Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
“PERITONITIS”
Disusun oleh :
KELOMPOK 3
REGULER 1
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018
1. DEFINISI
Peritonitis adalah peradangan peritoneum yang merupakan
komplikasi berbahaya
akibat penybaran infeksi dari organorgan abdomen (apendiksitis, pankreatitis,
dan lain-lain) ruptur saluran cerna dan luka tembus abdomen.(Padila, 2012)
Peritonitis adalah peradangan pada peritoneum (lapisan membran
serosa rongga abdomen) dan organ didalamnya. (Muttaqin&Sari,2011)
2. EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian penyakit peritonitis di Amerika pada tahun 2011
diperkirakan 750 ribu pertahun dan akan meningkat bila pasien jatuh dalam
keadaan syok . Dalam setiap jamnya didapatkan 25 pasien mengalami syok
dan satu dari tiga pasien syok berakhir dengan kematian.Angka insiden ini
meningkat 91,3% dalam sepuluh tahun terakhir dan merupakan penyebab
terbanyak kematian di ICU diluar penyebab penyakit peritonitis. Angka
insidensi syok masih tetap meningkat selama beberapa dekade, rata-rata
angka mortalitas yang disebabkannya juga cenderung konstan atau hanya
sedikit mengalami penurunan.
Kejadian peritonitis tersebut dapat memberikan dampak yang sangat
kompleks bagi tubuh.Adanya penyakit peritonitis menjadikan kasus ini
menjadi prognosis yang buruk.Hasil survey pada tahun 2008 Angka kejadian
peritonitis di sebagian besar wilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. Di
Indonesia, jumlah pasien yang menderita penyakit peritonitis berjumlah
sekitar 7% dari jumlah penduduk di Indonesia atau sekitar 179.000 orang
(Depkes, RI 2008)
3. ETIOLOGI
Etiologi peritonitis tergantung pada jenis, serta lokasi, sebagai berikut :
a. Peritonitis primer
Disebabkan oleh invasi hematogen dari organ peritoneal yang
langsung dari rongga peritoneum.Penyebab paling sering dari peritonitis
primer adalah spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit
hepar kronis. Kira-kira 10-30% pasien dengan sirosis hepatis dengan
ascites akan berkembang menjadi peritonitis bakterial.
b. Peritonitis sekunder
Penyebab peritonitis sekunder paling sering adalah perforasi
appendicitis, perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale, perforasi
kolon (paling sering kolon sigmoid) akibat divertikulitis, volvulus, kanker
serta strangulasi usus halus. Penyebab iatrogenik umumnya berasal dari
trauma saluran cerna bagian atas, termasuk pankreas, saluran empedu,
dan kolon. Kadang bisa juga berasal dari trauma endoskopi. Jahitan
operasi yang bocor (dehisensi) merupakan penyebab tersering terjadinya
peritonitis.
c. Peritonitis tersier
Peritonitis yang mendapat terapi tidak adekuat, superinfeksi kuman,
dan akibat tindakan operasi sebelumnya. Sedangkan infeksi
intraabdomen biasanya dibagi menjadi generalized (peritonitis) dan
localized (abses intra abdomen).
4. FAKTOR RESIKO
Faktor faktor berikut dapat meningkatkan resiko kejadian peritonitis
a. Penyakit hati dengan ascites
b. Kerusakan ginjal
c. Compromised immune system
d. Pelvic inflamatory disease
e. Appendisitis
f. Ulkus gaster
g. Infeksi kandung empedu
h. Colitis kandung empedu
i. Trauma
j. CAD (Continous Ambulatory Peritoneal Dyalisis)
k. Pankreatitis
5. PATOFISIOLOGI (Terlampir)
6. MANIFESTASI KLINIS
Menurut jitwiyono & Kristiyanasari (2012), tanda dan gejala dari
peritonitis yaitu syok (neurologis dan hipovolemik) terjadi pada penderita
peritonitis umum, demam, distensi abdomen, nyeri tekan abdomen, bising usus
tidak terdengar, nausea dan vomiting.
a) Distensi abdomen
b) Rigiditas abdomen
c) Nyeri tekan pada abdomen
d) Bising usus menurun bahkan hilang
e) Demam
f) Mual bahkan muntah
g) Takikardia
h) Takipnea
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik pada peritonitis dilakukan dengan cara yang sama seperti
pemeriksaan fisik lainnya yaitu dengan:
1. inspeksi
- pasien tampak dalam mimik menderita
- tulang pipi tampak menonjol dengan pipi yang cekung, mata cekung
- lidah sering tampak kotor tertutup kerak putih, kadang putihkecoklatan
- pernafasan kostal, cepat dan dangkal. Pernafasan abdominal tidaktampak
karena dengan pernafasan abdominal akan terasa nyeri akibatperangsangan
peritoneum.
- Distensi perut
2. palpasi
nyeri tekan, nyeri lepas dan defense muskuler positif
3. auskultasi
suara bising usus berkurang sampai hilang
4. perkusi
* nyeri ketok positif
* hipertimpani akibat dari perut yang kembung
* redup hepar hilang, akibat perforasi usus yang berisi udara sehinggaudara
akan mengisi rongga peritoneal, pada perkusi hepar terjadiperubahan suara
redup menjadi timpani
Pada rectal touche akan terasa nyeri di semua arah, dengan tonus
muskulus sfingter ani menurun dan ampula recti berisi udara.
8. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
Prinsip umum pengobatan adalah mengistirahatkan saluran cerna dengan :
- Memuasakan pasien
- Dekompresi saluran cerna dengan penghisapan nasogastrik atau
intestinal
- Pengganti cairan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara intravena
- Pemberian antibiotik yang sesuai
- Pembuangan focus septik (apendiks) atau penyebab radang lainnya