PENDAHULUAN
BAB II
Identifikasi Pelanggaran Tata Ruang
2.1 Permasalahan
1. Pelanggaran terhadap garis sempadan sungai, karena bantaran Kalijodo secara sah
memiliki peruntukan sebagai jalur hijau pada RTRW DKI Jakarta yang berlaku. Lahan di
kawasan Kalijodo disalahgunakan sebagai permukiman selama beberapa dekade terakhir.
Padahal jika dilihat dari peraturan tata ruang DKI Jakarta, seharusnya di kawasan Kalijodo
tidak boleh ada bangunan yang berdiri di atasnya. Permukiman di Kalijodo memang
menempati daerah resapan air di bantaran Sungai Ciliwung. Dimana hal ini mengharuskan
Kalijodo menjadi ruang terbuka hijau, bukan permukiman seperti pada kondisi
eksistingnya saat itu.
Gambar 1. Permukiman di Kalijodo
2. Pelanggaran terhadap peraturan tata ruang yang berlaku atas ketidaksesuaian fungsi
kegiatan di kawasan zona H 4. Pada zona H 4 hanya boleh dipakai untuk pembangunan hutan dan
taman kota menurut lampiran tabel Pelaksanaan Kegiatan Sub Zona Perda Jakarta Nomor 1 Tahun
2014. Selain itu Koefisien Dasar Bangunan (KDB) di lahan Kalijodo adalah nol (0). Maka dari itu,
seharusnya tidak boleh ada bangunan yang berdiri di atas lahan tersebut.
Dalam kasus di Kalijodo dimana sempadan sungai yang ada digunakan sebagai lahan
permukiman sehingga melanggar pasal 17 ayat 1 dan 2 Peraturan Pemerintah No 38 Tahun 2011
yang berisi “Dalam hal hasil kajian sebagaimana dalam pasal 16 ayat 2 menunjukkan terdapat
bangunan dalam sempadan sungai maka bangunan tesebut dinyatakan dalam status quo dan secara
bertahap harus ditertibkan untuk mengembalikan fungsi sempadan sungai. Selain itu menurut pasal
22 ayat 2, kasus pendirian bangunan di Kalijodo juga tidak sesuai dengan bunyi pasal tersebut.
Sanksinya antara lain terlampir dalam pasal 60 ayat 1 dan 2
(rapiin lg ples sanksi yaa) sek usaha golek sangsine btw kalijodo termasuk sungai
bertanggul insya allah
Peraturan Menteri merupakan dasar pedoman dalam penyusunan peraturan daerah oleh
pemerintah daerah yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan daerah masing-masing.
Sehingga, penentuan pelanggaran terhadap peraturan menteri tertuang dalam peraturan daerah
terkait yang mengatur tentang pemanfaatan daerah aliran sungai. Dalam hal ini, pemerintah daerah
DKI Jakarta menerapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 28 Tahun 2015 dalam Peraturan
Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 1 Tahun 2014
Dari tabel di atas dijelaskan pada kriteria performa, bahwa kawasan sempadan sungai harus terjaga
dari aktifitas manusia. Yang berarti bahwa tidak diperbolehkan adanya aktifitas manusia dan
pemanfaatan kawasan tersebut untuk kegiatan manusia, kecuali dengan syarat tertentu. Sehingga
dapat diketahui bahwa kegiatan yang berada pada kawasan bantaran Kalijodo tidak sesuai dengan
kriteria performa sempadan sungai karena mereka melakukan aktifitas ekonomi, sosial dan fisik
di wilayah tersebut.
Dengan demikian sanksi yang seharusnya diterapkan untuk permasalahn bantaran Kalijodo adalah
arahan pengenaan sanksi administrative yang dilakukan secara berjenjang dalam bentuk:
a. Peringatan tertulis;
Peringatan tertulis diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam penertiban pelanggaran
pemanfaatan ruang melalui penerbitan surat peringatan tertulis sebanyak-banyaknya 3
(tiga) kali.
b) Penghentian sementara kegiatan;
Penghentian kegiatan sementara dilakukan melalui langkah- langkah sebagai berikut:
1. Penerbitan surat perintah penghentian kegiatan sementara dari pejabat yang
berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
2. Apabila pelanggar mengabaikan perintah penghentian kegiatan sementara, pejabat
yang berwenang melakukan penertiban dengan menerbitkan surat keputusan
pengenaan sanksi penghentian sementara secara paksa terhadap kegiatan
pemanfaatan ruang;
3. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan
kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi penghentian kegiatan pemanfaatan
ruang dan akan segera dilakukan tindakan penertiban oleh aparat penertiban;
4. Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang
melakukan penertiban dengan bantuan aparat penertiban melakukan penghentian
kegiatan pemanfaatan ruang secara paksa; dan
5. Setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang berwenang
melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan ruang yang dihentikan tidak
beroperasi kembali sampai dengan terpenuhinya kewajiban pelanggar untuk
menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata ruang dan/atau
ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku.
c) Penghentian sementara pelayanan umum;
Penghentian sementara pelayanan umum dilakukan melalui langkah langkah sebagai berikut:
1. Penerbitan surat pemberitahuan penghentian sementara pejabat yang berwenang
melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan kepada pelanggar
mengenai pengenaan sanksi penghentian kegiatan pemanfaatan ruang dan
akansegera dilakukan tindakan penertiban oleh aparat penertiban;
2. Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yangberwenang
melakukan penertiban dengan bantuan aparat penertiban melakukan penghentian
kegiatan pemanfaatan ruang secara paksa; dan setelah kegiatan pemanfaatan ruang
dihentikan, pejabat yang berwenang melakukan pengawasan agar kegiatan
pemanfaatan ruang yang dihentikan tidak beroperasi kembali sampai dengan
terpenuhinya kewajiban pelanggar untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya
dengan rencana tata ruang dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang
berlaku.
d) Penutupan lokasi;
Penutupan lokasi dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Penerbitan surat perintah penutupan lokasi dari pejabat yang berwenang melakukan
penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
2. Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang
berwenang melakukan pengawasan terhadap penerapan sanksi penghentian sementara
pelayanan umum dilakukan untuk memastikan tidak terdapat pelayanan umum kepada
pelanggar
3. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan kepada
pelanggar mengenai pengenaan sanksi penutupan lokasi yang akan segera dilaksanakan;
sampai dengan pelanggar
4. Berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang dengan bantuan
aparat penertiban melakukan penutupan lokasi secara paksa; dan
5. Memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan rencana tata
ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang berlaku. pejabat yang berwenang
melakukan tindakan penertiban dengan memberitahukan kepada pelanggar mengenai
pengenaan sanksi penutupan lokasi yang akan segera dilaksanakan;
e) pencabutan izin;
Pencabutan izin dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menerbitkan surat pemberitahuan sekaligus pencabutan izin oleh pejabat yang berwenang
melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
2. Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang
berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi pencabutan izin pemanfaatan
ruang;
3. Pejabat yang berwenang memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi
pencabutan izin;
4. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban mengajukan permohonan
pencabutan izin kepada pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan
izin;
5. Pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan izin menerbitkan
keputusan pencabutan izin;
6. Memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang telah dicabut,
sekaligus perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan ruang secara permanen yang
telah dicabut izinnya; dan
7. Apabila pelanggar mengabaikan perintah untuk menghentikan kegiatan pemanfaatan yang
telah dicabut izinnya, pejabat yang berwenang melakukan penertiban kegiatan tanpa izin
sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku
f) Pembatalan izin;
Pembatalan izin dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Membuat lembar evaluasi yang berisikan perbedaan antara pemanfaatan ruang menurut
dokumen perizinan dengan arahan pola pemanfaatan ruang dalam rencana tata ruang yang
berlaku;
2. Memberitahukan kepada pihak yang memanfaatkan ruang perihal rencana pembatalan izin,
agar yang bersangkutan dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
mengantisipasi hal-hal akibat pembatalan izin;
3. Menerbitkan surat keputusan pembatalan izin oleh pejabat yang berwenang melakukan
penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
4. Memberitahukan kepada pemegang izin tentang keputusan pembatalan izin;
5. Menerbitkan surat keputusan pembatalan izin dari pejabat yang memiliki kewenangan
untuk melakukan pembatalan izin; dan
6. Memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang telah dibatalkan
g) Pembongkaran bangunan;
Pembongkaran bangunan dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menerbitkan surat pemberitahuan perintah pembongkaran bangunan dari pejabat yang
berwenang melakukan
2. penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;
3. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat yang
berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat keputusan pengenaan sanksi
pembongkaran bangunan;
4. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertibanmemberitahukan kepada
pelanggar mengenai pengenaan sanksi pembongkaran bangunan yang akan segera
dilaksanakan; dan
5. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang melakukan
tindakan penertiban dengan bantuan aparat penertiban melakukan pembongkaran
bangunan secara paksa
h) pemulihan fungsi ruang;
Pemulihan fungsi ruang dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menetapkan ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi bagian-bagian yang harus
dipulihkan fungsinya dan cara pemulihannya;
2. Pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang
menerbitkan surat pemberitahuan perintah pemulihan fungsi ruang;
3. Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan, pejabat
yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat keputusan pengenaan sanksi
pemulihan fungsi ruang;
4. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban,memberitahukan kepada
pelanggar mengenai pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang yang harus dilaksanakan
pelanggar dalam jangka waktu tertentu;
5. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dan melakukan pengawasan
pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi ruang;
6. Apabila sampai jangka waktu yang ditentukan pelanggar belum melaksanakan pemulihan
fungsi ruang, pejabat yang bertanggung jawab melakukan tindakan penertiban dapat
melakukan tindakan paksa untuk melakukan pemulihan fungsi ruang; dan
7. Apabila pelanggar pada saat itu dinilai tidak mampu membiayai kegiatan pemulihan fungsi
ruang, pemerintah dapat mengajukan penetapan pengadilan agar pemulihan dilakukan
oleh pemerintah atas beban pelanggar di kemudian hari.
8. Denda administratif; yang dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama dengan
pengenaan sanksi administrative dan besarannya ditetapkan oleh masing-masing
pemerintah daerah kabupaten
g. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 8 Tahun 2007
Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 8 Tahun 2007 tentang
Ketertiban Umum Pasal 13 disebutkan bahwa kecuali dengan izin Gubernur atau pejabat yang
ditunjuk, setiap orang atau badan hukum dilarang:
a. Membangun tempat mandi cuci kakus, hunian/tempat tinggal atau tempat usaha
diatas saluran sungai dan bantaran sungai serta di dalam kawasan setu, waduk dan
danau;
Berdasarkan aturan diatas, bangunan permukiman dan tempat usaha di bantaran Kalijodo
menduduki bantaran sungai Kalijodo dan perlu ditertibkan. Meski terdapat beberapa rumah yang
bersertifikat akibat pembiaran kawasan Kalijodo selama puluhan tahun dan tidak terdapat
pengawasan penerapan terhadap rencana tata ruang DKI Jakarta. Sehingga, kawasan Kalijodo
ditertibkan bangunannya dan bukan digusur karena terdapat beberapa rumah yang bersertifikat
akibat kelalaian pemberi izin dalam hal ini pemerintah DKI Jakarta.
Setiap orang atau badan yang melanggar ketentuan Pasal 13 Peraturan Daerah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta No. 8 Tahun 2007 dikenakan ancaman pidana kurungan paling singkat 20
(dua puluh) hari dan paling, lama 90 (sembilan puluh) hari atau denda paling sedikit Rp. 500.000,-
(Lima Ratus Ribu Rupiah) dan paling banyak Rp. 30.000.000,- (Tiga Puluh Juta Rupiah).
Selanjutnya peraturan tersebut dijelaskan mendetail dalam Peraturan Daerah DKI Jakarta
No.1 tahun 2014 tentang tabel pelaksanaan kegiatan sub zona, pada tabel zona H.4 atau jalur hijau
adalah kawasan penempatan tanaman serta elemen lanskap sebagai penyangga yang berfungsi
ekologis dan estetika beserta fasilitas pendukungnya dan fasilitas lain sesuai kebutuhanyang hanya
boleh dipakai untuk pembangunan hutan dan taman kota. Adapun pemasangan papan reklame
diperbolehkan dengan syarat tertentu yaitu :
1. Pesan atau informasi disampaikan terkait dengan program pemerintah dan/atau
pemberdayaan masyarakat,
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Regulasi yang mengatur tentang penataan sempadan sungai tertuang dalam UU No. 26
Tahun 2007, Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990, Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2011,
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 28 Tahun 2015, Peraturan Pemerintah Pekerjaan Umum
No. 63 Tahun 1993, Peraturan Menteri No. 20 Tahun 2011, Peraturan Daerah Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta No. 8 Tahun 2007, Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta No. 1 Tahun 2014, dan Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No 1 tahun 2012. Regulasi
tersebut kemudian mengatur tentang sanksi yang diperoleh apabila melanggar peraturan penataan
sempadan sungai yang telah ditetapkan dan masih berlaku.
Peraturan-peraturan yang mengatur tentang normalisasi sempadan sungai secara umum
menginstruksikan untuk merelokasi setiap kegiatan yang berdiri diatas lahan peruntukan sempadan
sungai. Wilayah sempadan sungai yang juga memiliki fungsi sebagai hutan kota diatur untuk
diterapkan secara menyeluruh agar pembangunan sebuah kota sesuai dengan peruntukan lahannya.
Apalagiyha peraturan yg buat bangunan yg zona zona itu loohh
3.2 Saran
Pengendalian wilayah yang penggunaannya tidak sesuai dengan isi rencana tata ruang wilayah
yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat seharusnya sudah dijalankan dari awal penetapan
peraturan dan rencana tata ruang wilayah yang terkait dengan kawasan tersebut. Dalam kasus
Kalijodo ini, permukiman liar yang ada disana telah menempati kawasan tersebut selama beberapa
dekade jauh sebelum ditetapkannya peraturan dan undang-undang yang berkaitan dengan fungsi
lahan