PENDAHULUAN
Pedoman ini disusun untuk dapat digunakan sebagai pedoman penyusunan dokumen bagi
Kepala Puskesmas dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama lainnya, Penanggung jawab dan
pelaksana Upaya Kesehatan di Puskesmas, baik upaya kesehatan masyarakat maupun upaya
kesehatan perorangan, pendamping tingkat Kabupaten/Kota, dan surveior akreditasi Puskesmas
dan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama lainnya.
Pedoman ini disusun sebagai bahan bagi Puskesmas untuk menyusun kelengkapan
pedoman tata naskah terkait dengan dokumen - dokumen yang dipersyaratkan oleh standar
akreditasi. Dalam pedoman tata naskah perlu dimasukkan bagaimana penyusunan kebijakan,
standar prosedur operasional, dengan tata penomorannya.
BAB II
1
DOKUMENTASI AKREDITASI PUSKESMAS DAN FASILITAS
KESEHATAN TINGKAT PERTAMA
Sistem manajemen mutu, sistem pelayanan, dan sistem penyelenggaraan upaya Puskesmas /
Klinik perlu dibakukan berdasarkan regulasi internal. Regulasi internal ini disusun dalam bentuk
dokumen akreditasi yang harus dipersiapkan oleh Puskesmas / Klinik / Praktik mandiri untuk
memenuhi standar akreditasi.
Penyusunan regulasi internal, perlu didukung regulasi eksternal yang berupa peraturan
perundangan dan pedoman-pedoman yang diberlakukan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas
Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan organisasi profesi, yang merupakan
acuan bagi Puskesmas dalam menyelenggarakan manajemen Puskesmas, upaya kesehatan
masyarakat, dan upaya kesehatan perorangan. Dokumen-dokumen tersebut sebaiknya ada di
Puskesmas/Klinik, dan merupakan dokumen eksternal yang dikendalikan, meskipun dokumen
eksternal tersebut tidak merupakan persyaratan dalam penilaian akreditasi.
Dokumen-dokumen yang perlu dipersiapkan di Puskesmas dapat dibedakan sebagai berikut :
A. Penyelenggaraan manajemen Puskesmas:
1. Kebijakan Kepala Puskesmas/Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
2. Rencana Lima Tahunan Puskesmas;
3. Pedoman/manual mutu;
4. Pedoman/panduan tehnis yang terkait dengan manajemen;
5. Standar Operasional Prosedur (SOP);
6. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP): Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dan Rencana
Pelaksanaan Kegiatan (RPK);
7. Kerangka Acuan Kegiatan.
B. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM):
1. Kebijakan Kepala Puskesmas;
2. Pedoman untuk masing-masing upaya kesehatan masyarakat;
3. Standar Operasional Prosedur (SOP);
4. Rencana Tahunan untuk masing-masing UKM;
5. Kerangka Acuan Kegiatan pada tiap-tiap UKM.
C. Penyelenggaraan pelayanan klinis/upaya kesehatan perorangan (UKP)
1. Kebijakan tentang pelayanan klinis;
2. Standar Operasional Prosedur (SOP) klinis;
3. Pedoman Pelayanan Klinis;
4. Kerangka Acuan terkait dengan Program/Kegiatan Pelayanan Klinis dan Peningkatan
Mutu dan Keselamatan Pasien.
Dokumen-dokumen yang perlu dipersiapkan oleh UPT Puskesmas Durenan antara lain
adalah:
1. Rencana strategik/rencana lima tahunan ( RSB );
2. Rencana tahunan ( RUK, RPK, RBA );
3. Kebijakan Kepala Puskesmas;
4. Pedoman/panduan mutu;
5. Standar Operasional Prosedur (SOP);
6. Panduan-panduan teknis;
7. Kerangka Acuan Kegiatan .
2
Sebagai bukti pelaksanaan kegiatan dan pelayanan, Puskesmas perlu menyiapkan rekam
implementasi (bukti tertulis kegiatan yang dilaksanakan) dan dokumen-dokumen pendukung
lain, seperti foto copy ijazah, sertifikat pelatihan, sertifikat kalibrasi, dan sebagainya.
BAB III
PENYUSUNAN DOKUMEN AKREDITASI
A. KEBIJAKAN
Kebijakan adalah Peraturan/Keputusan yang ditetapkan oleh Kepala UPT Puskesmas
Durenan yang merupakan garis besar yang bersifat mengikat dan wajib dilaksanakan oleh:
penanggung jawab maupun pelaksana. Berdasarkan kebijakan tersebut, disusun
pedoman/panduan dan standar operasional prosedur (SOP) yang memberikan kejelasan
langkah-langkah dalam pelaksanaan kegiatan di Puskesmas.
3
Penyusunan Peraturan/Surat Keputusan tersebut harus didasarkan pada peraturan
perundangan, baik Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan
Daerah, Peraturan Kepala Daerah, Peraturan Menteri dan pedoman-pedoman teknis yang
berlaku seperti yang ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri,
Dinas Kesehatan Provinsi, dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Peraturan/Surat Keputusan Kepala FKTP dapat dituangkan dalam pasal-pasal dalam
keputusan tersebut, atau merupakan lampiran dari peraturan/keputusan.
4
a. Batang tubuh memuat semua substansi keputusan yang dirumuskan dalam diktum-
diktum ( Huruf Besar ), misalnya:
KESATU :
KEDUA :
dst
b. Dicantumkan saat berlakunya peraturan/keputusan, perubahan, pembatalan,
pencabutan ketentuan, dan peraturan lainnya,
c. Materi kebijakan dapat dibuat sebagai lampiran peraturan/keputusan, dan pada
halaman terakhir ditandatangani oleh pejabat yang menetapkan peraturan/keputusan
5. Kaki:
Kaki peraturan/keputusan merupakan bagian akhir substansi peraturan/keputusan yang
memuat penanda tangan penerapan peraturan/keputusan, pengundangan
peraturan/keputusan yang teridiri atas :
a. tempat dan tanggal penetapan,
b. nama jabatan diakhiri dengan tanda koma (,),
c. tanda tangan pejabat, dan
d. nama lengkap pejabat yang menanda tangani.
6. Penandatanganan:
Peraturan/ Surat Keputusan Kepala Puskesmas ditandatangani oleh Kepala Puskesmas,
dituliskan nama dengan gelar serta NIP ( Nomor Induk Pegawai ) dicantumkan pangkat.
7.Lampiran peraturan/keputusan:
a. Halaman pertama harus dicantumkan judul dan nomor peraturan/ Surat keputusan
b. Halaman terakhir harus ditanda tangani oleh Kepala Puskesmas.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dokumen Peraturan / Surat Keputusan yaitu:
1. Kebijakan yang telah ditetapkan Kepala Puskesmas tetap berlaku meskipun terjadi
penggantian Kepala Puskesmas hingga adanya kebutuhan revisi atau pembatalan.
2. Untuk Kebijakan berupa Peraturan, pada Batang Tubuh tidak ditulis sebagai diktum tetapi
dalam bentuk Bab-bab dan Pasal-pasal.
3. Pengesahan Dokumen
Dokumen disahkan oleh Kepala Puskesmas Durenan.
1. Penomoran dan Distribusi Dokumen
Kepala Puskesmas Durenan menunjuk PJ Pengendali dokumen sebagai petugas yang
bertanggungjawab dalam :
a. Penomoran dokumen
Dilakukan pengkodean berdasarkan kelompok kerja, kelompok program atau layanan
dan kelompok jenis dokumen
1. Pengkodean berdasarkan kelompok kerja ( POKJA)
1. Administrasi Manajemen , dengan kode : I
2. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM), dengan kode : II
3. Upaya Kesehatan Perorangan (UKP), dengan kode : III
2. Pengkodean berdasarkan kelompok program / unit
1. Administrasi Manajemen, disingkat TU
5
2. Pendaftaran, ditulis PDF
3. Poli Umum, disingkat BPU
4. Pelayanan Farmasi, disingkat FAR
5. Pelayanan Laboratorium, disingkat LAB
6. Program / Poli Mata, disingkat MTA
7. Program / Poli Lansia, disingkat LNS
8. Program / Poli Gigi, disingkat PGG
9. Program / Poli Kesehatan Lingkungan, disingkat PKL
10. Program / Poli KIA-KB. disingkat KIB
11. Program / Poli Gizi, disingkat PGZ
12. Program Promosi Kesehatan, disingkat PRM
13. Program Jiwa, disingkat PJW
14. Program Batra, disingkat BTR
15. Program Usaha Kesehatan Sekolah, disingkat UKS
16. Program Kes. Remaja , disingkat KRR
17. Program Kes Kerja , disingkat UKK
18. Program Perkesmas, disingkat PKM
19. Program Kes Olahraga , disingkat PKO
20. Pogram Kes Ispa , disingkat PIS
21. Program Indra , disingkat PIN
22. Program TB, disingkat PTB
23. Program Imunisasi, disingkat PIM
24. Program Malaria, disingkat PML
25. Program HIV, disingkat HIV
26. Program Posbindu PTM, disingkat PTM
27. Program DBD, disingkat DBD
28. Pogram Diare , disingkat PDR
29. Program Kusta, disingkat PMH
30. Program Surveilen, disingkat PSE
31. Program filariasis, disingkat PFR
3). Pengkodean berdasarkan jenis dokumen
1. Dokumen Eksternal, dengan kode : DE
2. Pedoman, dengan kode : PED
3. Kerangka Acuan Kegiatan (KAK), dengan kode : KAK
4. Standar Operasional Prosedur (SOP), dengan kode : SOP
4). Urutan penomoran dokumen
a. Urutan penomoran menggunakan ketentuan :
Kode pokja / Kode unit kerja / Kode Dokumen / Nomor urut / Tahun pembuatan.
Contoh :
TU = I / TU / SOP / Nomor Agenda Dokumen Internal / 2018
PROMKES = II / PRM / SOP / Nomor Agenda Dokumen Internal / 2018
LANSIA = III / LNS / SOP / Nomor Agenda Dokumen Internal / 2018
b. Pencatatan dalam Daftar Dokumen Eksternal atau Internal
c. Menyerahkan dokumen kepada Tim pengendali dokumen untuk digandakan
d. Mendistribusikan dokumen yang sudah diberi stempel TERKENDALI
7
a. Pengendalian proses penyelenggaraan upaya
b. Validasi proses penyelenggaraan upaya
c. Identifikasi dan mampu telusur
d. Hak dan kewajiban sasaran
e. Pemeliharaan barang milik pelanggan (jika ada)
f. Manajemen risiko dan keselamatan
5). Pengukuran, analisis, dan penyempurnaan sasaran kinerja UKM:
a. Umum
VII. Penutup
Lampiran (jika ada)
C. RENCANA LIMA TAHUNAN PUSKESMAS ( RSB )
Sejalan dengan rencana stratejik Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Karena
status Puskesmas Durenan BLUD , maka perlu menyusun rencana kinerja lima tahunan
atau RSB dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan target kinerja
yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Rencana lima tahunan tersebut harus sesuai dengan visi, misi, tugas pokok dan
fungsi Puskesmas bedasarkan pada analisis kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan sebagai upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara
optimal.
Dalam menyusun rencana lima tahunan ( RSB ), Kepala Puskesmas bersama
seluruh jajaran karyawan yang bertugas di Puskesmas melakukan analisis situasi yang
meliputi analisis pencapaian kinerja, mencari faktor-faktor yang menjadi pendorong
maupun penghambat kinerja, sehingga dapat menyusun program kerja lima tahunan yang
dijabatkan dalam kegiatan dan rencana anggaran.
Bab I. Pendahuluan
A. Keadaan Umum Puskesmas
B. Tujuan penyusunan rencana lima tahunan
9
Bab II. Kendala dan Masalah
A. Identifikasi keadaan dan masalah
a. Tim mempelajari kebijakan, RPJMN, rencana strategis Kementerian
Kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota, target kinerja
lima tahunan yang harus dicapai oleh Puskesmas.
b. Tim mengumpulkan data:
a) Data umum
b) Data wilayah
c) Data penduduk sasaran
d) Data cakupan
e) Data sumber daya
c. Tim melakukan analisis data
d. Alternatif pemecahan masalah
B. Penyusunan rencana
1) Penetapan tujuan dan sasaran
2) Penyusunan rencana
a) Penetapan strategi pelaksanaan
b) Penetapan kegiatan
c) Pengorganisasian
d) Perhitungan sumber daya yang diperlukan
C. Penyusunan Rencana Pelaksanaan (Plan of Action)
1) Penjadwalan
2) Pengalokasian sumber daya
3) Pelaksanaan kegiatan
4) Penggerak pelaksanaan
D. Penyusunan Pelengkap Dokumen
Bab III. Indikator dan standar kinerja untuk tiap jenis pelayanan dan
upaya Puskesmas
10
1) Program Kerja Pengembangan SDM, yang
dijabarkan dalam kegiatan- kegiatan, misalnya:
pelatihan, pengusulan penambahan SDM, seminar,
workshop, dsb.
2) Program Kerja Pengembangan sarana, yang
dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan, misalnya: pemeliharaan
sarana, pengadaan alat-alat kesehatan, dsb.
3) Program Kerja Pengembangan Manajemen, dan seterusnya.
B. Rencana anggaran: yang merupakan rencana biaya untuk tiap-
tiap program kerja dan kegiatan- kegiatan yang direncanakan secara
garis besar.
11
pengembangan SDM, program kerja peningkatan mutu, program kerja pengembangan
SDM, program kerja pengembangan sarana, dsb;
h. Kegiatan: merupakan rincian kegiatan untuk tiap program yang direncanakan, misalnya
untuk program pengembangan SDM, kegiatan Pelatihan Perawat, Pelatihan Tenaga
PKM, dan sebagainya;
i. Volume : diisi dengan volume kegiatan yang direncanakan untuk tiap tahapan tahunan;
j. Harga Satuan: harga satuan untuk tiap kegiatan;
k. Perkiraan Biaya : diisi dengan perkalian antara volume dengan harga satuan.
4. Penutup
Panduan ini disusun dengan harapan akan membantu Kepala Puskesmas dalam
menyusun rencana kinerja lima tahunan, yang kemudian diuraikan dalam rencana tahunan
dalam bentuk Rencana Usulan Kegiatan dan Rencana Pencapaian Kegiatan.
Lampiran: Rencana Kinerja Lima Tahunan Puskesmas
13
1) Kegiatan tahun yang akan dating;
2) Kebutuhan sumber daya;
3) Rekapitulasi rencana usulan kegiatan.
4. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Kegiatan.
Rencana Pelaksanaan Kegiatan baik upaya kesehatan wajib, pengembangan
maupun khusus setempat dan rencana inovasi secara bersama-sama, terpadu dan
terintegrasi, dengan langkah-langkah:
a. Mempelajarai alokasi kegiatan;
b. Membandingkan alokasi kegiatan yang disutujui dengan RUK;
c. Menyusun rancangan awal secara rinci;
d. Mengadakan lokakarya mini;
e. Membuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan.
E. PEDOMAN/ PANDUAN
Pedoman/ panduan adalah: kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah langkah-
langkah yang harus dilakukan. Pedoman merupakan dasar untuk menentukan dan
melaksanakan kegiatan.
Panduan adalah petunjuk dalam melakukan kegiatan, sehingga dapat diartikan
pedoman mengatur beberapa hal, sedangkan panduan hanya mengatur 1 (satu) kegiatan.
Pedoman/ panduan dapat diterapkan dengan baik dan benar melalui penerapan SOP.
Mengingat sangat bervariasinya bentuk dan isi pedoman/panduan maka Puskesmas
menyusun/membuat sistematika buku pedoman/ panduan sesuai kebutuhan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dokumen pedoman atau panduan yaitu :
1. Setiap pedoman atau panduan harus dilengkapi dengan peraturan atau keputusan Kepala
Puskesmas untuk pemberlakuan pedoman/ panduan tersebut;
2. Peraturan Kepala Puskesmas tetap berlaku meskipun terjadi penggantian Kepala
Puskesmas;
3. Setiap pedoman/ panduan sebaiknya dilakukan evaluasi minimal setiap 2-3 tahun sekali;
4. Bila Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Pedoman/ Panduan untuk suatu kegiatan/
pelayanan tertentu, maka Puskesmas dalam membuat pedoman/ panduan wajib mengacu
pada pedoman/ panduan yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan;
5. Format baku sistematika pedoman panduan yang lazim digunakan sebagai berikut :
a. Format Pedoman Pengorganisasian Unit Kerja
14
Kata pengantar
BAB I Pendahuluan
BAB II Gambaran Umum FKTP
BAB III Visi, Misi, Falsafah, Nilai dan Tujuan FKTP BAB IV Struktur
Organisasi FKTP
BAB V Struktur Organisasi Unit Kerja BAB VI Uraian Jabatan
BAB VII Tata Hubungan Kerja
BAB VIII Pola Ketenagaan dan Kualifikasi Personil BAB IX Kegiatan
Orientasi
BAB X Pertemuan/ Rapat BAB XI Pelaporan
1. Laporan Harian
2. Laporan Bulanan
3. Laporan Tahunan
b. Format Pedoman Pelayanan Unit Kerja
Kata pengantar
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
C. Sasaran Pedoman
D.Ruang Lingkup Pedoman
E. Batasan Operasional
BAB V LOGISTIK
15
BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM BAB VII
KESELAMATAN KERJA
BAB I DEFINISI
BAB II RUANG LINGKUP
BAB III TATA LAKSANA BAB IV DOKUMENTASI
Sistematika panduan pelayanan Puskesmas dapat dibuat sesuai dengan materi/isi
panduan.Pedoman/panduan yang harus dibuat adalah pedoman/panduan minimal yang harus
ada di Puskesmas yang dipersyaratkan sebagai regulasi yang diminta dalam elemen penilaian.
Bagi Puskesmas yang telah menggunakan e-file tetap harus mempunyai hardcopy
pedoman/panduan yang dikelola oleh tim akreditasi Puskesmas atau bagian Tata Usaha
Puskesmas
16
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
Kegiatan pokok dan rincian kegiatan adalah langkah-langkah kegiatan yang harus
dilakukan sehingga tercapainya tujuan Program/kegiatan. Oleh karena itu antara
tujuan dan kegiatan harus berkaitan dan sejalan.
V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
Cara melaksanakan kegiatan adalah metode untuk melaksanakan kegiatan pokok
dan rincian kegiatan. Metode tersebut bisa antara lain dengan membentuk tim,
melakukan rapat, melakukan audit, dan lain-lain.
VI. SASARAN
Sasaran program adalah target pertahun yang spesifik dan terukur untuk mencapai
tujuan-tujuan upaya/ kegiatan. Sasaran Program/ kegiatan menunjukkan hasil antara
yang
diperlukan untuk merealisir tujuan tertentu. Penyusunan sasaran program perlu
memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Sasaran yang baik harus memenuhi “SMART” yaitu:
1. Specific: sasaran harus menggambarkan hasil spesifik yang diinginkan, bukan cara
pencapaiannya. Sasaran harus memberikan arah dan tolok ukur yang jelas sehingga
dapat dijadikan landasan untuk penyusunan strategi dan kegiatan yang spesifik.
2. Measurable: sasaran harus terukur dan dapat dipergunakan untuk memastikan apa
dan kapan pencapaiannya. Akuntabilitas harus ditanamkan ke dalam proses
perencanaan. Oleh karenanya metodologi untuk mengukur pencapaian sasaran
(keberhasilan upaya/ kegiatan) harus ditetapkan sebelum kegiatan yang terkait
dengan sasaran tersebut dilaksanakan.
3. Agressive but Attainable: apabila sasaran harus dijadikan standar keberhasilan,
maka sasaran harus menantang, namun tidak boleh mengandung target yang tidak
layak.
4. Result oriented: sedapat mungkin sasaran harus menspesifikkan hasil yang ingin
dicapai. Misalnya: mengurangi komplain masyarakat terhadap pelayanan rawat inap
sebesar 50%.
5. Time bound: sasaran sebaiknya dapat dicapai dalam waktu yang relatif pendek,
mulai dari beberapa minggu sampai beberapa bulan (sebaiknya kurang dari 1
tahun). Kalau ada Program/kegiatan 5 (lima) tahun dibuat sasaran antara. Sasaran
akan lebih mudah dikelola dan dapat lebih serasi dengan proses anggaran apabila
dibuat sesuai dengan batas-batas tahun anggaran di Puskesmas.
18
3. Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah suatu perangkat instruksi/langkah-langkah
yang dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu. Istilah ini digunakan di
Undang-undang No. 29 Tahun 2004, tentang Praktik Kedokteran dan Undang-undang No.
44 Tahun 2009, tentang Rumah Sakit.
Beberapa Istilah Prosedur yang sering digunakan yaitu :
Prosedur yang telah ditetapkan disingkat Protap,
Prosedur untuk panduan Kerja (prosedur kerja, disingkat PK),
Prosedur untuk melakukan tindakan,
Prosedur Penatalaksanaan
Petunjuk pelaksanaan disingkat Juklak,
Petunjuk pelaksanaan secara tehnis, disingkat Juknis,
Prosedur untuk melakukan tindakan klinis: protokol klinis, Algoritma/Clinical
Pathway.
Walaupun banyak istilah tentang pengertian prosedur agar tidak menjadikan salah
tapsir maka yang dipergunakan didalam dokumen akreditasi Puskesmas dan Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama didalam buku panduan ini adalah “Standar Operasional
Prosedur (SOP)”. Sedangkan pengertian SOP adalah : Suatu perangkat instruksi/ langkah-
langkah yang di bakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu.
b. Tujuan Penyusunan SOP,
Agar berbagai proses kerja rutin terlaksana dengan efisien, efektif, konsisten/
seragam dan aman, dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan melalui pemenuhan
standar yang berlaku;
c. Manfaat SOP;
d. Memenuhi persyaratan standar pelayanan Puskesmas;
e. Mendokumentasi langkah-langkah kegiatan;
f. Memastikan staf Puskesmas memahami bagaimana melaksanakan pekerjaannya.
Contoh :SOP Pemberian informasi, SOP Pemasangan infus, SOP Pemindahan pasien dari
tempat tidur ke kereta dorong,
g. Format SOP.
1) Format SOP dibakukan agar tidak terjadi banyak format yang digunakan, contoh pada
lampiran, dan diberlakukan sesuai dengan akreditasi Puskesmas ini diberlakukan,
2) Format merupakan format minimal, oleh karena itu format ini dapat diberi tambahan
materi/ kolom misalnya, nama penyusun SOP, unit yang memeriksa SOP. Untuk SOP
tindakan agar memudahkan didalam melihat langkah- langkahnya dengan bagan alir,
persiapan alat dan bahan dan lain- lain, namun tidak boleh mengurangi item-tem yang
ada di SOP.
3) Prinsif adalah FORMAT SOP yang digunakan dalam satu institusi harus SERAGAM
19
Format SOP sebagai berikut :
KENAIKAN PANGKAT
No Dokumen : I/TU/SOP/01/2018
Tanggal Terbit : 02-01-2018
SOP
(terbitnya SOP)
Halaman : 1/2
UPT
Puskesmas
Drg.Muhammad Atho’
Durenan Ttd Kapusk
NIP.196208251989011002
Kabupaten
Trenggalek
Komponen SOP
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur / langkah
– langkah
6. Diagram Alir
7. Unit terkait
Rekaman Historis
Diberlakukan
No Halaman Yang dirubah Perubahan
Tgl.
PENJELASAN :
Penulisan SOP yang harus tetap didalam tabel/kotak adalah :nama Puskesmas dan
logo, judul SOP, nomor dokumen, tanggal terbit dan tandatangan Kepala Puskesmas,
20
sedangkan untuk pengertian, tujuan, kebijakan, prosedur/ langkah- langkah, dan unit
terkait boleh tidak diberi kotak/ tabel.
h. Petujuk Pengisian SOP
1) Logo:
Logo yang dipakai adalah logo Pemerintah Kabupaten Trenggalek.
2) Kotak Kop/Heading diisi sebagai berikut:
a) Heading hanya dicetak halaman pertama.
b) Kotak FKTP diberi Logo pemerintah Kabupaten Trenggalek, dan
nama Puskesmas.
c) Kotak Judul diberi Judul /nama SOP sesuai proses kerjanya.
d) Nomor Dokumen: diisi sesuai dengan ketentuan penomeran yang berlaku
di Puskesmas/FKTP yang bersangkutan, dibuat sistematis agar ada
keseragaman.
e). Tanggal terbit: diberi tanggal sesuai tanggal terbitnya atau tanggal
diberlakukannya SOP tersebut.
f). Halaman: diisi nomor halaman dengan mencantumkan juga total halaman
untuk SOP tersebut (misal 1/5). Namun, di tiap halaman selanjutnya
dibuat footer misalnya pada halaman kedua: 2/5, halaman terakhir: 5/5.
g). Ditetapkan Kepala FKTP: diberi tandatangan Kepala FKTP dan nama
jelasnya.
3) Isi SOP
Isi dari SOP setidaknya adalah sebagai berikut:
a) Pengertian: diisi definisi judul SOP, dan berisi penjelasan dan atau definisi
tentang istilah yang mungkin sulit dipahami atau menyebabkan salah
pengertian/ menimbulkan multi persepsi.
b) Tujuan: berisi tujuan pelaksanaan SOP secara spesifik. Kata kunci: “
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk ……”.
c). Kebijakan : berisi kebijakan Kepala Puskesmas yang menjadi dasar dibuatnya
SOP tersebut. Dicantumkan kebijakan yang mendasari SOP tersebut, contoh
untuk SOP imunisasi pada bayi, pada kebijakan dituliskan: Keputusan Kepala
UPT Puskesmas Durenan Nomor : 188.45/......../35.03.010.13.001/2018
Tanggal ... Januari 2018 Tentang Pelayanan Imunisasi.
d). Referensi: berisikan dokumen ekternal sebagai acuan penyusunan SOP, bisa
berbentuk buku, peraturan perundang- undangan, ataupun bentuk lain sebagai
bahan pustaka,
e). Prosedur / langkah- langkah: bagian ini merupakan bagian utama yang
menguraikan langkah-langkah kegiatan untuk menyelesaikan proses kerja tertentu,
f). Diagram Alir : berisikan rangkuman dari langkar – langkah prosedur yang dibuat
dalam bentuk bagan sehingga mempermudah dalam pemahaman SOP,
21
g). Hal – Hal Yang Perlu Diperhatikan : Berisikan hal penting yang berkaitan
dengan SOP tersebut,
h). Unit terkait : berisi unit-unit yang terkait dan atau prosedur terkait dalam proses
kerja tersebut.
i). Rekaman Historis : memuat tentang perubahan atau revisi dari SOP yang dibuat.
Dari format SOP sebagaimana diuraikan di atas, maka dalam satu organisasi
menggunakan satu format yang seragam.
Diagram alir makro, menunjukkan kegiatan-kegiatan secara garis besar dari proses
yang ingin kita tingkatkan, hanya mengenal satu symbol, yaitu simbol balok:
o Awal kegiatan :
o Akhir kegiatan :
o Simbol Keputusan : Ya ?
tidak
o Penghubung :
o Dokumen :
o Arsip :
22
a. Tata Cara Pengelolahan SOP:
1) Agar ditetapkan siapa yang mengelola SOP;
2) Pengelola SOP harus mempunyai arsip seluruh SOP Puskesmas;
3) Pengelola SOP agar membuat tata cara penyusunan, penomoran, distribusi,
penarikan, penyimpanan, evaluasi dan revisi SOP.
b. Tata Cara Penyusunan SOP
Hal-hal yang perlu diingat :
1) Siapa yang harus menulis atau menyusun SOP
2) Bagaimana merencanakan dan mengembangkan SOP
3) Bagaimana SOP dapat dikenali
4) Bagaimana memperkenalkan SOP: penomoran, revisi yang keberapa, dan distribusi
kepada siapa.
5) Syarat penyusunan SOP :
Identifikasi kebutuhan, yakni mengidentifikasi apakah kegiatan yang dilakukan
saat ini sudah memiliki SOP atau belum, dan bila sudah agar diidentifikasi
apakah SOP masih efektif atau tidak, jika belum apakah kegiatan tersebut perlu
disusun prosedurnya.
Perlu ditekankan bahwa SOP harus ditulis oleh mereka yang melakukan
pekerjaan tersebut atau oleh unit kerja tersebut. Tim atau panitia yang ditunjuk
oleh Kepala Puskesmas hanya untuk menanggapi dan mengkoreksi SOP
tersebut. Hal tersebut sangatlah penting, karena komitmen terhadap pelaksanaan
SOP hanya diperoleh dengan adanya keterlibatan personel/unit kerja dalam
penyusunan SOP.
SOP harus merupakan flow charting dari suatu kegiatan. Pelaksana atau unit kerja
agar mencatat proses kegiatan dan membuat alurnya kemudian Tim Mutu
diminta memberikan tanggapan.
Di dalam SOP harus dapat dikenali dengan jelas siapa melakukan apa, dimana,
kapan, dan mengapa.
SOP jangan menggunakan kalimat majemuk, subjek, predikat dan objek harus
jelas.
SOP harus menggunakan kalimat perintah/instruksi dengan bahasa yang dikenal
pemakai.
SOP harus jelas, ringkas, dan mudah dilaksanakan. Untuk SOP pelayanan pasien
maka harus memperhatikan aspek keselamatan, keamanan dan kenyamanan
pasien. Untuk SOP profesi harus mengacu kepada standar profesi, standar
23
pelayanan, mengikuti perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
kesehatan, dan memperhatikan aspek keselamatan pasien.
24
Setelah dibuatkan diagram kotak maka diuraikan kegiatan di masing-masing
kotak dan dibuat alurnya.
(6) Semua SOP harus ditandatangani oleh Kepala Puskesmas,
(7) Agar SOP dapat dikenali oleh pelaksana maka perlu dilakukan sosialisasi
SOP-SOP tersebut dan bila SOP tersebut rumit maka untuk melaksanakan
SOP tersebut perlu dilakukan pelatihan.
d. Hal-hal yang mempengaruhi keberhasilan penyusunan SOP
1) Ada komitmen dari Kepala Puskesmas Durenan yang terlihat dengan adanya
dukungan fasilitas dan sumber daya.
2) Adanya petugas yang mempunyai kemampuan dan kemauan untuk menyusun SOP.
3) Ada target waktu yaitu ada target dan jadwal yang disusun dan disepakati
4) Adanya pemantauan dan pelaporan kemajuan penyusunan SOP.
5) Tata cara penomoran SOP.
Penomoran SOP maupun dokumen lainnya diatur pada kebijakan pengendalian
dokumen, dengan ketentuan:
a) Semua SOP harus diberi nomor,
b) Puskesmas/FKTP agar membuat kebijakan tentang pemberian nomor untuk SOP
sesuai dengan tata naskah yang dijadikan pedoman,
c) Pemberian nomor mengikuti tata naskah Puskesmas, atau ketentuan penomoran
yang khusus untuk SOP (bisa menggunakan garis miring atau dengan sistem
digit). Pemberian nomor sebaiknya dilakukan secara terpusat.
6) Kode-kode dapat dipergunakan untuk pemberian nomor, seperti contoh sebagai
berikut:
a)Kode unit kerja : masing-masing unit kerja di Puskesmas mempunyai kode sendiri-
sendiri yang dapat berbentuk angka atau huruf. Sebagai contoh pada Program Bab
VI, dengan VI/ SOP/KIA.KB, dan lain sebagainya (namun tergantung didalam
pedoman tata naskah yang berlaku,
b)Nomor urut SOP adalah urutan nomor SOP di dalam unit kerja upaya Puskesmas.
c)Satu SOP dipergunakan oleh lebih dari satu unit yang berbeda misalnya SOP
rujukan pasien maka diberi kolom unit terkait/unit pemakai SOP.
7) Tata Cara Penyimpanan SOP
a) Penyimpanan adalah bagaimana SOP tersebut disimpan.
b) SOP asli (SOP yang sudah dinomori dan sudah ditandatangani oleh Kepala
Puskesmas) agar disimpan di sekretariat Tim Akreditasi Puskesmas Durenan atau
Bagian Tata Usaha Puskesmas Asembagus, sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
organisasi tersebut tentang tata cara pengarsipan dokumen yang diatur dalam tata
nasah. Penyimpanan SOP yang asli harus rapi, sesuai metode pengarsipan sehingga
mudah dicari kembali bila diperlukan.
25
c) SOP fotocopy disimpan di masing-masing unit upaya Puskesmas/FKTP, dimana
SOP tersebut dipergunakan. Bila SOP tersebut tidak berlaku lagi atau tidak
dipergunakan maka unit kerja wajib mengembalikan SOP yang sudah tidak berlaku
tersebut ke sekretariat Tim mutu atau Bagian Tata Usaha sehingga di unit kerja
hanya ada SOP yang masih berlaku saja. Sekretariat Tim Mutu atau Bagian Tata
Usaha organisasi dapat memusnahkan fotocopy SOP yang tidak berlaku tersebut,
namun untuk SOP yang asli agar tetap disimpan, dengan lama penyimpanan sesuai
ketentuan dalam ketentuan retensi dokumen yang berlaku di Puskesmas/FKTP.
d) SOP di unit upaya Puskesmas/FKTP harus diletakkan ditempat yang mudah dilihat,
mudah diambil, dan mudah dibaca oleh pelaksana.
8) Tata Cara Pendistribusian SOP
a) Distribusi adalah kegiatan atau usaha menyampaikan SOP kepada unit upaya
atau pelaksana yang memerlukan SOP tersebut agar dapat digunakan sebagai
panduan dalam melaksanakan kegiatannya. Kegiatan ini dilakukan oleh tim mutu
atau bagian Tata Usaha Puskesmas Durenan sesuai pedoman tata naskah.
b) Distribusi dokumen Puskesmas Durenan memakai ekspedisi atau buku
pendistribusian Dokumen
c) Distribusi SOP bisa hanya untuk unit kerja tertentu tetapi bisa juga untuk seluruh
unit kerja lainnya.
d) Bagi Puskesmas/Klinik yang sudah menggunakan e-file maka distribusi SOP bisa
melalui jejaring area local, dan diatur kewenangan otorisasi disetiap unit kerja,
sehingga unit kerja dapat mengetahui batas kewenangan dalam membuka SOP.
9) Evaluasi SOP.
Evaluasi SOP dilakukan terhadap isi maupun penerapan SOP.
a) Evaluasi penerapan/kepatuhan terhadap SOP dapat dilakukan dengan meniai
tingkat kepatuhan terhadap langkah-langkah dalam SOP. Untuk evaluasi ini dapat
dilakukan dengan menggunakan daftar tilik/check list
Daftar tilik adalah daftar urutan kerja (actions) yang dikerjakan secara
konsisten, diikuti dalam pelaksanaan suatu rangkaian kegiatan, untuk diingat,
dikerjakan, dan diberi tanda (check-mark).
Daftar tilik merupakan bagian dari sistem manajemen mutu untuk mendukung
standarisasi suatu proses pelayanan.
Daftar tilik tidak dapat digunakan untuk SOP yang kompleks.
Daftar tilik digunakan untuk mendukung, mempermudah pelaksanaan dan
memonitor SOP, bukan untuk menggantikan SOP itu sendiri.
(1) Langkah-langkah menyusun daftar tilik
26
Langkah awal menyusun daftar tilik dengan melakukan Identifikasi
prsedur yang membutuhkan daftar tilik untuk mempermudah pelaksanaan
dan monitoringnya
Gambarkan flow-chart dari prosedur tersebut,
Buat daftar kerja yang harus dilakukan,
Susun urutan kerja yang harus dilakukan,
Masukkan dalam daftar tilik sesuai dengan format tertentu,
Lakukan uji-coba,
Lakukan perbaikan daftar tilik,
Standarisasi daftar tilik.
Daftar tilik untuk mengecek kepatuhan terhadap SOP dalam langkah-
langkah kegiatan, dengan rumus sebagai berikut.
27
3. Pengendalian dokumen dan rekam implementasi adalahsistem penomoran dan sistem
penyimpanan dokumen dan rekam implementasi. Pengendalian dokumen sebagaimana
dipersyaratkan oleh standar akreditasi meliputi:
a. Menyetujui dokumen untuk kecukupan sebelum terbit,
b. Menelaah dan memperbaharui jika diperlukan, dan persetujuan pemebrlakukan ulang
dokumen,
c. Memastikan bahwa perubahan dan status revisi terkini dari dokumen teridentifikasi,
d. Memastikan bahwa versi yang relevan dari dokumen yang dapat diterapkan tersedia
ditempat pengguna,
e. Memastikan bahwa dokumen tetap dapat terbaca dan segeradapat teridentifikasi,
f. Memastikan bahwa dokumen yang berasal dari luar organisasi yang ditetapkan oleh
organisasi yang penting untuk perencanaan dan operasional sistem manajemen mutu
diidentifikasi dan distribusinya dikendalikan,
g. Mencegah penggunaan tidak sengaja dokumen kadaluwarsa dan untuk menerapkan
identifikasi yang sesuai pada dokumen bila disimpan untuk maksud apapun.
Catatan/rekam implementasi sebagaibukti pelaksanaan kegiatan juga harus
dikendallikan.Organisasi harus menetapkan SOP terdokumentasi untuk mendefinikan
pengendalian yang diperlukan untuk identifikasi, penyimpanan, perlindungan,
pengambilan, lama simpan dan permusnahan.Catatan/rekam implementasi harus dapat
terbaca, segera dapat teridentifikasi dan dapat diakses kembali.
Untuk memperjelas dokumen areditasi Puskesmas/FKTP dilengkapi dengan
contoh- contoh dokumen sebagai lampiran dari pedoman ini.
I. PENATAAN DOKUMEN.
Untuk memudahkan didalam pencarian dokumen akreditasi Puskesmas Durenan
dikelompokan masing- masing bab dengan diurutkan setiap urutan kriteria dan elemen
penilaian, dan diberikan daftar secara berurutan.
28
e. Dokumen Kadaluarsa : adalah dokumen yang sudah tidak terpakai lagi, namun
disimpan selama masa retensi
Untuk penomoran dokumen terkendali, UPT Puskesmas Durenan menggunakan sistem
pengkodean, yaitu :
01 = untuk didistribusikan ke unit layanan UPT Puskesmas Durenan
02 = untuk didistribusikan ke yang bersangkutan programer
03 = untuk didistribusikan ke yang bersangkutan non programer (dalam hal ini adalah
pelaksana)
04 = untuk didistribusikan ke jaringan puskesmas (pustu/ponkesdes)
05 = untuk didistribusikan ke unit lainnya ( dalam instansi, yang tidak tercantum 01 - 04 )
29
BAB IV
PENUTUP
30
LAMPIRAN :
1. MASTER KOP UPT PUSKESMAS DURENAN
31
LAMPIRAN :
2. SK STRUKTUR ORGANISASI UPT PUSKESMAS DURENAN
CONTOH :
TENTANG
STRUKTUR ORGANISASI UPT PUSKESMAS DURENAN
32
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 46 tahun 2015 tentang
Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan
Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 43 tahun 2016 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 44 tahun 2016 tentang
Pedoman Manajemen Puskesmas; jarak 4 enter
12. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 59/2015 tentang Komisi Akreditasi
FKTP;
13. Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 81 Tahun 2012 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Pusat Kesehatan Masyarakat sebagai Unit Pelaksana Teknis
Dinas Kesehatan;
14. Peraturan Bupati Kabupaten Trenggalek Nomor 73 tahun 2013 tentang
Pedoman Tata Naskah Dinas;
15. Peraturan Bupati Kabupaten Trenggalek nomor 35 tahun 2014 tentang
perubahan atas peraturan Bupati Trenggalek nomor 73 tahun 2013 tentang
Tata Naskah Dinas;
16. Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 57 Tahun 2015 tentang Penjabaran
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Trenggalek Tahun
Anggaran 2015 (Berita Daerah Kabupaten Trenggalek Tahun 2015 Nomor
57);
17 Peraturan Bupati Trenggalek Nomor 58 Tahun 2015 tentang Pedoman dan
Standar Perjalanan Dinas Bagi Penyelenggara Pemerintah Daerah
Kabupaten Trenggalek Tahun 2016 (Berita Daerah Kabupaten Trenggalek
Tahun 2015 Nomor 58);
MEMUTUSKAN
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS DURENAN TENTANG
STRUKTUR ORGANISASI UPT PUSKESMAS DURENAN.
KESATU : Kebijakan tentang Struktur Organisasi UPT Puskesmas Durenan
sebagaimana tercantum dalam lampiran yang tidak terpisahkan dalam
keputusan Ini.
KEDUA : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan
apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalamkeputusan ini akan
diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
jarak spasi
1,15 33
Drg.MUHAMMAD ATHO’
Pembina
NIP. 19620825 198901 1 002
LAMPIRAN :
3. CONTOH Format SOP sebagai berikut :
KENAIKAN PANGKAT
No Dokumen : I/TU/SOP/01/2018
Tanggal Terbit : 02-01-2018
SOP
(terbitnya SOP)
Halaman : 1
34
UPT
Puskesmas
Drg.Muhammad Atho’
Durenan Ttd Kapusk
NIP.196208251989011002
Kabupaten
Trenggalek
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur /
langkah –
langkah
6. Diagram
Alir
7. Unit terkait
8. Rekaman Historis
Diberlakukan
No Halaman Yang dirubah Perubahan
Tgl.
Catatan :
Untuk rekaman historis kalau sudah ada isinya di buat di lembaran sendiri
35