Anda di halaman 1dari 13

Ruda paksa dada dapat menyebabkan kerusakan dinding dada, paru, jantung, pembuluh darah

besar serta organ disekitarnya termasuk visera. Patogenesisnya sebagian besar oleh karena
kecelakaan lalu lintas, kriminalitas, kecelakaan rumah tangga maupun kerja. Pertolongan
pertama pada ruda paksa dadaditujukan pada sistim respirasi dan Sirkulasi.

Gejala yang sering Nyeri dada, sesak nafas atau nyeri pada waktu bernafas.

Ruda paksa dada dibagi menjadi :

§ Trauma Tumpul akibat kecelakaan lalu lintas

§ Trauma Tajam karena luka tusuk, luka tembak

Kegawatan pada trauma dada yang menyebabkan kematian / Primary Survey adalah sbb :

& Gangguan Airway

Obstruksi Jalan nafas adanya sumbatan jalan nafas misal: gigi palsu.

Tindakan : Helmich Manuver, suction, ET, tracheostomi

& Gangguan Breathing

 Open Pneumothoraks
 Tension Pneumothoraks
 Flail Chest

& Gangguan Circulation

 Hematothoraks Massif
 Tamponade Cordis

Identifikasi Scundary Survey (ATLS) :

§ Pneumothoraks sederhana

§ Hematothoraks

§ Kontusio pulmo

§ Trauma Tracheobronchial

§ Trauma tumpul jantung

§ Traumatic Aortic Disruption


§ Traumatic Diafragmatic Injury

§ Mediastinal Traversing Wounds

Penyebab kematian pada trauma thoraks al:

§ Syok à cara mengetahui :

 Akral dingin dan basah

Dingin à akibat pembuluh darah perifir kontraksi untuk memenuhi perfusi organ vital

Basah à mekanisme simpatis à adrenalin meningkat à memacu klj keringat

 Nadi cepat dan lemah

Cepat karena untuk memenuhi perfusi, Lemah akibat hipovolemi

Mengapa tidak berdasarkan TENSI ? karena adnya mekanisme homestatis sehingga adrenalin
meningkat à vasokonstriksi à tensi meningkat. Sehingga pada syok tensi bisa normal, padahal
pasien hipovolemi

§ Hipoksia

§ Hiperkabnia

§ Asidosis metabolik

Klinis

Anamnesa :

§ Nyeri dada

§ Sesak nafas

§ Nyeri waktu bernafas

§ Sianostik dengan jejas didada

Pemeriksaan Fisik

§ Inspeksi à jejas, simetris, nafas paradoksal

§ Palpasi à NT(+), fremitus ka/ki berbeda, krepitasi


§ Perkusi à Sonor(normal), redup(cairan), hipersonor(udara)

§ Auskultasi à vesikuler, suara tambahan

Tindakan elementer ditujukan pada kegagalan sistim Respirasi dan sirkulasi :

1. Airway

Miringkan kepala penderita bertujuan mengeluarkan sisa makanan, darah, kotoran , menarik
dagu jebelakang mencegah lidah jatuh kebelakang.

Bila usah tesebut gagal dilakukan :

a. Pemasangan Orotracheal atau Nasotracheal tube

b. Endotracheal Intubasi

c. Tracheostomi à bila a dan b gagal

2. Memasang InfusMengurangi dan menghilangi nyeri

Bertujuan mengatasi syok hipovolemik yang akan terjadi.

3. Kesadaran penderita à GCS

4. Foto thorak 2 posisi

Indikasi pembedahan segera pada ruda paksa :

1. Obstruksi jalan nafas

2. Hematothoraks masif

3. Tamponade Jantung

4. Tension pneumothoraks

5. Flail chest

6. Penumotoraks terbuka

7. Kebocoran bronchus dan tracheobronchial

{mospagebreak title=Jenis – jenis kerusakan pada Trauma Thoraks}

Jenis-jenis Kerusakan pada Trauma Thoraks


1 Dinding Dada

§ Emphysema

Disebabkan oleh kerusakan pleura dan paru oleh ujung tulang. Jika tidak terjadi perlekatan pada
cavum pleura akan terjadi pneumothoraks, empisema subkutan dan mediastinum. Jika terjadi
perlekatan cavum pleura terjadi emphysema subkutan tanpa pneumothoraks.

Mediastinal emphysema adalah suatu keadaan msuknya udara kedalam mediastinum akibat
kebocoran trachea, bronchus, kadang esofagus.

Tindakan : drainase cavum pleura

§ Patah tulang rusuk

Fraktur costa terutama disebabkan karena trauma tumpul dada. Perlu ketelitian untuk
membedakan apakah kontusio dinding dada atau fraktur kosta. Fraktur ini sebagian terbesar
disebabkan kecelakaan lalu lintas diikuti jatuh dari tempat yang tinggi.

Costa merupakan salah satu komponen pembentuk rongga dada yang memiliki fungsi untuk
memberikan perlindungan terhadap organ didalamnya dan yang lebih penting adalah
mempertahankan fungsi ventilasi paru. Fraktur costa akan menimbulkan rasa nyeri, yang
mengganggu proses respirasi, disamping itu adanya komplikasi dan gangguan lain yang
menyertai memerlukan perhatian khusus dalam penanganan terhadap fraktur ini. Pada anak
fraktur costa sangat jarang dijumpai oleh karena costa pada anak masih sangat lentur.

Etiologi

Costa merupakan tulang pipih dan memiliki sifat yang lentur. Oleh karena tulang ini sangat
dekat dengan kulit dan tidak banyak memiliki pelindung, maka setiap ada trauma dada akan
memberikan trauma juga kepada costa. Fraktur costa dapat terjadi dimana saja disepanjang costa
tersebut.. Dari keduabelas pasang costa yang ada, tiga costa pertama paling jarang
mengalami fraktur hal ini disebabkan karena costa tersebut sangat terlindung. Costa ke 4-
9 paling banyak mengalami fraktur, karena posisinya sangat terbuka dan memiliki pelindung
yang sangat sedikit, sedangkan tiga costa terbawah yakni costa ke 10-12 juga jarang mengalami
fraktur oleh karena sangat mobil .Pada olahragawan biasanya lebih banyak dijumpai fraktur
costa yang “undisplaced” , oleh karena pada olahragawan otot intercostalnya sangat kuat
sehingga dapat mempertahankan fragmen costa yang ada pada tempatnya.

Secara garis besar penyebab fraktur costa dapat dibagi dalam 2 kelompok :

1. Disebabkan trauma

a.. Trauma tumpul


Penyebab trauma tumpul yang sering mengakibatkan adanya fraktur costa antara lain :
Kecelakaan lalulintas,kecelakaan pada pejalan kaki ,jatuh dari ketinggian, atau jatuh pada dasar
yang keras atau akibat perkelahian.

b. Trauma Tembus

Penyebab trauma tembus yang sering menimbulkan fraktur costa :Luka tusuk dan luka tembak

2. Disebabkan bukan trauma

Yang dapat mengakibatkan fraktur costa ,terutama akibat gerakan yang menimbulkan putaran
rongga dada secara berlebihan atau oleh karena adanya gerakan yang berlebihan dan stress
fraktur,seperti pada gerakan olahraga : Lempar martil, soft ball, tennis, golf.

Patofisiologi

Fraktur costa dapat terjadi akibat trauma yang datangnya dari arah depan,samping ataupun dari
arah belakang.Trauma yang mengenai dada biasanya akan menimbulkan trauma costa,tetapi
dengan adanya otot yang melindungi costa pada dinding dada,maka tidak semua trauma dada
akan terjadi fraktur costa.

Pada trauma langsung dengan energi yang hebat dapat terjadi fraktur costa pada tempat
traumanya .Pada trauma tidak langsung, fraktur costa dapat terjadi apabila energi yang
diterimanya melebihi batas tolerasi dari kelenturan costa tersebut.Seperti pada kasus kecelakaan
dimana dada terhimpit dari depan dan belakang,maka akan terjadi fraktur pada sebelah depan
dari angulus costa,dimana pada tempat tersebut merupakan bagian yang paling lemah.

Fraktur costa yang “displace” akan dapat mencederai jaringan sekitarnya atau bahkan organ
dibawahnya.Fraktur pada costa ke 4-9 dapat mencederai a.intercostalis ,pleura visceralis,paru
maupun jantung ,sehingga dapat mengakibatkan timbulnya hematotoraks,pneumotoraks ataupun
laserasi jantung.

Klasifikasi

Menurut jumlah costa yang mengalami fraktur dapat dibedakan

1 Fraktur simple

1 Fraktur multiple

Menurut jumlah fraktur pada setiap costa dapat

§ Fraktur segmental

§ Fraktur simple

§ Fraktur comminutif
Menurut letak fraktur dibedakan :

§ Superior (costa 1-3 )

§ Median (costa 4-9)

§ Inferior (costa 10-12 ).

Menurut posisi :

§ Anterior,

§ Lateral

§ Posterior.

Ada beberapa kasus timbul fraktur campuran, seperti pada kasus Flail chest, dimana pada
keadaan ini terdapat fraktur segmental ,2 costa atau lebih yang letaknya berurutan.

Diagnosis

Sebanyak 25% dari kasus fraktur costa tidak terdiagnosis, dan baru terdiagnosis setelah timbul
komplikasi,seperti hematotoraks dan pneumotoraks.Hal ini dapat terjadi pada olahragawan yang
memiliki otot dada yang kuat dan dapat mempertahankan posisi frakmen tulangnya

Anamnesis

§ Perlu ditanyakan mengenai mekanisme trauma, apakah oleh karena jatuh dari ketinggian
atau akibat jatuh dan dadanya terbentur pada benda keras , kecelakan lalu lintas, atau oleh sebab
lain.
§
Nyeri à merupakan keluhan paling sering biasanya menetap pada satu titik dan akan
bertambah pada saat bernafas. Pada saat inspirasi maka rongga dada akan mengembang dan
keadaan ini akan menggerakkan fragmen costa yang patah, sehingga akan menimbulkan gesekan
antara ujung fragmen dengan jaringan lunak sekitarnya dan keadaan ini akan menimbulkan
rangsangan nyeri.

§ Apabila fragmen costa ini menimbulkan kerusakan pada vaskuler akan dapat
menimbulkan hematotoraks,pneumotoraks. sedangkan bila fragmen costa mencederai
parenkim paru-paru akan dapat menimbulkan

§ Penderita dengan kesulitan bernafas atau bahkan saat batuk keluar darah, hal ini
menandakan adanya komplikasi berupa adanya cedera pada paru.

§ Riwayat penyakit dahulu seperti bronkitis, neoplasma, asma, haemoptisis atau sehabis
olahraga akan dapat membantu mengarahkan diagnosis adanya fraktur costa.
§ Pada anak dapat terjadi cedera paru maupun jantung,meskipun tidak dijumpai fraktur
costa. Keadaan ini disebabkan costanya masih sangat lentur,sehingga energi trauma langsung
mengenai jantung ataupun paru-paru.

Pemeriksaan fisik

§ Kondisi lokal pada dinding dadanya seperti adanya plester,deformitas dan asimetris,kita
perlu juga memeriksa fisik secara keseluruhan yang berkaitan dengan kemungkinan adanya
komplikasi akibat adanya fraktur costa sendiri maupun penyakit penyerta yang kadang ada.
§
Adanya fraktur costa ke 1-2 yang merupakan costa yang terlindung oleh sendi bahu, otot leher
bagian bawah dan clavicula, mempunyai makna bahwa fraktur tersebut biasanya diakibatkan
oleh trauma langsung dengan energi yang hebat. Pada fraktur daerah ini perlu dipikirkan
kemungkinan adanya komplikasi berupa cidera terhadap vasa dan saraf yang melewati apertura
superior2,9

Pemisahan costocondral memiliki mekanisme trauma seperti pada fraktur costa. Pemisahan
costocondral atau dislokasi pada artikulasi antara parsosea dengan parscartilago akan
menimbulkan gejala yang sama dengan fraktur costa, dengan nyeri yang terlokalisir pada batas
costocondral , apabila terdapat dislokasi secara komplit akan teraba defek oleh karena ujung
parsoseanya akan lebih menonjol dibandingkan dengan parscartilagonya.

Adapun pada pemeriksaan fisik perlu diperhatikan adanya :

 Nyeri tekan ,crepitus dan deformitas dinding dada


 Adanya garakan paradoksal
 Tanda–tanda insuffisiensi pernafasan : Cyanosis, tachypnea,
 Kadang akan nampak ketakutan dan cemas,karena saat bernafas bertambah nyeri.
 periksa paru dan jantung,dengan memperhatikan adanya tanda-tanda pergeseran trakea,
pemeriksaan ECG, saturasi oksigen
 periksa abdomen terutama pada fraktur costa bagian inferior :diafragma, hati, limpa,
ginjal dan usus
 periksa tulang rangka: vertebrae, sternum, clavicula, fungsi anggota gerak
 nilai status neurologis: plexus bracialis, intercostalis, subclavia.

Pemeriksaan penunjang

Rontgen toraks anteroposterior dan lateral dapat membantu mendiagnosis adanya hematotoraks
dan pneumotoraks ataupun contusio pulmonum.Pemeriksaan ini akan dapat mengetahui
jenis,letak fraktur costaenya.

Pemeriksaan foto oblique hanya dapat membantu diagnosis fraktur multiple pada orang dewasa,
rontgen abdomen apabila ada kecurigaan trauma abdomen yang mencederai hati,lambung
ataupun limpa akan menimbulkan gambaran peritonitis . Sedangkan pada kasus yang sulit
terdiagnosis dapat dilakukan dengan “Helical CT Scan”.

Differential Diagnosis
v Contusio di\nding dada

v Repirasi (infeksi, pleuritis, emboli pulmo)

v Cardiac (MI, pericarditis)

v Fraktur (stress fraktur, fraktur sternum, fraktur vertebrae)

v Musculoscletal (Osteoartritis, costocondritis, ankylosisng spondilitis)

v Gastrointestinal (Gastritis, hepatitis, cholecystitis)

v DVT

Komplikasi

Komplikasi yang timbul akibat adanya fraktur costa dapat timbul segera setelah terjadi fraktur,
atau dalam beberapa hari kemudian setelah terjadi. Besarnya komplikasi dipengaruhi oleh :
besarnya energi trauma dan jumlah costae yang patah.

Gangguan hemodinamik merupakan tanda bahwa terdapat komplikasi akibat fraktur costae.
Pada fraktur costa ke 1-3 akan menimbulkan cedera pada vasa dan nervus subclavia, fraktur
costa ke 4-9 biasannya akan mengakibatkan cedera terhadap vasa dan nervus intercostalis dan
juga pada parenkim paru, ataupun terhadap organ yang terdapat di mediastinum, sedangkan
fraktur costa ke 10-12 perlu dipikirkan kemungkinan adanya cedera pada diafragma dan organ
intraabdominal seperti hati,limpa,lambung maupun usus besar.

Pada kasus fraktur costa simple pada satu costa tanpa komplikasi dapat segera melakukan
aktifitas secara normal setelah 3-4 minggu kemudian, meskipun costa baru akan sembuh setelah
4-6 minggu.

Komplikasi awal : pneumotoraks, effusi pleura,hematotoraks, dan flail chest,sedangkan


komplikasi yang dijumpai kemudian antara lain contusio pulmonum, pneumonia dan emboli
paru.Flail chest dapat terjadi apabila terdapat fraktur dua atau lebih dari costa yang berurutan dan
tiap-tiap costa terdapat fraktur segmental,keadaan ini akan menyebabkan gerakan paradoksal saat
bernafas dan dapat mengakibatkan gagal nafas.

Penatalaksanaan

Pre Hospital :

Pada tahap ini tindakan terhadap pasien terutama ditujukan untuk memperbaiki suplai oksigenasi

Penanganan pada saat di ruang UGD

Tindakan darurat terutama ditujukan untuk memperbaiki jalan nafas,pernafasan dan


sirkulasinya( Airway, Breath dan circulation).
Fraktur costa simple 1-2 buah terapi terutama ditujukan untuk menghilangkan nyeri dan
memberikan kemudahan untuk pembuangan lendir/dahak, namun sebaiknya jangan diberikan
obat mucolitik,yang dapat merangsang terbentuknya dahak dan malah menambah kesulitan
dalam bernafas.

Fraktur 3 buah costa atau lebih dapat dilakukan tindakan blok saraf, namun pada tindakan ini
dapat menimbulkan komplikasi berupa pneumotoraks dan hematotoraks, sedangkan fraktur costa
lebih dari empat buah sebaiknya diberikan terapi dengan anastesi epidural dengan menggunakan
morphin atau bupivacain 0,5%.

Pada saat dijumpai flail chest atau gerakan paradoksal, segera dilakukan tindakan padding untuk
menstabilkan dinding dada, bahkan kadang diperlukan ventilator untuk beberapa hari sampai
didapatkan dinding dada yang stabil

Penanganan di ruang rawat inap

Pada fraktur costa yang simple tanpa komplikasi dapat dirawat jalan, sedangkan pada pasien
dengan fraktur multiple dan kominutif serta dicurigai adanya komplikasi perlu perawatan di RS.
Pasien yang dirawat di RS perlu mendapatkan analgetik yang adekuat, bahkan kadang
diperlukan narkotik (lihat tabel ), dan yang juga penting untuk ini adalah pemberian latihan
nafas (fisioterapi nafas).

Fraktur costa dengan komplikasi kadang memerlukan terapi bedah, dapat dilakukan drainase
atau torakotomi ,untuk itu evaluasi terhadap kemungkinan adanya komplikasi harus selalu
dilakukan secara berkala dengan melakukan foto kontrol pada 6 jam,12 jam dan 24 jam
pertama.

Penanganan di rawat jalan.

Penderita rawat jalan juga tetap memprioritaskan pemberian analgetik yang adekuat untuk
memudahkan gerakan pernafasan. Latihan nafas harus selalu dilakukan untuk memungkinkan
pembuangan dahak :

Prognosis

Fraktur costa pada anak dengan tanpa komplikasi memiliki prognosis yang baik, sedangkan pada
penderita dewasa umumnya memiliki prognosis yang kurang baik oleh karena selain
penyambungan tulang relatif lebih lama juga umumnya disertai dengan komplikasi.Keadaan ini
disebabkan costa pada orang dewasa lebih rigit sehingga akan mudah menusuk pada jaringan
ataupun organ di sekitarnya.

Tanda utama à Gerakan nafas asimetri, nyeri waktu nafas dan sesak nafas.

Tindakan :

1 Pemasangan Plester
Harus melewati garis tengah atau ¾ lingkaran dada (1-2 minggu). Kerugiannya dapat
menimbulkan pneumonitis dan kolaps paru

2 Blok anestesi interkostal

3 Anestesi lokal pada hematom sekitar patah tulang

4 Blok paravertebral

§ Flail Chest

Flail chest adalah gerakan abnormal dari dinding dada yang terjadi akibat fraktur dari dua costa
atau lebih dari costa yang berurutan dan tiap-tiap costa terdapat fraktur segmental . atau fraktur
pada 2 tempat atau lebih pada 1 iga dimana terjadi pada 3 iga atau lebih, baik anterio
maupun posterior. Flail chest tidak terjadi pada daerah posterior dekat m.Sacrospinalis karena
splinting otot

Akibat keadaan ini (segmen yang mengambang) akan terjadi gerakan nafas paradoksal dimana
pada waktu inspirasi bagian tersebut masuk ke dalam , sedang waktu ekspirasi bagian tersebut
akan keluar. Hal ini akan menyebabkan terjepitnya insersio vena cava inferior dan penurunan
tekanan O2 serta peningkatan CO2 akibat adanya pendeluft. Penyebab timbulnya hipoksia pada
keadaan ini disebabkan nyeri yang mengakibatkan gerakan dinding dada tertahan dan trauma
jaringan parunya.

Adanya segmen flail chest menyebabkan gangguan pada pergerakan dinding dada yang sering
kita sebut sebagai gerakan paradoksal. Gerakan paradoksal ini akan menyebabkan fungsi
ventilasi paru menurun sebagai akibat dari aliran udara yang kekurangan O2 dan kelebihan CO2
masuk ke sisi paru yang lain (rebreathing). Pergerakan fraktur pada costa akan menyebabkan
nyeri yang hebat dan akan membuat pasien takut bernafas. Hal ini akan menyebabkan hipoksia
yang serius. Hipoksia terjadi lebih karena faktor nyeri sehingga membatasi gerakan dada.
Disamping itu hal ini juga akan menimbulkan mediastinum akan selalu bergerak dengan hebat
mengikuti gerakan nafas : ke kiri dan ke kanan. Keadaan ini akan mengakibatkan gangguan pada
venous return dari sistem vena cava, pengurangan cardiac output dan penderita jatuh pada
kegagaln hemodinamik.

Biomekanik Trauma

Flail chest merupakan akibat dari trauma tumpul yang keras yang signifikan pada dinding dada
yang mengakibatkan fraktur costae pada multipel area. Bisa diakibatkan oleh kecelakaan
kendaraan bermotor, jatuh dari ketinggian dan tindak kekerasan atau benturan dengan energi
yang besar. Flail chest adalah sebuah indikator dari suatu signifikan tenaga kinetik yang besar
pada dinding dada dan kubah costa, namun pada pasien dengan kelainan yang mendasari
sebelumnya seperti osteoporosis, post sternektomi dan multiple meloma. dengan trauma pada
dinding dada yang ringan saja dapat juga terjadi flail chest.
Penyebab segmen flail bisa terjadi oleh karena trauma terhadap dinding dada bagian lateral,
misalnya oleh karena tendangan yang keras atau trauma yang lain, ataupun trauma terhadap
dinding dada bagian depan misalnya oleh karena tabrakan mobil yang mengakibatkan stir mobil
menghantam dinding dada8. Dengan mengetahui biomekanik suatu trauma akan dapat membantu
identifikasi trauma yang diderita korban. Informasi yang rinci dari biomekanik kecelakaan
dimulai dari anamnesa keadaan korban pada saat sebelum kejadian, seperti minum alkohol,
pemakaian obat tertentu, kejang, nyeri dada, kehilangan kesadaran sebelum kejadian tersebut dan
lain sebagainya.

Pemeriksaan analisa darah sangat diperlukan

Gejala – gejala :

- Sesak nafas, sianosis

- Takhikardi

- Nafas paradoksal

DIAGNOSIS

Sebagian besar kasus flail chest dapat terdiagnosis dengan mudah dengan pencarian yang cepat.
Pada anamnesis kita dapatkan riwayat benturan yang keras yang mengenai dinding dada. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya gerakan paradoksal disertai peningkatan nafas yang
progresif dan tanda-tanda syok. Pada pemeriksaan penunjang dalam bentuk rontgen toraks,
didapatkan fraktur costa multipel segmental. Flail chest adalah diagnosis klinis-anatomis yang
ditandai dengan adanya gerakan paradoksal dari dinding dada pada saat bernafas spontan. Perlu
berhati hati karena temuan klinis tersebut akan menghilang pada pasien yang mendapat bantuan
ventilasi buatan. Fraktur costa satu atau lebih, hanya bisa ditegakkan dengan foto toraks,
instabilitas struktur yang terlibat pada dinding dada biasanya menunjukkan gerakan abnormal
atau paradoks dengan adanya fraktur costa multipel segmental .

Foto toraks antero-posterior dan lateral adalah pemeriksaan penunjang yang sederhana untuk
menentukan jumlah dan type costa yang fraktur. Bila diperlukan, CT scan toraks dapat
digunakan untuk mengidentifikasi fraktur costa dan menilai kontur dari mediastinum, namun
pemeriksaan ini relatif lebih mahal. Pada pemeriksaan foto toraks pasien dewasa dengan trauma
tumpul toraks, adanya gambaran hematotoraks, pneumotoraks, atau kontusi pulmo menunjukkan
hubungan yang kuat dengan gambaran fraktur costa

PENANGANAN

Flail chest merupakan keadaan yang membahayakan jiwa pasien (termasuk lethal six).
Penanganan pertama pada kasus flail chest secara umum tetap harus memperhatikan Airway,
Breathing, Circulation kemudian secara khusus ditujukan untuk stabilisasi sementara terhadap
costa yang melayang berupa pemasangan firm straping serta pemberian analgesia untuk
mencegah nyeri, yang bertujuan untuk mempertahankan respirasi yang optimal
1. Intubasi dan ventilator

Intubasi dan ventilator dibutuhkan pada pasien trauma dada dengan kontusi pulmo dengan
hipoksia. Ventilasi diperlukan pada trauma dada dengan instabilitas dinding dada (flail chest).
Pemasangan ventilasi diperlukan sampai terjadinya penyembuhan pada parenkim paru.
Penyembuhan dan stabilisasi dari fraktur costa merupakan indikasi untuk dilakukan weaning dari
ventilatornya, keculai pada pasien dengan trauma dada yang berat. Ventilator mekanik
digunakan pada pasien dengan insufisiensi pernapasan yang persisten atau gagal nafas setelah
kontrol nyeri yang adekuat tidak berhasil 10.

2. Penggunaan WSD

Pasien dengan flail chest yang dipasang ventilator dapat menyebabkan pneumotoraks atau
tension pneumotoraks karena kerusakan parenkim paru akibat tusukan dari ujung costa. Karena
hal tersebut maka diperlukan pemasangan WSD. Banyak penulis yang merekomendasikan
pemasangan WSD profilaksi/preventif pada semua pasien flail chest yang akan dipasang
ventilator

3. Pemasangan Fiksasi Interna

Gagal nafas yang terjadi pada pasien dengan flail chest disebabkan oleh gerakan paradoksal
dinding dada atau instabilitas dinding dada yang mengakibatkan abnormalitas volume tidal.
Tindakan menghilangkan gerakan paradoksal atau instabilitas dinding dada merupakan hal yang
sangat penting. Fungsi dari stabilisasi fiksasi interna adalah merubah fraktur multipel segmental
menjadi fraktur simpel, sehingga gerakan paradoksal tidak terjadi

Stabilisasi dengan fiksasi interna untuk flail chest populer pada tahun 1950. Pada awalnya
stabilisasi interna tidak dilakukan secara rutin meskipun banyak laporan menunjukan bahwa
keuntungan penggunaan implant, memberikan hasil yang cukup memuaskan baik hasil jangka
panjangnya maupun dari segi biaya. Selama ini fiksasi interna banyak dilakukan hanya pada
pasien yang memerlukan torakotomi atau pada kasus dengan deformitas dinding dada yang besar
atau karena multipel myeloma, namun ternyata pada flail chest dengan pemasangan internal
fiksasi memberikan respon yang positif dengan alasan pasien tidak perlu terlalu lama memakai
ventilator dan perawatan di ICU bahkan setelah operasi pasien bisa mobilisasi segera.

Penanganan :

q Penekanan pada thoraks yang bergerak dengan telapak tangan atau gumplan
kain.Selanjutnya dilakukan fiksasi dengan plester pada iga yang patah dengan gumpalan kain
dibawahnya à pada flail chest unilateral.

Keuntungan : meningkatkan tidal volume dan efisiensi ventilasi

Kerugian : atelektase pneumonia akibat pernafasan terhalang, sehingga diperlukan fisioterapi


aktif

q Stabilisasi dengan Traksi dengan beban 1- 2,5 kg


q Assisted Respiratory à pada flai chest berat post stabilisasi

Cara :

Memasang endotracheal tube, sehingga dapat menghisap sekret dan mengatasi anoksia serta
hiperkabnia dengan manual ventilasi. Bila gagal dilakukan tracheostomi.

Anda mungkin juga menyukai