnya sangat
bergantung kepada pembagian beat dan tekanan ke atas dalam arah memanjang kapal. Karena
lengkungan yang terjadi di sekitar tengah kapal tersebut adalah yang terbesar, konstruksi sekitar
tengah kapal harus kuat supaya dapat menahan lengkungan. Untuk itu, diperlukan konstruksi
yang kuat pada arah memanjang, khususnya untuk daerah geladak dan alas. Konstruksi yang
dapat menambah kekuatan memanjang kapal pada geladak antara lain pembujur geladak,
penumpu, dan pelat geladak. Untuk konstruksi alas antara lain : penumpu, pembujur alas, pelat
alas, dan lunas.
Linggi Haluan
Linggi haluan merupakan tempat untuk menempelkan pelaut kulit dan juga penguat utama di
bagian ujung depan kapal. Seperti telah diterangkan di atas, linggi batang dipasang dari lunas
sampai garis air muat dan ke atas dilanjutkan dengan konstruksi linggi pelat. Pada gambar ini
diperlihatkan konstruksi bagian depan kapal, lengkap dengan linggi pelat dan linggi batang.
1. Pelat sisi
2. Linggi haluan batang
kebagian depan kapal. Ketepatan berbagai hal, seperti perencanaan yang tepat, dan pemasangan
adalah pokok segalanya. Selain itu, haluan bola
merupakan perbaikan daya apung bagian depan kapal sehingga akan mengurangi anggukan
kapal. Konstruksi haluan bola (Gambar 10.4) terdiri atas pelat bilah tegak. Pelat bilah ini akan
mempertegar ujung bebas dari lutut linggi haluan yang dipasang tepat didepan haluan bola.
Pengelasan balok pada setiap jarak gading melewati sekat berlubang yang terletak dibidang
paruh kapal.
Senta ceruk (panting stringer) terdiri atas pelat berlubang yang dipasang melebar dan
memanjang pada haluan bola. Pelat bilah tegak yang lain menyambung haluan bola ke bagian
depan. Sebuah linggi tuang kecil yang terbuat dari baja tuang menghubungkan bagian atas
haluan bola ke linggi pelat yang terletak diatas garis air muat. Macam-macam lubang orang
dibuat pada susunan konstruksi ini. Hal tersebut akan memudahkan hubungan ke semua bagian
haluan bola.
Pemasangan sekat tubrukan pada suatu kapal sangat dibutuhkan karena sekat ini untuk
menghindari mengalirnya air keruangan yang ada dibelakangnya apabila terjadi kebocoran di
ceruk haluan akibat menubruk sesuatu dan dengan rusaknya ceruk haluan kapal masih selamat,
tidak tenggelam.
Ceruk Haluan
Konstruksi pada ceruk haluan harus cukup kuat. Pada daerah ceruk inilah yang pertama-tama
mendapat hempasan gelombang. Hal ini disebabkan letak ceruk ini dibagian depan kapal. Karena
tidak ada momen lengkung yangbekerja pada arah memanjang didaerah ini, pelat alas, pelat sisi,
dan pelat geladak tidak perlu tebal dibandingkan bagian tengah kapal.
Sekat berlubang adalah suatu sekat yang dipasang membujur. Sekat ini berlubang-lubang dan
ditempatkan ditangki ceruk. Kegunaan sekat berlubang adalah untuk mengurangi goncangan
akibat permukaan bebas cairan didalam tangki yang tidak diisi penuh pada waktu kapal
mengalami olengan. Pemasangan sekat berlubang diceruk haluan dengan menempatkan secara
membujur tepat pada bidang paruh kapal. Dibagian belakang sekat ini dilaskan ke sekat tubrukan
dan dibagian depan dilaskan kelutut linggi haluan. Sekat berlubang ini ditembus oleh balok ceruk
dan dibagian dasar kapal sampai ke penumpu tengah alas.
Konstruksi penampang
melintang ceruk
1. Penumpu tengah geladak 4. Gading
2. Penumpu samping 5. Lutut
3. Senta ceruk 6. Sekat berlubang
Ditengah-tengah bak rantai pada geladak akil diberi sejenis ambang yang disebut pipa spurling
yang dibuat dari pipa tebal, dan ujung-ujungnya diberi ring dari besi bulat. Hubungan antara bak
rantai geladak akil, dan pipa spurling diperkuat dengan pemasangan lutut disekeliling bak rantai
dan pipa spurling. Sebuah pelat dengan penampang U disisi-sisi bak dengan memotong lubang
kaki digunakan sebagai jalan masuk kedasar bak dari pintu kedap digeladak lebih atas. Tabung
jangkar dibuat untuk memungkinkan supaya rantai jangkar tidak banyak hambatan menuju mesin
jangkar dan juga supaya geladak akil tidak mengalami kerusakan pada saat dilalui rantai dan
4. Pelat rangkap
Ukuran tabung jangkar harus cukup supaya pada saat jangkar diturunkan atau dinaikkan, rantai
tidak mengalami hambatan. Pada geladak akil dan pelat sisi sekitar ujung dan pangkal tabung
diberi penguatan dengan pelat rangkap. Pada ujung-ujung tabung diberi pelat atau profil baja
melingkar berbentuk bulat yang diikat dengan pengelasan. Saat kapal berlayar, tabung ini ada
yang ditutup dengan pelat yang dapat digeser apabila diperlukan.
Seperti yang diperlihatkan pada Gambar linggi buritan harus dihubungkan kuat-kuat dengan
bagian konstruksi lain dibelakang kapal. Hal ini diperlukan sebagai peredam getaran dibelakang
kapal yang berasal dari baling-baling atau kemudi dan untuk menahan gaya-gaya yang timbul
oleh gerakan kemudi atau baling-baling.
1. Linggi baling-baling
2. Sambungan las
3. Lubang poros baling-baling
4. Lubang pena kemudi
5. Daun kemudi
6. Telapak linggi/sepatu kemudi
7. Pena kemudi
Ceruk Buritan
Ceruk buritan merupakan ruangan kapal yang terletak dibelakang dan dibatasi oleh sekat
melintang kedap air atau sekat buritan. Ruangan ini dapat dimanfaatkan untuk tangki balas air
maupun untuk tangki air tawar. Bagian buritan pada umumnya berbentuk cruiser/ellips, bentuk
yang menyerupai bnetuk sendok dan transom, yaitu bentuk buritan dengan dinding paling
belakang rata.
Konstruksi buritan direncanakan dengan memasang gading-gading melintang balok-balok
geladak, wrang, penumpu samping, penumpu tengah, dan penguat-penguat tambahan lain. Ada
kapal yang penumpu tengahnya dibuat ganda membentuk kotak pada daerah garis tegak buritan,
karena pada bagian ini dilalui poros kemudi yang akan dihubungkan dengan mesin kemudi diatas
geladak. Bentuk kotak dapat juga diteruskan keatas sampai geladak, sehingga membentuk
selubung kotak (ruddertrunk) yang berfungsi sebagai pelindung poros kemudi.
Wrang-wrang buritan direncanakan mempunyai tinggi yang sama seperti wrang alas dasar ganda,
kecuali wrang-wrang alas ceruk buritan disekitar tabung poros baling-baling. Wrang-wrang alas
yang tinggi ini harus diberi pebegar untuk mencegah melenturnya pelat.
Konstruksi buritan dapat dilihat pada gambar ini
melalui celah. Celah ini didapati antara poros dan bantalan belakang, sedangkan pada bagian
ujung depan tabung ini dipasang paking dan penekan paking untuk mencegah
masuknya air kedalam kamar mesin. Penekan paking ini digunakan untuk menekan paking jika
terjadi perembesan atau kebocoran air pelumas dengan cara memutar baut penekan.
Pada pelumasan dengan minyak pelumas, bahan bantalan yang digunakan adalah babbit logam
putih.
Bantalan mempunyai celah-celah atau lubang-lubang dengan ukuran tertentu, agar minyak
pelumas dapat merata melumasi permukaan poros dan bantalan. Minyak pelumas ditampung
pada tangki khusus yang dihubungkan dengan system pipa ketabung buritan. Dengan
pemompaan, minyak pelumas dapat bersirkulasi dan melumasi bagian-bagian yang memerlukan.
Pencegahan air laut supaya tidak masuk ke system pelumasan ialah dengan paking-paking. Pada
ujung bos poros baling-baling dipasang pelat pelindung yang berfungsi untuk melindungi atau
mencegah masuknya benda-benda yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan pada paking.
Konstruksinya.
Disebut bangunan atas yang tidak efektif, jika terletak di luar 0,4 L bagian tengah kapal atau
mempunyai panjang kurang dari 0,15 L atau kurang dari 12 m. Persyaratan lain dari bangunan
atas adalah bangunan tersebut harus mempunyai lebar, selebar kapal setempat. Selain bangunan
atas, kapal mempunyai bangunan lain yang disebut rumah geladak. Disebut rumah geladak
karena bangunan ini terletak di luar 0,4 L bagian tengah kapal atau
mempunyai panjang lebih kecil dari 0,2 L atau 15 m dan sisi-sisinya tidak selebar kapal.
Bangunan ini diletakkan paling sedikit 1,6 kali jarak normal gading-gading (a0). Bangunan atas
yang terletak di bagian haluan kapal dinamakan akil, di bagian tengah disebut anjungan, dan di
belakang disebut kimbul. Prosentase penambahan penguat pada bangunan atas dapat dilihat pada
Tabel dibawah ini
Gambar penampang bangunan atas, rumah geladak dari depan dan belakang
Keterangan gambar :
B = lebar kapal
A = lebar bangunan atas
S = lebar rumah geladak
1 = badan kapal
2 = bangunan kapal
3 = rumah geladak
Tabel 1
Penguat dalam %
Jenis bangunan Lokasi Sekat Ujung Geladak kekuatan dan Pelat sisi bangunan
pelat lajur atas atas
Efektif Dalam batas 0.4 L 50 25
bagian tengah kapal
Antara 0.4 s/d 0.5 L 30 20
bagian tengah kapal
Tidak efektif Dalam batas 0.4L 25 10
bagian tengah kapal
Antara 0.4 L dan 0.5 L 20 10
bagian tengah kapal
Pada ujung-ujung bangunan atas, tebal pelat lajur atas, geladak kekuatan selebar 0,1 B dari pelat
kulit dan pelat sisi bangunan atas harus dipertebal. Sesuai dengan perincian menurut tabel di atas,
penebalan ini meliputi empat kali jarak gading (a0) ke depan dan ke belakang dari sekat ujung
bangunan atas di daerah 0,5 L tengah kapal. Bila terletak di luar 0,5 L tengah kapal, tidak
diperlukan adanya penguatan. Jika di atas geladak kekuatan ada bangunan atas yang tidak efektif
dan di atasnya lagi ditambah bangunan atas, tebal pelat geladak yang paling bawah dapat
dikurangi 10%. Jika geladak dilapisi kayu, tebal pelat dapat dikurangi sampai 1 mm, tetapi tidak
boleh kurang dari 5 mm. Penentuan ukuran seperti tebal pelat, penegar, dan lain-lainnya
ditentukan oleh besarnya beban perencanaan PA.
Pembagian ruang-ruang tersebut pada Gambar diatas adalah sebagian sketsa ruang akomodasi
dan ruang navigasi pada bagian buritan kapal. Ruang akomodasi tersebut masih dibagi-bagi lagi
sesuai dengan kebutuhan pelayaran. Misalnya, ruang peta, ruang radio, ruang kemudi, klinik, dan
gudang makanan.
Akil juga merupakan penerusan ke atas dari pelat kulit pada bagian depan kapal. Dengan adanya
bangunan atas tersebut akan mengurangi masuknya air laut pada saat kapal bergerak maju.
Ruangan pada akil digunakan untuk pergudangan, terutama untuk fasilitas peralatan pelayaran
seperti tali-temali. Pada Gambar 13.6 di bawah ini diperlihatkan susunan peralatan pada geladak
akil.
BAB III
PENYAJIAN DATA
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
( 𝟐𝟐 𝟐 𝟐 )
PD = Po × ( 𝟐𝟐+𝟐−𝟐
× Co
)𝟐
Beban luar dasar dinamis untuk menghitung pelat geladak cuaca ( PO1 )
= 1,2 – 0,1
= 1,1
= 1,35
Dimana
Nilai C = 0.15 L – 10
= 0.15 ( 102.66 ) – 10
= 5.399
= 31.23 KN/m2
2) Pada daerah midship
( 𝟐𝟐 𝟐 𝟐 )
PD2a = Po1 × CD2
( 𝟐𝟐+𝟐−𝟐 )𝟐
( 𝟐𝟐 𝟐 𝟐.𝟐𝟐 )
= 24.22 × × 1.0
( 𝟐𝟐+𝟐.𝟐𝟐−𝟐.𝟐𝟐 )𝟐.𝟐𝟐
= 28.38 KN/m2
3) Pada daerah haluan
( 𝟐𝟐 𝟐 𝟐 )
PD3a = Po1 × CD3
( 𝟐𝟐+𝟐−𝟐 )𝟐
( 𝟐𝟐 𝟐 𝟐.𝟐𝟐 )
= 24.22 × × 1.28
( 𝟐𝟐+𝟐.𝟐𝟐−𝟐.𝟐𝟐 )𝟐.𝟐𝟐
= 38.56 KN/m2
Beban geladak untuk menghitung main frame, stiffener dan deck beam
1) Pada daerah buritan
( 𝟐𝟐 𝟐 𝟐 )
PD1b = Po2 × CD1
( 𝟐𝟐+𝟐−𝟐 )𝟐
( 𝟐𝟐 𝟐 𝟐.𝟐𝟐 )
= 18.16 × × 1.1
( 𝟐𝟐+𝟐.𝟐𝟐−𝟐.𝟐𝟐 )𝟐.𝟐𝟐
= 23.42 KN/m2
2) Pada daerah midship
( 𝟐𝟐 𝟐 𝟐 )
PD2b = Po2 × CD2
( 𝟐𝟐+𝟐−𝟐 )𝟐
( 𝟐𝟐 𝟐 𝟐.𝟐𝟐 )
= 18.16 × × 1.0
( 𝟐𝟐+𝟐.𝟐𝟐−𝟐.𝟐𝟐 )𝟐.𝟐𝟐
= 21.29 KN/m2
3) Pada daerah haluan
( 𝟐𝟐 𝟐 𝟐 )
PD3b = Po2 × CD1
( 𝟐𝟐+𝟐−𝟐 )𝟐
= 28.95 KN/m2
Beban geladak untuk menghitung side girder, center girder, strong beam dan web frame
1) Pada daerah buritan
( 𝟐𝟐 𝟐 𝟐 )
PD1c = Po3 × CD1
( 𝟐𝟐+𝟐−𝟐 )𝟐
( 𝟐𝟐 𝟐 𝟐.𝟐𝟐 )
= 14.53 × × 1.1
( 𝟐𝟐+𝟐.𝟐𝟐−𝟐.𝟐𝟐 )𝟐.𝟐𝟐
= 18.74 KN/m2
2) Pada daerah midship
( 𝟐𝟐 𝟐 𝟐 )
PD2c = Po3 × CD1
( 𝟐𝟐+𝟐−𝟐 )𝟐
( 𝟐𝟐 𝟐 𝟐.𝟐𝟐 )
= 14.53 × × 1.0
( 𝟐𝟐+𝟐.𝟐𝟐−𝟐.𝟐𝟐 )𝟐.𝟐𝟐
= 17.03 KN/m2
3) Pada daerah haluan
( 𝟐𝟐 𝟐 𝟐 )
PD2c = Po3 × CD1
( 𝟐𝟐+𝟐−𝟐 )𝟐
( 𝟐𝟐 𝟐 𝟐.𝟐𝟐 )
= 14.53 × × 1.36
( 𝟐𝟐+𝟐.𝟐𝟐−𝟐.𝟐𝟐 )𝟐.𝟐𝟐
= 23.16 KN/m2
Dimana :
PDA = Beban geladak pada buritan
𝟐−𝟐
n = [1 − ]
10
n = 1
nmin = 0.5
H = 9.41 m
= 0.89
PD1a = 31.22 KN/m2 (Beban Geladak Buritan Pada Pelat Geledak)
PD1b = 23.42 KN/m2 (Beban Geladak Buritan Pada Deck Beam)
PD1c = 18.73 KN/m2 (Beban Geladak Buritan Pada CDG, SDG, Strong
Beam)
a) Untuk menghitung pelat geladak
PDP1 = 31.22 × 0.89
= 27.78 KN/m3
= 0.66
PD1a = 31.22 KN/m2 (Beban Geladak Buritan Pada Pelat Geledak)
PD1b = 23.42 KN/m2 (Beban Geladak Buritan Pada Deck Beam)
PD1c = 18.73 KN/m2 (Beban Geladak Buritan Pada CDG, SDG, Strong
Beam)
a) Untuk menghitung pelat geladak
PDB1 = 31.22 × 0.66
= 20.61 KN/m3
b) Untuk menghitung pelat balok geladak
PDB2 = 23.42 x 0.66
= 15.45 KN/m3
c) Untuk menghitung CDG, SDG, strong beam
PDB3 = 18.73 × 0.66
= 12.36 KN/m3
1) Beban sisi kapal di bawah garis air muat untuk pelat sisi :
Untuk buritan kapal
PS1 = 10 × (T – Z) + Po1 × CF1 x (1 + ( Z/T))
= 96.525 kN/m2
2) Beban sisi kapal dibawah garis air muat untuk main frame :
Untuk buritan kapal
PS1 = 10 × (T – Z) + Po2 × CF1 x (1 + ( Z/T))
= 78.72 kN/m2
3) Beban sisi kapal dibawah garis air muat untuk web frame, stringer, strong beam :
Untuk buritan kapal
PS1 = 10 × (T – Z) + Po3 × CF1 x (1 + ( Z/T))
= 68.04 kN/m2
= 2.98
1) Beban sisi kapal di atas garis air muat utnuk menghitung ketebalan pelat sisi yaitu :
Untuk buritan kapal
PS1 = Po1 x Cf1 x (20/10+Z-T)
= 77.602 kN/m2
2) Beban sisi kapal diatas garis air muat untuk main frame :
Untuk buritan kapal
PS1 = Po2 x Cf1 x (20/10+Z-T)
= 58.2 kN/m2
3) Beban sisi kapal di atas garis air muat untuk web frame :
Untuk buritan kapal
PS1 = Po3 x Cf1 x (20/10+Z-T)
= 46.56 kN/m2
4.3.3. Beban sisi di atas garis air muat pada bangunan atas dan rumah geladak
PS = Po x Cf x (20/10+Z-T) ( kN/m2 )
Dimana :
Po1 = 24.22 kN/m2 ( untuk pelat geladak dan geladak cuaca )
Po2 = 18.16 kN/m2 ( untuk stiffener, main frame, deck beam )
Po3 = 14.53 kN/m2 ( untuk web stiffener, web frame, stringer )
Z = jarak tengah antara pusat beban ke base line
= 10.51 m
Cf1 = 1.0 + ( 5/cb ) x ( 0.2-( x/l) ( untuk 0 ≤ x/L ≤ 0,2 ; buritan kapal )
= 1.79
Cf2 = 1 (untuk 0,2 ≤ x/L ≤ 0,7 ; tengah kapal )
Cf3 = 1.0 + ( 20/cb ) x (( x/L) – 0.7 )2 ( untuk 0,7 ≤ x/L ≤ 1,0 ; haluan kapal )
= 2.98
= 48.30 kN/m2
5) Beban sisi garis air muat pada geladak akil atau Forecastle Deck
Untuk menghitung pelat kulit
PS = Po1 x Cf1 x ( 20/10+Z5 – T )
= 107.14 kN/m2
G/V = 0.70
Av = fxm
Dimana :
F = 0.11 x ( Vo / √L )
Vo = kecepatan kapal dinas = 15.5 knot
L = 102.66 m
Maka,
F = 0.17
M0 = 1.67
M1 = 1.33 ( buritan kapal )
M2 = 1 ( tengah kapal )
M3 = 2.78 ( haluan kapal )
Sehingga :
Av1 = f x m1 ( untuk daerah buritan kapal )
= 0.22
Av2 = f x m2 ( untuk daerah midship kapal )
= 0.17
Av3 = f x m3 ( untuk daerah haluan kapal )
= 0.47
tS = 1,21 × a √𝟐𝟐 𝟐 𝟐+ tk ( mm )
( Rules BKI 2103 Volume II, Section 7.A 7-5/9 )
Dimana :
a = 0.6 m
PS1 = 77.60 kN/m2 ( untuk buritan kapal )
PS2 = 43.27 kN/m2 ( untuk midship kapal )
PS3 = 129.11 kN/m2 ( untuk haluan kapal )
K = factor baja
= 1
tk = factor korosi
= 2.5
5. tS = 1,21 × a √𝟐𝟐 𝟐 𝟐+ tk ( mm )
6. ( Rules BKI 2103 Volume II, Section 7.A 7-5/9 )
Dimana :
a = 0.6 m
ps = beban sisi bangunan atas tergantung pada jenis bangunannya
ps1 = 64.60 kN/m2 ( pada poop deck )
ps2 = 55.02 kN/m2 ( pada boat deck )
ps3 = 47.76 kN/m2 ( pada bridge deck )
ps4 = 42.19 kN/m2 ( pada navigation deck )
ps5 = 107.44 kN/m2 ( pada forecastle deck )
k = factor baja
= 1
tk = marjin korosi
= 2.5
1) Tebal pelat sisi pada poop deck
ts1 = 1,21 × a √𝟐𝟐1 𝟐 𝟐+ tk
= 8.3 mm dipilih 9 mm ( karena batas minimum )
w = 4.p.e.l2
= 122.62 cm3
Maka profil stay bulwark yang ada di ANNEX BKI adalah 125 cm3 dengan modulus profil yaitu
130 x 65 10 mm dengat braket yaitu 210 x 7.5 mm
Maka profil gading utama di bagian buritan di bawah tween deck yang ada di ANNEX
BKI adalah 260 cm3 dengan modulus profil L adalah 160 x 80 x 14 dengan bracket
220 x 16
2) Modulus gading utama pada daerah buritan kapal di atas tween deck
W = n × c × a × l2 × ps × Cr × k
= 103.43 cm3
Maka profil gading utama di bagian buritan di atas tween deck yang ada di ANNEX BKI
adalah 105 cm3 dengan modulus profil L adalah 100 x 75 x 11 dengan bracket 200 x 7.5
Maka profil gading utama di bagian buritan di bawah tween deck yang ada di ANNEX
BKI adalah 230 cm3 dengan modulus profil L adalah 150 x 90 x 12 dengan bracket 260 x 9.0
= 72.38 cm3
Maka profil gading utama di bagian buritan di atas tween deck yang ada di ANNEX BKI
adalah 74 cm3 dengan modulus profil L adalah 100 x 50 x 10 dengan bracket 170 x 6.5
Maka profil gading utama di bagian buritan di bawah tween deck yang ada di ANNEX
BKI adalah 470 cm3 dengan modulus profil L adalah 200 x 100 x 16 dengan bracket 340 x 11.0
Maka profil gading utama di bagian buritan di atas tween deck yang ada di ANNEX BKI
adalah 155 cm3 dengan modulus profil L adalah 120 x 80 x 12 dengan bracket 230 x 8.0
Dimana :
l = panjang tak ditumpu tergantung posisi
lburitan = H – Hdb km – 3
= 4.736 m ( dibawah tweendeck )
lburitan = 3 ( diatas tweendeck )
lmidship = H – Hdb – 3
= 5.3 m ( dibawah tweendeck )
Maka profil gading besar di bagian buritan di bawah tween deck yang ada di ANNEX
BKI adalah 2300 cm3 dengan modulus profil T adalah 460 x 32 dengan bracket 580 x 18.0
Perencanaan profil T
h = 46 cm
s = 3.2 cm
f = 0.05 x e x ps x l x k
= 29 cm2
Td = 1.0 cm
b = 40 x s
= 128
Fs = hxs
= 147.2
F = b x td
= 128
b' = f/s
= 9.06
Fs/F = 1.15
f/F = 0.23
dari diagram
w = 0.46
wo = 27.8.5
maka, Wo > W ( memenuhi )
maka profil gading besar pada daerah buritan di bawah tween deck yang tersedia di ANNEX
BKI dengan perencanaan profil T adalah 2300 cm3 dengan modulus profil T adalah 460 x 91 x
32 dengan bracket 580 x 18.0
Maka profil gading besar di bagian buritan di bawah tween deck yang ada di ANNEX
BKI adalah 920 cm3 dengan modulus profil T adalah 320 x 26 dengan bracket 420 x 13.5
Perencanaan profil T
h = 32 cm
s = 2.6 cm
f = 0.05 x e x ps x l x k
= 18.37 cm2
Td = 1.0 cm
b = 40 x s
= 104
Fs = hxs
= 83.2
F = b x td
= 104
b' = f/s
= 7.07
Fs/F = 0.8
f/F = 0.18
dari diagram
w = 0.41
wo = 1364.5
maka, Wo > W ( memenuhi )
maka profil gading besar pada daerah buritan di bawah tween deck yang tersedia di ANNEX
BKI dengan perencanaan profil T adalah 920 cm3 dengan modulus profil T adalah 320 x 71 x 26
dengan bracket 420 x 13.5
Maka profil gading besar di bagian buritan di bawah tween deck yang ada di ANNEX
BKI adalah 780 cm3 dengan modulus profil T adalah 320 x 23 dengan bracket 400 x 13.0
Perencanaan profil T
h = 32 cm
s = 2.3 cm
f = 0.05 x e x ps x l x k
= 23.43 cm2
Td = 1.0 cm
b = 40 x s
= 92
Fs = hxs
= 73.6
F = b x td
= 92
b' = f/s
= 10.19
Fs/F = 0.8
f/F = 0.25
dari diagram
w = 0.45
wo = 1323.8
maka, Wo > W ( memenuhi )
maka profil gading besar pada daerah midship di bawah tween deck yang tersedia di
ANNEX BKI dengan perencanaan profil T adalah 780 cm3 dengan modulus profil T adalah 320
x 102 x 23 dengan bracket 400 x 13.
= 218.89 cm3
Maka profil gading besar di bagian buritan di bawah tween deck yang ada di ANNEX
BKI adalah 220 cm3 dengan modulus profil T adalah 200 x 16 dengan bracket 260 x 9.0
Perencanaan profil T
h = 20 cm
s = 1.6 cm
f = 0.05 x e x ps x l x k
= 13.27 cm2
Td = 1.0 cm
b = 40 x s
= 64
Fs = hxs
= 32
F = b x td
= 64
b' = f/s
= 8.29
Fs/F = 0.50
f/F = 0.21
dari diagram
w = 0.45
wo = 576
maka, Wo > W ( memenuhi )
maka profil gading besar pada daerah midship di bawah tween deck yang tersedia di
ANNEX BKI dengan perencanaan profil T adalah 220 cm3 dengan modulus profil T adalah 200
x 83 x 16 dengan bracket 260 x 9.
Maka profil gading besar di bagian haluan di bawah tween deck yang ada di ANNEX
BKI adalah 1360 cm3 dengan modulus profil T adalah 480 x 15 dengan bracket 480 x 12.0
Perencanaan profil T
h = 48 cm
s = 1.5 cm
f = 0.05 x e x ps x l x k
= 45.97 cm2
Td = 1.0 cm
b = 40 x s
= 60
Fs = hxs
= 72
F = b x td
= 60
b' = f/s
= 30.65
Fs/F = 1.2
f/F = 0.77
dari diagram
w = 1
wo = 2880
maka, Wo > W ( memenuhi )
maka profil gading besar pada daerah haluan di bawah tween deck yang tersedia di
ANNEX BKI dengan perencanaan profil T adalah 1360 cm3 dengan modulus profil T adalah 480
x 306 x 15 dengan bracket 480 x 12.
Maka profil gading besar di bagian buritan di bawah tween deck yang ada di ANNEX
BKI adalah 430 cm3 dengan modulus profil T adalah 260 x 19 dengan bracket 330 x 11.0
Perencanaan profil T
h = 26 cm
s = 1.9 cm
f = 0.05 x e x ps x l x k
= 26.03 cm2
Td = 1.0 cm
b = 40 x s
= 76
Fs = hxs
= 49.4
F = b x td
= 76
b' = f/s
= 13.7
Fs/F = 0.65
f/F = 0.34
dari diagram
w = 0.51
wo = 1007.8
maka, Wo > W ( memenuhi )
maka profil gading besar pada daerah midship di bawah tween deck yang tersedia di
ANNEX BKI dengan perencanaan profil T adalah 430 cm3 dengan modulus profil T adalah 260
x 137 x 19 dengan bracket 330 x 11.
sehingga :
1) Senta sisi untuk daerah buritan
W = 0,55 × e × l2 × Ps1 × nc × k
= 271.01
Maka profil side stringer di bagian buritan yang ada di ANNEX BKI adalah 280 cm3
dengan modulus profil T adalah 220 x 17 dengan bracket 280 x 9.5
Perencanaan profil T
h = 22 cm
s = 1.7 cm
f = 0.05 x e x ps x l x k
= 8.69 cm2
Td = 1.0 cm
b = 40 x s
= 68
Fs = hxs
= 37.4
F = b x td
= 68
b' = f/s
= 5.11
Fs/F = 0.55
f/F = 0.13
dari diagram
w = 0.33
wo = 493.7
maka, Wo > W ( memenuhi )
W = 0,55 × e × l2 × Ps1 × nc × k
= 195.704 cm3
Maka profil side stringer di bagian midship yang ada di ANNEX BKI adalah 200 cm3
dengan modulus profil T adalah 200 x 15 dengan bracket 245 x 8.5
Perencanaan profil T
h = 20 cm
s = 1.5 cm
f = 0.05 x e x ps x l x k
= 12.54 cm2
Td = 1.0 cm
b = 40 x s
= 60
Fs = hxs
= 30
F = b x td
= 60
b' = f/s
= 8.36
Fs/F = 0.5
f/F = 0.21
dari diagram
w = 0.36
wo = 432
maka, Wo > W ( memenuhi )
Maka profil side stringer di bagian haluan yang ada di ANNEX BKI adalah 390 cm3
dengan modulus profil T adalah 240 x 20 dengan bracket 315 x 10.5
Perencanaan profil T
h = 24 cm
s = 2 cm
f = 0.05 x e x ps x l x k
= 24.61 cm2
Td = 1.0 cm
b = 40 x s
= 80
Fs = hxs
= 48
F = b x td
= 80
b' = f/s
= 12.31
Fs/F = 0.6
f/F = 0.31
dari diagram
w = 0.5
wo = 960
maka, Wo > W ( memenuhi )
Maka profil side stringer di bagian buritan yang ada di ANNEX BKI adalah 390 cm3
dengan modulus profil T adalah 240 x 123 x 20 dengan bracket 315 x 10.5
tG = 1,21 × a √𝟐𝟐 𝟐 𝟐 + tk
( Rules BKI 2013 Vol. II, Section 7, A 7-5/9 )
Dimana :
a = 0.6
PD1 = 31.22 kN/m2 ( untuk daerah buritan kapal )
PD2 = 28.38 kN/m2 ( untuk daerah midship kapal )
PD3 = 38.60 kN/m2 ( untuk daerah halauan kapal )
k = 1 faktor untuk baja
tk = 2.5 marjin korosi
tG = ( 4.5 + 0.05 L ) √𝟐
= 9.633 = 10 mm ( plat minimum )
1) Tebal pelat geladak pada 0.1 L pada buritan kapal tidak boleh kurang dari :
tG = 1,21 × a √𝟐𝟐1 𝟐 𝟐 + tk
= 6.56 = 10 mm ( pelat minimum )
2) Tebal pelat geladak pada midship kapal tidak boleh kurang dari :
tG = 1,21 × a √𝟐𝟐2 𝟐 𝟐 + tk
= 6.37 = 10 mm ( pelat minimum )
3) Tebal pelat geladak pada haluan kapal tidak boleh kurang dari :
tG = 1,21 × a √𝟐𝟐3 𝟐 𝟐 + tk
= 7.01 = 10 mm ( pelat minimum )
Maka profil balok geladak pada daerah buritan yang ada di ANNEX BKI adalah 460 cm3
dengan profil T adalah 260 x 20 dengan bracket 330 x 11.0
Perencanaan profil T
h = 26 cm
s = 2 cm
f = 0.05 x e x ps x l x k
= 7.17 cm2
Td = 1.0 cm
b = 40 x s
= 80
Fs = hxs
= 52
F = b x td
= 80
b' = f/s
= 3.59
Fs/F = 0.65
f/F = 0.09
dari diagram
w = 0.28
wo = 582.4
Maka profil balok geladak pada daerah buritan yang ada di ANNEX BKI adalah 460 cm3
dengan profil T adalah 260 x 36 x 20 dengan bracket 330 x 11.0
Maka profil balok geladak pada daerah buritan yang ada di ANNEX BKI adalah 430 cm3
dengan profil T adalah 260 x 19 dengan bracket 330 x 11.0
Perencanaan profil T
h = 26 cm
s = 1.9 cm
f = 0.05 x e x ps x l x k
= 6.52 cm2
Td = 1.0 cm
b = 40 x s
= 76
Fs = hxs
= 49.4
F = b x td
= 76
b' = f/s
= 3.43
Fs/F = 0.65
f/F = 0.25
dari diagram
w = 0.44
wo = 869.4
Maka profil balok geladak pada daerah midship yang ada di ANNEX BKI adalah 460
cm3 dengan profil T adalah 260 x 34 x 19 dengan bracket 330 x 11.0
Maka profil balok geladak pada daerah buritan yang ada di ANNEX BKI adalah 580 cm3
dengan profil T adalah 280 x 22 dengan bracket 360 x 11.5
Perencanaan profil T
h = 28 cm
s = 2.2 cm
f = 0.05 x e x ps x l x k
= 8.87 cm2
Td = 1.0 cm
b = 40 x s
= 88
Fs = hxs
= 61.6
F = b x td
= 88
b' = f/s
= 4.03
Fs/F = 0.70
f/F = 0.10
dari diagram
w = 0.34
wo = 837.8
Maka profil balok geladak pada daerah buritan yang ada di ANNEX BKI adalah 460 cm3
dengan profil T adalah 280 x 40 x 22 dengan bracket 360 x 11.5
tE = 1.21 x a x √k x PD1+ tk
= 6.33 mm diambil 6 mm ( batas minimum )
tE = 1.21 x a x √k x PD2+ tk
= 5.80 mm diambil 6 mm ( batas minimum )
tE = 1.21 x a x √k xPD3 + tk
= 15.61 mm diambil 6 mm ( batas minimum )
tE = 1.21 x a x √k x PD4 + tk
= 5.37 mm diambil 6 mm ( batas minimum )
tE = 1.21 x a x √k x PD5 + tk
= 7.01 mm diambil 7 mm ( batas minimum )
Maka profil balok geladak pada daerah poop deck yang ada di ANNEX BKI adalah 210
cm3 dengan profil T adalah 180 x 18 dengan bracket 250 x 8.5
Perencanaan profil T
h = 18 cm
s = 1.8 cm
f = 0.05 x e x ps x l x k
= 4.50 cm2
Td = 1.0 cm
b = 40 x s
= 72
Fs = hxs
= 32.4
F = b x td
= 72
b' = f/s
= 2.50
Fs/F = 0.45
f/F = 0.06
dari diagram
w = 0.18
wo = 233.3
maka, Wo > W ( memenuhi )
Maka profil balok geladak pada daerah poop deck yang ada di ANNEX BKI adalah 210
cm3 dengan profil T adalah 180 x 25 x 18 dengan bracket 250 x 8.5
W = c × e × PD × l2 × k
= 150.22 cm3
Maka profil balok geladak pada daerah boat deck yang ada di ANNEX BKI adalah 120 x
80 x 12 cm3 dengan profil T adalah 180 x 14 dengan bracket 230 x 8
Perencanaan profil T
h = 18 cm
s = 1.5 cm
f = 0.05 x e x ps x l x k
= 3.34 cm2
Td = 1.0 cm
b = 40 x s
= 60
Fs = hxs
= 27
F = b x td
= 60
b' = f/s
= 2.23
Fs/F = 0.45
f/F = 0.06
dari diagram
w = 0.18
wo = 233.3
maka, Wo > W ( memenuhi )
Maka profil balok geladak pada daerah boat deck yang ada di ANNEX BKI adalah 210
cm3 dengan profil T adalah 180 x 25 x 18 dengan bracket 250 x 8.5
Maka profil balok geladak pada daerah bridge deck yang ada di ANNEX BKI adalah 115
cm3 dengan profil T adalah 160 x 13 dengan bracket 200 x 7.5
Perencanaan profil T
h = 16 cm
s = 1.3 cm
f = 0.05 x e x ps x l x k
= 2.53 cm2
Td = 1.0 cm
b = 40 x s
= 52
Fs = hxs
= 20.8
F = b x td
= 52
b' = f/s
= 1.95
Fs/F = 0.40
f/F = 0.05
dari diagram
w = 0.18
wo = 233.3
maka, Wo > W ( memenuhi )
Maka profil balok geladak pada daerah bridge deck yang ada di ANNEX BKI adalah 210
cm3 dengan profil T adalah 180 x 25 x 18 dengan bracket 250 x 8.5
Maka profil balok geladak pada daerah navigation deck yang ada di ANNEX BKI adalah
115 cm3 dengan profil T adalah 160 x 13 dengan bracket 200 x 7.5
Perencanaan profil T
h = 16 cm
s = 1.3 cm
f = 0.05 x e x ps x l x k
= 2.53 cm2
Td = 1.0 cm
b = 40 x s
= 52
Fs = hxs
= 20.8
F = b x td
= 52
b' = f/s
= 1.95
Fs/F = 0.40
f/F = 0.05
dari diagram
w = 0.18
wo = 233.3
maka, Wo > W ( memenuhi )
Maka profil balok geladak pada daerah navigation deck yang ada di ANNEX BKI adalah
210 cm3 dengan profil T adalah 180 x 25 x 18 dengan bracket 250 x 8.5
Maka profil balok geladak pada daerah forecastle decj yang ada di ANNEX BKI adalah
cm3 dengan profil T adalah dengan bracket
Perencanaan profil T
h = 16 cm
s = 1.3 cm
f = 0.05 x e x ps x l x k
= 2.53 cm2
Td = 1.0 cm
b = 40 x s
= 52
Fs = hxs
= 20.8
F = b x td
= 52
b' = f/s
= 1.95
Fs/F = 0.40
f/F = 0.05
dari diagram
w = 0.18
wo = 233.3
maka, Wo > W ( memenuhi )
Maka profil balok geladak pada daerah forecastle deck yang ada di ANNEX BKI adalah
210 cm3 dengan profil T adalah dengan bracket
Poop Deck
W = 0.55 x a x l2 x PS x Cr x k
= 71.51 cm3
Profil = 100 x 50 x 10
Boat Deck
W = 0.55 x a x l2 x PS x Cr x k
= 60.75 cm3
Profil = 100 x 65 x 7
Brackt = 160 x 6.5
Bridge Deck
W = 0.55 x a x l2 x PS x Cr x k
= 52.50 cm3
Profil = 80 x 65 x 8
Brackt = 150 x 6.5
Navigation Deck
W = 0.55 x a x l2 x PS x Cr x k
= 46.24 cm3
Profil = 75 x 55 x 9
= 140 x 6.5
Forecastle Deck
W = 0.55 x a x l2 x PS x Cr x k
= 118.97 cm3
Profil = 130 x 65 x 10
Brackt = 160 x 14
Maka modulus yang ada di ANNEX BKI untuk Profil T 320 cm3 yaitu 220 x 19 dengan bracket
300 x 10
Perencanaan profil T
h = 22 cm
s = 1.8 cm
f = 0.05 x e x ps x l x k
= 8.67 cm2
Td = 1.0 cm
b = 40 x s
= 72
Fs = hxs
= 39.6
F = b x td
= 72
b' = f/s
= 4.82
Fs/F = 0.55
f/F = 0.12
dari diagram
w = 0.31
wo = 491
maka, Wo > W ( memenuhi )
Maka profil balok geladak pada daerah poop deck yang ada di ANNEX BKI adalah 320
cm3 dengan profil T adalah 220 x 48 x 18 dengan bracket 300 x 10 mm
Maka modulus yang ada di ANNEX BKI untuk Profil T 270 cm3 yaitu 200 x 19 dengan bracket
280 x 9.5
Perencanaan profil T
h = 20 cm
s = 1.9 cm
f = 0.05 x e x ps x l x k
= 7.36 cm2
Td = 1.0 cm
b = 40 x s
= 76
Fs = hxs
= 38
F = b x td
= 76
b' = f/s
= 3.88
Fs/F = 0.5
f/F = 0.1
dari diagram
w = 0.28
wo = 425.6
maka, Wo > W ( memenuhi )
Maka profil balok geladak pada daerah boat deck yang ada di ANNEX BKI adalah 270
cm3 dengan profil T adalah 200 x 39 x 19 dengan bracket 280 x 9.5 mm
Maka modulus yang ada di ANNEX BKI untuk Profil T 230 cm3 yaitu 200 x 17 dengan bracket
260 x 9
Perencanaan profil T
h = 20 cm
s = 1.7 cm
f = 0.05 x e x ps x l x k
= 6.36 cm2
Td = 1.0 cm
b = 40 x s
= 68
Fs = hxs
= 34
F = b x td
= 68
b' = f/s
= 3.74
Fs/F = 0.5
f/F = 0.09
dari diagram
w = 0.2
wo = 272
maka, Wo > W ( memenuhi )
Maka profil balok geladak pada daerah bridge deck yang ada di ANNEX BKI adalah 230
cm3 dengan profil T adalah 200 x 37 x 17 dengan bracket 260 x 9 mm
Maka modulus yang ada di ANNEX BKI untuk Profil T 210 cm3 yaitu 200 x 15 dengan bracket
245 x 8.5
Perencanaan profil T
h = 20 cm
s = 1.5 cm
f = 0.05 x e x ps x l x k
= 5.6 cm2
Td = 1.0 cm
b = 40 x s
= 60
Fs = hxs
= 30
F = b x td
= 60
b' = f/s
= 3.74
Fs/F = 0.5
f/F = 0.09
dari diagram
w = 0.2
wo = 240
maka, Wo > W ( memenuhi )
Maka profil balok geladak pada daerah navigation deck yang ada di ANNEX BKI adalah
210 cm3 dengan profil T adalah 200 x 37 x 15 dengan bracket 245 x 8.5 mm
Maka modulus yang ada di ANNEX BKI untuk Profil T 520 cm3 yaitu 280 x 20 dengan bracket
350 x 11.5
Perencanaan profil T
h = 28 cm
s = 2 cm
f = 0.05 x e x ps x l x k
= 14.42 cm2
Td = 1.0 cm
b = 40 x s
= 80
Fs = hxs
= 56
F = b x td
= 80
b' = f/s
= 7.21
Fs/F = 0.7
f/F = 0.18
dari diagram
w = 0.35
wo = 784
maka, Wo > W ( memenuhi )
Maka profil balok geladak pada daerah forecastle deck yang ada di ANNEX BKI adalah
520 cm3 dengan profil T adalah 280 x 72 x 20 dengan bracket 350 x 11.5 mm
4.14.1. Pengertian
Konstruksi ini terdiri dari :
Sistem konstruksi kerangka melintang dengan wrang-wrang penuh dan wrang-wrang terbuka.
Ciri-cirinya dilengkapi dengan wrang-wrang penuh pada setiap gading dibawah kamar
mesin. Jarak antar wrang penuh tidak lebih dari 3,05 m diselingi wrang terbuka. Pada sistem
ini penyangga tengah dan lempeng samping tidak terputus
Sistem konstruksi kerangka membujur dengan wrang-wrang penuh dan wrang-wrang
terbuka. Ciri-cirinya : wrang penuh dipasang dibawah gading –gading kamar mesin, kursi
ketel, dinding kedap air dan ujung bracket deep tank. Penyanggah tengah diberi bracket
dengan jarak 1,25 m.
dimana :
a = jarak antar gading yaitu 0.6
PBla = beban luar alas untuk daerah buritan kapal yaitu 113.64 kN/m 2
PBlb = beban luar alas untuk daerah midship kapal yaitu 94.42 kN/m2
PBlc = beban luar alas untuk daerah haluan kapal yaitu 142.47 kN/m2
tK = marijin korosi yaitu 2.5
nf = 1
sehingga :
𝟐𝟐1
tB1 = 18,3 × nf × a 𝟐 + tk
√𝟐
𝟐𝟐
113.64
= 18,3 × 1 × 0,60 √ + 2,5
123,3
= 13.05 mm diambil 13 mm
94.42
= 18,3 × 1 × 0,60 √ + 2,5
123,3
= 12.1 mm diambil 13 mm
142.47
= 18,3 × 1 × 0,60 √ + 2,5
123,3
= 14.31 mm diambil 14 mm
Pelat bilga dipasang pada lengkungan radius bilga setelah pelat alas. Tebal pelat bilga di
bagian melengkung sama dengan tebal pelat sisi bila pada sisi digunakan sistem gading-gading
melintang. Bila digunakan sistem gading-gading membujur pada alas dari sisi kapal, tebalnya
sama dengan tebal pelat alas.
( Rules BKI 2013 Voulem II, Section 6.B.1.1 )
a) Tebal plat lajur bilga buritan
t = tB1 = 13 mm
b) Tebal plat lajur bilga tengah
t = tB2 = 12 mm
c) Tebal plat lajur bilga haluan
t = tB3 = 14 mm
d) Lebar pelat lajur bilga tidak kurang dari :
B = 800 + 5 L ( mm )
Sehingga :
B = 800 + 5 x 102.66
= 1313.31 mm atau 1.31 m
= 1.3 m
T = 12 x a x √𝟐 𝟐 𝟐 + tk ( mm )
( Rules BKI 2013 Vol II, Section 8.B.5.3 )
Dimana :
p = 2 bar ( tekanan tembus )
k = 1
sehingga
T = 12 x a x √𝟐 𝟐 𝟐 + tk
= 13 mm
4.14.6. Penumpu Tengah ( Center Girder )
( Rules BKI 2013 Vol II, Section 8.B.2.2 )
1) Tinggi penumpu tengah
h = 350 + 45 x B
= 350 + 45 x 17.02
= 1115.9 mm
= 9.30
= 9 mm
t = 1.21 x a x √𝟐 𝟐 𝟐 + tk
= 8 mm
t = 1.21 x a x √𝟐 𝟐 𝟐 + tk
= 10 mm
Dedi Irwansyah Arham | D31112104 104
CONSTRUCTION OF SHIP II
t = ( tm – 2.0 ) √𝟐
dimana tm merupakan tebal penumpu tengah yaitu 13 mm
maka,
t = ( tm – 2.0 ) √𝟐
= 10 mm
Lubang peringan
Lubang peringan wrang penuh adalah :
Panjang max = 0.55 x hdb
= 611 mm
Tinggi max = 0.5 x hdb
= 555.8 mm
b) Tebal wrang alas penuh pada daerah kamar mesin diperkuat menurut peraturan
t = 3.6 + p/500%
= 10%
Maka
t = t + ( t x 10 % )
= 20 mm
Maka profil yang tersedia di ANNEX BKI yaitu dengan modulus profil yaitu
Berat
No Komponen
(Ton)
LWT
1 Berat Baja Lambung 1572.33
2 Perlengkapan 698.88
3 Permesinan 249.38
4 Mesin Lainnya
Jumlah = 2520.59
DWT
1 Berat bahan bakar 242.48
2 Minya pelumas 0.78
3 Air tawar 87.32
4 Berat Crew 1.5
5 Berat Bawaan 1.3
6 Berat Diesel Oil 44.5
7 Payload 5964.42
Jumlah = 6342.3
8862.89
LUAS
BAGIAN
ATAS
NO ORDINAT FS HK
30 3.2581 1 3.2581
31 3.4 4 13.6
32 3.53 2 7.06
33 3.67 4 14.68
34 3.81 2 7.62
35 3.95 4 15.8
36 4.08 2 8.16
37 4.22 4 16.88
38 4.36 2 8.72
39 4.5 4 18
40 4.64 2 9.28
41 4.78 4 19.12
42 4.92 2 9.84
43 5.06 4 20.24
44 5.2 2 10.4
45 5.34 4 21.36
46 5.48 2 10.96
47 5.62 4 22.48
48 5.76 2 11.52
49 5.9 4 23.6
50 6.04 2 12.08
51 6.18 4 24.72
52 6.32 2 12.64
53 6.46 4 25.84
54 6.6 2 13.2
55 6.73 4 26.92
56 6.87 1 6.87
JUMLAH ( S ) 394.8481
LUAS = 2/3* S * ao 157.9392
LUAS BAGIAN
TENGAH
NO ORDINAT FS HK
30 2.11 1 2.11
31 2.25 4 9
32 2.39 2 4.78
33 2.53 4 10.12
34 2.66 2 5.32
35 2.8 4 11.2
36 2.94 2 5.88
37 3.08 4 12.32
38 3.22 2 6.44
39 3.36 4 13.44
40 3.5 2 7
41 3.63 4 14.52
42 3.77 2 7.54
43 3.91 4 15.64
44 4.05 2 8.1
45 4.19 4 16.76
46 4.33 2 8.66
47 4.47 4 17.88
48 4.62 2 9.24
49 4.76 4 19.04
50 4.9 2 9.8
51 5.04 4 20.16
52 5.18 2 10.36
53 5.31 4 21.24
54 5.45 2 10.9
55 5.59 4 22.36
56 5.73 1 5.73
JUMLAH ( S ) 305.54
LUAS = 2/3* S * ao 122.216
LUAS BAGIAN
BAWAH
NO ORDINAT FS HK
30 1.45 1 1.45
31 1.55 4 6.2
32 1.65 2 3.3
33 1.75 4 7
34 1.86 2 3.72
35 1.98 4 7.92
36 2.1 2 4.2
37 2.22 4 8.88
38 2.34 2 4.68
39 2.47 4 9.88
40 2.6 2 5.2
41 2.73 4 10.92
42 2.87 2 5.74
43 3 4 12
44 3.13 2 6.26
45 3.26 4 13.04
46 3.39 2 6.78
47 3.52 4 14.08
48 3.65 2 7.3
49 3.78 4 15.12
50 3.92 2 7.84
51 4.05 4 16.2
52 4.19 2 8.38
53 4.33 4 17.32
54 4.48 2 8.96
55 4.62 4 18.48
56 4.75 1 4.75
JUMLAH ( S ) 235.6
LUAS = 2/3* S * ao 94.24
VOLUME
NO ORDINAT FS HK
1 157.9392 1 157.9392
2 122.216 4 488.864
3 94.24 1 94.24
JUMLAH ( S ) 741.0432
VOLUME = 1/3* S * (hdb/2) 137.29
LUAS BAGIAN
TENGAH
NO ORDINAT FS HK
58 6 1 6
58.5 6.07 4 24.28
59 6.14 1 6.14
JUMLAH ( S ) 36.42
LUAS = 2/3* S * (ao/2) 14.568
VOLUME
NO ORDINAT FS HK
1 17.304 1 17.304
2 14.568 4 58.272
3 12.264 1 12.264
JUMLAH ( S ) 87.84
vOLUME = 1/3* S * (hdb/2) 16.27368
VOLUME
NO ORDINAT FS HK
1 18.432 1 18.432
2 15.716 4 62.864
3 13.12 1 13.12
JUMLAH ( S ) 94.416
vOLUME = 1/3* S * (hdb/2) 17.49198
Tangki Ballast
Wballast ton
Spesifik volume bahan bakar 1.025 m3/ton
Wtangki ballast
ao 0.6
HDB 1.11159
AS BAGIAN ATAS
NO ORDINAT FS HK
77 8.34 1 8.34
78 8.32 4 33.28
79 8.31 2 16.62
80 8.29 4 33.16
81 8.28 2 16.56
82 8.28 4 33.12
83 8.28 2 16.56
84 8.28 4 33.12
85 8.28 2 16.56
86 8.28 4 33.12
87 8.29 2 16.58
88 8.29 4 33.16
89 8.29 2 16.58
90 8.3 4 33.2
91 8.3 2 16.6
92 8.3 4 33.2
93 8.3 2 16.6
94 8.3 4 33.2
95 8.3 2 16.6
96 8.3 4 33.2
97 8.3 2 16.6
98 8.3 4 33.2
99 8.3 2 16.6
100 8.3 4 33.2
VOLUME
No ORDINAT FS HK
1 612.08 1 612.08
2 491.308 4 1965.23
3 410.25 1 410.25
JUMLAH ( S ) 2987.56
vOLUME = 1/3* S * (hdb/2) 553.491
r = n x b ( 1-b / B )
dimana :
lubang palka 1 dan 2
n = l/200
= 0.09 m
l = 19
b = 8.57 m
B = 17.02
b/B = 0.5
Nmin = 0.1
Sehingga
r = 0.43 m
lubang palka 3
l = 12.6
n = 0.063
Nmin = 0.1
Sehingga
r = 0.43 m
Z = D2/3 + 2 x h x B + Δtotal / 10
= 2624.145 m2
Berdasarkan nilai Z diatas maka dari table 18.2 BKI Vol. 2 Section 18-6 didapat data-data
sebagai berikut :
No. register = 138
Jumlah jangkar = 2 buah
Berat jangkar = 7800 kg haluan
Panjang rantai jangkar= 632.5
Diameter jangkar =
- Ordinary quality ( D1) = 90 mm
- Special quality ( D2 ) = 78 mm
- Extra Special quality ( D3 ) = 60 mm
Tali tambat =
- Jumlah tali = 6 buah
- Panjang tali = 200 m
- Tegangan Tarik max = 480 kN
Tali Tarik =
- Panjang tali = 260 m
- Tegangan Tarik tali = 1470 kN
4.16.4. Kemudi
“Rules BKI 2012 Vol. II Section 14.3”
Luas daun kemudi
A = C1 x C2 x C3 x C4 x 1.75 x L x T / 100
Dimana :
C1 = factor untuk type kapal
= 1.0
C2 = factor untuk type kemudi
= 1.0
C3 = factor untuk profile kemudi
= 1
C4 = factor untuk perencanaan kemudi
= 1.5 ( untuk kemudi di luar water jet )
L = panjang kapal
= 102.66 m
T = sarat kapal
= 7.52 m
Sehingga :
A = 20.3 m2
< <
Berdasarkan buku “Perlengkapan Kapal ITS hal. 52 Section II.9”, luas bagian yang
dibalansir dianjurkan <65% dari luas daun kemudi. Namun, yang direncanakan adalah
30% sehingga :
A’ = 30% x A
= 6.1 m2
Tinggi kemudi ( h )
Berdasarkan buku “Perlengkapal Kapal” Oleh Ir. Lukman Bochari, MT hal. 39 Bab IV”
tinggi kemudi dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
H = 0.7 x T
= 5.254 m
Lebar Kemudi
Berdasarkan buku “Perlengkapan Kapal oleh Ir. Lukman Bochari, MT hal. 38 bab IV”
lebar kemudi dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
B = h/1.8
= 3
B’ = 30% x b
= 0.9 m
Dari perhitungan di atas, maka diperoleh ukuran kemudi adalah sebagai berikut :
- Luas daun kemudi ( A ) = 20.3 m2
- Luas bagian balancer ( A’ ) = 6.1 m2
- Tinggi daun kemudi ( h ) = 5.26 m
- Lebar daun kemudi ( b ) = 3m
- Lebar bagian balacir ( b’) = 0.9 m
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Konstruksi bangunan kapal merupakan suatu struktur bangunan kapal yang terdiri dari
badan kapal serta bangunan atas. Untuk menyusun komponen badan kapal, beserta bangunan
atas dikenal 3 sistem konstruksi yang umum digunakan diantaranya :
1. Sistem konstruksi melintang
2. Sistem konstruksi memanjang
3. Sistem konstruksi kombinasi
5.2. Saran
1. Dalam pengambilan data dilakukan dengan teliti agar kesimpangsiuran data
tidak menyita waktu.
2. Dibutuhkan koordinasi yang baik antara pembimbing dengan mahasiswa.
3. Perlunya pemanfaatan yang optimal dari studio gambar.
4. Dalam pengambaran agar memperhatikan waktu yang diberikan dalam
melaksanakan tugas.
5. Informasi yang berkenaan dengan penggambaran baik mengenai waktu maupun
transfer ilmu dan lainnya diharapkan detailnya.
6. Asisten diharapkan mengawasi hasil kerja gambar secara kontinu dan sabar
tentunya.
7. Antar elemen yang terkait sangat diperlukan kerja sama yang baik dan
keikhlasan satu sama lain.