Anda di halaman 1dari 4

Konsep Sikap

2.7.1 Pengertian Sikap


a) Sikap menurut Breckler, Rejecki, Katz dan Stotland dalam Azwar (2012) sikap
sebagai kombinasi reaksi afektif, perilaku dan kognitif terhadap suatu objek sikap.
Ketiga komponen tersebut secara bersama mengorganisasikan sikap individu.
Pendekatan ini dikenal juga dengan pendekatan tricomponent.
b) Menurutt Fishbeinz & Ajzen, Oskamp, Petty & Cacioppo dalam Azwar (2012) Sikap
adalah efek atau penilaian positif atau negatif terhadap suatu objek.
c) Aiken dalam Wawan (2010) adalah presdiposisi atau kecenderungan yang dipelajari
individu untuk merespon objek sikap, orang maupun peristiwa secara positif maupun
negatif (Wawan.A, 2010).
d) Menurut Secord dan Backman dalam Azwar (2012) sikap merupakan konstelasi
komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam
memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek atau sikap merupakan
keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan
kecenderungan tindakan (konasi) seseorang terhadap objek sikap.
e) Sikap merupakan reaksi respon yang masih tertutup terhadap objek, hasil dari sikap
tidak bisa dilihat tapi dapat diartikan. Sikap merupakan kecenderungan berkelakuan
dengan pola-pola tertentu terhadap suatu objek akibat dari pendirian dan perasaan
terhadap objek tersebut. (Azwar, 2012).
f) Sikap merupakan suatu respon evaluatif. Respon evaluatif adalah bentuk reaksi yang
dinyatakan bahwa sikap timbul sebagai proses evaluasi dalam diri individu yang
memberikan kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk positif negatif, menyukai
tidak menyukai yang kemudian menjadi potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar,
2012).
2.7.2 Komponen Pembentuk Sikap
Menurut Baron dan Byrne juga Myers dan Gerungan terdapat 3 komponen yang
membentuk sikap yaitu :
a) Komponen kognitif (kompoten perseptual), yaitu komponen yang berkaitan dengan
pengetahuan, pandangan , keyakinan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan
bagaimana orang mempersepsi terhadap sikap dengan apa yang dilihat dan
diketahui.
b) Komponen afektif (komponen emosional), yaitu komponen yang mencakup masalah
emosional subjektif seseorang terhadap suatu objek. Secara umum komponen ini
disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap sesuatu. Komponen ini
berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang terhadap objek sikap. Rasa
senang merupakan hal yang positif, sedangkan rasa tidak senang merupakan hal
yang negatif. Komponen afektif banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau apa yang
kita percayai sebagai benar dan berlaku bagi objek yang dimaksud
c) Komponen Konatif (komponen perilaku, atau action component) yaitu komponen
yang menunjukkan bagaimana kecenderungan berperilaku yang ada dalam diri
individu terhadap objek sikap. Kaitan ini didasari bahwa kepercayaan dan perasaan
banyak mempengaruhi perilaku. Komponen ini menunjukkan intensitas sikap, yaitu
menunjukkan besar kecilnya kecenderungan bertindak atau berperilaku seseorang
terhadap objek sikap (Wawan.A, 2010).
Dengan melihat salah satu saja di antara ketiga bentuk respon tersebut sikap
seseorang sudah dapat diketahui. Walaupun begitu, deskripsi lengkap mengenai sikap
individu tentu harus diperoleh dengan melihat ketiga macam respon secara lengkap
(Azwar, 2012). Ketetapan antara kepercayaan, pengetahuan sebagai komponen
kognitif, perasaan sebagai komponen afektif dan tendensi sikap sebagai komponen
konatif merupakan landasan dalam usaha penyimpulan sikap yang dicerminkan oleh
jawaban terhadap skala sikap (Azwar, 2012)
2.7.3 Sifat Sikap
Sikap dapat bersifat negatif maupun positif.
a) Sikap positif cenderung untuk mendekati, mengharapkan dan menyenangi objek
terentu.
b) Sikap negatif lebih cenderung untuk menjauhi, menghindari, tidak menyukai dan
membenci objek tertentu (Wawan.A, 2010).
2.7.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap individu terhadap objek sikap antara lain :
a) Pengalaman Pribadi
Pengalaman yang terjadi secara tiba-tiba atau mengejutkan yang
meninggalkan kesan paling mendalam pada jiwa seseorang. Kejadian-kejadian dan
peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan terus-menerus, lama-kelamaan
secara bertahap diserap kedalam individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap.
Pengalaman harus meninggalkan kesan kuat. Sikap lebih mudah terbentuk apabila
disertai oleh situasi yang melibatkan faktor emosional (Azwar, 2012).
b) Pengaruh Orang Lain yang Dianggap Penting
Dalam pembentukan sikap pengaruh orang lain sangat berperan. Hal ini
karena individu cenderung untuk bersikap searah dengan orang yang dianggap
penting guna untuk menghindari konflik.
c) Kebudayaan
Dimana kita hidup mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan
sikap. Dalam kehidupan dimasyarakat, sikap masyarakat diwarnai dengan
kebudayaan yang ada didaerahnya (Azwar, 2012).
d) Media Massa
Media masa elektronik maupun media cetak sangat besar pengaruhnya
terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang. Dengan pemberian
informasi melalui media masa mengenai sesuatu hal akan memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya sikap.
e) Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Dalam lembaga pendidikan dan lembaga agama berpengaruh dalam
pembentukan sikap, hal ini dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan
konsep moral dalam diri individu (Azwar, 2012).
f) Faktor Emosional
Sikap yang didasari oleh emosi yang fungsinya hanya sebagai penyaluran
frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego, sikap yang demikian
merupakan sikap sementara dan segera berlalu setelah frustasinya hilang, namun
bisa juga menjadi sikap yang lebih persisten dan bertahan lama (Azwar, 2012).
2.7.5 Pengukuran Sikap
a. Observasi Perilaku
Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu kita dapat memperhatikan
perilakunya, sebab perilaku merupakan salah satu indikator sikap individu. Perilaku
tertentu bahkan kadang-kadang sebenarnya sengaja ditampakkan untuk
menyembunyikan sikap yang sebenarnya. Perilaku yang kita amati mungkin saja
dapat menjadi indikator sikap dalam konteks situasional tertentu akan tetapi
interprestasi sikap harus sangat berhati-hati apabila hanya didasarkan dari pengamatan
terhadaap perilaku yang ditampakkan oleh seseorang.
b. Penanyaan Langsung
Asumsi yang mendasari metode penanyaan langsung guna pengungkapan
sikap pertama adalah asumsi bahwa individu merupakan orang yang paling tahu
mengenai dirinya sendiri dan kedua adalah asumsi keterusterangan bahwa manusia
akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya. Oleh karena itu, dalam
metode ini, jawaban yang diberikan oleh mereka yang ditanyai dijadikan indikator
sikap mereka.
c. Pengungkapan Langsung
Suatu versi metode penanyaan langsung (Ajzen dalam Saifudin Azwar, 2012)
adalah pengungkapan langsung (direct assessment) secara tertulis yang dapat dilakukan
dengan menggunakan aitem tunggal maupun dengan menggunakan aitem ganda.
Prosedur pengungkapan langsung dengan aitem tunggal sangat sederhana. Responden
diminta menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan memberi tanda
setuju atau tidak setuju. Penyajian dan pemberian respon dilakukan secara tertulis
memungkinkan indvidu untuk menyatakan sikap secara lebih jujur bila ia tidak perlu
menuliskan nama atau identitas.
d. Skala Sikap
Metode pengungkapan sikap dengan menggunakan daftar pertanyaan yang
harus dijawab oleh individu yang disebut sebagai skala sikap. Skala sikap (attitude
scales) berupa kumpulan pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu objek sikap. Dari
respon subjek pada setiap pertanyaan kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan
intensitas sikap seseorang.
e. Pengukuran terselubung
Metode pengukuran terselubung (covert measures) mempunyai kecenderuan ke
metode observasi perilaku, objek yang diamati adalah reaksi-reaksi fisiologis yang
terjadi lebih diluar kendali orang bersangkutan (Azwar, 2012).
2.7.6 Pengukuran Sikap Dengan Skala Likert
Merupakan metode penskalaan peryataan sikap yang menggunakan distribusi
respons sebagai dasar penentuan skalanya. Skala likert yang dapat digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang suatu gejala atau fenomena
tertentu. Untuk melaksanakan penskalaan dengan metode ini, sejumlah pertanyaan
sikap telah ditulis berdasarkan kaidah penulisan. Responden diminta untuk menyatakan
kesetujuannya atau ketidaksetujuannya terhadap isi pertanyaan dalam 5 macam
kategori. Pertanyaan negatif diberi skor 0,1,2,3,4 dan pertanyaan positif diberi skor
4,3,2,1,0
a. Pertanyaan Positif (favorable)
Sangat Setuju (SS) :4
Setuju (S) :3
Ragu-Ragu (R) :2
Tidak Setuju (TS) :1
Sangat Tidak Setuju (STS) :0
b. Pertanyaan Negatif (unfavorable)
Sangat Setuju (SS) :0
Setuju (S) :1
Ragu-Ragu (R) :2
Tidak Setuju (TS) :3
Sangat Tidak Setuju (STS) :4
(Azwar, 2012).
2.7.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Evaluatif
Oskamp (1991) mengemukakan bahwa sikap dipengaruhi oleh proses evaluatif yang
dilakukan individu. Oleh karena itu, mempelajari sikap berarti perlu juga mempelajari faktor-
faktor yang mempengaruhi proses evaluatif, yaitu
a. Faktor-faktor genetik dan fisiologis : setiap individu membawa ciri sifat tertentu
yang menentukan arah perkembangan sikap. Faktor fisiologis ini memainkan
peranan penting dalam pembentukan sikap melalui kondisi-kondisi fisiologis, misal
usia, atau sakit sehingga harus mengkonsumsi obat tertentu.
b. Pengalaman personal : Pengalaman personal yang langsung dialami memberikan
pengaruh yang lebih kuat daripada pengalaman yang tidak langsung. Menurut
Oskamp, dua aspek penting yang secara khusus memberi pengaruh dalam
pembentukan sikap. Pertama adalah peristiwa yang memberikan kesan kuat pada
individu. Kedua yaitu munculnya objek secara berulang-ulang.
c. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau
searah dengan sikap orang yang dianggap penting.
d. Media massa
Dalam pemberitahuan surat kabar berita yang seharusnya faktual disampaikan secara
objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya akibatnya berpengaruh
terhadap konsumennya.
(Wawan.A, 2010)

Anda mungkin juga menyukai