Komunikasi Yang Efektif
Komunikasi Yang Efektif
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Partai Golongan Karya (Golkar) merupakan salah satu peserta Pemilihan Umum
Pemilu) Tahun 2014 di Indonesia. Persiapan Partai Golkar untuk menghadapi Pemilu
Tahun 2014 mendapat banyak tantangan dan hambatan. Permasalahan yang dihadapi
mulai dari konflik internal Dewan Pengurus Pusat (DPP) dan Dewan Pengurus Daerah
(DPD) menghadapi Pemilihan Anggota Legislatif (Pileg) sampai dengan dipecatnya
beberapa pengurus pusat Partai Golkar menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres).
Berdasarkan berita on line Sumber Pembaruan menyebutkan bahwa ada upaya
penggulingan Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie oleh Ketua DPP Partai Golkar,
Yoris Raweyai. Kutipan berita sebagai berikut:
Sayang, itu bukan karena ingin lari lebih cepat menjemput Pemilu Legislatif (Pileg),
tetapi karena konflik internal.
Berita terbaru, Ketua DPP Partai Golkar, Yoris Raweyai dikecam habis-habisan
oleh pendukung Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie (ARB), karena dinilai
berupaya menggulingkan ARB sebagai ketua umum partai.
"Aburizal Bakrie salah satu kader terbaik Golkar sehingga tidak selayaknya Ketua
DPP melakukan hal itu," ujar Ketua DPD I Partai Golkar Lampung, Alzier Dianis
Thabranie, di Bandarlampung, Rabu (12/3) malam.
Menurut dia, Yoris seharusnya berkaca lebih dulu sebelum melakukan upaya yang
tidak sesuai koridor dan aturan partai tersebut.
Ia menegaskan, siapa saja yang ingin menurunkan Bang Ical, panggilan akrab
Aburizal Bakrie, dari posisinya sebagai Ketua Umum Partai Golkar, dan berupaya
melemahkan Partai Golkar menjelang pemilu legislatif dan pilpres akan berhadapan
dengan seluruh ketua dan kader Partai Golkar di daerah.
"Jangan main-main, Bang Ical merupakan sosok yang sangat kami segani, seluruh
kader Golkar di Indonesia ini sangat membutuhkan pemimpin seperti beliau. Jika
ada yang ingin menurunkan beliau, pasti akan mendapatkan perlawanan dari
seluruh kader," ujarnya pula.
Banyak Faktor
Ada apa tiba-tiba Yoris dituduh berupaya menggulingkan ARB?
Menurut penelusuran data yang dilakukan SP, ada banyak faktor yang membuat
kader tidak puas dengan kepemimpinan ARB.
Paling tidak, bisa dipilahkan pada dua kekuatan besar yang mengganjal ARB
menuju RI 1 saat ini.
Pertama, kekuatan eksternal, terkait sepak terjang ARB dalam politik dan bisnisnya.
Kasus lumpur Lapindo selalu menyeret nama ARB.
Lalu polemik dualisme liga sepak bola Indonesia yang juga dikait-kaitkan dengan
ARB, serta kasus pajak perusahaannya yang menurut beberapa sumber tak
kunjung dibayar.
Kedua, kekuatan internal yang mencuat pertama kali saat mantan Ketua Umum
Partai Golkar, Akbar Tandjung mengeluarkan pernyataan pencapresan ARB akan
dievaluasi.
Tantangan juga muncul terkait Jusuf kalla yang akan mencalonkan dari sebagai
Presiden dari partai lain.
Itu diperparah dengan sikap Yoris Raweyai yang membuka “borok” Golkar sejak
dipimpin ARB.
Yoris Raweyai mengungkapkan bahwa sejak delapan bulan lalu, pengurus DPD
IIGolkar tingkat kabupaten/Kota tidak mendapatkan dana operasional dari DPP.
Menurut Yoris, ia telah mengingatkan kepada pengurus DPP dan bahkan
KetuaUmum terkait hal tersebut.
Karena dana operasional partai tidak dibayarkan kepada pengurus di daerah, maka
saat ini muncul desakan menuntut penggantian ARB.
Manuver politik lainnya yang dikeluarkan Yoris adalah bahwa ia sedang
menggalang dukungan untuk mengevaluasi stagnasi elektabilitas ARB.
Salah satunya adalah menggelar Rapimnas Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG).
Yoris yang juga Ketua Umum AMPG akan menghimpun keluhan-keluahan kader
terkait berjalannya roda organisasi dalam tubuh partai Golkar.
Yoris menilai, kampanye-kampanye ARB yang turun langsung ke daerah tidak
membuat Golkar solid.
Bahkan ia menduga kampanya ARB tersebut hanya untuk urusan pencapresannya,
bukan urusan partai Golkar secara utuh.
Sumber SP lain juga mengatakan, banyak caleg DPR RI dari Partai Golkar saat ini
kecewa karena tidak semua mereka dapat bantuan dana logistik kampanye dari
partai.
Para caleg itu protes karena kabarnya DPP Partai Golkar memberikan bantuan
logistik dalam bentuk uang Rp 500 juta hingga Rp 1 miliar ke caleg-caleg yang
dianggap potensial.
“Caleg-caleg yang lain mempertanyakan apa ukuran caleg potensial itu? Atau
jangan-jangan dana itu hanya untuk caleg inner cycle ARB saja yang dapat
bantuan,” kata sumber itu.
Tetapi apa pun konflik yang terjadi di internal Partai Golkar, semuanya tidak akan
menghancurkan partai, karena partai beringin itu mempunyai mekanisme
penyelesaian konflik yang sangat canggih dan hebat.
Sehebat dan sebesar apapun konflik internal Golkar, tidak akan seperti partai lain,
yang saling cakar-cakaran dan akhirnya partaipun karam. (Sumber:
www.suarapembaruan.com)
Konflik internal Partai Golkar terjadi karena adanya komunikasi yang kurang baik
antara Ketua Umum Partai yaitu Aburizal Bakrie dengan pimpinan-pimpinan partai di
daerah. DPP Partai Golkar tingkat kota/kabupaten tidak mendapat dana operasional
selama 8 bulan sehingga tidak dapat menjalankan kegiatan politiknya. Masalah
bertambah lagi terkait dukungan dari Partai Golkar hanya kepada caleg-caleg
potensial dengan memberi bantuan logistik dalam bentuk uang sebesar Rp 500 juta
sampai Rp 1 miliar. Sementara caleg-caleg yang lain merasa ada perlakuan
diskriminasi di dalam Partai Golkar.
Menjelang Pilpres 2014 yang diselenggarakan KPU tanggal 9 Juli 2014, Partai
Golkar mengalami perpecahan di antara anggota pengurus dan pimpinan di tingkat
pusat. Partai Golkar secara resmi telah menyatakan dukungan kepada pasangan Capres
dan Cawapres Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa. Namun ada beberapa pengurus
DPP dan anggota Dewan Pertimbangan Partai Golkar yang tidak setuju dengan
keputusan tersebut. Luhut Panjaitan dan Fahmi Idris mengundurkan diri dari
kepengurusan Partai Golkar karena lebih memilih mendukung pasangan lain yaitu Joko
Widodo dan Jusuf Kalla.
Pemecatan Partai Golkar juga dilakukan terhadap kader-kader muda mereka
karena dianggap tidak loyal terhadap keputusan Partai Gokar karena mendukung
pasangan capres dan cawapres Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Kader-kader muda Partai
Golkar yang dipecat antara lain Agus Gumiwang, Nusron Wahid, dan Poempida
Hidayatullah. Berikut kutipan berita mengenai konflik internal Partai Golkar di tingkat
pusat:
2. Perumusan Masalah
a. Konflik Internal antara DPP dan DPD Partai Gokar
b. Konflik Internal di dalam kepengurusan DPP Partai Golkar
3. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan disusun sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Perumusan Masalah
3. Sistematika Penulisan
4. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
1. Kajian Teori
A. Pengertian dan Makna Komunikasi
B. Komunikasi Verbal
C. Komunikasi Non Verbal
D. Strategi Komunikasi
2. Upaya Optimalisasi
A. Perencanaan
B. Strategi
C. Alternatif Solusi
3. Capaian Yang Diharapkan
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Implikasi
3. Saran
4. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan Studi Kasus Partai Gokar ini sebagai berikut:
a. Untuk memahami permasalahan yang terjadi di dalam Partai Golkar.
b. Untuk mengetahui komunikasi yang terjadi sehingga terjadi konflik internal di
dalam Partai Golkar
c. Memberikan solusi dalam melakukan komunikasi yang efektif di dalam
berorganisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kajian Teori
A. Pengertian dan Makna Komunikasi
Kata Komunikasi berasal dari kata latin “communication” yang berasal dari kata
communis berarti sama yang berarti sama makna. Menurut Murdi Dennis dalam
Better Business Communication, menyatakan bahwa komunikasi adalah seluruh
proses yang diperlukan untuk memahami pikiran yang disampaikan orang lain.
Dalam pengertian lain menurut Rosady Ruslan (Manajemen Humas dan
Manajemen Komunikasi, 1999)
Transfer informasi atau pesan-pesan dari pengirim pesan sebagai komunikator
kepada penerima pesan sebagai komunikan, yang di dalam prosesnya akan
terjadi feedback untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) di
antara kedua belah pihak.
Berdasarkan uraian definisi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa komunikasi
pada dasarnya adalah suatu proses, yaitu proses (kegiatan) penyampaian
pesan/informasi dari seseorang (pengirim) kepada orang lain (penerima) dengan
menggunakan cara/ teknik/ sarana penyampaian pesan/ informasi tertentu.
Komunikasi yang efektif terjadi dengan syarat pesan atau informasi yang
disampaikan telah diterima dan dipahami sesuai dengan maksud yang diinginkan
pengirim pesan atau informasi.
Proses dan unsur-unsur komunikasi dapat dilihat pada gambar berikut:
Menafsirkan
Pengirim
Pesan
Balikan
Menerima Menyusun
Pesan Pesan
Menyampaikan
Penerima
Pesan
Komponen Komunikasi terdiri atas:
a. Pengirim pesan
b. Pesan yang dikirimkan
c. Cara mengirimkan pesa
d. Penerima pesan
e. Balikan atau feedback
B. Komunikasi Verbal
C. Komunikasi Non Verbal
D. Strategi Komunikasi
2. Upaya Optimalisasi
A. Perencanaan
B. Strategi
C. Alternatif Solusi
3. Capaian Yang Diharapkan
4. Kesimpulan
5. Implikasi
6. Saran