Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

Hidropneumothoraks et causa Tuberculosis Paru

Disusun Oleh :
Bryan Benyamin Gunawan
11.2016.081

Dokter Pembimbing :
dr. Ni Wayan, Sp.P

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam


Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi
RSUD TARAKAN JAKARTA
Periode 6 November 2017 – 14 Januari 2018
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

1
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Arjuna Utara No.6 Kebun Jeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN

Nama Mahasiswa : Bryan Benyamin Gunawan Tanda Tangan

NIM : 11-2016-081 ........................

Dr. Pembimbing : dr. Ni Wayan, Sp.P ........................

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. RR
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat /tanggal lahir : Jakarta, 18-08-1991
Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Kramat Pulo Gundul, Jakarta Pusat
Masuk Rumah Sakit : Tanggal 21 November 2017, 01.05 WIB

2
ANAMNESIS
Diambil dari : Autoanamnesis
Tanggal : 21 November 2017 Jam 15.00 WIB.

Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan sesak napas yang memberat sejak 1 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke RSUD Tarakan melalui instalasi gawat darurat dengan keluhan sesak
napas yang memberat sejak 1 hari SMRS.
Pasien mengatakan keluhannya diawali dengan batuk sekitar 3 bulan yang lalu. Pasien
tidak berobat dan menduga bahwa batuknya akan sembuh dengan sendirinya. Batuk berdahak
putih, agak kental dan lumayan banyak. Batuk berdarah disangkal oleh pasien. Setelah itu
batuk disertai dengan demam sejak 3 bulan yang lalu. Demam dirasakan hanya ketika malam
hari saja. Demam dirasakan tidak terlalu tinggi sehingga pasien juga tidak berobat. Setelah itu
pasien mulai merasa sesak 2 minggu yang lalu. Sesak dirasakan makin berat 1 hari
sebelumnya sehingga pasien baru pergi untuk berobat. Pasien juga mengatakan bahwa dirinya
merasa sering lemas dan mudah lelah beberapa hari terakhir ini. Pasien pergi ke RSUD Johor
Baru dan menerima penanganan dan pemeriksaan awal disana, namun karena tidak ada
dokter spesialis paru, maka pasien dirujuk ke RSUD Tarakan. Pasien mengatakan tidak mual
dan tidak muntah, namun nafsu makannya tetap rendah dan hanya mau makan bubur saja
dengan porsi yang sedikit. Pasien tidak merasa mengalami adanya keringat saat di malam
hari. Pasien juga tidak mengeluh sakit perut. BAK tidak ada keluhan, sedangkan BAB sudah
2 hari terakhir tidak BAB.
Pasien mengatakan baru pertama kali mengalami hal seperti ini dan belum pernah
menerima pengobatan TB ataupun pengobatan lainnya. Di keluarga pasien juga tidak ada
yang memiliki keluhan yang sama, baik pada suami dan anaknya. Pasien tidak tahu pasti
apakah ada tetangga di sekitar rumahnya yang memiliki kondisi yang sama ataupun sedang
dalam pengobatan TB paru. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus,
hipertensi, hanya saja pasien memiliki riwayat sakit maag karena sering terlambat makan.
Pasien tidak memiliki riwayat alergi juga pada makanan ataupun obat-obatan.

3
Riwayat Penyakit Dahulu
(-) Batu Empedu (-) Malaria (-) Batu ginjal/Sal.kemih
(-) Cacar Air (-) Disentri (-) Hernia
(-) Difteri (-) Hepatitis (-) Rematik
(-) Batuk Rejan (-) Tifus Abdominalis (-) Wasir
(-) Campak (-) Skrofula (-) Diabetes
(-) HIV (-) Sifilis (-) Alergi
(-) Tonsilitis (-) Gonore (-) Tumor
(-) Khorea (-) Hipertensi (-) Penyakit Pembuluh
(-) Demam Rematik Akut (-) Ulkus Ventrikuli (-) Pendarahan Otak
(-) Pneumonia (-) Ulkus Duodeni (-) Psikosis
(-) Pleuritis (+) Gastritis (-) Neurosis
(-) Tuberkulosis (-) Operasi Prostat (-) Kecelakaan

Riwayat Keluarga
Hubungan Umur (Tahun) Jenis Keadaan Penyebab
Kelamin Kesehatan Meninggal
Kakek Tidak diketahui Laki-laki Meninggal Usia tua
Nenek Tidak diketahui Perempuan Meninggal Usia tua
Ayah 60 Tahun Laki-laki Sehat -
Ibu 56 Tahum Perempuan Sehat -

Suami 29 tahun Laki-laki Sehat -

Anak
5 tahun Laki-laki Sehat -
(tidak ada)

Adakah Kerabat yang Menderita:


Pada keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit yang sama.
Penyakit Ya Tidak Hubungan
Alergi 
Asma 
Tuberkulosis 
Arthritis 
Hipertensi 
Jantung 
Ginjal 
Lambung 

4
I. ANAMNESIS SISTEM
Catat keluhan tambahan positif disamping judul-judul yang bersangkutan
Harap diisi: bila ya (+), bila tidak (-)

Kulit
(-) Bisul (-) Rambut (-) Keringat malam
(-) Kuku (-) Ikterus (-) Sianosis
Kepala
(-) Trauma (-) Sakit kepala
(-) Sinkop (-) Nyeri pada sinus
Mata
(-) Nyeri (+) Anemis (-) Sekret
(-) Gangguan penglihatan (-) Ikterus (-) Radang
Telinga
(-) Nyeri (-) Gangguan pendengaran
(-) Sekret (-) Kehilangan pendengaran (-) Tinitus
Hidung
(-) Trauma (-) Nyeri (-) Sekret
(-) Epistaksis (-) Penyumbatan (-) gangguan penciuman
Mulut
(-) Bibir (-) Gusi (-) Selaput
(-) Lidah (-) pengecapan (-) Stomatitis
Tenggorokan
(-) Nyeri tenggorok (-) Perubahan suara
Leher
(-) Benjolan (-) Nyeri leher

Dada (Jantung/ Paru-paru)


(+) Nyeri dada (-) Berdebar (-) Ortopnoe
(+) Sesak napas (-) Batuk darah (+) Batuk
Abdomen (Lambung/ Usus)
(-) Rasa kembung (-) Wasir (-) Mual
(-) Mencret (-) Muntah (-) Tinja darah
(-) Muntah darah (-) Tinja dempul (-) Sukar menelan

5
(-) Nyeri perut kolik (-) benjolan (-) Perut membesar
Saluran kemih/ alat kelamin
(-) Kencing nanah (-) Disuria (-) Stranguri
(-) Kolik (-) Poliuri (-) Oliguri
(-) Polakisuria (-) Anuria (-) Hematuria
(-) Retensi urin (-) Ngompol (-) Kencing batu
(-) Kencing menetes (-) Penyakit prostat

Katamenia
(-) Leukore (-) Perdarahan (-) lain-lain

Ekstremitas
(-) Nyeri pinggang sampai ke paha (+) Bengkak
(-) Sianosis (-) Deformitas

Berat Badan : 45 kg
Tinggi Badan : 165 cm

III. PEMERIKSAAN JASMANI


Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaraan : Compos mentis
Tinggi Badan : 165 cm
Berat Badan : 45 kg
IMT : 16,52 (underweight)
Tekanan Darah : 100/67 mmHg
Nadi : 115x/menit
Suhu : 36,5 oC
Pernafasaan : 30 x/menit
Saturasi Oksigen : 96 %
Kulit : Turgor kulit cukup baik
Keadaan gizi : Kurang
Sianosis : -
Udema umum : -

6
Aspek Kejiwaan
Tingkah Laku, alam perasaan dan proses pikir : wajar

Kulit
Warna : Sawo matang Effloresensi : -
Jaringan Parut :- Pigmentasi : Ada
Pertumbuhan rambut : Merata Lembab/Kering : Lembab
Suhu Raba : Hangat Pembuluh darah :Tidak tampak pelebaran
Keringat : Umum
Turgor : Melambat
Ikterus :-
Lapisan Lemak : Merata
Oedem :-

Kelenjar Getah Bening


Submandibula : Tidak membesar Leher : Tidak membesar
Supraklavikula : Tidak membesar Ketiak : Tidak membesar
Lipat paha : Tidak membesar

Kepala
Bentuk : Normocephali
Ekspresi wajah : Wajar
Simetri muka : Simetris
Rambut : Hitam merata, tidak mudah dicabut, berminyak.

Mata
Exophthalamus : Tidak ada
Enopthalamus : Tidak ada
Kelopak : Tidak ada edema
Lensa : Jernih
Pupil : Bulat 3 mm kiri & kanan, isokor, RCL +/+; RCTL +/+
Konjungtiva : Anemis +/+

7
Visus : Dalam batas normal
Sklera : Tidak ikterik
Telinga
Tuli : Tidak ada
Selaput pendengaran : Utuh
Lubang : Lapang
Penyumbatan : Tidak ada
Serumen : Tidak ada
Pendarahan : Tidak ada
Cairan : Tidak ada
Mulut
Bibir : Normal, kering, pucat Tonsil : T1 –T1 tenang
Langit-langit : Normal Bau pernapasan : Normal
Gigi geligi : Tidak Lengkap Trismus : Tidak ada
Faring : Tidak ada hiperemis Selaput lendir : Normal
Lidah : Tidak tampak kotor
Leher
Tekanan Vena Jugularis (JVP) : 5 - 2 cm H2O
Kelenjar Tiroid : Tidak teraba membesar
Kelenjar Getah Bening : Tidak teraba membesar

Dada
Bentuk : Tidak simetris kanan kiri, cembung sebelah kiri sela iga tidak
melebar
Pembuluh darah : Spider nevi (-), pembuluh darah kolateral (-), caput medusae (-).
Buah dada : Warnanya normal, simetris

Paru – Paru Depan Belakang


Inspeksi
Kanan Simetris, pada pernapasan statis dan -
Kiri dinamis -
Palpasi
Kanan Vokal fremitus normal -
Kiri Vokal fremitus menurun -

8
Perkusi
Kanan Sonor diseluruh lapang paru kanan -
Kiri Redup diseluruh lapang paru kiri -
Auskultasi
Kanan SN vesikuler normal, Wheezing (-), -
Ronchi basah halus (-)
Kiri SN vesikuler melemah, Wheezing (-),
-
Ronchi (+)

Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : Teraba ictus cordis pada ICS V, 2 cm medial dari garis midclavicula kiri
Perkusi : Batas kanan : Sela iga III, garis midsternal kanan
Batas kiri : Sela iga V, 2 cm medial garis midclavicula kiri
Batas atas : Sela iga II, garis sternal kiri
Batas pinggang jantung : sela iga III, garis midclavicula kiri
Batas Bawah jantung : Sela iga VI, garis midclavicula kiri.
Auskultasi : BJ I- II reguler, Murmur (-), gallop (-)

Pembuluh Darah
Arteri Temporalis : Teraba pulsasi
Arteri Karotis : Teraba pulsasi
Arteri Brakhialis : Teraba pulsasi
Arteri Radialis : Teraba pulsasi
Arteri Femoralis : Teraba pulsasi
Arteri Poplitea : Teraba pulsasi
Arteri Tibialis Posterior : Teraba pulsasi
Arteri Dorsalis Pedis : Teraba pulsasi

Abdomen
Inspeksi : Datar, pembuluh darah kolateral (-), caput medusa (-), spider
nevi (-)
Palpasi
Dinding perut : nyeri tekan (+)

9
Hati : normal, tidak teraba membesar
Limpa : normal, tidak teraba membesar
Ginjal : Balotement (-/-), CVA (-/-)

Perkusi : Timpani, Shifting dullness (-)


Auskultasi : BU +

Colok dubur : Tidak dilakukan

Anggota Gerak
- Kekuatan motorik 5555 / 5555
5555 / 5555
- Kedua kaki teraba hangat

Refleks
Refleks tendon Kanan Kiri
Jenis 21/11/2017
Bisep ++ ++
Trisep 01.27
++ WIB ++
Darah
Patela Rutin ++ ++
Hemoglobin
Achiles 7,5++ ++
Hematokrit
Kremaster 23,3
Tidak dilakukan Tidak dilakukan
Eritrosit
Refleks patologis 3,90
- -
Leukosit 18.890
Trombosit 557.700
IV.Gula darah PEMERIKSAAN PENUNJANG :
Glukosa darah sewaktu 143
Index Eritrosit
MCV 60
MCH 19
MCHC 32
Fungsi ginjal
Ureum 18
Fungsi liver
SGOT 50
SGPT 62
Elektrolit
Natrium 128
Kalium 3,7
Klorida 94
Analisa gas darah
pH 7,553
PCO2 27,4
PO2 58,7
10
SO2 92,1
HCO3 24,3
BE 2,9
Rontgen Thoraks AP

V. RINGKASAN
Pasien mengatakan keluhannya batuk sekitar 3 bulan yang lalu. Pasien belum berobat
sama sekali. Batuk berdahak putih, agak kental dan lumayan banyak. Batuk berdarah
disangkal oleh pasien. Batuk disertai dengan demam sejak 3 bulan yang lalu. Demam
dirasakan hanya ketika malam hari saja. Demam dirasakan tidak terlalu tinggi sehingga
pasien juga tidak berobat. Pasien merasa sesak 2 minggu yang lalu. Sesak dirasakan makin

11
berat 1 hari sebelumnya sehingga pasien baru pergi untuk berobat. Pasien juga mengatakan
bahwa dirinya merasa sering lemas dan mudah lelah beberapa hari terakhir ini. Pasien tidak
mual dan tidak muntah, namun nafsu makannya rendah dan hanya mau makan bubur saja
sedikit. Pasien tidak merasa mengalami adanya keringat saat di malam hari. Pasien juga tidak
mengeluh sakit perut. BAK tidak ada keluhan, sedangkan BAB sudah 2 hari terakhir tidak
BAB.
Pemeriksaan status generalis keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos
mentis, TD 100/65 mmHg, HR 115x/menit, RR 30x/menit, Suhu 36oC, Sa02 96%,
konjungtiva tampak anemis kanan & kiri, pemeriksaan fisik paru didapatkan bentuk dada
simetris dada kiri saat pernapasan statis dan dinamis, sela iga tidak melebar, vokal fremitus
dada kiri melemah, perkusi dada kiri redup diseluruh lapang paru kiri, SN vesikuler melemah,
ronchi basah halus (+) pada paru kiri.
Pemeriksaan laboratorium : Hb 7,5 g/dL, HT 23,3% eritrosit: 3,9 juta/Ul, leukosit:
18.890/mm3, trombosit: 557.700, MVC 60, MCH 19, MCHC 32, Na 128, K 3,7, Cl 94, GDS
143 g/Dl, SGOT/SGPT: 50/62 Ureum 18, pH: 7,553, PCO2/PO2/SO2/HCO3:
27,4/58,7/92,1/24,3, BE: 2,9. Rontgen Thoraks AP, kesan pulmo gambaran efusi pleura kiri
masif.

VI. DIAGNOSIS KERJA


1. Diagnosis Kerja
 Hidropneumothoraks et causa Tuberculosis Paru
2. Diagnosis Banding
 Pnemuonia

Pemeriksaan yang dianjurkan


- Pemeriksaan BTA

VII. RENCANA PENGELOLAAN


- Terapi oksigen 4 liter/menit (nasal cannul)
- Rifampicin 1x450 mg po, INH 1x300 mg po, Pirazinamid 1x1000 mg po,
Etambutol 1x1000 mg po, Ambroxol 3x30 mg po, Nebu Combivent / 8 jam
- Ceftriaxone 1x2 gr IV
- Koreksi kalium = KCL 25 mEq + R.Asering 500 cc / 12 jam IV

12
- WSD (Water Sealed Drainage) + Pemasangan selang intra pleural
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : dubia ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam

Tinjauan Pustaka

“Tuberculosis Paru”
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia
ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan tuberculosis
sebagai Global Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta
kasus baru tuberkulosis pada tahun 2002, dimana 3,9 juta adalah kasus BTA (Basil Tahan
Asam) positif. Setiap detik ada satu orang yang terinfeksi tuberkulosis di dunia ini, dan
sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis. Jumlah terbesar kasus TB
terjadi di Asia tenggara yaitu 33 % dari seluruh kasus TB di dunia, namun bila dilihat dari
jumlah pendduduk, terdapat 182 kasus per 100.000 penduduk.Di Afrika hampir 2 kali lebih
besar dari Asia Tenggara yaitu 350 per 100.000 pendduduk diperkirakan terdapat 2 juta
kematian akibat tuberculosis pada tahun 2002. Jumlah terbesar kematian akibat TB terdapat
di Asia tenggara yaitu 625.000 orang atau angka mortaliti sebesar 39 orang per 100.000
penduduk. Angka mortaliti tertinggi terdapat di Afrika yaitu 83 per 100.000 penduduk,
dimana prevalensi HIV yang cukup tinggi mengakibatkan peningkatan cepat kasus TB yang
muncul.
Di Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001
didapatkan bahwa penyakit pada sistem pernapasan merupakan penyebab kematian kedua
setelah sistem sirkulasi. Pada SKRT 1992 disebutkan bahwa penyakit TB merupakan
penyebab kematian kedua, sementara SKRT 2001 menyebutkan bahwa tuberkulosis adalah
penyebab kematian pertama pada golongan penyakit infeksi. Sementara itu dari hasil laporan
yang masuk ke subdit TB P2MPL Departemen Kesehatan tahun ,2001 terdapat 50.443
penderita BTA positif yang diobati (23% dari jumlah perkiraan penderita BTA positif ). Tiga
perempat dari kasus TB ini berusia 15 – 49 tahun. Pada tahun 2004 WHO memperkirakan

13
setiap tahunnya muncul 115 orang penderita tuberkulosis paru menular (BTA positif) pada
setiap 100.000 penduduk. Saat ini Indonesia masih menduduki urutan ke 3 di dunia untuk
jumlah kasus TB setelah India dan China.1

DEFINISI
Infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman ini menyebar
melalui inhalasi droplet nuclei. Kemudian, masuk ke saluran napas dan bersarang di jaringan
paru hingga membentuk afek primer.2 Afek primer dapat timbul dimana saja dalam paru,
berbeda dengan sarang reaktivasi. Dari afek primer ini diikuti dengan terjadinya inflamasi
pada kelenjar getah bening menuju hilus (limfangitis local) disertai pembesaran KGB di hilus
(limfadenitis regional). Komplekas primer adalah afek primer disertai dengan limfangitis
regional. Kompleks primer ini dapat menjadi:3
1. Sembuh
2. Sembuh dengan sedikit bekas
3. Menyebar

ETIOLOGI
TB disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu parasite yang tumbuh secara
lambat bersifat aerob obligat dan fakultatif intraseluler. Organisme ini tumbuh secara parallel.
Dia akan menahan banyak warna setelah dibersihkan dengan asam alcohol, dimana dia tahan
asam dan digunakan untuk identifikasi patologis.
Mycobacteria, seperti Mycobacterium tuberculosis, berbentuk non spora, non motil,
fakultatif, lengkung intraseluler sekitar 0,2-0,5 μm hingga 2-4 μm. Sel mereka mengandung
mikolik, kaya asam, glikolipid rantai panjang dan fosfolipoglikan yang dapat melindungi
mycobacteria dari serangan sel lisosom dan juga mempertahankan pewarnaan fuksin merah
setelah dibersihkan dengan asam.5

PATOFISIOLOGI
Infeksi dengan M. tuberculosis seringnya terpapar dari paru atau membran mukusa
melalui aerosol yang terinfeksi. Droplet dengan aerosol berukuran diameter 1-5 μm, pada
seseorang dengan TB paru, sebuah batuk bisa menghasilkan 3000 droplet infektif, dengan
minimal 10 basilus untuk menyebabkan inisiasi infeksi.5

14
Ketika inhalasi, droplet akan tersimpan di rongga terminal paru. Organisme akan
tumbuh selama 2-12 minggu, hingga mencapai 1000-10.000 dalam angka, dimana cukuo
membuat respon imun seluler dapat terdeteksi dengan reaksi dari tes tuberculin.5
Mycobacteria sangat bersifat antigenic, sangat ganas terhadap respon imun non
spesifik. Antigen mereka terjadi karena multiplikasi dari dinding sel, termasuk glikoprotein,
fosfolipid, dan wax D, dimana mengaktifkan sel Langerhan, limfosit, dan leukosit PMN.
Ketika seseorang telah terinfeksi dengan M. tuberculosis, infeksi dapat terjadi melalui
beberapa jalur, dimana kebanyakan tidak menimbulkan TB. Infeksi dapat dihilangkan dengan
sistem imun inang atau terseupresi dan tidak aktif yang disebut bentuk infeksi tuberculosis
laten, dengan inang yang resisten mengontrol pertumbuhan mycobacterium sebelum terjadi
aktifnya penyakit tersebut. Pasien dengan tuberculosis laten tidak menyebarkan TB.
Paru adalah lokasi terumum terjadinya pertumbuhan dari TB sebesar 85% dari pasien
TB datang dengan keluhan paru. TB ekstra paru dapat terjadi sebagai bagian dari primer atau
lanjutan. Lokasi ekstra paru dapat diikuti reaktivasi paru.
Lokasi yang paling umum pada ekstra paru adalah sebagai berikut:5
 Mediastinal, retroperitoneal, dan kelenjar getah bening servikal
 Vertebral
 Adrenal
 Meninges
 Saluran pencernaan
Lesi TB yang timbul adalah granuloma epiteloid dengan nekrosis sentral. Lokasi yang
umum pada lesi primer adalah pada makrofag alveolar pada region subpleural dari paru.
Basilus akan berproliferasi secara local dan menyebar menembus limfatikus ke nodus hilus,
membentuk kompleks Ghon.5
Tuberkel awal berbentuk sferikal, 0,5-3mm dengab 3 atau 4 zona sebagai berikut:5
 Nekrosis sentral
 Zona seluler dalam dari makrofag epiteloid dan sel raksasa Langhans bercampur
dengan limfosit
 Zona seluler luar dari limfosit, sel plasma, dan makrofag imatur
 Jaringan fibrosis (lesi penyembuhan)
Lesi inisiai dapat sembuh dan infeksi menjadi laten sebelum gejala simtomatis
muncul. Tuberkel kecil dapat sembuh total. Fibrosis terjadi ketika enzim hidrolitik tuberkel
dan lesi yang lebih besxar dikelilingi kapsul fibros. Nodul fibroseus mengandung

15
mycobacteria yang viable dan berpotensi untuk mengalami reaktivasi atau kavitasi. Beberapa
nodul terkalsifikasi atau osifikasi dan terlihat dengan mudah pada radiografi dada. Jaringan
dengan area nekrosis dengan kadar asam lemak yang tinggi, rendah pH, dan tensi oksigen
yang rendah, semua itu menghambat pertumbuhan dari basilus tuberkel.5
Jika inang tidak dapat menahan infeksi inisial, pasien dapat terjadi perkembangan
secara progresif, TB primer dengan pneumonia tuberculosis pada lobus bawah dan tengah.
Cairan eksudat purulent dengan jumlah basil tahan asam dapat ditemukan di sputum dan
jaringan. Granuloma subserosa dapat terjadi ruptur pada pleural atau rongga pericardial dan
inflamasi serosa dan efusi.5
Respon imun dapat terjadi, lesi dapat berkembang di sekitar mycobacterium baik
proliferative atau eksudatif. Baik kedua tipe lesi dapat terjadi pada inang yang sama. Lesi
proliferative dapat berkembang dimana bakteri kecil dan respon imun.5

DIAGNOSIS
Pendekatan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis pada pasien tuberculosis
paru bermodalkan anamnesis yang terarah dan sistematis. Pada anamnesis harus ditanyakan
mengenai demam, dimana karakteristik demam biasanya afebrile. Selain itu juga batuk
merupakan keluhan yang sering diutarakan pasien dimana batuk disertai darah. Pasien juga
sering datang ketika mulai merasa sesak ketika bernapas dan nyeri pada dadanya. Malaise,
berat badan menurun, dan keringat malam juga dapat ditemukan pada pasien dengan
tuberculosis paru. Hal yang tak kalah pentingnya adalah menanyakan adanya riwayat kontak
dengan penderita TB, baik di lingkungan keluarga, tetangga sekitar rumah, dan juga
lingkungan kerja ataupun aktivitas pasien.4
Pendekatan berikutnya adalah dengan pemeriksaan fisik dimana dapat dijumpai demam,
konjungtiva anemis, berat badan berkurang, auskultasi suara napas bronkial, dan dapat
ditemukan ronki basah/kasar/nyaring. Bila infiltrate diliputi penebalan pleura, suara napas
jadi vesikuler namun melemah, sedangkan bila didapatkan adanya kavitas besar, maka
perkusi akan terdengar hipersonor ertimpani dan suara auskultasi menjadi amphorik.
Tentunya kedua hal di atas dapat dibantu dengan pemeriksaan laboratorium sebagai
penunjang. Beberapa pemeriksaan yang dapat kita periksa dan dapati adalah sebagai berikut:
 Darah: LED meningkat
 Mikrobiologis
 BTA sputum positif minimal 2 dari 3 spesimen SPS

16
 Kultur Mycobacterium tuberculosis positif(diagnosis pasti)
 Foto toraks PA ± lateral (hasil bervariasi): infiltrate, pembesaran kelenjar getah bening
(KGB) hilus / KGB paratrakeal, milier, atelectasis, efusi pleura, kalsifikasi,
bronkiektasis, kavitas, destroyed lung.
 Imuno-serologis
 Uji tuberculin: sensitivitas 93,6%, spesifisitas 98,4%.
 Tes OAO, ICT-TB: positif
 PCR-TB dari sputum
 Pemeriksaan adenosine deaminasepada tuberculosis di cairan pleura, pericardial dan
peritoneal. Kriteria positif adalah 100U/L untuk pleural TB, 92U/L untuk peritoneal dan
90U/L untuk efusi pericardial. Sensivisitas 100% dan spesifisitas 94,6%.

Tabel 1. Kriteria Positif Uji Tuberkulin4


Ukuran
Kelompok
Indurasi
≥5 Pasien HIV (+), baru kontak dengan pasien TB (+),pada rontgen thoraks tampak
fibrosis, pasien immunocompromised
≥10 Baru bermigrasi dari tempat yang berprevalensi tinggi TB, HIV(-) pengguna obat
suntik, yang memiliki risiko tinggo, tinggal di panti jompo, orang yang merawat
pasien AIDS, tuna wisma, tenaga medis. Orang yang memiliki kondisi medis yang
dapat meningkatkan risiko TB: post gastrektomi, berat badan <10% dari berat badan
ideal, bypass jejunoileal, diabetes mellitus, silicosis,gagal ginjal kronik, kelainan
hematologi, keganasan. Anak-anak <4 tahun, balita atau remaja yang kontak dengan
orang dewasa berisiko TB.
≥15 Pasien yang tidak memiliki faktor risiko TB

PENATALAKSANAAN
Suportif: Istirahat, stop merokok, hindari polusi, tatalaksana komorbiditas, nutrisi,
vitamain.
Medikamentosa: Obat anti tuberkulosis
1. Kategori 1 untuk pasien baru yaitu pasien yang belum pernah mendapatkan terapi
OAT atau pernah mendapatkan OAT sebelumnya selama < 1 bulan, maka regimen
terapinya adalahj 2 RHZE/4RH. Dosis obat dapat dilihat pada tabel 2. Pada pasien
baru yang diketahui resisten isoniazid atau diketahui lingkungan sekitar risiko tinggi
resisten isoniazid, maka diberikan 2RHZE/4RHE.

17
2. Kategori 2. Pasien yang sebelumnya pernah mendapat terapi OAT.
Kultur dan resistensi OAT atau drug susceptibility test
Jika ada hasil DST belum ada
o Pasien yang gagal terapi (sputum BTA atau kultur tetap positif pada akhir bulan
ke 5 pengobatan) Pasien yang putus berobat (pasien yang putus berobat selama
>2 bluan berturut-turut) atau kambuh, berikan 2RHZES/1HRZE/5HRE
Jika hasil DST sudah ada, sesuaikan terapi dengan antibiotic spesifik pathogen.
3. Indikasi kortikosteroid:6
Meningitis TB
TB milier dengan atau tanpa meningitis
TB dengan pleuritic eksudativa
TB dengan pericarditis konstriktiva
Manifestasi klinis insufisiensi adrenal karena TB

Tabel 2. Dosis dan Efek Samping OAT7


Dosis berkala 3 kali
Dosis Harian
seminggu
Efek
Nama obat Dosis dan Dosis dan
Samping
range (mg/kg Maksimum range (mg/kg Maksimum
BB) BB)
Neuropati
Isoniazid 5 300 10 900
perifer
Rifampisin 10 600 10 600
Sindrom flu,
Pirazinamide 25 - 35 -
hepatotoksik
Nefrotoksik,
Streptomisisn 15 - 15 1000 gangguan N.
VIII kranial
Neuritis
optika,
Etambutol 10 - 30 - nefrotoksik,
skin rash/
dermatitis

PROGNOSIS

18
Dengan terapi INH dan rifampisin selama 6 bulan dan pyrazinamide selama 2 bulan,
sekitar 96-99% sembuh (bagi pasien HIV negative). Angka kejadian kekambuhan <5%.
Resolusi total diharapkan dengan sedikit komplikasi pada kasus TB non MDR, ketika
diberikan regimen secara komplit.4 Pada negara dengan angka TB rendah, biasanya
kekambuhan terjadi dalam waktu 12 bulan setelah pengobatan usai. Pada negara dengan
angka TB tinggi, kejadian ulangan biasanya disebabkan reinfeksi lebih tinggi dibandingkan
kasus relaps.
KESIMPULAN
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis dan umum menimbulkan kelainan di paru meskipun juga dapat terjadi di ekstra
paru. Kelainan ini terjadi saat bakteri masuk melalui droplet atau inhalasi dan menjadi aktif.
Keluhan yang umum terjadi adalah batuk lebih dari 3 minggu, batuk berdarah, sesak nafas,
dan nyeri dada. Selain itu bisa juga terjadi gejala sistemik seperti demam saat sore hari,
keringat malam, anorkesia, malaise, dan penurunan berat badan. Pada tuberculosis sangat
penting untuk menentukan diagnosis ini dengan anamnesis yang kuat, pemeriksaan fisik yang
jeli, dan ditunjang secara radiologis dan juga laboratium. Pasien TB juga diklasifikasikan
menjadi beberapa kategori yang nantinya akan berhubungan kategori pengobatan. Masing-
masing pengobatan memiliki regimen, durasi pemberian, dan tata cara pemberiannya masing-
masing. Secara keseluruhan, pasien TB memiliki prognosis yang baik terutama mereka yang
tanpa memiliki kelaianan imun seperti AIDS.

DAFTAR PUSTAKA
1. Konsensus Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis, pedoman diagnosis
dan penatalaksanaan di Indonesia. 2006
2. Amin, Zulkifli, Bahar, Asril. Tuberkulosis paru. Dalam :Sudoyo, Aru W. Setyohadi,
Bambang, Alwi, Idrus,Smadibrata, Marcellus, Setiati, Siti. Buku ajar ilmu penmyakit
dalam. Jilid III. Edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. h. 2230-39
3. Achmad Y. Tuberkulosis Paru. Dalam: Amin Z, Dahlan Z, Yuwono A. Panduan
tatalaksana prosedur respirologi dan Penyakit Kritis Paru

19
4. Tuberculosis. Dalam: Fauci A, Kasper D, Longo D, Braunwald E, Hauser S, Jameson
J, Loscalzo J. Harrison’s principles of internal medicine. 18th ed. United States of America:
The McGraw Hill Companies;2011.
5. Herchline TE. Tuberculosis. Medscape: 2017 Nov 9. Diakses pada 22 November
2017. Diunduh dari: https://emedicine.medscape.com/article/230802-overview

20

Anda mungkin juga menyukai