Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Hutan Tropis Volume 5 No.

1 Maret 2017 ISSN 2337-7771


E-ISSN 2337-7992

PENGETAHUAN PENYULUH KEHUTANAN SEBAGAI PELAKU


PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN HUTAN
Knowledge of The Forestry Extensionists as a Personal Empowered
Empowerment In Management Forest

Hamdani Fauzi
Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan Univeritas Lambung Mangkurat

ABSTRACT. The aims of this research was to measure the level of knowledge of forestry extensionists
as perpetrators of community empowerment in forest management in KPHP Banjar. The combination of
post-positivistic paradigm with naturalistic approach to this research. The ability of forestry extensionists
as empowerers showed moderate cognitive abilities characterized by high comprehension (77.57),
applying (78.96), analyzing (74.09), evaluating (62.96), and creating (64.17). The main factors affecting the
performance of forestry extension workers are the number of forestry extension agents, number of forestry
extension workers, and career development and career development.
Keywords: Knowledge; Forest extensionists; Empowerment
ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan mengukur tingkat pengetahuan penyuluh kehutanan sebagai pelaku
pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan hutan di KPHP Banjar. Kombinasi paradigma post-
positivistik dengan naturalistik menjadi pendekatan dalam penelitian ini. Kemampuan penyuluh kehutanan
sebagai pelaku pemberdayaan menujukkan kemampuan kognitif tergolong sedang yang ditandai dengan
kemampuan memahami tinggi (77.57), menerapkan (78.96), menganalisis (74.09), mengevaluasi (62.96),
dan menciptakan (64.17). Faktor-faktor utama yang mempengaruhi kinerja penyuluh kehutanan adalah
jumlah penyuluh kehutanan, jumlah penyuluh kehutanan, penghargaan profesi dan pengembangan karier.
Kata Kunci: Pengetahuan; Penyuluh Kehutanan; Pemberdayaan
Penulis untuk korespondensi, surel: hamdani.fauzi@unlam.ac.id

PENDAHULUAN Penyuluh kehutanan memiliki peran strategis


dalam upaya pemberdayaan masyarakat untuk
Program pemberdayaan masyarakat perdesaan
pengelolaan hutan (Sidu, 2006). Perilaku penyuluh
hutan yang berkaitan dengan pembangunan hutan
kehutanan yang tercermin dalam aspek pengetahuan,
bisa dilakukan oleh penyuluh kehutanan, pendamping
sikap, dan keterampilan harus memiliki kemampuan
masyarakat dan komponen masyarakat lainnya.
yang memadai agar kegiatan pemberdayaan
Lippit (1958) dan Rogers (1983) menyebutnya
masyarakat dapat berjalan optimal. Paradigma
sebagai “agen perubahan (agent of change), yaitu
baru pemberdayaan masyarakat mensyaratkan
seseorang yang berperan dalam mempengaruhi
perlunya kemampuan penyuluh kehutanan yang
proses penetapan keputusan masyarakat untuk
memiliki kapasitas yang baik (Hidayat, 2002). Para
menerima dan mengimplementasikan inovasi.

14
Hamdani Fauzi: Pengetahuan Penyuluh Kehutanan sebagai Pelaku .......(5): 14-21

penyuluh kehutanan tidak hanya dituntut memiliki Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur
wawasan pengetahuan dengan baik, namun juga persepsi masyarakat terhadap penyuluh kehutanan
mesti memiliki keterampilan dalam mengaplikasikan ditinjau dari komponen aspek kognitif. Kombinasi
materi penyuluhan dan mempunyai sikap positif yang dimaksud dalam penelitian ini terkait indikator
mengutamakan kepentingan masyarakat. Kapasitas penelitian yang dikaji yang memang mengharuskan
sebagai pelaku pemberdayaan yang harus dimiliki adanya pendekatan yang berbeda agar diperoleh
tenaga penyuluh kehutanan adalah mampu kedalaman hasil penelitian (Gulo, 2002). Jadi
mengeksplorasi dan menumbuhkembangkan penggabungan dimaksud adalah penggabungan
segenap potensi sumberdaya yang ada di dua jenis data yang berbeda dan menghubungkan
masyarakat. Optimalisasi potensi sumberdaya dua tahap penelitian yang berbeda.
lokal perlu dikembangkan agar masyarakat tidak Penentuan responden yang bersumber dari
tergantung dengan komoditi dan sumberdaya masyarakat dilakukan secara random dengan
manusia yang berasal dari luar daerahnya. Hal Intensitas Sampling 30%. Seluruh penyuluh
ini penting digali pelaku pemberdayaan agar kehutanan yang bertugas di Kabupaten Banjar
masyarakat memiliki keberdayaan dan kemadirian. dilaksanakan menjadi informan penelitian. Penentuan
Dengan kata lain, bahwa pengembangan potensi informan dilakukan berdasarkan pendekatan teknik
lokal akan menjadi daya dorong untuk mewujudkan purposive sampling. Pada awalnya informan dipilih
masyarakat yang memiliki kemampuan untuk didasarkan kepada pengetahuan, pengalaman, dan
berkembang, dan mandiri. jabatannya berkaitan dengan kebijakan kehutanan
Upaya pemberdayaan masyarakat perdesaan di kawasan hutan, KPH Banjar, perhutanan sosial,
hutan merupakan alternatif untuk mengangkat atau pemberdayaan masyarakat. Selanjutnya
harkat dan martabat masyarakat berperan serta berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan
dalam pengelolaan hutan secara berkelanjutan sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan informan
dan mengurangi tekanan masyarakat terhadap lainnya yang diharapkan dapat memberikan data
hutan dan lahan hutan. Pelibatan masyarakat lebih lengkap.
lokal secara partisipatif dalam rangka pengelolaan Data-data kualitatif yang dikuantitatifkan
hutan secara lestari merupakan hal yang penting, bersumber dari responden menggunakan skala
di mana perilaku positif masyarakat dibangun dan ordinal (skala yang disusun menurut peringkat atau
dikembangkan, sehingga masyarakat dapat menjadi rangking). Model evaluasi yang digunakan berupa
subyek terhadap pengelolaan sumber daya hutan model pengukuran (measurement model) dalam
(Suprayitno & Lokal, 2008:137). Hal ini sejalan bentuk tes tertulis berupa kuesioner. Kemampuan
dengan pendapat Cary (1970) bahwa keberlanjutan penyuluh kehutanan dinilai dari aspek pengetahuan
pembangunan sangat tergantung dengan partisipasi dengan parameter yang diadaptasi dari ranah
masyarakat. Untuk mencapai hal itu, maka peran kognitif Bloom versi Krathwohl (2002). Hal ini dapat
penyuluh kehutanan menjadi sangat strategis dalam dilihat pada Tabel 1.
rangka mendorong partisipasi masyarakat tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat Tabel 1. Parameter Kemampuan Penyuluh
pengetahuan penyuluh kehutanan sebagai pelaku Kehutanan sebagai Pelaku Pemberdayaan
pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan No Ranah/Jenjang Parameter
hutan di KPHP Banjar. Memahami pengetahuan
1 Memahami pemberdayaan, penyuluhan, teknis
kehutanan,pemasaran hasil hutan
METODE PENELITIAN Mengaplikasikan hasil pelatihan seperti
2 Menerapkan pengendalian kebakaran, pengaturan
jarak tanam, pemilihan jenis tanaman
Kombinasi pendekatan penelitian kuantitatif
dan kualitatif digunakan dalam penelitian ini.

15
Jurnal Hutan Tropis Volume 5 No. 1, Edisi Maret 2017

Menganalisis program pemberdayaan Tabel 2. Tingkatan Pengetahuan


3 Menganalisis yang telah dilaksanakan dan konflik
lahan berdasarkan Pencapaian Skor
Mereview kegiatan yang telah No. Interval Kelas Katagore Penilaian
4 Mengevaluasi
dilaksanakan 1. ≥ 33,33-55,55 Rendah
Membangun demplot percontohan,
5 Menciptakan 2. > 55,55-77,77 Sedang
hasil hutan unggulan
3. > 77,77-100 Tinggi

Evaluasi terhadap program pemberdayaan HASIL DAN PEMBAHASAN


masyarakat yang telah dilaksanakan dilakukan
terhadap perilaku penyuluh kehutanan. Aspek Kapasitas Kognitif (Pengetahuan) Penyuluh
pengetahuan dianalisis dengan pendekatan
Kehutanan
Taksonomi Bloom terkait dengan pengelolaan
Berdasarkan Tabel 3 dari aspek kognitif,
sumberdaya hutan. Perilaku ranah pengetahuan
penyuluh kehutanan memiliki kemampuan kognitif
dilakukan dengan mengajukan pertanyaan berupa
yang sedang (skor 71,55).
objective test berbentuk pilihan ganda dengan
menggunakan rumus (Rahman, 2010):
Tabel 3. Kemampuan Kognitif Penyuluh
Kehutanan
No Katagore * Skor Kriteria
Keterangan:
1 Kapasitas Memahami 77.57 tinggi
Sk = Skor
2 Kapasitas Menerapkan 78.96 tinggi
B = Jumlah Jawaban Betul
3 Kapasitas Menganalisis 74.09 sedang
S = Jumlah Jawaban Salah
4 Kapasitas Mengevaluasi 62.96 sedang
N = Alternatif Pilihan
5 Kapasitas Menciptakan 64.17 sedang
Bb = Bobot Jawaban Betul
Rata-rata 71.55 sedang
Keterangan: * Indikator mengacu Taksonomi Bloom versi
Untuk mengukur tingkatan domain pengetahuan Revisi (Krathwohl, 2002:215)
penyuluh kehutanan dihitung dengan rumus:
Kemampuan pemahaman penyuluh relatif baik
x 100% dengan katagore tinggi (77,57). Menurut Krathwohl
Keterangan: (2002:215), memahami/mengerti berkaitan dengan
= skor rata-rata untuk responden ke-i kemampuan merekonstruksi pemahaman terhadap
= skor rata-rata pengetahuan responden ke-i sebuah pengertian yang bersumber dari berbagai
pengetahuan, memori atau ingatan yang yang baru
Maka untuk mengetahui katagore manakah saja diperoleh maupun yang sudah lama didapatkan.
perilaku responden ke-i, dapat digunakan rumus: Pada tahap ini, penyuluh dapat memahami hal-
hal penting berkaitan dengan visi misi penyuluhan
kehutanan, materi dan metode penyuluh kehutanan
BVi = Pengetahuan responden ke-i dan pemberdayaan masyarakat, teknis kehutanan
5 = skor maksimum skala Likert seperti agroforestri, silvikultur, pemanfaatan dan
pemahaman hasil hutan. Kemampuan ini dapat
Untuk menentukan klasifikasi kategori diaplikasikan dalam rangka menyelesaikan berbagai
didasarkan pada prosentase pencapaian skor. Hal persoalan kemasyarakatan yang lebih beragam
ini dapat dilihat pada Tabel 2. (Gunawan & Palupi, 2013:26).
Dari aspek pengetahuan kehutanan, para
penyuluh sudah memadai, namun berdasarkan

16
Hamdani Fauzi: Pengetahuan Penyuluh Kehutanan sebagai Pelaku .......(5): 14-21

informasi dari masyarakat menyebutkan bahwa mengklasifikasikan masalah dan mengidentifikasi


penyuluh kehutanan yang bertugas di daerahnya keterkaitan antar masalah sehingga dapat diperoleh
selama ini kurang memiliki pengetahuan tentang berbagai alternatif pemecahan masalah. Pada
mekanisme pemasaran yang menguntungkan tahap ini, penyuluh kehutanan sudah memiliki
bagi petani, jaringan pemasaran dan tata usaha kemampuan untuk melakukan analisis terhadap
peredaran hasil hutan. berbagai persoalan. Aspek kemampuan analisis
Dari sisi kemampuan menerapkan (applying), memiliki posisi yang sangat penting sehingga wajar
penyuluh kehutanan di pada umumnya telah mampu Gunawan & Palupi, (2013) menyatakan kemampuan
mengaplikasikan teknik-teknik yang berkaitan dengan menganalisis memiliki nilai strategis penting
kehutanan berdasarkan ilmu pengetahuan yang dibandingkan dimensi proses kognitif lainnya.
dipelajari pada saat kuliah atau pelatihan sesuai Aspek mengevaluasi yang dimiliki penyuluh
dengan kondisi di lapangan. Misalnya setelah kehutanan masih tergolong sedang (62,96). Para
mengikuti pelatihan Silvikultur Intensif (SILIN), penyuluh belum terbiasa melakukan evaluasi yang
mereka sudah bisa menerapkan pengaturan jarak menurut Kuswana (2012:65) berkaitan dengan
tanam. Pada saat membuat arah larikan tanaman kemampuan melakukan evaluasi menurut kriteria
dengan jarak tanam yang sudah ditentukan, kalau dan standar yang yang telah ditetapkan. Bagi para
luasannya kecil maka pengerjaannya relatif mudah, penyuluh urusan evaluasi bukanlah wewenangnya
tapi kalau sudah mencapai puluhan hektar maka melainkan tugas atasan langsung. Hanya 28,57%
praktiknya di lapangan akan susah. Ketika penyuluh penyuluh yang memilki kemampuan evaluasi,
yang mempunyai pengetahuan mengenai hal tersebut padahal menurut Kuswana (2012:66), posisi
tentunya hal ini dengan mudah bisa diterapkan evaluasi dalam taksnomi sangat dihormati sebagai
pada lahan yang akan ditanami. Begitu pula dalam langkah tertinggi, karena merupakan proses dan
hal pengendalian kebakaran lahan hutan, penyuluh hasil berpikir yang komplek yang menyangkut
telah bisa ikut membantu pemadaman kebakaran kombinasi tingkah laku mulai dari pengetahuan,
berdasarkan ilmu yang dipelajari pada saat pelatihan. pemahaman, penerapan, analisis dan sintesis.
Berkaitan dengan hal tersebut, penyuluh Kemampuan penyuluh kehutanan tersebut
kehutanan pada umumnya telah mampu memiliki menurut Bloom (1956:171) merupakan bagian dari
kemampuan menerapkan sebagaimana yang kemampuan melakukan evaluasi. Kemampuan
disampaikan (Krathwohl, 2002:216), menerapkan evaluasi berkaitan dengan kemampuan
merujuk pada kemampuan melaksanakan percobaan menemukenali dan menimbang nilai-nilai yang
atau menyelesaikan permasalahan melalui proses dilibatkan dalam tindakan alternatif, kemampuan
berpikir. Penerapan tersebut didasarkan pada mengidentifikasi dan menilai pertimbangan nilai-nilai
pengetahuan yang diperolehnya. Menurut (Gunawan yang dilibatkan dalam pilihan dari suatu tindakan.
& Palupi, 2013:27), menerapkan berkaitan dengan Evaluasi merupakan bagian penting dalam proses
dimensi pengetahuan prosedural (procedural penyuluhan kehutanan, namun sering dianggap
knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan upaya mencari-cari kekurangan, kegagalan dan
menjalankan tahapan dan mengejawantahkannya. kesalahan suatu kegiatan penyuluhan kehutanan.
Menjalankan tahapan penyuluhan merupakan Kegiatan evaluasi memiliki manfaat untuk melakukan
proses kognitif dalam menemukan solusi atas perbaikan dan menyempurnakan program
permasalahan dan mengimplementasikannya. pemberdayaan masyarakat agar lebih optimal
Dari aspek analisis, penyuluh kehutanan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Di
memiliki skor tinggi (74,09). Menurut (Krathwohl, samping itu, evaluasi penyuluhan kehutanan dapat
2002:216), menganalisis merupakan kemampuan digunakan untuk mengukur 
kinerja penyuluhan
mencari solusi atas suatu masalah, dengan cara kehutanan.

17
Jurnal Hutan Tropis Volume 5 No. 1, Edisi Maret 2017

Dari aspek menciptakan, penyuluh kehutanan penyuluhan dan komunikasi, pemberdayaan


memiliki kemampuan yang sedang (64,17). masyarakat, memiliki pengetahuan aspek teknis
Menciptakan sangat berkaitan erat dengan dan budidaya hutan serta memahami pengetahuan
pengalaman belajar para penyuluh tidak saja pengembangan agrisylvobisnis (Anonim, 2010:2).
dari belajar formal di kelas namun juga praktik di Hal ini sesuai dengan pendapat Hidayat (2003:3),
lapangan. Menciptakan di sini mengarahkan pada penyuluh kehutanan harus memiliki kemampuan
kemampuan menempatkan dan menghubungkan memiliki dan memahami teknologi penyuluhan,
segenap informasi secara terintegrasi ke dalam kelembagaan lokal, pengetahuan teknis kehutanan
suatu gagasan untuk mencapai hasil yang lebih dan sistem pengusahaan bisnis kehutanan.
baik (Krathwohl, 2002). Menciptakan di sini menurut Teknologi penyuluhan berkaitan dengan berbagai
Kuswana (2012:118), dalam katagore proses aspek teknis yang sangat erat hubungannya
kognitif mencakup kemampuan menghasilkan, dengan pengelolaan penyampaian informasi dan
merencakan, dan membangun. Berdasarkan tanggapan atau respon dari masyarakat yang diberi
kondisi di atas, maka dapat dibuat tahapan capaian penyuluhan. Penyuluh kehutanan bukan hanya
aspek kognitif penyuluh kehutanan sebagaimana harus menguasai teknik kehutanan tetapi juga
dapat diihat pada Gambar 1. memiliki wawasan pengetahuan berkaitan dengan
kebijakan kehutanan, pemasaran, jaringan kerja
kehutanan, dan isu-isu kehutanan terbaru yang
berkembang.
Kedua, penyuluh harus memiliki pemahaman
mendalam mengenai kondisi sosial ekonomi
budaya masyarakat, sumberdaya alam dan
kebutuhan-kebutuhan nyata yang diperlukan
masyarakat yang diberdayakan. Seorang penyuluh
harus memahami kebutuhan dan sumber daya yang
dimiliki masyarakat dalam usaha mengembangkan
keswadayaan dan kemampuan masyarakat untuk
bisa mandiri. Minat dan kebutuhan masyarakat,
Gambar 1. Kemampuan Kognitif Penyuluh Kehutanan ketersediaan sumberdaya alam serta prioritas hal
(diadaptasi dari model Taksonomi Bloom (1956) versi
(Krathwohl, 2002) tersebut tersebut harus dianalisa dan dikaji secara
mendalam oleh penyuluh kehutanan. Hal ini penting
Berdasarkan kondisi tersebut secara umum agar penyuluh mampu mengenali potensi lokal
dari sisi pengetahuan, para penyuluh kehutanan di sebagaimana yang dikemukakan Jamasy (2004).
Kabupaten Banjar sudah mempunyai dasar-dasar Kemandirian masyarakat dapat dirintis melalui
pengetahuan praktis pemberdayaan masyarakat dan pengembangan potensi lokal dan mengurangi
pengelolaan hutan, namun masih perlu ditingkatkan ketergantungan terhadap pihak lain.
dan dikembangkan. Hal ini senada dengan yang
Kemampuan kognitif ketiga yang menjadi
dikemukakan Berlo (1960) bahwa seorang penyuluh
persyaratan pelaku pemberdayaan menurut Berlo
harus memiliki 3 (tiga) kemampuan pengetahuan.
(1960) adalah memahami faktor-faktor cepat atau
Pertama, mengenai substansi berupa materi,
lambatnya penerimaan masyarakat terhadap inovasi
manfaat, dan norma dari pengembangan inovasi, baik
yang dikembangkan. Sementara itu, Hawkins, et al
aspek keilmuan dan kepraktisan untuk diterapkan
(1982) menekankan agar setiap penyuluh/fasilitator
masyarakat. Seorang penyuluh kehutanan harus
harus kompeten, artinya memahami dan menguasai
memilki pengetahuan praktis seperti teknologi
segala sesuatu yang berkaitan dengan inovasi yang

18
Hamdani Fauzi: Pengetahuan Penyuluh Kehutanan sebagai Pelaku .......(5): 14-21

disampaikannya (baik yang bersifat teknis, ekonomi, bermodalkan kemampuan pengetahuan dan sikap
maupun kaitannya dengan nilai-nilai sosial budaya. yang telah dimiliki maka seorang penyuluh kehutanan
secara baik dan tepat dapat mengidentifikasi
Faktor yang Mempengaruhi Keberdayaan kebutuhan dan potensi sumberdaya di tingkat lokal,
Penyuluh Kehutanan memfasilitasi masyarakat, mampu memotivasi
Menurut Mardikanto (2000:3), penyuluhan masyarakat dan kemampuan teknologi informasi
kehutanan adalah proses pengembangan dalam mencari peluang pengembangan teknologi
perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) dan pemasaran.
masyarakat sasaran untuk bisa berkontribusi positif Untuk melaksanakan hal tersebut, kemampuan
dalam pelestarian hutan dan lingkungan melalui yang dituntut bagi penyuluh kehutanan sebagai
pengelolaan hutan dalam rangka meningkatkan pelaku pemberdayaan masyarakat harus terlebih
kesejahteraan masyarakat. dahulu memiliki kemampuan kognitif, afektif dan
Di lihat dari aspek kognitif, penyuluh kehutanan psikomotorik yang memadai (Sidu, 2006:37).
yang berperilaku positif mampu memberdayakan Menurut Yumi, et al.(2011:202), aspek kompetensi
masyarakat. Untuk itu, penyuluh kehutanan mestinya pelaku pemberdayaan masyarakat yang bisa
memiliki pengetahuan kehutanan yang luas seperti mendorong motivasi belajar petani berupa
silvikultur, manajemen hutan, perhutanan sosial kemampuan penyuluh secara bersama-sama
dan teknologi hasil hutan. Mereka juga harus masyarakat dalam menganalisa dan mencari solusi
mampu memperbaharui pengetahuan kehutanan permasalahan, mengembangkan kapasitas petani
yang semakin berkembang dan mudah untuk dan wawasan pengetahuan petani.
diakses baik melalui buku, koran, buletin, jurnal Berdasarkan hasil wawancara dengan
maupun secara daring. Penyuluh kehutanan juga informan penyuluh kehutanan, bahwa faktor-faktor
harus mempunyai wawasan jauh ke depan apalagi utama yang mempengaruhi kinerja (perilaku)
masalah pembangunan kehutanan tidak cukup satu mereka sebagai penyuluh kehutanan adalah jumlah
atau dua tiga tahun namun minimal tujuh tahun baru Penyuluh Kehutanan dan pengembangan karier.
memasuki 1 daur, sehingga ketika ada kesalahan Jumlah tenaga penyuluh kehutanan pada saat
memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk berada di bawah Dinas Kehutanan Kabupaten
membudidayakan tanaman tertentu maka itu akan Banjar sebanyak 8 orang (2003), 11 orang (2005),
berdampak secara luas pada masyarakat. Penyuluh 10 orang (2006), dan 14 orang (2008), Pada tahun
yang memberdayakan masyarakat juga mampu 2009, tenaga fungsional penyuluh kehutanan di
memahami potensi dan kebutuhan masyarakat Kabupaten Banjar berjumlah 17 orang dan berada
lokal, serta memiliki pengetahuan dan keterampilan di bawah Badan Pelaksana Penyuluhan (Bappeluh)
dalam penyusunan perencanaan secara partisipatif Kabupaten Banjar bergabung dengan para penyuluh
dan kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan pertanian dan perikanan. Hal ini sebagai implikasi
ilmu komunikasi penting dimiliki seorang penyuluh dari keluarnya Undang-Undang tentang Sistem
agar pesan-pesan pembangunan kehutanan dapat Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan,
diterima oleh masyarakat sasaran secara baik dan nomor 16 tahun 2006. Kalau dari sisi jumlah
benar. sebenarnya penyuluh kehutanan Kabupaten Banjar
Perilaku afektif berupa kemampuan komunikasi masih di bawah rasio yang seharusnya. Idealnya
dalam merespon masyarakat, dinamis, dan memiliki dalam 1 kecamatan yang berada dan berbatasan
komitmen kuat untuk kepentingan masyarakat dengan kawasan hutan harusnya terdiri dari 1
dan bertanggung jawab merupakan ciri penyuluh penyuluh kehutanan ahli dan 3 penyuluh kehutanan
kehutanan yang diharapkan bisa memberdayakan trampil. Saat ini jumlah penyuluh kehutanan tinggal
masyarakat perdesaan hutan. Sementara itu 14 orang, karena 3 orang penyuluh kehutanan

19
Jurnal Hutan Tropis Volume 5 No. 1, Edisi Maret 2017

pindah atas kemauan sendiri ke instansi teknis kemampuan memahami tinggi (77.57), menerapkan
(struktural), dan yang sedang mengajukan pindah (78.96), menganalisis (74.09), mengevaluasi
sebanyak 5 orang. (62.96), dan menciptakan (64.17). Faktor-faktor
Menurut Subyek Bapak Misran yang pernah utama yang mempengaruhi kinerja (perilaku)
bekerja di Bapeluh Banjar dan sekarang mutasi ke mereka sebagai penyuluh kehutanan adalah jumlah
Bakorluh Kalsel menyatakan bahwa: penyuluh kehutanan, penghargaan profesi dan
pengembangan karier.
Kepindahan penyuluh kehutanan yang
notabene merupakan tenaga fungsional ke
tenaga struktural di instansi teknis SKPD DAFTAR PUSTAKA
Banjar disebabkan oleh karena persoalan Amanah, S. (2007). Makna Penyuluhan dan
penjenjangan karier sebagai penyuluh Transformasi Perilaku Manusia. Jurnal
tidak ada peningkatan. Begitu menetapkan
Penyuluhan IPB, 3(1), 63–67. Retrieved
diri sebagai penyuluh maka selamanya
from http://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/
akan tetap jadi penyuluh. Beda kalau
article/view/2152/1182
yang bersangkutan berada di struktural,
maka karier akan cenderung menanjak Berlo, D.K., 1961. “The Process of Communication”.
selama tidak ada masalah kepegawaian. Holt, Rinehart, and Waston. New York
(Wawancara tanggal 19 Maret 2016)
Bloom,B.S. (ed.). 1956. Taxonomy of Educational
Kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor Objectives:The Classification of Educational
62/1998 dan Peraturan Pemerintah Nomor 25/2000 Goals dalam Handbook 1: Cognitive
yang menyatakan antara lain bahwa penyuluhan Domains. McKay. New York
kehutanan merupakan salah satu urusan bidang Brundage,D.H. 1980. Adult Learning Principles
kehutanan yang kewenangannya diserahkan and their Application to Program Planning.
kepada pemerintah daerah. Semenjak berlakunya Ministry of Education. Ontario
kebijakan otonomi daerah, kelembagaan formal Cousins, J. Bradley, 2005, Will The Real
yang bertugas menangani penyuluhan kehutanan Empowerment Evaluation Please Stand Up?:
baik di Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten A Critical Friend Perspective, Empowerment
menjadi sangat beragam. Selain itu, banyak Evaluation: Principles in Practice, New York:
penyuluh kehutanan yang dimutasi ke jabatan The Gulford Press
struktural atau perpindahan fungsi bekerja di luar Friedmann, Jhon. 1992, Empowerment: the Politics of
bidang kemampuannya sebagai tenaga fungsional Alternative Development. Blackwell Publisher.
penyuluh kehutanan. Situasi dan kondisi ini Canbridge, Massachusetts, 02142 USA.
menyebabkan penyuluh Kehutanan mengalami
Gulo, W, 2002, Metodologi Penelitian. Penerbit PT
hambatan dalam pengembangan kariernya.
Grasindo. Jakarta
Pelaksanaan penyuluhan kehutanan akan
Gunawan, I., & Palupi, A. R. (2013). Taksonomi
dapat berjalan lebih baik apabila ada kebijakan
Bloom-Revisi Ranah Kognitif:Kerangka
yang mendukung pengembangan karier penyuluh
Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran,
kehutanan, dan sertifikasi penyuluh sebagai dan Penilaian. Program Studi PGSD FIP
penghargaan profesi penyuluh kehutanan. IKIP PGRI Madiun. Retrieved from http://
www.ikippgrimadiun.ac.id/ejourna
SIMPULAN Hidayat, Nur, 2002. Paradigma Penyuluhan Kehutan­
Kemampuan penyuluh kehutanan sebagai an. Pusat Bina Penyuluhan Kehutanan,
pelaku pemberdayaan menunjukkan kemampuan Sekretariat Jenderal Departemen
kognitif yang tergolong sedang dengan indikator Kehutanan. Jakarta

20
Hamdani Fauzi: Pengetahuan Penyuluh Kehutanan sebagai Pelaku .......(5): 14-21

Hidayat, Nur, 2003. Penyuluhan Kehutanan, Akan Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara
Dibawa Kemana ?. Pusat Bina Penyuluhan (Disertasi). Sekolah Pascasarjana Institut
Kehutanan, Sekretariat Jenderal Pertanian Bogor. Bogor
Departemen Kehutanan. Jakarta.
Suprayitno, A. R., & Lokal, P. M. (2008). Pelibatan
Krathwohl, D.R., 2002. A Revision of Bloom’s Masyarakat Lokal:Upaya Memberdayakan
Taxonomy: An Overview. Theory Into Masyarakat Menuju Hutan Lestari. Jurnal
Practice, 41(4), pp.212–218. Available Penyuluhan IPB, 4(2), 2–5. Retrieved from
at: http://www.tandfonline.com /abs/. doi http://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/
10.1207/s15430421tip4104_2. article/view/2179/1208

Kuswana, W.S. Taksonomi Kognitif, Perkembangan Tomlinson, S., 1997. Edward Lee Thorndike
Ragam Berpikir. PT. Remaja Rosdakarya. and John Dewey on the science of
Bandung.pp.31-118 education. Oxford Review of Education,
23(3), pp.365–383. Available at:
Levis, R.L. 2013. Metode Penelitian Perilaku Petani.
h t t p : / / l i n k s . j s t o r. o r g / s i c i ? s i c i = 0 3 0 5 -
Penerbit Ledalero. Maumere.p.230
4985%28199709%2923%3A3%3C365%3A
Mardikanto. T. 2007. Bunga Rampai Penyuluhan ELTAJD%3E2.0.CO%3B2-8.
Kehutanan.Balai Pustaka. Jakarta
Utama, S., 2013. Siapkah Penyuluh Kehutanan
Miller, W. G., Snowman, J., & O’Hara, T. 1979. mendampingi kegiatan kehutanan di
Application of Alternative Statistical lapangan ? E-Magazine Cyber Penyuluhan
Techniques to Examine the Hierarchical Kehutanan, pp.1–7. Available at: http://
Ordering in Bloom’s Taxonomy. American bp2sdmk.dephut.go.id/emagazine/index.
Educational Research Journal, 16(3), 241– php.html.
248. doi:10.2307/1162776
Yumi, S., Gani, D. S., & Sugihen, B. G. 2011. Model
Pusluhhut. 2004. Buku Pintar Penyuluhan Pengembangan Pembelajaran Petani
Kehutanan. Pusat Penyuluhan Kehutanan Dalam Pengelolaan Hutan Rakyat Lestari:
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Kasus Di Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi
Jakarta Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten
Rahman, A. (2010). Pengembangan Perangkat Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Jurnal
Penilaian Hasil Belajar (3rd ed.,). Direktorat Penelitian Sosial Dan Ekonomi Kehutanan,
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 8(3), 196–210. Retrieved from http://www.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. forda-mof.org/index.php/content/jurnal
Jakarta. p. 432

Sidu, D. 2006. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar


Kawasan Hutan Lindung Jompi Kabupaten

21

Anda mungkin juga menyukai