RSUD Maurarumpit 2015
RSUD Maurarumpit 2015
ANTARA
BPJS KETENAGAKERJAAN
DENGAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MUARA RUMPIT
TENTANG
PELAKSANAAN PELAYANAN PENGOBATAN & PERAWATAN
PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA BAGI
PESERTA BPJS KETENAGAKERJAAN
NOMOR: PER/10/022015
NOMOR:
Pada hari ini, Jumat tanggal satu bulan April tahun Dua Ribu Lima Belas (01-04-2015), yang
bertanda tangan di bawah ini:
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA yang selanjutnya disebut PARA PIHAK
terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut:
PIHAK KEDUA adalah badan usaha yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan
yang berlokasi di......................................................................................................
PASAL 1
PENGERTIAN UMUM
(1) Badan Penyelenggara adalah Badan Hukum Usaha Milik Negara berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 1995 ditunjukkan selaku penyelenggara
Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja sebagai pelaksana Undang-undang nomor 3
tahun 1992 beserta Peraturan pelaksanaannmya dimana salah satu programnya adalah
Program Jaminan Kecelakaan Kerja bagi Tenaga Kerja peserta Program BPJS
Ketenagakerjaan.
(2) Jaminan Kecelakaan Kerja yang selanjutnya disebut JKK adalah Program yang
memberikan perlindungan terhadap tenaga kerja yang menderita kecelakaan kerja dan
atau penyakit akibat kerja.
(3) Kecelakaan atau sakit berhubung dengan hubungan kerja adalah :
3.1. Kecelakaan yang dialami oleh tenaga kerja perusahaan peserta program BPJS
Ketenagakerjaan, pada waktu yang bersangkutan berangkat ke dan pulang dari
tempat kerja melalui jalan dan waktu yang wajar dan biasa dilalui.
3.2. Kecelakaan yang dialami oleh tenaga kerja perusahaan peserta Program BPJS
Ketenagakerjaan, pada waktu tenaga kerja menjalankan tugas di tempat tugas
termasuk pada waktu kerja lembur.
3.3. Kecelakaan yang dialami oleh tenaga kerja perusahaan peserta program BPJS
Ketenagakerjaan, pada waktu tenaga kerja menjalankan tugas keluar kota dan
tugas dari perusahaan lainnya, dengan ketentuan dalam hal ini harus didukung
dengan surat perintah dan surat keterangan lainnya yang diperlukan.
3.4. Sakit yang timbul karena hubungan kerja seperti dimaksud dalam Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1993 dianggap kecelakaan
kerja. Daftar penyakit yang timbul karena hubungan kerja terlampir.
(4) Tidak dapat dikategorikan sebagai kecelakaan kerja dan biaya yang timbul bukan
menjadi tanggungan pihak pertama adalah :
4.1. Kecelakaan yang terjadi pada waktu cuti, atau hari libur lainnya, dimana yang
bersangkutan bebas dari urusan pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung
jawabnya.
4.2. Kecelakaan yang terjadi di mess/perkemahan yang tidak berada di lokasi
(tempat) kerja.
PASAL 2
MACAM PEKERJAAN
(1) PIHAK PERTAMA dengan ini memberikan tugas kepada PIHAK KEDUA untuk
memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan program JKK bagi Peserta
PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA menerima dengan baik dan sanggup
untuk melaksanakan Program tersebut.
(2) PIHAK KEDUA memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan program JKK
bagi Peserta BPJS Ketenagakerjaan yang mengalami kecelakaan kerja sesuai
ketentuan Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2012 dan Buku Petunjuk Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Kerja
Trauma Center.
(3) PIHAK KEDUA berjanji kepada PIHAK PERTAMA akan memberikan pelayanan
pengobatan dan perawatan program JKK yang sebaik-baiknya kepada peserta BPJS
Ketenagakerjaan.
PASAL 3
PEDOMAN DAN DASAR HUKUM
(1) Undang-undang Nomor 3 tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
(2) Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.
(3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
(4) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
(5) Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN)
(6) Peraturan Pemerintah nomor 53 tahun 2012 tentang perubahan kedelapan atas
peraturan pemerintah nomor 14 tahun 1993 tentang program penyelenggaraan
Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja
(7) Keputusan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor : KEP/362/122011 tentang
Petunjuk Teknis Penyelesaian Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua dan
Jaminan Kematian Program BPJS Ketenagakerjaan.
(1) PIHAK PERTAMA menunjuk PIHAK KEDUA sebagai Rumah Sakit Trauma
Center untuk memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan program JKK bagi
Peserta PIHAK PERTAMA dan atas penunjukan oleh PIHAK PERTAMA tersebut
dengan ini diterima baik oleh PIHAK KEDUA.
(2) Pelayanan pengobatan dan perawatan program JKK yang diberikan oleh PIHAK
KEDUA kepada Peserta Program JKK meliputi:
a. Gawat Darurat,
b. Rawat Jalan Spesialis,
c. Rawat Inap,
d. Perawatan intensif,
e. Pemeriksaan Penunjang Medis,
f. Obat-obatan,
g. Alat kesehatan,
h. Transfusi darah
i. Tindakan medis,
j. Operasi
k. Rehabilitasi Medis
l. dan Orthose/Prothose
(3) Bila keadaan terpaksa penderita harus ditangani oleh dokter atau rumah sakit lain harus
ada surat pengantar dari PIHAK KEDUA, dan pembiayaan hanya dikenakan terbatas
pada paket pelayanan emergensi saja.
(4) Besarnya biaya pengobatan dan perawatan bagi tenaga kerja yang mengalami
kecelakaan atau sakit akibat hubungan kerja merujuk kepada tarif paket rumah sakit per
kasus yang sudah disepakati sebagaimana terlampir yang terdiri atas:
a. Biaya pemeriksaan dan tindakan oleh tenaga medis.
b. Biaya pelayanan di emergensi
c. Biaya perawatan rawat inap kelas I RS Pemerintah dan RS Swasta yang setara.
d. Biaya Operasi
e. Biaya Kontrol pasca rawat inap/operasi/emergensi
f. Biaya Rehabilitasi Medis/fisioterapi
g. Biaya pelayanan obat-obatan, alat dan bahan habis pakai, penunjang diagnostik
radiologi, penunjang diagnostic laboratorium, tindakan khusus sesuai indikasi
medis
h. Komponen paket pengobatan belum termasuk alat kesehatan berupa pin, plate,
screw.
(5) Biaya yang dijamin oleh PIHAK PERTAMA maksimum sebesar Rp. 20.000.000,-
(dua puluh juta rupiah), sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 53 tahun 2012.
PASAL 5
JANGKA WAKTU
(1) Ikatan Kerja Sama ini berlaku untuk jangka waktu 1 (satu) tahun terhitung mulai
tanggal 01 April 2015 sampai dengan tanggal 31 Maret 2016.
(2) PARA PIHAK dapat mengakhiri Ikatan Kerja Sama ini sebelum jangka waktu
sebagaimana dimaksud ayat (1) berakhir dengan memberitahukan maksudnya secara
tertulis selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelumnya.
(3) Apabila Perjanjian ini telah habis masa berlakunya dan dalam proses perpanjangan,
maka seluruh isi Perjanjian ini tetap berlaku selama 3 (tiga) bulan sampai
diterbitkannya addendum.
(4) Pengakhiran perjanjian ini tidak membebaskan kedua belah pihak untuk
menyelesaikan kewajibannya yang sedang berjalan.
(1) PIHAK KEDUA memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan program JKK
kepada peserta PIHAK PERTAMA yang mengalami kecelakaan kerja dan/atau
penyakit akibat kerja melalui prosedur pelayanan yang berlaku sebagai berikut :
a. PIHAK KEDUA meneliti eligibilitas peserta yang mengalami kecelakaan kerja
atau penyakit akibat kerja melalui Daftar tenaga kerja yang dikirim oleh PIHAK
PERTAMA.
b. PIHAK KEDUA membantu peserta menghubungi perusahaan untuk mengisi data
dan formulir kecelakaan kerja tahap I (Form 3).
c. Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut PIHAK KEDUA dapat merujuk
peserta ke fasilitas kesehatan trauma center yang lebih tinggi dengan melampirkan
surat rujukan, salinan formulir laporan kecelakaan tahap I (Form 3) dan formulir
keterangan perincian biaya pelayanan yang telah diberikan.
d. Dokter PIHAK KEDUA yang merawat peserta wajib mengisi formulir 3b jika
perawatan dan pengobatan dinyatakan selesai.
e. PIHAK KEDUA menghubungi perusahaan untuk membuat laporan kecelakaan
tahap II (formulir 3a) beserta dokumen pendukung lainnya.
f. Dokter PIHAK KEDUA wajib mengisi formulir 3c untuk kasus penyakit akibat
kerja.
g. PIHAK KEDUA mengisi surat keterangan rawat, untuk kemudian dikirimkan ke
PIHAK PERTAMA agar dapat dibuatkan surat jaminan.
h. Peserta PIHAK KEDUA menandatangani form bukti layanan setelah
mendapatkan pelayanan. Kontrol dokter spesialis setelah rawat inap dapat
diberikan maksimal 4x tanpa rujukan fasilitas kesehatan Klinik TC/rekomendasi
Kacab. Kontrol selanjutnya dilakukan di Klinik TC.
i. Setiap akhir bulan PIHAK KEDUA merekap data pasien yang berobat untuk
ditagihkan ke PIHAK PERTAMA dengan dokumen sebagai berikut:
a. Fotocopy KPJ;
b. Surat Jaminan;
c. Formulir 3, 3a;
d. Formulir 3b dan/atau 3c jika telah dinyatakan sembuh perawatan;
e. Perincian tagihan;
f. Dokumen pendukung (hasil lab, radiologi, transfusi, copy resep,dll);
g. Buku Monitor Kunjungan;
h. Kuitansi asli.
(2) PIHAK KEDUA membebaskan Peserta PIHAK PERTAMA dari prosedur
pembayaran uang muka biaya pelayanan kesehatan.
PASAL 7
BIAYA PELAYANAN
(1) PIHAK PERTAMA akan memberikan penggantian biaya atas jasa pelayanan
pengobatan dan perawatan program JKK kepada PIHAK KEDUA berdasarkan
pengajuan klaim sesuai pemeriksaan dan perawatan yang dilakukan oleh PIHAK
KEDUA menurut perincian tarif yang sudah disepakati bersama maksimal Rp
20.000.000,- (dua puluh juta rupiah), sebagaimana tercantum dalam lampiran
perjanjian ini dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
(2) Besarnya tarif pelayanan obat-obatan di apotek atau Instalasi farmasi PIHAK
KEDUA adalah (HNA+10%) x 1,25 ditambah dengan biaya embalage yang
ditetapkan sebagai berikut:
a. Embalase atau service untuk setiap obat jadi sebesar Rp. 500 (Lima Ratus
Rupiah) dan untuk setiap obat racikan sebesar Rp. 1000,- (seribu rupiah).
b. Setiap obat racikan yang dimasukan ke dalam kapsul dapat dikenakan tambahan
biaya sebesar Rp. 100,- (seratus rupiah) per kapsul serta maksimal Rp. 500,-
(Lima Ratus Rupiah)per pot plastic hanya untuk resep racikan salep dan cream.
(3) Para pihak atas inisiatif PIHAK KEDUA akan melakukan peninjauan kelayakan
besarnya tarif sesuai perkembangan biaya pelayanan kesehatan yang berlaku.
(4) Apabila PARA PIHAK sepakat mengenai perubahan tarif pelayanan kesehatan kerja
maka perubahan tersebut akan dibuat dalam satu addendum yang tidak terpisahkan
dari perjanjian ini dan pelaksanaan tarif tersebut diberlakukan pada bulan berikut
setelah addendum disetujui.
PASAL 8
PAJAK
Pajak yang timbul akibat perjanjian ini sesuai dengan peraturan yang berlaku.
PASAL 9
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK PERTAMA
(1) PIHAK PERTAMA bersedia mematuhi segala peraturan yang terkait dengan
program jaminan kecelakaan kerja yang berlaku di Rumah Sakit PIHAK KEDUA
kecuali ketentuan pembayaran uang muka.
(2) PIHAK PERTAMA wajib memberikan softcopy Daftar Tenaga Kerja yang
dikirimkan kepada PIHAK KEDUA melalui fasilitas internet
(3) PIHAK PERTAMA wajib menyerahkan kepada PIHAK KEDUA Surat Jaminan
paling lambat dalam 2 X 24 jam hari kerja sejak peserta Program JKK PIHAK
PERTAMA dirawat di Rumah Sakit PIHAK KEDUA.
PASAL 10
HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KEDUA
(1) Dalam hal terjadi keterlambatan pembayaran karena kesalahan PIHAK PERTAMA
maka PIHAK PERTAMA akan dikenakan denda keterlambatan sebesar 1% dari
jumlah klaim yang harus dibayarkan (satu persen) untuk setiap 2 (dua) bulan
keterlambatan. Kecuali untuk kasus yang data tagihannya dianggap masih kurang
lengkap.
(2) Jika klaim biaya yang diajukan oleh PIHAK KEDUA melebihi jangka waktu 6
(enam) bulan dari waktu klaim yang telah ditentukan , maka terhadap PIHAK
KEDUA dikenakan sanksi yaitu pemotongan sebesar 2,5% (dua setengah persen) dari
jumlah klaim yang harus dibayarkan oleh PIHAK PERTAMA, sedangkan bila
pengajuan klaim tersebut sampai melebihi jangka waktu 1 (satu) tahun dari waktu
klaim yang ditentukan, dianggap klaim tersebut tidak pernah ada.
PASAL 12
HAL-HAL YANG TIDAK DITANGGUNG PIHAK PERTAMA
PIHAK PERTAMA tidak menanggung biaya pelayanan pengobatan dan perawatan untuk
kasus-kasus tersebut dibawah ini :
1. Penyakit yang tidak berhubungan dengan ruang lingkup kecelakaan kerja dan akibat
dari hubungan kerja;
2. Penyakit yang disebabkan oleh penggunaan alkohol / narkotik;
3. Percobaan bunuh diri;
4. Pengobatan tradisional;
5. Semua obat/vitamin yang tidak ada hubungannya dengan kasus kecelakaan kerja atau
penyakit akibat kerja;
6. Semua obat kosmetik, obat gosok seperti minyak kayu putih dan sejenisnya;
7. Operasi plastik dengan tujuan kosmetik;
8. Kecelakaan yang terjadi pada waktu yang bersangkutan meninggalkan tempat kerja
untuk kepentingan pribadi;
9. Kecelakaan yang terjadi di luar waktu kerja atau melakukan kegiatan yang bukan
berhubungan dengan kedinasan;
10. Penyakit akibat hubungan kerja yang dicetuskan, diperberat oleh pekerjaan seperti
hernia yang ada faktor bawaan, asma yang diakibatkan keturunan;
11. Kasus meninggal mendadak yang terjadi tidak di lokasi tempat kerja, tidak langsung
dibawa ke fasilitas kesehatan.
(1) Kedua belah pihak dapat menunda atau membebaskan kewajiban masing-masing bila
terjadi hal hal diluar kekuasaan manusia/ force majeure, dan harus memberitahukan
kepada pihak lainnya secara tertulis selambat-lambatnya dalam waktu 7 (tujuh) hari
kalender setelah terjadinya force majeure disertai bukti-bukti yang layak adanya force
majeure dan akibat-akibatnya terhadap pelaksanaan kewajiban masing-masing.
Keterlambatan memberitahukan terjadinya force majeure akan mengakibatkan
hapusnya hak masing-masing pihak untuk mengakibatkan alasan force majeure.
(2) Yang dimaksud dengan force majeure adalah kebakaran, bencana alam,huru hara,
peperangan, pemogokan yang menyeluruh, dan adanya Peraturan Pemerintah atau
Penguasa setempat yang secara langsung dapat mempengaruhi kewajiban masing-
masing.
PASAL 14
PERSELISIHAN DAN DOMISILI
(1) Apabila dikemudian hari terjadi perselisihan yang bersumber dari perjanjian ini maka
baik PIHAK PERTAMA maupun PIHAK KEDUA sepakat untuk menyelesaikan
secara musyawarah.
(2) Apabila penyelesaian secara musyawarah sebagaimana dimaksud ayat 1 pasal ini
tidak tercapai, maka kedua belah pihak setuju untuk melalui Badan Arbitrase
Nasional Indonesia (BANI).
PASAL 15
HAL-HAL LAIN
(1) Perjanjian ini tidak dapat dialihkan kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis
terlebih dahulu dari kedua belah pihak.
(2) Hal-hal yang belum cukup diatur dalam perjanjian ini akan diatur lebih lanjut dalam
suatu addendum atas persetujuan kedua belah pihak dan merupakan satu kesatuan
yang tidak terpisahkan dengan perjanjian ini.
Perjanjian ini dibuat dalam rangkap 4 (empat), 2 (dua) diantaranya bermaterai cukup dan
berlaku sebagai asli serta mempunyai kekuatan hukum yang sama, masing-masing pihak
mendapat satu rangkap, sedangkan 2 (dua) rangkap lainnya sebagai copy untuk keperluan
administrasi.
Dra.Utaminingsih
Direktur Kepala