Hamdani Fauzi
Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan Univeritas Lambung Mangkurat
ABSTRACT. The aims of this research was to measure the level of knowledge of forestry extensionists
as perpetrators of community empowerment in forest management in KPHP Banjar. The combination of
post-positivistic paradigm with naturalistic approach to this research. The ability of forestry extensionists
as empowerers showed moderate cognitive abilities characterized by high comprehension (77.57),
applying (78.96), analyzing (74.09), evaluating (62.96), and creating (64.17). The main factors affecting the
performance of forestry extension workers are the number of forestry extension agents, number of forestry
extension workers, and career development and career development.
Keywords: Knowledge; Forest extensionists; Empowerment
ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan mengukur tingkat pengetahuan penyuluh kehutanan sebagai pelaku
pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan hutan di KPHP Banjar. Kombinasi paradigma post-
positivistik dengan naturalistik menjadi pendekatan dalam penelitian ini. Kemampuan penyuluh kehutanan
sebagai pelaku pemberdayaan menujukkan kemampuan kognitif tergolong sedang yang ditandai dengan
kemampuan memahami tinggi (77.57), menerapkan (78.96), menganalisis (74.09), mengevaluasi (62.96),
dan menciptakan (64.17). Faktor-faktor utama yang mempengaruhi kinerja penyuluh kehutanan adalah
jumlah penyuluh kehutanan, jumlah penyuluh kehutanan, penghargaan profesi dan pengembangan karier.
Kata Kunci: Pengetahuan; Penyuluh Kehutanan; Pemberdayaan
Penulis untuk korespondensi, surel: hamdani.fauzi@unlam.ac.id
14
Hamdani Fauzi: Pengetahuan Penyuluh Kehutanan sebagai Pelaku .......(5): 14-21
penyuluh kehutanan tidak hanya dituntut memiliki Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengukur
wawasan pengetahuan dengan baik, namun juga persepsi masyarakat terhadap penyuluh kehutanan
mesti memiliki keterampilan dalam mengaplikasikan ditinjau dari komponen aspek kognitif. Kombinasi
materi penyuluhan dan mempunyai sikap positif yang dimaksud dalam penelitian ini terkait indikator
mengutamakan kepentingan masyarakat. Kapasitas penelitian yang dikaji yang memang mengharuskan
sebagai pelaku pemberdayaan yang harus dimiliki adanya pendekatan yang berbeda agar diperoleh
tenaga penyuluh kehutanan adalah mampu kedalaman hasil penelitian (Gulo, 2002). Jadi
mengeksplorasi dan menumbuhkembangkan penggabungan dimaksud adalah penggabungan
segenap potensi sumberdaya yang ada di dua jenis data yang berbeda dan menghubungkan
masyarakat. Optimalisasi potensi sumberdaya dua tahap penelitian yang berbeda.
lokal perlu dikembangkan agar masyarakat tidak Penentuan responden yang bersumber dari
tergantung dengan komoditi dan sumberdaya masyarakat dilakukan secara random dengan
manusia yang berasal dari luar daerahnya. Hal Intensitas Sampling 30%. Seluruh penyuluh
ini penting digali pelaku pemberdayaan agar kehutanan yang bertugas di Kabupaten Banjar
masyarakat memiliki keberdayaan dan kemadirian. dilaksanakan menjadi informan penelitian. Penentuan
Dengan kata lain, bahwa pengembangan potensi informan dilakukan berdasarkan pendekatan teknik
lokal akan menjadi daya dorong untuk mewujudkan purposive sampling. Pada awalnya informan dipilih
masyarakat yang memiliki kemampuan untuk didasarkan kepada pengetahuan, pengalaman, dan
berkembang, dan mandiri. jabatannya berkaitan dengan kebijakan kehutanan
Upaya pemberdayaan masyarakat perdesaan di kawasan hutan, KPH Banjar, perhutanan sosial,
hutan merupakan alternatif untuk mengangkat atau pemberdayaan masyarakat. Selanjutnya
harkat dan martabat masyarakat berperan serta berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan
dalam pengelolaan hutan secara berkelanjutan sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan informan
dan mengurangi tekanan masyarakat terhadap lainnya yang diharapkan dapat memberikan data
hutan dan lahan hutan. Pelibatan masyarakat lebih lengkap.
lokal secara partisipatif dalam rangka pengelolaan Data-data kualitatif yang dikuantitatifkan
hutan secara lestari merupakan hal yang penting, bersumber dari responden menggunakan skala
di mana perilaku positif masyarakat dibangun dan ordinal (skala yang disusun menurut peringkat atau
dikembangkan, sehingga masyarakat dapat menjadi rangking). Model evaluasi yang digunakan berupa
subyek terhadap pengelolaan sumber daya hutan model pengukuran (measurement model) dalam
(Suprayitno & Lokal, 2008:137). Hal ini sejalan bentuk tes tertulis berupa kuesioner. Kemampuan
dengan pendapat Cary (1970) bahwa keberlanjutan penyuluh kehutanan dinilai dari aspek pengetahuan
pembangunan sangat tergantung dengan partisipasi dengan parameter yang diadaptasi dari ranah
masyarakat. Untuk mencapai hal itu, maka peran kognitif Bloom versi Krathwohl (2002). Hal ini dapat
penyuluh kehutanan menjadi sangat strategis dalam dilihat pada Tabel 1.
rangka mendorong partisipasi masyarakat tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat Tabel 1. Parameter Kemampuan Penyuluh
pengetahuan penyuluh kehutanan sebagai pelaku Kehutanan sebagai Pelaku Pemberdayaan
pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan No Ranah/Jenjang Parameter
hutan di KPHP Banjar. Memahami pengetahuan
1 Memahami pemberdayaan, penyuluhan, teknis
kehutanan,pemasaran hasil hutan
METODE PENELITIAN Mengaplikasikan hasil pelatihan seperti
2 Menerapkan pengendalian kebakaran, pengaturan
jarak tanam, pemilihan jenis tanaman
Kombinasi pendekatan penelitian kuantitatif
dan kualitatif digunakan dalam penelitian ini.
15
Jurnal Hutan Tropis Volume 5 No. 1, Edisi Maret 2017
16
Hamdani Fauzi: Pengetahuan Penyuluh Kehutanan sebagai Pelaku .......(5): 14-21
17
Jurnal Hutan Tropis Volume 5 No. 1, Edisi Maret 2017
18
Hamdani Fauzi: Pengetahuan Penyuluh Kehutanan sebagai Pelaku .......(5): 14-21
disampaikannya (baik yang bersifat teknis, ekonomi, bermodalkan kemampuan pengetahuan dan sikap
maupun kaitannya dengan nilai-nilai sosial budaya. yang telah dimiliki maka seorang penyuluh kehutanan
secara baik dan tepat dapat mengidentifikasi
Faktor yang Mempengaruhi Keberdayaan kebutuhan dan potensi sumberdaya di tingkat lokal,
Penyuluh Kehutanan memfasilitasi masyarakat, mampu memotivasi
Menurut Mardikanto (2000:3), penyuluhan masyarakat dan kemampuan teknologi informasi
kehutanan adalah proses pengembangan dalam mencari peluang pengembangan teknologi
perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) dan pemasaran.
masyarakat sasaran untuk bisa berkontribusi positif Untuk melaksanakan hal tersebut, kemampuan
dalam pelestarian hutan dan lingkungan melalui yang dituntut bagi penyuluh kehutanan sebagai
pengelolaan hutan dalam rangka meningkatkan pelaku pemberdayaan masyarakat harus terlebih
kesejahteraan masyarakat. dahulu memiliki kemampuan kognitif, afektif dan
Di lihat dari aspek kognitif, penyuluh kehutanan psikomotorik yang memadai (Sidu, 2006:37).
yang berperilaku positif mampu memberdayakan Menurut Yumi, et al.(2011:202), aspek kompetensi
masyarakat. Untuk itu, penyuluh kehutanan mestinya pelaku pemberdayaan masyarakat yang bisa
memiliki pengetahuan kehutanan yang luas seperti mendorong motivasi belajar petani berupa
silvikultur, manajemen hutan, perhutanan sosial kemampuan penyuluh secara bersama-sama
dan teknologi hasil hutan. Mereka juga harus masyarakat dalam menganalisa dan mencari solusi
mampu memperbaharui pengetahuan kehutanan permasalahan, mengembangkan kapasitas petani
yang semakin berkembang dan mudah untuk dan wawasan pengetahuan petani.
diakses baik melalui buku, koran, buletin, jurnal Berdasarkan hasil wawancara dengan
maupun secara daring. Penyuluh kehutanan juga informan penyuluh kehutanan, bahwa faktor-faktor
harus mempunyai wawasan jauh ke depan apalagi utama yang mempengaruhi kinerja (perilaku)
masalah pembangunan kehutanan tidak cukup satu mereka sebagai penyuluh kehutanan adalah jumlah
atau dua tiga tahun namun minimal tujuh tahun baru Penyuluh Kehutanan dan pengembangan karier.
memasuki 1 daur, sehingga ketika ada kesalahan Jumlah tenaga penyuluh kehutanan pada saat
memberikan penyuluhan kepada masyarakat untuk berada di bawah Dinas Kehutanan Kabupaten
membudidayakan tanaman tertentu maka itu akan Banjar sebanyak 8 orang (2003), 11 orang (2005),
berdampak secara luas pada masyarakat. Penyuluh 10 orang (2006), dan 14 orang (2008), Pada tahun
yang memberdayakan masyarakat juga mampu 2009, tenaga fungsional penyuluh kehutanan di
memahami potensi dan kebutuhan masyarakat Kabupaten Banjar berjumlah 17 orang dan berada
lokal, serta memiliki pengetahuan dan keterampilan di bawah Badan Pelaksana Penyuluhan (Bappeluh)
dalam penyusunan perencanaan secara partisipatif Kabupaten Banjar bergabung dengan para penyuluh
dan kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan pertanian dan perikanan. Hal ini sebagai implikasi
ilmu komunikasi penting dimiliki seorang penyuluh dari keluarnya Undang-Undang tentang Sistem
agar pesan-pesan pembangunan kehutanan dapat Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan,
diterima oleh masyarakat sasaran secara baik dan nomor 16 tahun 2006. Kalau dari sisi jumlah
benar. sebenarnya penyuluh kehutanan Kabupaten Banjar
Perilaku afektif berupa kemampuan komunikasi masih di bawah rasio yang seharusnya. Idealnya
dalam merespon masyarakat, dinamis, dan memiliki dalam 1 kecamatan yang berada dan berbatasan
komitmen kuat untuk kepentingan masyarakat dengan kawasan hutan harusnya terdiri dari 1
dan bertanggung jawab merupakan ciri penyuluh penyuluh kehutanan ahli dan 3 penyuluh kehutanan
kehutanan yang diharapkan bisa memberdayakan trampil. Saat ini jumlah penyuluh kehutanan tinggal
masyarakat perdesaan hutan. Sementara itu 14 orang, karena 3 orang penyuluh kehutanan
19
Jurnal Hutan Tropis Volume 5 No. 1, Edisi Maret 2017
pindah atas kemauan sendiri ke instansi teknis kemampuan memahami tinggi (77.57), menerapkan
(struktural), dan yang sedang mengajukan pindah (78.96), menganalisis (74.09), mengevaluasi
sebanyak 5 orang. (62.96), dan menciptakan (64.17). Faktor-faktor
Menurut Subyek Bapak Misran yang pernah utama yang mempengaruhi kinerja (perilaku)
bekerja di Bapeluh Banjar dan sekarang mutasi ke mereka sebagai penyuluh kehutanan adalah jumlah
Bakorluh Kalsel menyatakan bahwa: penyuluh kehutanan, penghargaan profesi dan
pengembangan karier.
Kepindahan penyuluh kehutanan yang
notabene merupakan tenaga fungsional ke
tenaga struktural di instansi teknis SKPD DAFTAR PUSTAKA
Banjar disebabkan oleh karena persoalan Amanah, S. (2007). Makna Penyuluhan dan
penjenjangan karier sebagai penyuluh Transformasi Perilaku Manusia. Jurnal
tidak ada peningkatan. Begitu menetapkan
Penyuluhan IPB, 3(1), 63–67. Retrieved
diri sebagai penyuluh maka selamanya
from http://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/
akan tetap jadi penyuluh. Beda kalau
article/view/2152/1182
yang bersangkutan berada di struktural,
maka karier akan cenderung menanjak Berlo, D.K., 1961. “The Process of Communication”.
selama tidak ada masalah kepegawaian. Holt, Rinehart, and Waston. New York
(Wawancara tanggal 19 Maret 2016)
Bloom,B.S. (ed.). 1956. Taxonomy of Educational
Kebijakan Peraturan Pemerintah Nomor Objectives:The Classification of Educational
62/1998 dan Peraturan Pemerintah Nomor 25/2000 Goals dalam Handbook 1: Cognitive
yang menyatakan antara lain bahwa penyuluhan Domains. McKay. New York
kehutanan merupakan salah satu urusan bidang Brundage,D.H. 1980. Adult Learning Principles
kehutanan yang kewenangannya diserahkan and their Application to Program Planning.
kepada pemerintah daerah. Semenjak berlakunya Ministry of Education. Ontario
kebijakan otonomi daerah, kelembagaan formal Cousins, J. Bradley, 2005, Will The Real
yang bertugas menangani penyuluhan kehutanan Empowerment Evaluation Please Stand Up?:
baik di Dinas Kehutanan Provinsi dan Kabupaten A Critical Friend Perspective, Empowerment
menjadi sangat beragam. Selain itu, banyak Evaluation: Principles in Practice, New York:
penyuluh kehutanan yang dimutasi ke jabatan The Gulford Press
struktural atau perpindahan fungsi bekerja di luar Friedmann, Jhon. 1992, Empowerment: the Politics of
bidang kemampuannya sebagai tenaga fungsional Alternative Development. Blackwell Publisher.
penyuluh kehutanan. Situasi dan kondisi ini Canbridge, Massachusetts, 02142 USA.
menyebabkan penyuluh Kehutanan mengalami
Gulo, W, 2002, Metodologi Penelitian. Penerbit PT
hambatan dalam pengembangan kariernya.
Grasindo. Jakarta
Pelaksanaan penyuluhan kehutanan akan
Gunawan, I., & Palupi, A. R. (2013). Taksonomi
dapat berjalan lebih baik apabila ada kebijakan
Bloom-Revisi Ranah Kognitif:Kerangka
yang mendukung pengembangan karier penyuluh
Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran,
kehutanan, dan sertifikasi penyuluh sebagai dan Penilaian. Program Studi PGSD FIP
penghargaan profesi penyuluh kehutanan. IKIP PGRI Madiun. Retrieved from http://
www.ikippgrimadiun.ac.id/ejourna
SIMPULAN Hidayat, Nur, 2002. Paradigma Penyuluhan Kehutan
Kemampuan penyuluh kehutanan sebagai an. Pusat Bina Penyuluhan Kehutanan,
pelaku pemberdayaan menunjukkan kemampuan Sekretariat Jenderal Departemen
kognitif yang tergolong sedang dengan indikator Kehutanan. Jakarta
20
Hamdani Fauzi: Pengetahuan Penyuluh Kehutanan sebagai Pelaku .......(5): 14-21
Hidayat, Nur, 2003. Penyuluhan Kehutanan, Akan Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara
Dibawa Kemana ?. Pusat Bina Penyuluhan (Disertasi). Sekolah Pascasarjana Institut
Kehutanan, Sekretariat Jenderal Pertanian Bogor. Bogor
Departemen Kehutanan. Jakarta.
Suprayitno, A. R., & Lokal, P. M. (2008). Pelibatan
Krathwohl, D.R., 2002. A Revision of Bloom’s Masyarakat Lokal:Upaya Memberdayakan
Taxonomy: An Overview. Theory Into Masyarakat Menuju Hutan Lestari. Jurnal
Practice, 41(4), pp.212–218. Available Penyuluhan IPB, 4(2), 2–5. Retrieved from
at: http://www.tandfonline.com /abs/. doi http://journal.ipb.ac.id/index.php/jupe/
10.1207/s15430421tip4104_2. article/view/2179/1208
Kuswana, W.S. Taksonomi Kognitif, Perkembangan Tomlinson, S., 1997. Edward Lee Thorndike
Ragam Berpikir. PT. Remaja Rosdakarya. and John Dewey on the science of
Bandung.pp.31-118 education. Oxford Review of Education,
23(3), pp.365–383. Available at:
Levis, R.L. 2013. Metode Penelitian Perilaku Petani.
h t t p : / / l i n k s . j s t o r. o r g / s i c i ? s i c i = 0 3 0 5 -
Penerbit Ledalero. Maumere.p.230
4985%28199709%2923%3A3%3C365%3A
Mardikanto. T. 2007. Bunga Rampai Penyuluhan ELTAJD%3E2.0.CO%3B2-8.
Kehutanan.Balai Pustaka. Jakarta
Utama, S., 2013. Siapkah Penyuluh Kehutanan
Miller, W. G., Snowman, J., & O’Hara, T. 1979. mendampingi kegiatan kehutanan di
Application of Alternative Statistical lapangan ? E-Magazine Cyber Penyuluhan
Techniques to Examine the Hierarchical Kehutanan, pp.1–7. Available at: http://
Ordering in Bloom’s Taxonomy. American bp2sdmk.dephut.go.id/emagazine/index.
Educational Research Journal, 16(3), 241– php.html.
248. doi:10.2307/1162776
Yumi, S., Gani, D. S., & Sugihen, B. G. 2011. Model
Pusluhhut. 2004. Buku Pintar Penyuluhan Pengembangan Pembelajaran Petani
Kehutanan. Pusat Penyuluhan Kehutanan Dalam Pengelolaan Hutan Rakyat Lestari:
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. Kasus Di Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi
Jakarta Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten
Rahman, A. (2010). Pengembangan Perangkat Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah. Jurnal
Penilaian Hasil Belajar (3rd ed.,). Direktorat Penelitian Sosial Dan Ekonomi Kehutanan,
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 8(3), 196–210. Retrieved from http://www.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. forda-mof.org/index.php/content/jurnal
Jakarta. p. 432
21