Anda di halaman 1dari 5

BAGIAN MANDA KALAU KURANG MOHON MAAF DAN MOHON DITAMBAHI

DASAR TEORI

Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan dua sifat beda sangat berhubungan dengan
hukum Mendel II yang berbunyi “independent assortment of genes” atau pengelompokan gen
secara bebas. Hukum ini berlaku ketika pembentukan gamet, gen sealel secara bebas pergi ke
masing-masing kutub ketika meiosis. Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi. Mendel
menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya terdapat dua sifat beda, yaitu
soal bentuk dan warna biji. B untuk biji bulat, b untuk biji kisut, K untuk warna kuning dan k
untuk warna hijau. Jika tanaman ercis biji bulat kuning homozigot (BBKK) disilangkan
dengan biji kisut hijau (bbkk), maka semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Apabila
tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk kembali, maka tanaman ini akan membentuk empat
macam gamet baik jantan ataupun betina masing-masing dengan kombinasi BK, Bk,Bk, bk.
Akibatnya turunan F2 dihasilkan 16 kombinasi.yang terdiri dari empat macam fenotip, yaitu
9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan 1/16 kisut hijau. Dua diantara
fenotip itu serupa dengan induknya semula dan dua lainnya merupakan fariasi baru
(Kimballm, 1987).

Beberapa gen yang berinteraksi atau dipengaruhi oleh gen lain, digunakan untuk
menumbuhkan karakter. Gen- gen itu mungkin terdapat pada kromosom sama (berangkai),
mungkin pula pada kromosom berbeda. Setelah penemuan Mendel dan penelitian awal
tentang pewarisan sifat secara bebas, diketahui bahwa tidak semua keturunan yang
bersegregasi dapat dipisahkan menjadi kelas-kelas yang jelas dengan nisbah yang sederhana.
Keragaman nisbah genetika Mendel ini dapat dijelaskan berdasarkan adanya interaksi gen
(Crowder, 1993).

Peristiwa dua gen atau lebih yang bekerjasama atau menghalang-halangi dalam
memperlihatkan fenotipe, disebut interaksi gen. Interaksi gen mula-mula ditemukan oleh
William Bateson (1861-1926) dan R. C. Punnet (1906) pada bentuk pial (jengger) ayam.
Karena ada interaksi maka perbandingan fenotipe keturunan hibrid menyimpang dari
penemuan Mendel, disebut juga penyimpangan Hukum Mendel. Peristiwa penyimpangan
persilangan monohibrid dominan resesif menghasilkan F2 dengan perbandingan dominan :
resesif 3 : 1, sedangkan dihibrida akan menghasilkan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Kasus
tertentu, perbandingan tersebut tidak tepat sama dengan perbandingan tersebut. Misalnya,
persilangan monohibrida menghasilkan perbandingan 1 : 2 :1, sedangkan persilangan
dihibrida menghasilkan perbandingan 9 : 6 : 1 (Gen duplikat dengan efek kumulatif) atau 15 :
1 (Polimeri atau Epistasis dominan duplikat). Jika menurut Mendel fenotipe F2 itu ada 4
kelas, tetapi karena ada interaksi susut menjadi 2 atau 3 kelas (Yatim, 1986).

Prinsip Hukum Mendel Hukum-hukum mendel merupakan prinsip dasar genetika, hukum
Mendel terdiri atas 2 hukum, yaitu:

1. Hukum Mendel I

a. Peristiwa pembentukan sel kelamin (gamet), pasangan-pasangan alel a memisah secara


bebas.

b. Berlaku untuk pembastaran dengan satu sifat beda (monohibridisasi), baik dominansi
maupun intermediet.

2. Hukum Mendel II (Hukum Kebebasan Mendel = Prinsip berpasang-pasangan secara bebas)

a. Peristiwa pembentukan gamet, alel-alel mengadakan kombinasi secara bebas sehingga


kombinasi sifat-sifat yang muncul dalam keturunannya beraneka ragam.

b. Berlaku untuk pembastaran dengan dua sifat beda (dihibridisasi) atau lebih, baik dominansi
maupun intermediet ( Yatim,1986 ).

Menentukan fenomena terutama yang berkaitan dengan peristiwa penyimpangan hukum


Mendel yang diamati sesuai atau tidak dengan teori tertentu, perlu dilakukan suatu pengujian
dengan melihat besarnya penyimpangan nilai pengamatan terhadap nilai harapan. Selanjutnya
besarnya penyimpangan tersebut dibandingkan terhadap kriteria model tertentu. Percobaan
persilangan akan dibandingkan frekuensi genotip yang diamati terhadap frekuensi
harapannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut, untuk fo merupakan bentuk lain
dari O (nilai observasi), sedangkan fe merupakan bentuk lain dari E (Expectation
atauharapan). Jika nilai X2 hitung lebih kecil dari nilai X2 tabel maka hipotesis diterima,
berlaku juga sebaliknya (Welsh,1991).
HASIL DAN PEMBAHASAN

Ratio Kesimpulan
Fenotip Hasil yang
yang Jumlah hasil diharapkan
diharapkan pengamatan(o) (E) D= O - E D2/E
Merah(9) 163 122,625 40,375 13,3 X2 = 30,3
Ungu (7) 55 95,375 -40,375 17,1 Df =1 X2
hitung > X2
tabel, maka
H0 ditolak,
Hi diterima
(hasil tidak
sesuai
teori)
218 X2 = 30,4

Hukum Mendel I ( Hukum Segregasi Gen Secara Bebas ) menyatakan bahwa dalam
pembentukan gamet, pasangan alel akan memisah secara bebas. Berdasarkan hal ini,
persilangan dengan satu sifat beda ( Monohibrid ) akan menghasilkan perbandingan fenotip
F2, yaitu ekspresi gen dominan : resesif adalah 3 : 1. ( Raven, 1996 ) Sementara itu, di dalam
hukum Mendel II ( Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas ) dinyatakan bahwa Selama
pembentukan gamete, pembelahan allele dari satu gen adalah bebas dari pembelahan allele
dari gen yang lainnya dan terjadi pengelompokan dengan gen lain yang bukan alelnya.
Berdasarkan hukum Mendel II ini, pada persilangan dengan dua sifat beda (dihibrid)
menghasilkan perbandingan fenotip F2, yaitu 9 : 3 : 3 : 1 (Suparthana, 2008). Jika allele dari
gen yang lain berkelakuan bebas dengan cara yang sama, maka kita memiliki penggabungan
bebas (Gambar 2-12). Tetapi, ini semua spekulasi pada tahap ini dalam diskusi kita, karena
ini adalah setelah penemuan kembali penelitian Mendel. Mekanisme aktual yang dikenal
sekarang, dan dapat dilihat di Chapter 3 bahwa letak kromosom dari gen yang bertanggung
jawab terhadap pembelahan seimbang (identik) dan penggabungan bebas. (Suparthana,
2008). Beberapa penelitian genetika menunjukan adanya penyimpangan terhadap kedua
hukum Mendel tersebut. Beberapa perirtiwa yang menunjukan penyimpangn tersebut
diantaranya adalah sebagai berikut : Untuk memperjelas permasalahan mengenai
penyimpanganpenyimpangan yang terjadi serta jenis epistasisnya.

Dalam praktikum ini perhitungan yang telah dilakukan dapat diketahu bahwa pada jagung
yang diamati ada 163 berwarna merah dan 55 berwarna ungu. Dalam persilangan dihibrid
tersebut fenotip yang diharapkan adalah 9 : 7 (rasio mendekati pengamatan).

Dalam analisis data,digunakan taraf nyata 0,05. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan
hasil nilai X2 yaitu 30,3. Nilai tersebut dalam tabel dk/df1 diantara kolom 0,05 dan 0,1. Dari
hasil yang diperoleh tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasilnya tidak sesuai dengan teori
yang ada.

Dalam kenyataan, perkembangan suatu organisme sangat dipengaruhi oleh keadaan


lingkungan disekitarnya dan juga interaksi yang terjadi antar gen. Faktor-faktor yang
diperkirakan dapat mempengaruhi diantaranya:

Pengaruh Faktor Luar

1. Suhu yaitu mengatur kecepatan reaksi tertentu.


2. Sinar yaitu menyediakan energi kinetik untuk pembentukan klorofil.
3. Gizi yatu organisme hidup membutuhkan bahan dalam bentuk makanan.
4. Hubungan dengan induk.

Pengaruh Faktor Dalam

1. Umur yaitu proses penuaan dimulai dari saat pembuahan dan berlangsung selama
perkembangan organisme.
2. Jenis kelamin yaitu berhubungan dengan fungsi reproduksi dan adanya sifat khusus
dari jenis kelamin.
3. Hormon berpengaruh dalam perangsangan suatu aktifitas sel maupun aktifitas-
aktifitas metabolic (Crowder, 1993)
Daftar Pustaka

Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan. Yogyakarta ; Gajah Mada University Press

Kimball, John W. 1987. Biologi. Jakarta ; Erlangga

Stansfield, D. William .199.Genetika. Jakarta ; Erlangga

Suryati, Dotti. 2007. Penuntun Pratikum Genetika Dasar. Laboratorium Agronomi


Universitas Bengkulu, Bengkulu.

Suryo . 1986 . Genetika Manusia. Yogyakarta ; Gadjahmada University Press

Suryo, H. 1984. Sitogenetika Srata 1. Yogyakarta ; Gajah Mada University Press.

Tim Dosen Genetika Dasar . 2010. Genetika Dasar. Jurusan Biologi Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMED ; Medan.

Welsh, James R and Johanis P. Mogea. 1991. Dasar – Dasar Genetika dan Pemuliaan
Tanaman. Jakarta ; Erlangga

Yatim, Wildan. 1996. Genetika. Bandung ; Tarsito

Anda mungkin juga menyukai