Anda di halaman 1dari 9

1

PERILAKU PERAWAT DALAM PENGGUNAAN ALAT


PELINDUNG DIRI (APD) DI IRNA MEDIKAL RSUD
PEKANBARU 2016

Putri Wulandini S 1), Andalia Roza2)


1)
Keperawatan Universitas Abdurrab
Jl. Riau Ujung No 73 Pekanbaru Indonesia
Email: putri.wulandini@univrab.ac.id
2)
Keperawatan Universitas Abdurrab
Jl. Riau Ujung No 73 Pekanbaru Indonesia
Email: andaliaroza26@gmail.com

ABSTRAK

Keperawatan pelayanan profesional bersifat humanistik, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat
keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan objektif klien. Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas
manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak diamati secara langsung, oleh pihak luar.
Penggunaan alat pelindung diri (APD) adalah merupakan perangkat alat yang digunakan oleh tenaga
kesehatan untuk melindungi seluruh/sebagian tubuhnya terhadap kemungkinan adanya potensi
bahaya/kecelakaan kerja guna tercapainya keselamatan kerja. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan ) perawat mengenai APD dalam pencegahan penularan
HIV/AIDS di Rawai Inap Medikal Kelas III RSUD Arifin Ahmad tahun 2016. Target penelitian ini
meningkatkan perlindungan kerja umumnya,dan pelaksanaan APD khususnya untuk mengurangi angka
kecelakaan kerja. Pendekatan yang dilakukan ini dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif
dengan metode deskriptif analitik untuk menjelaskan gambaran perilaku perawat mengenai penggunaan
Alat Pelidung Diri. Untuk mengungkapkan perilaku tersebut menggunakan kuisioner dan lembar
obeservasi. Populasi pada penelitian ini menggunakan perawat rawat inap medical kelas III sebanyak 44
responden dengan total sampling, Analisis diolah dengan metode statistika. Hasil penelitian ini
Pengetahuan perawat mengenai APD yakni baik sebesar 77.3% (34 orang), Sikap perawat mengenai APD
yakni positif sebesar 61.4% (27 orang), Tindakan perawat dalam menggunaan APD yakni baik sebesar
63.6%(28 orang). Dari penelitian ini pelaksanaan APD itu sendiri merupakan hal wajib yang harus
dilakukan perawat, guna mencegah terjadinya kecelakaan kerja maupun mencegah pasien tertular
penyakit dari satu pasien lainnya, yang mana dapat meningkatkan massa rawat pasien tersebut. Saling
keterkaitan ini harus lebih diperhatikan lagi bagi para pembuat kebijakan, keselamatan masyarakat yang
dikedepankan dalam meningkatkan sarana APD bagi tenaga kesehatan.

Kata kunci: APD, Perilaku Perawat, Pengetahuan, Sikap


ABSTRACT

The humanistic professional service nursing, is done based on the science and nursing trick, with the
orientation on the client’s objective need. Behavior is the entire human’s activity, it can be directly or
indirectly observed by the outsiders. The self-protection equipment using is the equipment which is used
by the health workersto0 protect all bodies through existence of the working accident/ dangerous for
reaching the working safety. Purpose of the research was to determine the behavior (knowledge, attitude
and action) of the nurse about the self-protection equipment using in overcoming the HIV/ AIDS at the
medical inpatient of third class of Arifin Achmad hospital in 2016. Purpose of the research was to reduce
the working accident amount. The operated maintain in the research was quantitative by analytic
descriptive method to explain description of the nurse’s behavior about the self-protection equipment
using. To know about the behavior using the questioner and observation sheet. The respondent
2

population with sampling total, analysis was managed by statistic method. The research outcome was the
nurse’s knowledge about the self-protection equipment using about 77,3% (34 people)the attitude used
self-protection equipment using in positive about 61,4% (27 people)the nurse’s action in using the self-
protection equipment using about 63,6% (28 people). From the research the self-protection equipment
using operation is obligated done for the nurse, for overcoming the working accident or the influencing
patient to the other patients and it can increase the patient’s mass care. Synchronization must be noticed
for the policy maker, society safety, prioritizing the society safety i8n increasing the self-protection
equipment using facility for the medical workers.

Key word : self-protection equipment using, nurse’s behavior, knowledge, attitude

1. PENDAHULUAN diamati langsung, maupun yang tidak


diamati secara langsung, oleh pihak
Keperawatan pelayanan luar. Green (1980) mengemukaan
profesional bersifat humanistik, bahwa perilaku dipengaruhi oleh tiga
dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat faktor yakni: faktor predisposing
keperawatan, berorientasi kepada (pengetahuan, sikap tradisi,
kebutuhan objektif klien. Praktek kepercayaan, sistem nilai yang dianut),
keperawatan mengacu pada standar faktor pemungkin (sarana dan
professional keperawatan dan prasarana), faktor penguat (sikap
menggunakan etika keperawatan perilaku tokoh masyarakat, petugas,
sebagai tuntutan utama. Perawat undang-undang,aturan) (Notoatmodjo,
dituntut untuk selalu melaksanakan 2012).
asuhan keperawatan yang benar atau Penggunaan alat pelindung diri
rasional (Nursalam, 2010). (APD) adalah merupakan perangkat alat
Perilaku adalah semua kegiatan atau yang
aktivitas manusia, baik yang dapat
digunakan oleh tenaga kesehatan kesehatan masyarakat kerja tersebut
untuk melindungi seluruh/sebagian dapat timbul akibat pekerjaanya
tubuhnya terhadap kemungkinan adanya (Harwasih, 2008).
potensi bahaya/kecelakaan kerja guna Penyakit AIDS (Acquired
tercapainya keselamatan kerja. Immunodeficiency Syndrome)
Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan suatu syndrome/kumpulan
merupakan bagian dari kesehatan gejala penyakit yang disebabkan oleh
masyarakat yang berkaitan dengan Retrovirus yang menyerang sistem
semua pekerjaan yang berhubungan kekebalan atau pertahanan tubuh.
dengan faktor potensial yang Dengan rusaknya sistem kekebalan
mempengaruhi kesehatan pekerja. tubuh, maka orang yang terinfeksi
Bahaya pekerjaan (akibat kerja), Seperti mudah diserang penyakit-penyakit lain
halnya masalah kesehatan lingkungan yang berakibat fatal, yang dikenal
lain, bersifat akut atau khronis dengan infeksi oportunistik. Kasus
(sementara atau berkelanjutan) dan AIDS pertama kali ditemukan oleh
efeknya mungkin segera terjadi atau Gottlieb di Amerika Serikat pada tahun
perlu waktu lama. Efek terhadap 1981 dan virusnya ditemukan oleh Luc
kesehatan dapat secara langsung Montagnier pada tahun 1983 (Fazidah,
maupun tidak langsung. Kesehatan 2004)
masyarakat kerja perlu diperhatikan, Penyakit AIDS dewasa ini telah
oleh karena selain dapat menimbulkan terjangkit dihampir setiap negara
gangguan tingkat produktifitas, didunia (pandemi), termasuk
3

diantaranya Indonesia. Hingga memungkinkan dapat terserang HIV


November 1996 diperkirakan telah (Fazidah, 2004).
terdapat sebanyak 8.400.000 kasus Salah satu penularan HIV melalui
didunia yang terdiri dari 6,7 juta orang transisi non seksual adalah transisi
dewasa dan 1,7 juta anak-anak. Di parenteral melalui jarum suntik yang
Indonesia berdasarkan data-data yang sering terpapar oleh tenaga dan
bersumber dari Direktorat Jenderal P2M mahasiswa kesehatan. Pelaksanaan
dan PLP Departemen Kesehatan RI APD dalam upaya pencegahan
sampai dengan 1 Mei 1998 jumlah penularan HIV oleh instansi pendidikan
penderita HIV/AIDS sebanyak 685 dan rumah sakit sudah berlangsung
orang yang dilaporkan oleh 23 propinsi gencar. Menurut Harwasih (2008),
di Indonesia. Data jumlah penderita upaya pengendalian diri (controling),
HIV/AIDS di Indonesia pada dasarnya alat pelindung diri sesungguhnya
bukanlah merupakan gambaran jumlah merupakan hirarki terakhir dalam
penderita yang sebenarnya. Pada melindungi keselamatan dan kesehatan
penyakit ini berlaku teori “Gunung Es“ tenaga kerja dari potensi bahaya yang
dimana penderita yang kelihatan hanya kemungkinan terjadi pada saat
sebagian kecil dari yang semestinya. melakukan pekerjaan, setelah
Untuk itu WHO mengestimasikan pengendalian teknik dan administratif
bahwa dibalik 1 penderita yang tidak mungkin lagi diterapkan. Ada
terinfeksi telah terdapat kurang lebih beberapa jenis alat pelindung diri yang
100-200 penderita HIV yang belum mutlak digunakan oleh tenaga kerja
diketahui (Fazidah, 2004) pada waktu melakukan pekerjaan dan
Penyakit AIDS telah menjadi saat menghadapi potensi bahaya karena
masalah internasional karena dalam pekerjaanya, antara lain seperti topi
waktu singkat terjadi peningkatan keselamatan, safety shoes, sarung
jumlah penderita dan melanda semakin tangan, pelindung pernafasan, pakaian
banyak negara. Dikatakan pula bahwa pelindung, dan sabuk keselamatan. Jenis
epidemi yang terjadi tidak saja alat pelindung diri yang digunakan
mengenai penyakit (AIDS ), virus harus sesuai dengan potensi bahaya
(HIV) tetapi juga reaksi/dampak negatif yang dihadapi serta sesuai denga bagian
berbagai bidang seperti kesehatan, tubuh yang perlu dilindungi ( Harwasih,
sosial, ekonomi, politik, kebudayaan 2008).
dan demografi. Hal ini merupakan Hasil laporan National Safety
tantangan yang harus dihadapi baik oleh Council (NSC) tahun 1988
negara maju maupun negara menunjukkan bahwa terjadinya
berkembang (Fazidah, 2004). kecelakaan di RS 41% lebih besar dari
Sampai saat ini obat dan vaksin pekerja di industri lain. Kasus yang
yang diharapkan dapat membantu sering terjadi adalah tertusuk jarum,
memecahkan masalah penanggulangan terkilir, sakit pinggang,
HIV/AIDS belum ditemukan. Salah satu tergores/terpotong, luka bakar, dan
alternatif dalam upaya menanggulangi penyakit infeksi dan lain-lain. Sejumlah
problematik jumlah penderita yang terus kasus dilaporkan mendapatkan
meningkat adalah upaya pencegahan kompensasi pada pekerja RS, yaitu
yang dilakukan semua pihak yang sprains, strains : 52%; contussion,
mengharuskan kita untuk tidak terlibat crushing, bruising : 11%; cuts,
dalam lingkungan transmisi yang laceration, punctures: 10.8%; fractures:
5.6%; multiple injuries: 2.1%; thermal
4

burns: 2%; scratches, abrasions: 1.9%; Berdasarkan uraian di atas maka


infections: 1.3%; dermatitis: 1.2%; dan peneliti ingin meneliti mengenai”
lain-lain: 12.4% (Teguh, 2008). Perilaku perawat dalam penggunaan alat
Di Israel, angka prevalensi cedera pelindung diri (APD) oleh perawat
punggung tertinggi pada perawat dalam pencegahan penularan
(16.8%) dibandingkan pekerja sektor HIV/AIDS di RSUD Pekanbaru tahun
industri lain. Di Australia, diantara 813 2016”.
perawat, 87% pernah low back pain, Berdasarkan latar belakang di
prevalensi 42% dan di AS, insiden atas maka peneliti tertarik meneliti
cedera musculoskeletal 4.62/100 mengenai: (1) Bagaimana pengetahuan
perawat per tahun. Cedera punggung perawat mengenai APD dalam
menghabiskan biaya kompensasi pencegahan penularan HIV/AIDS. (2).
terbesar, yaitu lebih dari 1 milliar $ per Begaimana sikap Penggunaan APD oleh
tahun. Khusus di Indonesia, data perawat dalam pencegahan penularan
penelitian sehubungan dengan bahaya- HIV/AIDS. (3) Bagaimana penggunaan
bahaya di RS belum tergambar dengan APD oleh perawat dalam pencegahan
jelas, namun diyakini bahwa banyak penularan HIV/AIDS .
keluhan-keluhan dari para petugas di Penelitian ini bersifat kuantitatif,
RS, sehubungan dengan bahaya-bahaya pada bab-bab berikutnya dilakukan
yang ada di RS (Teguh, 2008). penelaahan kepustakaan untuk
Menurut Pulungsih (2005 dikutip menyususn kerangka teori selanjutnya
dari Salawati, 2009) selama tahun 2000 kerangka konsep yang menghasilkan
di RSUP Ciptomangun Kusumo tercatat masalah khusus penelitian. Kemudian
9 kecelakaan kerja yang beresiko ditentukan metode untuk menjawab
terpajan HIV pada petugas kesehatan. masalah dalam penelitian dengan
Kejadian menimpa 7 perawat, 1 dokter menggunakan jenis desain studi
dan 1 petugas laboratorium. deskriptif.
Pusat Kesehatan Kerja (2003) Tujuan penelitian ini Untuk
mengatakan masalah penyebab mengetahui perilaku perawat dalam
kecelakaan kerja yang paling besar penggunaan alat pelindung diri (APD)
yaitu faktor manusia akibat kurang guna pencegahan penularan HIV/ AIDS
pengetahuan dan keterampilan, kurang di Rawat Inap Medikal Kelas III RSUD
kesadaran dari direksi dan karyawan Pekanbaru tahun 2016 yang mencakup:
yang acuh tak acuh dan menganggap Untuk mengetahui pengetahuan, sikap
remeh dalam melaksanaakan SOP kerja. dan pelaksanaan perawat mengenai
Dikuitip dari Idayanti (2008), dalam APD dalam pencegahan penularan
laporan Panitia K3 kecelakaan kerja HIV/AIDS di Rawat Inap Medikal
petugas ruang rawat inap RSUD Arifin Kelas III RSUD Pekanbaru tahun 2016.
Achmad Pekanbaru, tercatat tahun Hasil penelitian diharapkan bagi
2006-2007, terjadi kecelakaan kerja instansi terkait dalam meningkatkan
yaitu: 2 orang perawat, 1 orang perlindungan kerja umumnya,dan
mahasiswa kedokteran terpajan jarum pelaksanaan APD khususnya untuk
suntik pasien HIV/AIDS serta 2 orang mengurangi angka kecelakaan
perawat tersentuh ceceran darah dari kerja.serta memberikan kontribusi bagi
jarum pasien HIV/AIDS. Dalam laporan ilmu pengetahuan serta peneliti-peneliti
tersebut ditambahkan bahwa saat dimasa yang akan datang.
bekerja perawat tidak memakai APD
seperti sarung tangan dan masker. 2. METODOLOGI PENELITIAN
5

Penelitain dilaksanakan diawali untuk mencegah penularan HIV/AIDS.


dengan survey awal melihat tingginya Sedangkan untuk psikomotor digunakan
angka kecelakaan kerja pada perawat lembar observasi.
yang tidak menggunakan APD dengan 3. HASIL PENELITIAN DAN
benar. Setelah itu dilakukan pembuatan PEMBAHASAN
proposal guna mengetahui perilaku
perawat dalam penggunaan APD. Tabel 1. Perilaku dalam
Penelitian ini dilaksanakan dengan Menggunakan Alat Pelindung Diri
menggunakan kuisioner untuk pada perawat dalam pencegahan HIV
mengukur pengetahuan dan sikap serta di Rawat Inap Medikal Kelas III
lembar observasi untuk tindakan RSUD Pekanbaru 2016
perawat.
Variabel perilaku %
Menurut Blom (1908 dalam
1. Pengetahuan Kurang 22.7
notoadmojo 2007), dalam buku sosial
baik 77.3
budaya dan perilaku kesehatan
Baik
membagi perilaku dibagi kedalam tiga
2. Sikap Negative 38.6
domain (kawasan), meskipun kawasan
Positive 61.4
tersebut tidak mempunyai batasan yang
jelas dan tegas. Ketiga kawasan tersebut 3. Tindakan Kurang 36.4
terdiri dari kawasan cognitive, kawasan baik 63.6
affective, dan kawasan psychomotor. Baik
Dalam perkembangannya, teori Bloom Hasil penelitian didapatkan bahwa
ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil mayoritas responden berjenis kelamin
pendidikan kesehatan, yakni: adalah perempuan sebanyak 77.3%,
pengetahuan (cognitive), sikap dan pendidikan responden mayoritas DIII
tindakan(Psychomotor). Keperawatan yakni sebanyak 61.4%
Desain yang digunakan dalam dan S1 keperawatan sebanyak 29.5%
penelitian ini adalah jenis penelitian dan umur rensponden mayoritas berada
deskriptif analitik tanpa membuat pada rentang dewasa awal (26-35%)
perbandingan atau menghubungkan yakni sebanyak 54.5%, sedangkan yang
dengan variable lain, dengan metode paling rendah pada rentang usia Remaja
pendekatan cross sectional, yaitu akhir (17-25tahun) dan Lansia awal (46-
populasi diamati pada waktu yang sama 55 tahun), masing-masing sebanyak
(Hidayat, 2008). Bertujuan untuk 6.8%.
mengidentifikasi tentang perilaku Pengetahuan
perawat dalam pelaksanaan APD di Tabel 2. Aspek Pengetahuan
RSUD Pekanbaru Aspek Yang Dinilai %
Data dikumpulkan melalui kuisioner 1. Pengetahuan baik tentang 77.3
terhadap responden yang dilakukan permasalah yang timbul
langsung oleh peneliti ( dan dibantu bila bekerja tidak
beberapa rekan ). Kuisioner berisikan menggunakan APD 52.3
pertanyaan yang terdiri dari pertanyaan 2. Pengetahuan baik tentang
terbuka pada bagian pertama dan kapan menggunakan APD 77.3
pertanyaan tertutup pada bagian kedua. 3. Pengetahuan baik tentang
Pada kuisioner bagian pertama berisi jenis alat pelindung diri 100
data demografi. Pada bagian kedua pernafasan
untuk mengukur pengetahuan dan sikap 4. Pengetahuan baik tentang 100
yang dimiliki perawat mengaenai APD jenis alat pelindung diri
6

telinga Menurut Notoatmodjo (2010),


5. Pengetahuan baik tentang pendidikan merupakan salah satu faktor
jenis pelindung kepala yang mempengaruhi pengetahuan.
Dari variable pengetahuan hasil Semakin tinggi tingkat pendidikan
penelitian yakni dari 5 aspek yang seseorang, maka ia akan lebih
dinilai terlihat pada pengetahuan memperhatikan masalah kesehatan dan
tentang jenis alat pelindung diri telinga keselamatannya. Oleh sebab itu, pekerja
dan kepala 100% responden dengan pendidikan tinggi akan
berpengetahuan baik, pengetahuan cenderung memiliki pengetahuan yang
tentang permasalahan yang timbil bila baik tentang penggunaan APD dan
tidak menggunakan APD dan sebaliknya pekerja yang memiliki
pengetahuan baik tentang jenis alat pendidikan rendah cenderung sulit
pelindung diri pernafasan yakni 77.3% , untuk menyerap informasi khususnya
serta pengetahuan tentang kapan pengetahuan tentang penggunaan APD,
menggunakan APD sebanyak 52.3%. sehingga menyebabkan pekerja tidak
Secara keseluruhan pengetahuan merespon dengan positif pentingnya
perawat adalah baik yakni sebesar penggunakan APD secara baik dan
77.3% dan kurang dari separuh perawat benar
yang berpengetahuan kurang baik yakni Penelitian ini sejalan dengan
22.7% . Hal ini sesuai dengan jenjang penelitian yang dilakukan Trisiani dkk
pendidikan perawat yakni mayoritas di Bandung, serta Saputro di Surakarta
DIII Keperawatan yakni perawat dimana pengetahuan seseorang tentang
vokasional sebanyak 61.4% dan alat pending diri dipengaruhi oleh
perawat provisional (ners S1 pendidikan yang didapatkan
keperawatan) sebanyak 29.5% . Sikap
Didalam RUU Praktik Tabel 3. Aspek Sikap
Keperawatan, dikatakan terdapat dua Aspek Yang Dinilai %
katagori perawat secara umum yaitu 1. Sikap Perawat Ketika 45.5
perawat vokasional dan perawat Merapikan tempat tidur
profesional. Perawat vokasional adalah 2. Sikap Perawat Ketika 88.6
seseorang yang telah menyelesaikan Melakukan tindakan
pendidikan Sekolah Perawat Kesehatan berhubungan dengan infus
(SPK) dan lulusan Program Diploma 3 3. Sikap Perawat Ketika 38.6
Keperawatan. Perawat profesional pengukuran Tanda-Tanda
adalah seseorang yang lulus dari Vital 88.6
pendidikan tinggi keperawatan dan 4. Sikap Perawat Ketika
terakreditasi, terdiri dari ners generalis, keterbatasan alat pelindung 61.4
ners spesialis dan ners konsultan. diri
(Rachman, 2014) 5. Sikap perawat Ketika
Alat pelindung diri perawat berhadapan pasien indikasi
merupakan makna dasar yang ada gangguan pernafasan
didalam keilmuan keperawatan. Dalam Dari variable sikap didapat
praktiknya perawat profesional maupun bahwa sikap positif yang paling tinggi
vokasional harus menggunakan APD adalah sikap perawat ketika melakukan
yang merupakan prinsip dasar dalam tindakan Melakukan tindakan
memberikan asuhan keperawatan berhubungan dengan infus dan ketika
kepada klien/pasien. (Rachman, 2014) keterbatasan alat pelindung diri yakni
88.6% dan sikap perawat yang paling
7

rendah adalah sikap perawat ketika Tindakan menggunakan Sarung


pengukuran tanda-tanda vital yakni tangan ketika memberikan injeksi dan
38.6%. Secara keseluruhan Sikap pada Menggunakan masker ketika melakukan
penelitian ini diketahui bahwa sebagian prosedur invasive sebesar 95.5%, yang
besar sikap perawat positif 61.4% paling rendah yakni menggunakan
Menurut Irwanto (didalam Sarung tangan ketika merapikan tempat
Saputro 2015), umur mendapatkan tidur sebesar 15.9%. Secara
perhatian khusus karena akan Keseluruhan pada variable tindakan
mempengaruhi kondisi fisik, mental, diketahui bahwa sebagian besar perawat
kemauan kerja, dan tanggung jawab memiliki tindakan yang baik yakni
seseorang. Dalam teori psikologi sebesar 63.6% .
perkembangan kerja, umur dapat Menurut Green dalam Notoadmojo
digolongkan menjadi dewasa awal umur (2010) faktor utama penyebab
18 – 40 tahun dan dewasa lanjut umur terbentuknya tindakan yaitu faktor
41 – 60 tahun. Umur pekerja dewasa Pendukung (enabling faktors),yang
awal diyakini dapat membangun terwujud dalam lingkungan fisik,
kesehatannya dengan cara mencegah tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-
suatu penyakit atau menanggulangi fasilitas atau sarana-sarana kesehatan,
gangguan penyakitnya. Untuk misalnya tresedianyan APD yang cukup
melakukan kegiatan tersebut, pekerja dengan jumlah pasien, serta kumlah
muda akan lebih disiplin menjaga tindakan sesui kebutuhan pasien
kesehatannya, sedangkan pada umur tersebut.
dewasa lanjut akan mengalami Tabel 4. Aspek Tindakan
kebebasan dalam kehidupan Aspek Yang Dinilai %
bersosialisasi, kewajiban pekerja 1. Menggunakan Sarung 15.9
dewasa lanjut akan berkurang terhadap tangan ketika merapikan
kehidupan bersama. tempat tidur
Hai ini sejalan dengan penelitian 2. Menggunakan Sarung 100
Saputro (2015) bahwa sikap sesorang tangan ketika merawat luka 93.2
dalam menggunakan APD berhubungan 3. Menggunakan Sarung
dengan usia. Sikap seseorang akan tangan ketika mengambil 95.5
timbul karna dipengaruhi oleh bantuan darah
fisik dan bantuan mental. Bantuan 4. Menggunakan Sarung 29.5
mental seperti perintah yang mana tangan ketika memberikan
sedikit sedikit, dan lama kelamaan injeksi 36.4
diganti dengan pengarahan serta 5. Menggunakan masker
dukungan. Dukungan yang dirasanakn ketika merapikan tempat 95.5
dari salah seorang responden tidur 34.1
mengatakan, kurang begtu dirasakan, 6. Menggunakan masker
hal ini karena keterbatasan APD yang ketika merawat luka
tersedia, dengan intensitas penggunaan 7. Menggunakan masker 29.5
APD itu sendiri. ketika melakukan prosedur
Tindakan invasif
Dari variable tindakan terlihat 8. Menggunakan gaun
bahwa tindakan baik yang paling tinggi pelindung ketika merawat 36.4
adalah Menggunakan Sarung tangan luka
ketika merawat luka yakni 100% 9. Menggunakan gaun
responden melakukan APD. pelindung ketika
8

menangani pasien dengan meningkatkan massa rawat pasien


perdarahan massif tersebut. Saling keterkaitan ini harus
10. Menggunakan gaun lebih diperhatikan lagi bagi para
pelindung ketika pembuat kebijakan, keselamatan
membuangan cairan masyarakat yang dikedepankan, tak
terkontaminasi terlepas dari keselamatan tenaga medis
Salah satu responden yang tidak itu sendiri.
mau diseputkan namanya mengatakan Diharapkan memberikan sarana
kekurangan APD itu sendiri yang pada mahasiswa/I praktik, sehingga
menjadi masalah diruangan pada dapat membantu terwujudnya
umumnya. Jumlah pasien yang tidak kesehatan, keselamatan baik bagi tenaga
perna sedikit dirunangan, penjatahan kesehatan maupun pasien. Diharapkan
yang dilakukan rumah sakit yang dapat melakukan penelitian yang lebih
merupakan kebijakan guna lanjut mengenai faktor-faktor yang
mengefisiensikan anggaran merupakan mempengaruhi pelaknaan APD di
salah satu alasan. instansti pemerintahan, sehingga tidak
Pelaksanaan APD itu sendiri hanya mengevaluasi pihak bawah
merupakan hal wajib yang harus (tenaga kesehatan) yag langsung
dilakukan perawat, guna mencegah berinteraksi dengan masyarakat dalam
terjadinya kecelakaan kerja maupun hal ini pasien, tetapi juga pihak atas
mencegah pasien tertular penyakit dari pembuat kebijakan itu sendiri.
satu pasien lainnya, yang mana dapat 5.REFERENSI
meningkatkan massa rawat pasien 1. Amril, (2004) Faktor-Faktor Yang
tersebut. Saling keterkaitan ini harus Berhuungan Dengan Perilaku
lebih diperhatikan lagi bagi para Perawat Dalam Melaksanakan
pembuat kebijakan, keselamatan Pendokumentasian Asuhan
masyarakat yang dikedepankan, tak Keperawatan Di Rsud Pariaman
terlepas dari keselamatan tenaga medis 2004. Jakarta: Perpustakaan FKM
itu sendiri UI (Tidak dipublikasikan)
4. KESIMPULAN DAN SARAN 2. Dahlan, M.Sopiyudin. (2004).
Dari hasil penelitian yang telah Statistik Untuk Kedokteran dan
dilakukan peneliti terhadap perilaku Kesehatan. Jakarta: Salemba
perawat dalam menggunaan APD guna Medika
pencegahan penularan HIV di Rawat 3. Depdikbud. (1995). Kamus Besar
Inap Medikal Kelas III RSUD Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pekanbaru adalah sebagai berikut : Pustaka
Pengetahuan perawat mengenai APD 4. Eko, P (2015) Pengaruh
yakni baik sebesar 77.3% ,Sikap Pengetahuan, Sikap, Dan
perawat mengenai APD yakni positif Ketersediaan Alat Pelindung Diri
sebesar 61.4% , dan Tindakan perawat (APD) Terhadap Kepatuhan Dalam
dalam menggunaan APD yakni baik Menggunakan APD: STIKES
sebesar 63.6%. Cendekia Utama Kudus
Pelaksanaan APD itu sendiri 5. Fazidah,A (2004). Pengenalan Dan
merupakan hal wajib yang harus Pencegahan AIDS. Medan:
dilakukan perawat, guna mencegah Fak.Kesehatan Masyarakat:USU.
terjadinya kecelakaan kerja maupun 6. Handayani EE, dkk. (2010)
mencegah pasien tertular penyakit dari Hubungan antara penggunaan alat
satu pasien lainnya, yang mana dapat pelindung diri, umur dan masa kerja
9

dengan kecelakaan kerja pada DR. Zainoel Abidin Banda Aceh


pekerja bagian rustic di pt borneo tahun 2009 (diakses tanggal 2-11-
melintang buana eksport 2015 dari
yogyakarta. Universitas Ahmad http://repository.usu.ac.id/bitstream/
dahlan Yogyakarta 123456789/6947/1/09E02292.pdf)
7. Harwasi, S dkk (2008). Pedoman 17. Saputro, V A. (2015). Hubungan
pelaksanaan Kesehatan dan antara pengetahuan dan sikap
keselamatan kerja Untuk praktek dengan penggunaan alat pelindung
dan praktikum. Surabaya: diri (apd) pada pekerja di unit
Universitas Airlangga. kerja produksi pengecoran logam.
8. Idayanti (2008). Hubungan Universitas Muhadiah Surakarta
Pengetahuan dan Sikap Perawat 18. Sekaran, Uma.2006. Metodologi
terhadap Penerapan Standar Penelitian. Jakarta: Salemba Empat
Operasional (SOP) Teknik 19. Teguh. (2008). Keselamatan dan
Menyuntik dalam Upaya Kesehatan Kerja (K3) di Rumah
Pencegahan Infeksi di RSUD Arifin Sakit. ( diakses tanggal 2-11-2015
Ahmad Pekanbaru Tahun 2008. dari
(diakses tanggal 02-11-2015 dari 0- http://id.88db.com/id/Discussion/Di
0) scussion_reply.page/Health-
9. Keraf, G. (2001). Komposisi. Medical/?DiscID=3373 )
Semarang: Nusa Indah 20. Trisiani D dkk (2012) Hubungan
10. Lapau, B, (2013). Metode Penelitian Pengetahuan Dan Sikap Dengan
Kesehatan: metode Ilmiah Perilaku Pekerja Terhadap
Penulisan Skripsi, Tesis, dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Di
Disertasi. Jakarta: Obor Departemen Engineering. Bandung
11. Nursalam. (2006). Asuhan
Keperawatan pada Pasien
Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta :
Salemba Medika.
12. Notoatmojo, S.( 2005). Metodologi
Penelitian Kesehatan . Edisi Revisi.
Jakarta : Rineka Cipta
13. Notoatmojo, S. (2007). Promosi
Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta: Rineka Cipta
14. Notoatmojo, S (2010). Ilmu
Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
15. Ruhyandai & Candra, (2008)
Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Perilaku Kepatuhan
Penggunaan Apd Pada Karyawan.
Jurnal Kesehatan Kartika Stikes A.
Yani
16. Salawati, L (2009). Hubungan
Prilaku, Manajemen Keselamatan &
Kesehatan Kerja dengan terjadinya
Kecelakaan Kerja di Laboratorium
Patologi Klinik Rumah Sakit Umum.

Anda mungkin juga menyukai