Berikut ini Tabel yang berisi data-data tentang estimasi waktu dan biaya di bawah kondisi
normal dan dipercepat:
1. Kegiatan E dapat dipercepat 3 minggu dengan biaya pencepatan per minggu sebesar
Rp.0,3 juta
2. kegiatan C dapat dipercepat 1 minggu dengan biaya pencepatan per minggu sebesar
Rp.1 juta.
Total biaya bila proyek diselesaikan dalam waktu 12 minggu menjadi
Dari diagram network setelah dipercepat terlihat bahwa jalur kritisnya telah berubah, yakni
menjadi A - C - E dan B - D. Jadi ada dua jalur kritis.
Contoh Penjadwalan Proyek Metode PERT (Project Evaluation And Review Technique)
Sebagai contoh, berikut ini ditunjukkan tabel yang berisi Kegiatan proyek untuk
Network PERT dan hasil perhitungan Mean dan Standard Deviasi.
Pembahasan
Langkah pertama,
menentukan a, m, b, dan mean dan standar deviasi waktu dari setiap kegiatan. Semuanya
telah tersaji dalam tabel.
Langkah kedua
membuat network dan menentukan jalur kritisnya
Jadi dari network tersebut dapat disimpulkan bahwa jalur kritisnya adalah A - C- F - G.
dengan waktu rata-rata penyelesaian proyek adalah 25 minggu.
Langkah terakhir adalah menentukan berapa probabilitas apabila proyek direncanakan selesai
dalam waktu misalnya 27 minggu, bagaimana pula probabilitasnya bila diselesikan dalam
waktu 25 minggu. Terlebih dulu dihitung nilai Z
Selanjutnya melihat nilai probabilitas untuk Z = 1,41 pada tabel di tabel Distribusi Z
Z=1,41 pada tabel distribusi normal menunjukkan angka probabilitas 0,92. Berarti
probabilitas proyek dapat diselesaikan selama 27 minggu adalah 92%. (Hendra Poerwanto G)
Contoh Soal Penjadwalan
Penjadwalan merupakan kumpulan kebijaksanaan dan mekanisme di ssistem operasi yang
berkaitan dengan urutan kerja yang dilakkan sistem komputer. Penjadwalan bertugas
memutuskan :
– Proses yang harus berjalan
– Kapan dan selama berapa lama proses itu berjalan.
Adil (Fairness)
Adil adalah proses-proses diperlukan sama yaitu mendapatkan jatah waktu pemroses yang
sama dan tak ada proses yang tidak kebagian layanan pemroses sehingga mengalami
startvision. Sasaran pendjadwalan seharusnya menjamin tiap proses mendapat pelayanan dari
pemroses yang adil.
Efesiensi
Efesiensi atau utilisasi pemroses dihitung dengan perbandingan (rasio) waktu sibuk
pemroses. Sasaran penjadwalan adalah menjaga agar pemroses tetap dalam keadaan sibuk
sehingga efesiensi mencapai maksimum. Sibuk adalah pemroses tidak menganggur, termasuk
waktu yang dihabiskan untuk mengeksekusi program pemakai dan sistem operasi.
Throughtput
Throughtput adalah jumlah kerja yang dapat diselesaikan dalam satu unit waktu. Cara untuk
mengekspresikan throughput adalah dengan jumlah job pemakai yang dapat dieksekusi dalam
satu unit/interval waktu. Sasaran penjadwalan adalah memaksimalkan jumlah job yang
diproses per satu interval waktu. Lebih tinggi angka throughput, lebih banyak kerja yang
dilakukan sistem. Kriteria-kriteria tersebut saling bergabung dan dapat pula saling
bertentangan sehingga tidak dimungkinkan optimasi semua kriteria secara simultan. Contoh :
Untuk memberi waktu tanggap kecil memerlukan penjadwalan yang sering beralih diantara
prosesproses itu. Cara ini meningkatkan overhead sistem dan mereduksi throughput.
Kebijaksanaan perancangan penjadwalan melibatkan kompromi diantara kebutuhan-
kebutuhan yang saling bertentangan. Kompromi ini bergantung sifat dan penggunaan sistem
komputer.
Agar ruang memori dapat bermanfaat, maka proses dipindah dari memori utama ke memori
sekunder agar tersedia ruang untuk proses-proseslain. Kapasitas memori utama terbatas untuk
sejumlah proses aktif. Aktivitas pemindahan proses yang tertunda dari memori utama ke
memori sekunder disebutswapping.
Penjadwalan Nonpreemptive
Begitu proses diberi jatah waktu pemroses maka pemroses tidak dapat diambil alih oleh
proses lain sampai proses itu selesai.
Penjadwalan Preemptive
Saat proses diberi jatah waktu pemroses maka pemroses dapat diambil alih proses lain
sehingga proses disela sebelum selesai dan harus dilanjutkan menunggu jatah waktu
pemroses tiba kembali pada proses itu.
Penjadwalan preemptive berguna pada sistem dimana proses-proses yang mendapat perhatian
tanggapan pemroses secara cepat. Misalnya :
– Pada sistem waktu nyata, kehilangan interupsi (yaitu interupsi tidak segera dilayani) dapat
berakibat fatal.
– Pada sistem interaktif/time-sharing, penjadwalan preemptive penting agar dapat menjamin
waktu tanggap yang memadai.
Penjadwalan preemptive bagus, tapi tidak tanpa ongkos. Perlaihan proses (yaitu proses
beralih ke proses lain) memerlukan overhead (karena banyak tabel yang dikelola). Agar
preemptive efektif, banyak proses harus berada di memori utama sehingga proses-proses
tersebut dapat segera running begitu diperlukan. Menyimpan banyak proses tak running
benar-benar di memori merupakan suatu overhead tersendiri.
Semua Proses dianggap penting dan diberi sejumlah waktu pemroses yang disebut kwata
(quantum) atau time slice dimana proses itu berjalan.
Ketentuan
Ketentuan algoritma round robin adalah sebagai berikut:
1.Jika kwanta habis dan proses belum selesai maka proses menjadi runable dan pemroses
dialihkan ke poses lain.
2.Jika kwanta belum habis dan proses menunggu suatu kejadian (selesainya operasi I/O),
maka proses menjadi blocked dan pemroses dialihkan ke proses lain.
3.Jika kwanta belum habis tapi proses telah selesai maka proses diakhiri dan pemroses
dialihkan ke proses lain.
Harus ditetapkan kwanta waktu yang optimal berdasar kebutuhan sistem terutama dari hasil
percobaan atau data historis. Besar kwanta waktu beragam bergantung beban sistem.
Penggunaan:
– Cocok untuk sistem interaktif-time sharing dimana kebanyakan waktu dipergunakan
menunggu kejadian eksternal. Contoh ; text-editor, kebanyakan waktu program adalah
menunggu keyboard, hingga dijalankan proses-proses lain.
– Tidak cocok untuk sistem real-time.
Penjadwalana FIFO
Penjadwalan ini merupakan:
– Penjadwalana non-preemptive
– Penjadwalan tidak berprioritas
Ketentuan:
Penjadwalan FIFO adalah penjadwalan paling sederhana, yaitu:
– Proses-proses diberi jatah waktu pemroses berdasarkan waktu kedatangan.
– Begitu proses mendapat jatah waktu pemroses, proses dijalankan sampai selesai.
Penjadwalan ini dikatakan adil dalam arti resmi (dalam semantik/arti antrian, yaitu proses
yang datangduluan, dilayani duluan juga), tapi dinyatakan tak adil karena job-job yang perlu
waktu lama membuat job-job pendek menunggu. Job-job tak penting dapat membuat job-job
penting menunggu.
FIFO jarang digunakan secara mandiri tapi dikombinasikan dengan skema lain, misalnya :
–keputusan berdasarkan prioritas proses. Untuk proses-proses berprioritas sama diputuskan
berdasarkan FIFO.
Penggunaan:
– Cocok untuk sistem batch yang sangat jarang interaksi dengan pemakai. Contoh aplikasi
analisis numerik, pembuatan tabel.
– Penjadwalan ini sama sekali tak berguna untuk sistem interaktif karena tidak memberi
waktu tanggap yang bagus.
– Tidak dapat digunakan untuk sistem waktu nyata.
Prioritas Statis
Prioritas statis berarti rioritas tak berubah
Keunggulan
– mudah diimplementasikan
– mempunyai overhead relatif kecil
Kelemahan
– Penjadwalan tak tanggap perbuhana lingkungan yang mungkin menghendaki penyesuaian
prioritas.
Prioritas Dinamis
Prioritas dinamis merupakan mekanisme menanggapi perubahan lingkungan sistem
beroperasi. Prioritas awal diberikan ke proses mungkin hanya berumur pendek setelah
disesuaikan ke nilai yanglebih tepat sesuai lingkungan.
Kelemahan
Implementasi mekanisme prioritas dinamis lebih kompeks dan mempunyai overhead lebih
besar. Overhead ini diimbangi dengan peningkatan daya tanggap sistem.
Proses-proses yang sangat banyak operasi I/O kalau harus menuggu lama untuk memakai
pemroses (karena prioritas rendah) hanya akan membebani meori karena harus disimpan
tanpa perlu prosesproses itu dimemori karena tidak selesai-selesai menunggu operai I/O dan
menunggu jatah pemroses.
Kombinasi
Algoritma penjadwalan berprioritas dapat dikombinasikan yaitu mengelompokan proses-
proses menjadi kelas-kelas prioritas. Penjadwalan berprioritas diterapkan antar kelas-kelas
proses itu. Penjadwalan round-robin atau FIFO diterapkan pada proses-proses di satu kelas.
Penggunaan
Sistem dengan banyak proses lambat, memerlukan waktu dan juga terdapat banyak proses
singkat.
Contoh :
Terdapat empat proses A,B,C,D dengan jalam selama 8,7,6,5 kwanta.
Gambar 5.2a menunjukkan cara I, dengan proses-proses dijadwalkan berurutan sebagai
A,B,C,D. Gambar 5.2b menunjukkan bila proses-proses dijadwalkan secara SJF yaitu
berurutan B,C,D,A
Kedua cara menghasilkan turn arround time ditunjukan gambar 5.2c. Cara I trun arround time
rata-rata adalah 17,5 kwanta sedang cara II adalah 15 kwanta.
Walaupun mempunyai turn arround yang bagus, SJF mempunyai yaitu:
– Tidak dapat mengetahui ukuran job saat job masuk
– Proses yang tidak datang bersamaan, sehingga penetapannya harus dinamis.
Untuk mengetahui ukuran job agar dapat ditetapkan yang terpendek biasanya dilakukan
pendekatan. Pendekatan yang biasa dilakukan adalah membuat estimasi berdasar kelakuan
sebelumnya.
Penggunaan
Jarang digunakan, merupakan kajian teoritis untuk pembandingan turn arround time.
Contoh Penentuan Lot Size dalam Material Requirement
Planning (MRP)
Sebuah perusahaan manufaktur hendak menetukan besarnya lot. Berikut ini informasi yang
didapat:
Cost per komponen atau harga per komponen : 10$
Order atau set-up cost per order (SC) atau biaya pesan per pemesanan : 47$
Carrying Cost/week atau Holding Cost (HC) atau biaya simpan per minggu 10%
Kebutuhan bersih minggu ke-1 sebanyak 50 unit, minggu ke-2 sebanyak 60 unit, minggu ke-
3 sebanyak 70 unit, minggu ke-4 turun menjadi 60 unit, mingu ke-5 sebanyak 95 unit,
minggu ke-6 sebanak 75 unit, minggu ke-7, 60 unit dan minggu ke-8 sebanyak 55 unit.
Tentukan metode lot sizing bila alternatif teknik lot sizing yang akan digunakan adalah 1) Lot
For Lot (L4L), 2) Economic Order Quantity, 3) Least Total Cost (LTC) dan 4) Least Unit
Cost (LUC)
Pembahasan
Untuk menentukan metode lot sizing mana yang sebaiknya digunakan, dilakukan analisis
dampak biaya persediaan dari setiap alternatif teknik lot sizing. Berikut analisis untuk tiap-
tiap teknik lot sizing:
Yakni suatu teknik penentuan lot size yang jumlahnya sama dengan jumlah
pesanan/kebutuhan. Dengan demikian L4L menyusun pesanan yang direncanakan tepat
sesuai dengan kebutuhan bersih, memproduksi secara tepat apa yang dibutuhkan setiap
minggu, sehingga meminimumkan biaya simpan dan tidak memperhitungkan biaya set up
dan keterbatasan kapasitas.
Bila contoh soal di atas diselesaikan dengan menggunakan metode L4L, maka Perhitungan
dan skedul MRP dengan metode L4L adalah sbb:
1 50 50 0 0 47 47
2 60 60 0 0 47 94
3 70 70 0 0 47 141
4 60 60 0 0 47 188
5 95 95 0 0 47 235
6 75 75 0 0 47 282
7 60 60 0 0 47 329
8 55 55 0 0 47 376
Keterangan
HC = biaya simpan. Dihitung dengan cara End Inventory x biaya simpan perminggu
Misalnya pada minggu pertama End Inventory = 0 dan biaya simpan per minggu = 10% x 10
= 1, maka HC = 0 x 1 = 0
SC = biaya pesan setiap kali pesan. Dihitung dengan cara: product quantity x biaya pesan
setiap kali pemesanan
Misalnya pada minggu pertama, Net Requirement = 50 dan product quantity = 50 jadi
pemesanan hanya dilakukan 1x, sedang biaya pesan setiap kali pemesanan sebesar 47, maka
SC = 1 x 47 = 47.
Hasil perhitungan sebagaimana terlihat pada tabel di atas menunjukkan bahwa bila digunakan
metode L4L, TIC untuk 8 minggu adalah 376
Yakni penentuan jumlah lot size dengan menggunakan konsep EOQ yang secara eksplisit
menyeimbangkan biaya simpan dan pesan tahunan.Dalam model EOQ permintaan
diasumsikan konstan, atau dengan kata lain diperlukan safety stock untuk mengantisipasi
variabilitas permintaan. EOQ menggunakan estimasi total permintaan tahunan, stup cost atau
order cost, dan holding cost tahunan. EOQ tidak didisain untuk sistim dengan periode waktu
yang diskrit seperti halnya MRP. MRP mengasumsikan bahwa kebutuhan telah dipenuhi pada
awal periode. Holding cost hanya diperhitungkan pada persediaan akhir, tidak dihitung
berdasarkan rata-rata persediaan sebagaimana EOQ. Sementara EOQ berasumsi bahwa
penggunaan persediaan didasarkan pada basis kontinyu selama periode. Berdasarkan hal-hal
tersebut maka pemecahan contoh sola di atas bila digunakan metode EOQ akan sebagai
berikut:
5 95 0 16 0,8 0 89
Keterangan:
cara menghitung HC dan SC sama dengan cara menghitung HC dan SC pada teknik L4L
Dari perhitungan yang ditunjukkan pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bila
digunakan metoda EOQ, maka TIC akan sebesar 171,05
Metode ini merupakan metode penentuan lot size yang dinamis yang menghitung jumlah
komponen yang dipesan dengan membandingkan antara biaya simpan dan biaya pesan untuk
berbagai lot size dan memilih lot yang memiliki biaya simpan dan biaya pesan yang hampir
sama. Bila lot sizing Jumlah Pembelian dihitung dengan metoda LTC, maka perhitungan
dilakukan
dengan melakukan simulasi yakni alternatif pertama setiap minggu memesan sejumlah
kebutuhan sehingga minggu 1 memesan 50 dan seterusnya, alternatif kedua kebutuhan
minggu 1 dan 2 dipesan sekaligus yakni 110 ( 50+60) ,alternatif ketiga kebutuhan minggu
pertama sampai minggu 3 dipesan sekaligus yakni 180 (50+60+70)
dst... seperti dalam tabel berikut
1 50 0 47 47
1-2 110 3 47 50
1-3 180 10 47 57
1-4 240 19 47 66
6 75 0 47 47
6-7 135 3 47 50
Dengan demikian pemesanan pertama sebanyak 335 unit untuk memenuhi kebutuhan selama
5 minggu yakni minggu 1 hingga 5. dan kemudian dilakukan reorder sebanyak 190 unit untuk
memenuhi kebutuhan selama tiga minggu yakni minggu ke enam hingga minggu ke delapan.
Selanjutnya, skedul MRP-nya adalah sebagai berikut:
4 60 0 95 4,75 0 85
5 95 0 0 0 0 85
7 60 0 55 2,75 0 140,5
8 55 0 0 0 0 140,05
Berdasarkan perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa bila digunakan metoda LTC maka
TIC untuk 8 minggu sebesar 140,05
Metode ini juga merupakan metode dinamis yang pemilihan lot didasarkan pada kriteria total
biaya (biaya simpan+biaya pesan) per unit yang terkecil. Dengan menggunakan contoh soal
yang sama dengan sebelumnya, maka perhitungan LUC adalah sebagai berikut:
1 50 0 47 47 0,94
7 60 0 47 47 0,7833
Berdasarkan model LUC pembelian pertama kali dilakukan sebanyak 410 untuk memenuhi
kebutuhan minggu pertama hingga minggu keenam. Kemudian pembelian kedua sebanyak
115 untuk memenuhi kebutuhan minggu ke tujuh dan ke delapan. Skedul MRP menjadi
sebagai berikut:
1 50 410 360 18 47 65
2 60 0 300 15 0 80
5 95 0 75 3,75 0 103,75
6 75 0 0 0 0 103,75
8 55 0 0 0 0 153,5
Dari skedul MRP di atas dapat dilihat bahwa bila pengadaan inventori dilakukan dengan
menggunakan model LUC maka total cost untuk delapan minggu sebesar 153,5.
Berdasarkan analisis biaya TIC, maka untuk situasi dan kondisi seperti yang ada dalam kasus,
penentuan inventori disarankan menggunakan model LUC karena menghasilkan TIC yang
terendah .
Berdasarkan data skedul produksi master diperlukan 1250 Sebuah produk akhir “Z”
yang harus diselesaikan dalam waktu 15 minggu. Lead time untuk produk akhir 1 minggu.
Untuk membuat 1 unit Z diperlukan 1 unit A. Sementara untuk membuat 1 unit A diperlukan
komponen B sebanyak 1 unit. 1 unit B dibuat dengan menggunakan komponen C sebanyak 1
unit. Berikut ini data tentang inventori di tangan (inventory on hand) dan lead time.
A 450 4
B 250 1
C 500 2
Diminta
3. Menentukan kapan dilakukan pemesanan untuk tiap-tiap komponen agar produk akhir
dapat diselesaikan tepat pada waktunya!
4. Membuat skedul MRP dimana lot sizing dengan menggunakan teknik L4L atau
jumlah pemesanan sesuai dengan kebutuhan bersih!
Pembahasan
Membandingkan kebutuhan bersih atau Net Component Requirement (NCR) yang
dihitung dengan menggunakan cara lama (tradisional) dan dengan menggunakan
pendekatan MRP
C 550 0 500 50
Berdasarkan informasi tentang pembuatan produk akhir berikut jenis dan jumlah komponen-
komponen yang diperlukan untk membuat produk akhir, maka dapat disusun pohon struktur
produk sebagai berikut:
Menentukan kapan dilakukan pemesanan untuk tiap-tiap komponen agar produk akhir
dapat diselesaikan tepat pada waktunya
Produk akhir harus sudah tiba dalam minggu 15 , sementara lead timenya 1 minggu, maka
produk akhir harus sudah seleai paling lambat akhir minggu ke-14 (=15-1). Total lead time
semua komponen penyusun produk akhir adalah 7 minggu, sehingga skedul untuk periode ke
depan produk akhir harus sudah dikirim pada minggu ke-21(=14+7). Oleh karena pada
minggu ke-21 harus sudah tiba ke konsumen , sementara lead time produk akhir 1 minggu
maka produk tersebut harus sudah selesai paling lambat akhir minggu ke 20 (=21-1). Dengan
demikian saat pemesanan masing-masing komponen dapat ditentukan sebagai berikut:
Setelah menghitung NCR, membuat pohon struktur produk dan menentukan saat produk
akhir harus selesai serta saat pemesanan komponen harus dilakukan maka dapat dibuat skedul
MRP dengan mengikuti format sbb:
Komp Ketr. Minggu
13 14 15 16 17 18 19 20 21
Z Gross 1250
requirement
Lt=1
Scheduled 0
receipts
On-hand 0
inventory
NCR 1250
Planned 1250*
order
release
A Gross 1250
requirement
Lt=4
Scheduled 0
receipts
On-hand 450
inventory
NCR 800
Planned 800*
order
release
B Gross 800
requirement
Lt=1
Scheduled 0
receipts
On-hand 250
inventory
NCR 550
Planned 550*
order
release
C Gross 550
requirement
Lt =2
Scheduled 0
receipts
On-hand 500
inventory
NCR 50
Planned 50*
order
release
Contoh Kasus Inventory
Suatu perusahaan memiliki kebutuhan material sebesar 100.000 unit per tahun. Biaya pesan
$35/order. Biaya simpan sebesar 20% dari harga beli material. Pihak supplier menawarkan
suatu penawaran khusus untuk pengadaan material tersebut dalam bentuk harga potongan.
Adapun syaratnya adalah sbb:
Kuantitas pembelian Harga
4000 – 7999 unit $1.80
Lebih dari 8000 unit $1.70
Pertanyaan:
Di unit berapakah sebaiknya perusahaan melakukan pembelian.