Keperawatan Medikal Bedah BPH (Benign Prostate Hyperplasia)
Keperawatan Medikal Bedah BPH (Benign Prostate Hyperplasia)
Kelompok 2 :
Dosen :
Prostat adalah kelenjar bagian dari sistem reproduksi pria yang berukuran sebesar kacang
kenari. Prostat tersusun atas dua bagian membentuk kerucut dan luarnya dilapisi suatu jaringan.
Selain kelenjar, prostat juga tersusun atas jaringan otot sebanyak 30-50%. Prostat terletak di
depan rektum dan tepat di bawah kandung kemih. Fungsi prostat yang diketahui baru untuk
memproduksi cairan sebagai zat makanan bagi sperma dan mengubah keasaman liang vagina.
Cairan ini baru dikeluarkan saat sperma melewati uretra (saluran kencing), yang berjalan di
bagian tengah prostat, ketika seorang laki-laki berada dalam fase klimaks seksual.
BPH adalah tumor jinak pada prostat akibat sel prostat yang terus mengalami pertumbuhan.
Secara mikroskopik, perubahan prostat bisa dilihat sejak seseorang berusia 35 tahun. Pada usia
60-69 tahun, pembesaran prostat mulai menimbulkan keluhan klinis pada 50% pria. Sementara
pada usia 80 tahun, BPH terjadi pada hampir 100% pria. Pada tahun 2000, WHO mencatat ada
sekitar 800 juta orang yang mengalami BPH di seluruh dunia. Selama hidupnya, seorang pria
memiliki dua periode pertumbuhan prostat, yakni saat pubertas dan setelah usia 25 tahun. Saat
pubertas, prostat membesar dua kali lipat ukuran aslinya, sementara di usia 25 prostat tumbuh
secara perlahan dan bisa berlangsung seumur hidup. pembesaran inilah yang kemudian menjadi
cikal BPH. Ketika prostat membesar, jaringan yang melapisinya di luar tidak ikut berekspansi,
hal ini menyebabkan uretra terjepit. Dinding kandung kemih pun menebal dan mudah
terangsang, ditandai dengan gampangnya kandung kemih berkontraksi meskipun hanya berisi
sedikit urin. Lama kelamaan kandung kemih akan kehilangan kemampuannya berkontraksi
sehingga tak mampu mengeluarkan urin. Hal-hal inilah yang menyebabkan keluhan klinis pada
pasien dengan pembesaran prostat.
Benigna Prostat Hiperplasia adalah kelenjar prostat mengalami, memanjang keatas kedalam
kandung kemih dan menyumbat aliran urin dengan menutupi orifisium uretra (Brunner &
suddarth, 2001).
Benigna Prostat Hiperplasi adalah penyakit yang disebabkan oleh penuaan (Price, 2006).
Benigna Prostat Hiperplasi adalah hiperplasia kelenjer periuretra yang mendesak jaringan
prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai bedah (Mansjoer, 2000).
Benigna Prostat Hiperplasi adalah kelenjar prostat bila mengalami pembesaran, organ ini
dapat menyumbat uretra pars prostatika dan menyebabkan terhambatnya aliran urine keluar dari
buli-buli (Purnomo 2011).
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa benigna prostat hyperplasia adalah
pembesaran dari prostat yang biasanya terjadi pada orang berusia lebih dari 50 tahun yang
mendesak saluran perkemihan.
2. ETIOLOGI
Menurut Nursalam (2008), penyebab khusus hiperplasia prostat belum diketahui secara
pasti, beberapa hipotesis menyatakan bahwa gangguan ini ada kaitannya dengan peningkatan
kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Hipotesis yang diduga sebagai penyebab
timbulnya hiperplasia prostat adalah adanya perubahan keseimbangan antara hormone
testosteron dan estrogen pada lanjut usia. Apabila peran faktor pertumbuhan sebagai pemicu
pertumbuhan stroma kelenjar prostat akan meningkatkan lama hidup sel-sel prostat karena
kekurangan sel yang mati. Teori sel stem menerangkan bahwa terjadi proliferasi abnormal sel
stem menyebabkan produksi sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat. Akibatnya uretra prostatic
menjadi tertekan dan sempit yang menyebabkan kandung kemih menjadi kencang untuk bekerja
lebih keras mengeluarkan urine. Normalnya jaringan yang tipis dan fibrous pada permukaan
kapsul prostat menjadi spons menebal dan membesar menimbulkan efek obstruksi yang lama
dapat menyebabkan tegangan dinding kandung kemih dan menurun elastisitasnya. Hal lain yang
dikaitkan dengan gangguan ini adalah stres kronis, pola makan tinggi lemak, tidak aktif olahraga
dan seksual.
3. PATOFISIOLOGI
2. Gejala pada saluran kemih bagian atas Nyeri pinggang, demam (infeksi), hidronefrosis.
3. Gejala di luar saluran kemih :
Keluhan pada penyakit hernia/hemoroid sering mengikuti penyakit hipertropi prostat.
Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi sehingga
mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal (Sjamsuhidayat, 2004).
Adapun gejala dan tanda yang tampak pada pasien dengan Benigna Prostat Hipertroplasi:
a. Sering buang air kecil dan tidak sanggup menahan buang iar kecil, sulit mengeluarkan atau
menghentikan urin. Mungkin juga urin yang keluar hanya merupakan tetesan belaka.
b. Sering terbangun waktu tidur di malam hari, karena keinginan buang air kecil yang berulang-
ulang.
c. Pancaran atau lajunya urin lemah
d. Kandung kemih terasa penuh dan ingin buang iar kecil lagi
e. Pada beberapa kasus, timbul rasa nyeri berat pada perut akibat tertahannya urin atau menahan
buang air kecil (Alam, 2004).
Gejala generalisata juga mungkin tampak, termasuk keletihan, anoreksia, mual dan muntah,
dan rasa tidak nyaman pada epigastrik (Brunner & Suddarth, 2002).
Secara klinik derajat berat, dibagi menjadi 4 gradiasi, yaitu:
Derajat 1: Apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada DRE (digital rectal examination) atau
colok dubur ditemukan penonjolan prostat dan sisa urine kurang dari 50 ml.
Derajat 2: Ditemukan tanda dan gejala seperti pada derajat 1, prostat lebih menonjol, batas atas
masih teraba dan sisa urine lebih dari 50 ml tetapi kurang dari 100 ml.
Derajat 3: Seperti derajat 2, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa urin lebih dari 100
ml. Derajat 4: Apabila sudah terjadi retensi total.
5. PENATALAKSANAAN MEDIS
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan laboratorium Analisis urine dan pemeriksaan mikroskopis urin penting untuk
melihat adanya sel leukosit, bakteri, dan infeksi. Bila terdapat hematuria, harus
diperhitungkan etiologi lain seperti keganasan pada saluran kemih, batu, infeksi saluran
kemih, walaupun BPH sendiri dapat menyebabkan hematuria. Elektrolit, kadar ureum dan
kreatinin darah merupakan informasi dasar dan fungsi ginjal dan status metabolik.
Pemeriksaan Prostat Specific Antigen (PSA) dilakukan sebagai dasar penentuan perlunya
biopsy atau sebagai deteksi dini keganasan. Bila nilai SPA < 4mg / ml tidak perlu biopsy.
Sedangkan bila nilai SPA 4–10 mg / ml, hitunglah Prostat Spesific Antigen Density
(PSAD) yaitu PSA serum dibagi dengan volume prostat. Bila PSAD > 0,15 maka
sebaiknya dilakukan biopsi prostat, demikian pula bila nilai PSA > 10 mg/ml.
b. Pemeriksaan Radiologis Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah foto polos abdomen,
pielografi intravena, USG dan sitoskopi. Dengan tujuan untuk memperkirakan volume
BPH, menentukan derajat disfungsi buli– buli dan volume residu urine, mencari kelainan
patologi lain, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan BPH. Dari
semua jenis pemeriksaan dapat dilihat:
1) Dari foto polos dapat dilihat adanya batu pada batu traktus urinarius, pembesaran
ginjal atau buli – buli.
2) Dari pielografi intravena dapat dilihat supresi komplit dari fungsi renal, hidronefrosis
dan hidroureter, fish hook appearance (gambaran ureter belok–belok di vesika)
3) Dari USG dapat diperkirakan besarnya prostat, memeriksa masa ginjal, mendeteksi
residu urine, batu ginjal, divertikulum atau tumor buli – buli (Mansjoer, 2000).
c. Pemeriksaan Diagnostik.
1) Urinalisis : warna kuning, coklat gelap, merah gelap / terang, penampilan keruh, Ph :
7 atau lebih besar, bacteria
2) Kultur Urine : adanya staphylokokus aureus, proteus, klebsiella, pseudomonas, e. coli.
3) BUN / kreatinin : meningkat.
4) IVP : menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih dan adanya pembesaran
prostat, penebalan otot abnormal kandung kemih.
5) Sistogram : suatu gambaran rontgen dari kandung kemih yang diperoleh melalui
urografi intravena.
6) Sistouretrografi berkemih : sebagai ganti IVP untuk menvisualisasi kandung kemih
dan uretra dengan menggunakan bahan kontras lokal.
7) Sistouretroscopy : untuk menggambarkan derajat pembesaran prostat dan kandung
kemih.
8) Transrectal ultrasonografi : mengetahui pembesaran prosat, mengukur sisa urine dan
keadaan patologi seperti tumor atau batu (Sjamsuhidayat, 2004).
7. KOMPLIKASI