Anda di halaman 1dari 14

Terapi Bermain Anak Usia 6-12 tahun

I. KONSEP TEORI BERMAIN


A. Pengertian
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial
dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak
akan berkata-kata, belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan melakukan apa yang
dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesaui dengan keinginanya sendiri
dan memperoleh kesenangan (Foster, 1989).
Bermain adalah cara alamiah bagi anak untuk mengungkapkan konflik dalam
dirinya yang tidak disadarinya (Miller dan Keong, 1983).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek
terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk
menurunkan stress pada anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional
anak (Champbell dan Glaser, 2005).

B. Fungsi
1. Perkembangan Sensori
a. Memperbaiki keterampilan motorik kasar dan halus serta koordinasi
b. Meningkatkan perkembangan semua indra
c. Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia
d. Memberikan pelampiasan kelebihan energi
2. Perkembangan yang intelektual
a. Memberikan sumber – sumber yang beraneka ragam untuk pembelajaran
b. Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna.
c. Pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang, konsep abstrak
d. Kesempatan untuk mempraktikan dan memperluas keterampilan berbahasa
e. Memberikan kesempatan untuk melatih masa lalu dalam upaya mengasimilasinya
kedalam persepsi dan hubungan baru
f. Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan membedakan antara
fantasi dan realita.
3. Perkembangan sosialisasi dan moral
a. Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk perilaku peran seks.
b. Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan.
c. Mengembangkan keterampilan sosial
d. Mendorong interaksi dan perkembangan sikap positif terhadap orang lain.
e. Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui standar moral.
4. Kreativitas
a. Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat kreatif
b. Memungkinkan fantasi dan imajinasi
c. Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus
5. Kesadaran diri
a. Memudahkan perkembangan identitas diri
b. Mendorong pengaturan perilaku sendiri
c. Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian sendiri)
d. Memberikan perbandingan antara kemampuasn sendiri dan kemampuan orang
lain.
e. Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku sendiri dapat
mempengaruhi orang lain
6. Nilai Teraupetik
a. Memberikan pelepasan stress dan ketegangan
b. Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak dapat diterima
dalam bentuk yang secara sosial dapat diterima
c. Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan dengan cara
yang aman.
d. Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal tentang
kebutuhan, rasa takut, dan keinginan.

C. Tujuan
1. Untuk melanjutkan tumbuh kembang yg normal pada saat sakit. Pada saat sakit
anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
2. Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya. Permainan
adalah media yang sangat efektif untuk mengsekspresikan berbagai perasaan yang
tidak menyenangkan.
3. Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan masalah. Permainan
akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya untuk mencipakan
sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya.
4. Dapat beradaptasi secara efektif thp stres karena sakit dan di rawat di RS.

D. Prinsip – prinsip Bermain


Menurut Soetjiningsih (1995) bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar
aktifitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif :

1. Perlu ekstra energi


Bermain memerlukan energi yang cukup sehingga anak memerlukan nutrisi yang
memadai.Asupan atau intake yang kurang dapat menurunkan gairah anak. Anak
yang sehat memerlukan aktifitas bermain yang bervariasi, baik bermain aktif
maupun bermain pasif.Pada anak yang sakit keinginan untuk bermain umumnya
menurun karena energi yang ada dugunakan untuk mengatasi penyakitnya.
2. Waktu yang cukup
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus yang
diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai kesempatan yang
cukup untuk mengenal alat-alat permainannya.
3. Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan anak.Orang tua hendaknya memperhatikan hal ini sehingga
alat permainan yang diberikan dapat berfungsi dengan benar dan mempunyai
unsur edukatif bagi anak.
4. Ruang untuk bermain
Aktifitas bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, di halaman,
bahkan di ruang tidur. Diperlukan suatu ruangan atau tempat khusus untuk
bermain bila memungkinkan, di mana ruangan tersebut sekaligus juga dapat
menjadi tempat untuk menyimpan permainannya.
5. Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya, atau
diberitahu oleh orang tuanya. Cara yang terahkir adalah yang terbaik karena anak
lebih terarah dan berkembang pengetahuannya dalam menggunakan alat
permainan tersebut. Orang tua yang tidak pernah mengetahui cara bermain dari
alat permainan yang diberikan, umumnya membuat hubungannya dengan anak
cenderung menjadi kurang hangat.
6. Teman bermain
Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya, saudara, atau orang
tuanya. Ada saat-saat tertentu di mana anak bermain sendiri agar dapat
menemukan kebutuhannya sendiri.Bermain yang dilakukan bersama orang tuanya
akan mengakrabkan hubungan dan sekaligus memberikan kesempatan kepada
orang tua untuk mengetahui setiap kelainan yang dialami oleh anaknya. Teman
diperlukan untuk mengembangkan sosislisasi anak dan membantu anak dalam
memahami perbedaan.

E. Faktor yang Mempengaruhi Bermain


1. Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan
perkembangan anak. Orang tua dan Perawat harus mengetahui dan memberikan
jenis permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan
anak.
2. Status kesehatan anak
Aktivitas bermain memerlukan energi maka Perawat harus mengetahui kondisi
anak pada saat sakit dan jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak
sesuai dengan prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di RS.
3. Jenis kelamin
Pada dasarnya dalam melakukan aktifitas bermain tidak membedakan jenis
kelamin laki-laki atau perempuan namun ada pendapat yang diyakini bahwa
permainan adalah salah satu alat mengenal identitas dirinya. Hal ini
dilatarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang berbeda antara laki –
laki dan perempuan dan hal ini dipelajari melalui media permainan.
4. Lingkungan yang mendukung
Lingkungan yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak mempunyai
cukup ruang untuk bermain.
5. Alat dan jenis permainan yg cocok
Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Alat permainan
harus aman bagi anak.
F. Alat Permainan Edukatif
Alat permainan edukatif adalah alat permainan yang dapat mengoptimalkan
perkembangan anak, disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya.
Contoh alat permainan pada balita dan perkembangan yang distimuli :
1. Pertumbuhan fisik dan motorik kasar
Contoh : Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik dan didorong, tali, dll.
2. Motorik halus
Contoh : Gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
3. Kecerdasan/ kognitif
Contoh : Buku gambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil, warna, dll.
4. Bahasa
Contoh : Buku bergambar, Buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
5. Menolong diri sendiri
Contoh : Gelas/ piring plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki, dll.
6. Tingkah laku sosial
Contoh : Alat permainan yang dapat dipakai bersama missal congklak, kotak
pasir, bola, tali, dll.
G. Klasifikasi Bermain
1. Menurut isi permainan
a. Sosial affective play
Inti permainan ini adalah hubungan interpersonal yang menyenangkan antara
anak dengan orang lain (contoh: ciluk-baa, berbicara sambil tersenyum dan
tertawa).
b. Sense of pleasure play
Permainan ini sifatnya memberikan kesenangan pada anak (contoh: main air
dan pasir).
c. Skiil play
Permainan yang sifatnya meningkatkan keterampilan pada anak, khususnya
motorik kasar dan halus (misal: naik sepeda, memindahkan benda).
d. Dramatik Role play
Pada permainan ini, anak memainkan peran sebagai orang lain melalui
permainanny. (misal: dokter dan perawat).
e. Games
Permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan perhitungan /
skor (Contoh : ular tangga, congklak).
f. Un occupied behaviour
Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau objek yang
ada disekelilingnya, yang digunakan sebagai alat permainan (Contoh: jinjit-
jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan kursi, meja dsb).
2. Menurut karakter sosial
a. Onlooker play
Anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada inisiatif
untuk ikut berpartisifasi dalam permainan (Contoh: Congklak/Dakon).
b. Solitary play
Anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak bermain sendiri
dengan alat permainan yang dimilikinya dan alat permainan tersebut berbeda
dengan alat permainan temannya dan tidak ada kerja sama.
c. Parallel play
Anak menggunakan alat permaianan yang sama, tetapi antara satu anak
dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain sehingga antara anak
satu dengan lainya tidak ada sosialisasi. Biasanya dilakukan anak usia
toddler.
d. Associative play
Permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak lain,
tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin dan tujuan permaianan tidak
jelas (Contoh: bermain boneka, masak-masak).
e. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis
ini, dan punya tujuan serta pemimpin (Contoh: main sepak bola).

3. Menurut usia
a. Umur 1 bulan (sense of pleasure play).
 Visual : dapat melihat dgn jarak dekat
 Audio : berbicara dgn bayi
 Taktil : memeluk, menggendong
 Kinetik : naik kereta, jalan-jalan.
b. Umur 2-3 bln
 Visual : memberi objek terang, membawa bayi keruang yang
berbeda
Audio : berbicara dengan bayi,memyanyi
 Taktil : membelai waktu mandi, menyisir rambut.
c. Umur 4-6 bln
 Visual : meletakkan bayi didepan kaca, memebawa bayi nonton TV.
 Audio : mengajar bayi berbicara, memanggil namanya, memeras
kertas.
 Kinetik : bantu bayi tengkurap, mendirikan bayi pada paha ortunya.
 Taktil : memberikan bayi bermain air.
d. Umur 7-9 bln
 Visual : memainkan kaca dan membiarkan main dengan kaca serta
berbicara sendiri.
 Audio : memanggil nama anak, mngulangi kata-kata yang diucapkan
seperti mama, papa.
 Taktil : membiarkan main pada air mengalir.
 Kinetik : latih berdiri, merangkap, latih meloncat.
e. Umur 10-12 bln
 Visual : memperlihatkan gambar terang dalam buku.
 Audio : membunyikan suara binatang tiruang, menunjukkan tubuh dan
menyebutnya.
 Taktil : membiarkan anak merasakan dingin dan hangat, membiarkan
anak merasakan angin.
 Kinetik : memberikan anak mainan besar yang dapat ditarik atau
didorong, seperti sepeda atau kereta.
f. Umur 2-3 tahun
 Paralel play dan sollatary play
 Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila capek, koordinasi
kurang (sering merusak mainan)
 Jenis mainan: boneka,alat masak,buku cerita dan buku bergambar.
g. Preschool 3-5 thn
 Associative play , dramatik play dan skill play.
 Sudah dapat bermain kelompok
 Jenis mainan: roda tiga, balok besar dengan macam-macam ukuran.
h. Usia sekolah
 Cooperative play
 Kumpul prangko, orang lain.
 Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis kelamin
 Dapat belajar dengan aturan kelompok
 Laki-laki : Mechanical
 Perempuan : Mother Role
i. Mainan untuk Usia Sekolah :
 6-8 tahun : Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga, alat untuk melukis,
mencatat, sepeda.
 8-12 tahun : Buku, mengumpulkan perangko, uang logam, pekerjaan
tangan, kartu, olah raga bersama, sepeda, sepatu roda.
j. Masa remaja
 Anak lebih dekat dengan kelompok
 Orang lain, musik,komputer, dan bermain drama.

H. Bermain di Rumah Sakit


Perawatan di Rumah Sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stress, baik
bagi anak maupun orang tua. Untuk itu, anak memerlukan media yang dapat
mengeskpresikan perasaan tersebut dan mampu bekerja sama degan petugas
kesehatan selama dalam masa perawatan.
Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di RS akan memberikan
keuntungan sebagai berikut :
1. Meningkatkan hubungan klien dan perawat
2. Aktivitas beramain yang terpogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak.
3. Permainan di RS membantu anak mengekspresikan perasaannya.
4. Permainan yang terapeutik akan membentuk tingkah laku yang positif.
Prinsip – prinsip bermain di rumah sakit :
1. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana.
2. Relatif aman dan terhindar dari infeksi silang.
3. Sesuai dengan kelompok usia.
4. Peramainan tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang dijalankan.
5. Perlu partisipasi orang tua dan keluarga.
Tekhnik Bermain di Rumah Sakit :
1. Berikan alat permainan untuk merangsang anak bermain sesuai dengan umur
perkembangannya
2. Berikan cukup waktu dalam bermain dan menghindari interupsi
3. Berikan permainan yang bersifat mengurangi sifat emosi anak
4. Tentukan kapan anak boleh keluar atau turun dari tempat tidur sesuai dengan kondisi
anak

II. TERAPI BERMAIN ULAR TANGGA EDUKATIF UNTUK USIA 6 – 12


TAHUN

A. Deskripsi
Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2
orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa
kotak digambar sejumlah "tangga" atau "ular" yang menghubungkannya dengan
kotak lain. Dalam permainan ular tangga edukatif ini, kelompok memodifikasi papan
ular tangga menjadi kotak – kotak yang berisi gambar – gambar edukatif untuk
membantu pengembangan intelektual anak.
Setiap pemain mulai dengan bidaknya di kotak pertama (biasanya kotak di
sudut kiri bawah) dan secara bergiliran melemparkan dadu. Bidak dijalankan sesuai
dengan jumlah mata dadu yang muncul. Bila pemain mendarat di ujung bawah
sebuah tangga, mereka dapat langsung pergi ke ujung tangga yang lain. Bila mendarat
di kotak dengan ular, mereka harus turun ke kotak di ujung bawah ular. Pemenang
adalah pemain pertama yang mencapai kotak terakhir.
Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu, mereka
mendapat giliran sekali lagi. Bila tidak, maka giliran jatuh ke pemain selanjutnya.

B. Jenis Permainan
Jenis permainan ini adalah Games. Games adalah permainan yang menggunakan alat
tertentu yang menggunakan perhitungan / skor.

C. Tujuan
1. Umum :
Setelah dilakukan tindakan program bermain pada anak usia sekolah (6 -12 tahun)
selama kurang lebih 30 menit diharapkan anak dapat bermain sambil belajar
mengenal tanda umum anak bergizi baik.
2. Khusus :
Bagi anak:
 Dapat mengatur strategi dan kecermatan.
 Dapat mengenal tanda – tanda anak bergizi baik
 Dapat mengembangkan imajinasi dan mengingat peraturan permainan
 Dapat berlatih bersosialisasi
 Dapat berlatih bersikap sportif
 Dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan pada anak
 Dapat belajar pramatematika yaitu saat menghitung langkah pada permainan ular
tangga dan menghitung titik – titik yang terdapat pada dadu.

Bagi perawat:
 Membangun trust antara pasien anak dan perawat
 Mampu mengaplikasikan teori terapi bermain pada anak usia 6-12 tahun
 Mampu mengenal karakter tiap anak usia 6-12 tahun

D. Sasaran
Kriteria Klien
1. Anak yang berumur usia sekolah ( 6-12tahun )
2. Anak kooperatif
3. Anak dengan komunikasi verbal baik
4. Anak yang tidak ada kontra indikasi untuk bermain
E. Setting Ruangan

= Anak I = Fasilitator I

= Anak II = Fasilitator II

= Anak III = Observer

= Leader

F. Uraian Tugas Kelompok


1. Leader : Nugroho Punto Aji
 Bertugas untuk menjelaskan aturan permainan
 Memulai dan memimpin permainan
 Mengatur jalannya permainan
2. Fasilitator: Anna Prabandari dan Wilda Maria Noviyanty
 Bertugas mendampingi anak selama permainan
 Membantu anak apabila mengalami kesulitan saat bermain
 Membantu leader dalam penyediaan fasilitas permainan
3. Obsever: Monica Widha Candra
 Bertugas untuk mengamati jalannya dan respon anak selama permainan
berlangsung.
 Melakukan evaluasi proses dan hasil permainan

G. Perilaku Anak yang diharapkan


1. Anak dapat mengatur strategi dan kecermatan.
2. Anak dapat mengenal tanda – tanda anak bergizi baik
3. Anak dapat mengembangkan imajinasi dan mengingat peraturan
permainan
4. Anak dapat berlatih bersosialisasi dengan teman – temannya
5. Anak dapat berlatih bersikap sportif
6. Anak dapat mengurangi kecemasan dan ketegangan
7. Anak dapat belajar pramatematika yaitu saat menghitung langkah pada
permainan ular tangga dan menghitung titik – titik yang terdapat pada
dadu.

H. Analisa Kondisi Anak


1. Anak sehat
2. Anak sekolah berusia 6-12 tahun
3. Anak kooperatif
4. Anak antusias

I. Analisa Situasi
1. Tempat
Menyesuaikan dengan jadwal laboratorium.
1. Waktu
Program terapi ini dilakukan sesuai jadwal laboratorium.
2. Jumlah peserta
Jumlah peserta terapi bermain ini direncanakan sejumlah 3 anak.
5. Jumlah perawat
Jumlah perawat yang memberikan terapi ini adalah 4 orang.
6. Peralatan
a. Alas duduk
b. Alat permainan ular tangga

J. Rencana Pelaksanaan
1. Persiapan (5 menit)
- Eksplorasi perasaan perawat
- Mengingat kembali konsep permainan
- Persiapan anak, alat dan tempat oleh fasilitator
2. Pelaksanaan (20 menit)
- Perkenalan anggota terapis dan salam oleh Leader
- Kontrak waktu permainan oleh Leader
- Penjelasan permainan oleh Leader
- Fasilitator menyiapkan permainan
- Permainan dimulai oleh Leader
- Observer mengamati jalannya permainan
- Fasilitator mendampingi anak dalam bermain
3. Evaluasi (5 menit)
- Evaluasi proses dan jalannya permainan oleh observer
- Memberikan reinforcement
- Permainan diakhiri dan ditutup oleh Leader
4. Antisipasi Masalah
a. Bertengkar dengan anak yang lain
 Lerai anak dari perselisihan. Libatkan fasilitator dalam
melerai perselisihan
 Menanyakan alasan mengapa bertengkar dan memberikan
pengertian pada anak bahwa bertengkar itu tidak baik.
 Biarkan anak tenang dahulu, jangan memaksa anak untuk
melanjutkan permainan
 Jika anak sudah tenang, bujuk anak untuk saling memaafkan
dan melanjutkan permainan
b. Menangis
 Tanyakan pada anak alasan ia menangis
 Lakukan pendekatan yang baik untuk menenangkan anak
 Setelah anak tenang, motivasi untuk melanjutkan permainan
c. Ingin BAK/BAB
 Sebelum permainan dimulai, anak dipersilahkan untuk
BAK/BAB
 Jika saat permainan berlangsung, anak ingin BAK/BAB
maka ditemani oleh fasilitator
d. Anak tiba – tiba tidak mau bermain
 Tanyakan pada anak mengapa ia tidak mau bermain
 Jika memungkinkan, bujuk anak untuk bermain lagi
 Jika anak mengatakan capai atau lelah, anjurkan anak
untuk istirahat dan bermain dapat dilakukan lain waktu
e. Bosan
 Berikan permainan selingan, seperti ice breaking dan relaksasi
ringan
 Terapis membuat situasi yang menyenangkan dan
meningkatkan motivasi

Anda mungkin juga menyukai