a) Sikap menurut Breckler, Rejecki, Katz dan Stotland dalam Azwar (2012) sikap sebagai kombinasi reaksi afektif, perilaku dan kognitif terhadap suatu objek sikap. Ketiga komponen tersebut secara bersama mengorganisasikan sikap individu. Pendekatan ini dikenal juga dengan pendekatan tricomponent. b) Menurutt Fishbeinz & Ajzen, Oskamp, Petty & Cacioppo dalam Azwar (2012) Sikap adalah efek atau penilaian positif atau negatif terhadap suatu objek. c) Aiken dalam Wawan (2010) adalah presdiposisi atau kecenderungan yang dipelajari individu untuk merespon objek sikap, orang maupun peristiwa secara positif maupun negatif (Wawan.A, 2010). d) Menurut Secord dan Backman dalam Azwar (2012) sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek atau sikap merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan kecenderungan tindakan (konasi) seseorang terhadap objek sikap. e) Sikap merupakan reaksi respon yang masih tertutup terhadap objek, hasil dari sikap tidak bisa dilihat tapi dapat diartikan. Sikap merupakan kecenderungan berkelakuan dengan pola-pola tertentu terhadap suatu objek akibat dari pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut. (Azwar, 2012). f) Sikap merupakan suatu respon evaluatif. Respon evaluatif adalah bentuk reaksi yang dinyatakan bahwa sikap timbul sebagai proses evaluasi dalam diri individu yang memberikan kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk positif negatif, menyukai tidak menyukai yang kemudian menjadi potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2012). 2.7.2 Komponen Pembentuk Sikap Menurut Baron dan Byrne juga Myers dan Gerungan terdapat 3 komponen yang membentuk sikap yaitu : a) Komponen kognitif (kompoten perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan , keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi terhadap sikap dengan apa yang dilihat dan diketahui. b) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang mencakup masalah emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Komponen ini berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal yang negatif. Komponen afektif banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi objek yang dimaksud c) Komponen Konatif (komponen perilaku, atau action component) yaitu komponen yang menunjukkan bagaimana kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri individu terhadap objek sikap. Kaitan ini didasari bahwa kepercayaan dan perasaan banyak mempengaruhi perilaku. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang terhadap objek sikap (Wawan.A, 2010). Dengan melihat salah satu saja di antara ketiga bentuk respon tersebut sikap seseorang sudah dapat diketahui. Walaupun begitu, deskripsi lengkap mengenai sikap individu tentu harus diperoleh dengan melihat ketiga macam respon secara lengkap (Azwar, 2012). Ketetapan antara kepercayaan, pengetahuan sebagai komponen kognitif, perasaan sebagai komponen afektif dan tendensi sikap sebagai komponen konatif merupakan landasan dalam usaha penyimpulan sikap yang dicerminkan oleh jawaban terhadap skala sikap (Azwar, 2012) 2.7.3 Sifat Sikap Sikap dapat bersifat negatif maupun positif. a) Sikap positif cenderung untuk mendekati, mengharapkan dan menyenangi objek terentu. b) Sikap negatif lebih cenderung untuk menjauhi, menghindari, tidak menyukai dan membenci objek tertentu (Wawan.A, 2010). 2.7.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap individu terhadap objek sikap antara lain : a) Pengalaman Pribadi Pengalaman yang terjadi secara tiba-tiba atau mengejutkan yang meninggalkan kesan paling mendalam pada jiwa seseorang. Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus-menerus, lama-kelamaan secara bertahap diserap kedalam individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap. Pengalaman harus meninggalkan kesan kuat. Sikap lebih mudah terbentuk apabila disertai oleh situasi yang melibatkan faktor emosional (Azwar, 2012). b) Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting Dalam pembentukan sikap pengaruh orang lain sangat berperan. Hal ini karena individu cenderung untuk bersikap searah dengan orang yang dianggap penting guna untuk menghindari konflik. c) Kebudayaan Dimana kita hidup mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan sikap. Dalam kehidupan dimasyarakat, sikap masyarakat diwarnai dengan kebudayaan yang ada didaerahnya (Azwar, 2012). d) Media Massa Media masa elektronik maupun media cetak sangat besar pengaruhnya terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dengan pemberian informasi melalui media masa mengenai sesuatu hal akan memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap. e) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama Dalam lembaga pendidikan dan lembaga agama berpengaruh dalam pembentukan sikap, hal ini dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu (Azwar, 2012). f) Faktor Emosional Sikap yang didasari oleh emosi yang fungsinya hanya sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego, sikap yang demikian merupakan sikap sementara dan segera berlalu setelah frustasinya hilang, namun bisa juga menjadi sikap yang lebih persisten dan bertahan lama (Azwar, 2012). 2.7.5 Pengukuran Sikap a. Observasi Perilaku Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu kita dapat memperhatikan perilakunya, sebab perilaku merupakan salah satu indikator sikap individu. Perilaku tertentu bahkan kadang-kadang sebenarnya sengaja ditampakkan untuk menyembunyikan sikap yang sebenarnya. Perilaku yang kita amati mungkin saja dapat menjadi indikator sikap dalam konteks situasional tertentu akan tetapi interprestasi sikap harus sangat berhati-hati apabila hanya didasarkan dari pengamatan terhadaap perilaku yang ditampakkan oleh seseorang. b. Penanyaan Langsung Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung guna pengungkapan sikap pertama adalah asumsi bahwa individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri dan kedua adalah asumsi keterusterangan bahwa manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya. Oleh karena itu, dalam metode ini, jawaban yang diberikan oleh mereka yang ditanyai dijadikan indikator sikap mereka. c. Pengungkapan Langsung Suatu versi metode penanyaan langsung (Ajzen dalam Saifudin Azwar, 2012) adalah pengungkapan langsung (direct assessment) secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan aitem tunggal maupun dengan menggunakan aitem ganda. Prosedur pengungkapan langsung dengan aitem tunggal sangat sederhana. Responden diminta menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan memberi tanda setuju atau tidak setuju. Penyajian dan pemberian respon dilakukan secara tertulis memungkinkan indvidu untuk menyatakan sikap secara lebih jujur bila ia tidak perlu menuliskan nama atau identitas. d. Skala Sikap Metode pengungkapan sikap dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh individu yang disebut sebagai skala sikap. Skala sikap (attitude scales) berupa kumpulan pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu objek sikap. Dari respon subjek pada setiap pertanyaan kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intensitas sikap seseorang. e. Pengukuran terselubung Metode pengukuran terselubung (covert measures) mempunyai kecenderuan ke metode observasi perilaku, objek yang diamati adalah reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi lebih diluar kendali orang bersangkutan (Azwar, 2012). 2.7.6 Pengukuran Sikap Dengan Skala Likert Merupakan metode penskalaan peryataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan skalanya. Skala likert yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang suatu gejala atau fenomena tertentu. Untuk melaksanakan penskalaan dengan metode ini, sejumlah pertanyaan sikap telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan. Responden diminta untuk menyatakan kesetujuannya atau ketidaksetujuannya terhadap isi pertanyaan dalam 5 macam kategori. Pertanyaan negatif diberi skor 0,1,2,3,4 dan pertanyaan positif diberi skor 4,3,2,1,0 a. Pertanyaan Positif (favorable) Sangat Setuju (SS) :4 Setuju (S) :3 Ragu-Ragu (R) :2 Tidak Setuju (TS) :1 Sangat Tidak Setuju (STS) :0 b. Pertanyaan Negatif (unfavorable) Sangat Setuju (SS) :0 Setuju (S) :1 Ragu-Ragu (R) :2 Tidak Setuju (TS) :3 Sangat Tidak Setuju (STS) :4 (Azwar, 2012). 2.7.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Evaluatif Oskamp (1991) mengemukakan bahwa sikap dipengaruhi oleh proses evaluatif yang dilakukan individu. Oleh karena itu, mempelajari sikap berarti perlu juga mempelajari faktor- faktor yang mempengaruhi proses evaluatif, yaitu a. Faktor-faktor genetik dan fisiologis : setiap individu membawa ciri sifat tertentu yang menentukan arah perkembangan sikap. Faktor fisiologis ini memainkan peranan penting dalam pembentukan sikap melalui kondisi-kondisi fisiologis, misal usia, atau sakit sehingga harus mengkonsumsi obat tertentu. b. Pengalaman personal : Pengalaman personal yang langsung dialami memberikan pengaruh yang lebih kuat daripada pengalaman yang tidak langsung. Menurut Oskamp, dua aspek penting yang secara khusus memberi pengaruh dalam pembentukan sikap. Pertama adalah peristiwa yang memberikan kesan kuat pada individu. Kedua yaitu munculnya objek secara berulang-ulang. c. Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. d. Media massa Dalam pemberitahuan surat kabar berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya akibatnya berpengaruh terhadap konsumennya. (Wawan.A, 2010)