Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem perkemihan atau sistem urinaria terdiri atas, dua ginjal yang fungsinya
membuang limbah dan substansi berlebihan dari darah, dan membentuk kemih dan dua
ureter, yang mengangkut kemih dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria) yang
berfungsi sebagai reservoir bagi kemih dan urethra. Saluran yang menghantar kemih dari
kandung kemih keluar tubuh sewaktu berkemih.
Setiap hari ginjal menyaring 1700 L darah, setiap ginjal mengandung lebih dari 1 juta
nefron, yaitu suatu fungsional ginjal. Ini lebih dari cukup untuk tubuh, bahkan satu ginjal pun
sudah mencukupi. Darah yang mengalir ke kedua ginjal normalnya 21 % dari curah jantung
atau sekitar 1200 ml/menit.
Masing-masing ginjal mempunyai panjang kira-kira 12 cm dan lebar 2,5 cm pada
bagian paling tebal. Berat satu ginjal pada orang dewasa kira-kira 150 gram dan kira-kira
sebesar kepalang tangan. Ginjal terletak retroperitoneal dibagian belakang abdomen. Ginjal
kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena ada hepar disisi kanan. Ginjal berbentuk
kacang, dan permukaan medialnya yang cekung disebut hilus renalis, yaitu tempat masuk dan
keluarnya sejumlah saluran, seperti pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf dan
ureter.
Panjang ureter sekitar 25 cm yang menghantar kemih. Ia turun ke bawah pada dinding
posterior abdomen di belakang peritoneum. Di pelvis menurun ke arah luar dan dalam dan
menembus dinding posterior kandung kemih secara serong (oblik). Cara masuk ke dalam
kandung kemih ini penting karena bila kandung kemih sedang terisi kemih akan menekan dan
menutup ujung distal ureter itu dan mencegah kembalinya kemih ke dalam ureter.
Kandung kemih bila sedang kosong atau terisi sebagian, kandung kemih ini terletak di
dalam pelvis, bila terisi lebih dari setengahnya maka kandung kemih ini mungkin teraba di
atas pubis. Peritenium menutupi permukaan atas kandung kemih. Periteneum ini membentuk
beberapa kantong antara kandung kemih dengan organ-organ di dekatnya, seperti kantong
rektovesikal pada pria, atau kantong vesiko-uterina pada wanita. Diantara uterus dan rektum
terdapat kavum douglasi.
Uretra pria panjang 18-20 cm dan bertindak sebagai saluran untuk sistem reproduksi
maupun perkemihan. Pada wanita panjang uretra kira-kira 4 cm dan bertindak hanya sebagai
system Perkemihan. Uretra mulai pada orifisium uretra internal dari kandung kemih dan

1
berjalan turun dibelakang simpisis pubis melekat ke dinding anterior vagina. Terdapat sfinter
internal dan external pada uretra, sfingter internal adalah involunter dan external dibawah
kontrol volunter kecuali pada bayi dan pada cedera atau penyakit saraf.

A. RUMUSAN MASALAH
1. Untuk mengetahui devinisi dari Uretritis
2. Untuk mengetahui etiologi dari Uretritis
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari Uretritis
4. Untuk mengetahui pemeriksaan dari Uretritis
5. Untuk mengetahui komplikasi dari Uretritis
6. Untuk mengetahui Penatalaksaaan pasaca operatif dari Uretritis

B. TUJUAN
1. Untuk menjelaskan definisi Uritritis
2. Untuk menjelaskan penyebab Uritritis, tanda dan gejala serta komplikasi dalam tubuh.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

 Uretritis adalah infeksi dari uretra, yaitu saluran yang membawa air kemih dari
kandung kemih keluar tubuh. (www.medicastore.com)
 Uretritis adalah peradangan uretra oleh berbagai penyebab dan merupakan sindrom
yang serin terjadi pada pria. (Sylvia A. Price, 2006)
 Uretritis didefinisikan sebagai peradangan akibat infeksi dari uretra. Istilah uretritis
untuk Penyakit Menular Seksual (PMS). Uretritis merupakan kondisi peradangan
yang dapat menular. Penyebabnya adalah infeksi uretritis yaitu, karena infeksi dengan
Neisseria gonorrhoeae atau Ngu (yaitu, karena infeksi dengan Chlamydia
trachomatis, Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis, Mycoplasma
genitalium, atau Trichomonas vaginalis). (www.health .detik.com)

B. ANATOMI FISIOLOGI
Uretra merupakan alur sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan urine ke luar
a. Uretra pria
Uretra pria mulai dari orifisium uretra interna di dalam kandung kemih sampai
orifisium uretra eksterna pada penis, panjangnya 17,5-20cm yang terdiri atas
bagian-bagian berikut.
1) Uretre prostatika aluran terlebar, panjangnya 3cm berjalan hampir vertikal
melalui glandula prostat, melalui dari basis ke sampai ke apaks dan lebih dekat ke
permukaan anterior. Bentuk saluranya seperti kumparan, bagian tengahnya lebih
luas, makin ke tengah makin dangkal kemudian bergabung dengan pars

3
membran. Potongan transversal saluran ini menghadap ke depan. Pada dinding
posterior terdapat dingding posterior terdapat krista uretralis yang berbentuk kulit,
dibentuk oleh penojolan membran mukosa, jaringan di bawahnya 15-17 cm, tinggi
3cm. Pada kiri dan kanan krista uretralis terdapat sinus prostatikus yang ditembus
oleh orifisium duktus prostat lalu bermuara di belakang krista uretralis.
Bagian depan krista uretralis terdapat tonjolan yang disebut kolikus seminalis.
Pada orifisium utrikulus, protatikus berbentuk kantong sepanjang 6cm yang
berjalan ke atas dan kebelakang di dalam substansi prostat di belakang lobus
medial. Dingdingnya terdiri atas jaringan ikat lapisan muskularis dan membran
mukosa, beberapa glandula kecil terbuka ke permukaan dalam.
2) Uretra pars membranasea : uretra ini merupakan saluran yang paling
pendek dan paling dangkal, berjalan mengarah ke bawah dan ke depan diantara
apeks glandula prostat dan bulbus uretra. Pars membranase menembuh diagfragm
urogenitalis sepanjang 2,5cm di bawah belakang samping simpisi pubis diliputi
oleh jaringan sfingter uretra membranasea. Di depan saluran ini terdapat vena
dorsalis penis yang mencapai pelvis di antara ligamentum transversal pelvis dan
ligamenntum arquarta pubis.
3) Uretra pars kavernosa ; uretra ini mempunyai salura terpanjang dari uretra,
terdapat sampai ke korpus kavernosus uretra, panjagnya 15cm mulai dari pras
membranase sampai ke orifisium superfisialis dari digafragma urogenitalis. Pada
saat penis berkontraksi, pars keverosus akan membelok ke bawah dan kedepan
4) Orifisium uretra ekserna : ini merupakan bagian erektor yang paling
berkonraksi, berupa sebuah celah vertikal. Kedua sisi ditutupi oleh dua bibir kecil
panjangnya 6mm. Glandula uretralis bermuara ke dalam uretra dan terdiri atas dua
bagian.

5) Pembuluhdarahpada urethra pria


Suplai arterial urethra laki-laki proksimal. Dua bagian proksimal urethra
diperdarahi oleh pars prostatica arteria rectalis media dan arteria vesika inferior.
Drainase limpatik dan venosa urethra laki-laki proksimal. Vena-vena dari dua bagi
anproksimal uretra bermuara ke dalam plexus veno susprostaticus. Pembuluh
limpatik terutama mengalir ke nodilymphati ciiliac iinterni sebagian kecil
pembuluh darah bermuara kedalam nodilymphatic iiliaci externi
6) Persarafan

4
Persarafan berasal dari plexsus prostaticus (campuran serat aferen visceral
simpatis dan parasimpatis ) plexus prostaticus adalah salah satu plexus pelvicus
(suatu ekstensi inferior plexus vesicalis ) yang keluar sebagai ekstensi spesifik
organ pada plexus hypogatricus inferior.

b. Uretra wanita
Terletak di belakang simpisis, berjalan sedikit miring ke arah atas, salurannya
dangkal, panjangnya 4cm, mulai dari orifisium uretra interna sampai ke orifisium
uretra ekstern. Pada dingding anterior vagina menjurus obligue ke bawah dan
menghadap kedepan. Apabila tidak berdilatasi diameternya 6cm.uretra ini
menembus fasia diagfragma urogenitalis dan orifisium ekstrena langsung di depan
permukaan vagina. Jaraknya 2,5cm di belakang gland klitoris, glandula uretra
bermuara ke uretra yang terbesar diantaranya adalah glandula para uretralis
(skene) yang bermuara ke dalam orifisium uretra yang hanya berfungsi sebagai
saluran eksresi.Diagfragma urogenitalis dan orifisium eksterna berada di
permukaan vagina dan 2,5cm di belakang gland klitoris. Uretra wanita jauh lebih
pendek dari pada pria dan terdiri atas lapisan otot polosnyan diperkuat oleh
sfingter otot rangka. Pada muaranya ditandai dengan banyak sinus venosus mirip
jaringan kavernosa.Lapisan uretra wanita terdiri dari :
1) Tunika muskularis
2) Lapisan spongeosa berjalan pleksus dari vena-vena
3) Lapisan mukosa sebelah dalam
4) Pembuludarah urethra wanita
Suplai arterial pada urethra perempuan, darah di suplaike urethra perempuan oleh
arteria pudenda interna dan arteria vaginalis. Vena berjalan mengikuti arteri dan
memilik nama yang sama, sebagian besar pembuluh darah limpatik dari urethra
berjalan ke nodilyphatic isacrales dan nodilyphatic iiliac iinterni tetapi sedikit
pembuluh dari urethra distal yang sama bermuara ke dalam nodilyphatic
iinguinales
5) Persarafan urethra wanita
Persarafan urethra berasal dari plexus (nervus) sacralis dan nervus pudendus. Pola
tersebut serupa dengan pola pada laki-laki biasanya tanpa plexus prostaticus dan
M. sphinceter urethra internum aferen-aferen visceral dari sebagian besar urethra

5
berjalan pada nervus splanchnicus pelvicus, tetapi terminasi nyamenrima aferen-
aferen somatic memanjang dari badan-badan sel di dalam ganglia spinalis.

D. KLASIFIKASI
a. Uretritis Akut
Biasanya terjadi karena asending infeksi, atau sebaliknya oleh karena prostat
mengalami infeksi. Keadaan ini sering diderita oleh kaum pria.

a) Tanda dan gejala :


- Mukosa merah dan edema.
- Terdapat cairan eksudat yang purulent.
- Ada ulserasi pada uretra.
- Ada rasa gatal yang menggelitik,gejala khas padauretritis G.O
- Pada pria pembuluh darah kapiler melebar, kelenjar uretra tersumbat oleh
kelompok pus
- Pada wanita jarang ditemukan uretritis akut, kecuali bila pasien menderita
gonorhoe.
b) Diagnosa diferential
-uretritis G.O
-amicrobic pyuhria
-prostatitis non spesifik
c) Pemeriksaan Diagnostik :
Dilakukan pemeriksaan terhadap sekret uretra untuk mengetahui kuman
penyebab.
d) Tindakan Pengobatan :
a. Pemberian antibiotika
b. Bila terjadi striktura, dilakukan dilatasi uretra dengan menggunakan bougie.
e) Komplikasi :
1. Prostatitis
2. Periuretral abses yang dapat sembuh, kemudian menimbulkan striktura atau
Fistul uretra.
b. Uretritis Kronis
a) Penyebab :
- Pengobatan yang tidak sempurna pada masa akut.

6
- Prostatitis kronis.
- Striktura uretra.
b) Tanda dan gejala :
- Mukosa terlihat granuler dan merah
- Getah uretra (+), dapat dilihat pada pagi hari sebelum miksi pertama.
c) Prognosa :
Bila tidak diobati dengan baik, infeksi dapat menjalar ke kandung kemih, ureter &
ginjal.
d) Tindakan pengobatan :
- Pemberian antibiotik
- Banyak minum untuk melarutkan bakteri (+ 3000 cc/ hari).
e) Komplikasi :
1. Radang dapat menjalar ke prostate
2. Prostatitis
Prostatitis bakterial akut terjadi dengan gejala-gejala infeksi saluran kemih bagian
bawah, nyeri di perineum atau obstruksi. Hasil pemeriksaan menunjukkan prostat
yang membengkak dan lunak. Urinalisis biasanya menunjukkan piuria dan
bakteriuria dengan hasil kultur uropatogen yang khas

E. ETIOLOGI
 Penyebabnya bisa berupa bakteri, jamur atau virus.
Pada wanita jasad renik tersebut biasanya berasal dari vagina. Pada
kebanyakan kasus, bakteri berasal dari usus besar dan sampai ke vagina
melalui anus. Lelaki lebih jarang menderita uretritis.
 Jasad renik yang ditularkan melalui hubungan seksual (misalnya Neisseria
gonorrhoeae penyebab gonore), masuk ke vagina atau penis pada saat
melakukan hubungan seksual dengan mitra seksual yang terinfeksi dan bisa
menjalar ke uretra.
Uretritis pada pria paling sering disebabkan oleh gonokokus. Klamidia dan
virus herpes simpleks juga bisa ditularkan melalui hubungan seksual dan bisa
menyebabkan uretritis. Bakteri (Eschericia coli), Jamur dan virus, Infeksi
ginjal, Prostat hipertropi juga bisa menyebabkan uretritis.

7
F. PATOFISIOLOGI
Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran kemih dapat melalui :
1)Penyebaran endogen yaitu kontak langsung daro tempat terdekat.
2) Hematogen.
3)Limfogen.
4) Eksogen sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi.
Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya infeksi saluran kemih yaitu :
Bendungan aliran urine.
1)Anatomi konginetal.
2)Batu saluran kemih.
3)Oklusi ureter (sebagian atau total).
Refluks vesi ke ureter.
Urine sisa dalam buli-buli karena :
4)Neurogenik bladder.
5)Striktur uretra.
6)Hipertropi prostat.
Gangguan metabolik.
7)Hiperkalsemia.
8)Hipokalemia
9)Agamaglobulinemia.
Instrumentasi
10)Dilatasi uretra sistoskopi.
Kehamilan
11)Faktor statis dan bendungan.
12)PH urine yang tinggi sehingga mempermudah pertumbuhan kuman.
Infeksi tractus urinarius terutama berasal dari mikroorganisme pada faeces yang
naik dari perineum ke uretra dan kandung kemih serta menempel pada permukaan
mukosa. Agar infeksi dapat terjadi, bakteri harus mencapai kandung kemih,
melekat pada dan mengkolonisasi epitelium traktus urinarius untuk menghindari
pembilasan melalui berkemih, mekanisme pertahan penjamu dan cetusan
inflamasi.
Inflamasi, abrasi mukosa uretral, pengosongan kandung kemih yang tidak
lengkap, gangguan status metabolisme (diabetes, kehamilan, gout) dan
imunosupresi meningkatkan resiko infeksi saluran kemih dengan cara

8
mengganggu mekanisme normal. Infeksi saluran kemih dapat dibagi menjadi
sistisis dan pielonefritis.
Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens.
Pielonefritis akut juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat
terjadi di satu atau di kedua ginjal.
Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai
pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks vesikoureter.
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik urine
dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks urtrovesikal), kontaminasi fekal,
pemakaian kateter atau sistoskop.
Uretritis suatu inflamasi biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang
digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis gnoreal disebabkan oleh
niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis nongonoreal
; uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya
disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum.
Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi bakteri piala ginjal,
tobulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai
kandung kmih melalui uretra dan naik ke ginjal meskipun ginjal 20 % sampai 25
% curah jantung; bakteri jarang mencapai ginjal melalui aliran darah ; kasus
penyebaran secara hematogen kurang dari 3 %.

G. MANIFESTASI KLINIS
a. Terkadang asimptomatik
b. Rasa gatal dan terbakar di sekitar uretra
c. Cairan dari uretra, pada prepusium, dapat berwarna bening, kental, pekat, atau
purulent
d. Disuria atau sering berkemih
e. Gangguan rasa nyaman pada penis

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Darah
Pada pemeriksaan darah akan dijumpai leukositosis, LED meningkat, kadang-
kadangterdapatbutir-butir toxin.

9
b. Urin
Dalam pemeriksaan urin akan dijumpai :
1) Piuria merupakan gejala penting, yaitu adanya leukosit dalam urine >
10/LPB pada pemeriksaan mikroskopik urine yang telah disentrifus. Hitung
jumlah leukosit yang dieksresipada urine porsi tengah sebesar 2000/ml atau
200.000/ jam juga dianggap positif, meski pun harus dihindarkan pencemaran
leukosit dari vagina dan sekitarnya pada wanita. Bila yang diperiksa adalah urine
hasil aspirasi kandung kencing, nilai 800/ml sudah dianggap tanda infeksi.
2) Hematuria dapat juga terjadi dan dianggap positif bila jumlahnya lebih dari
5/LPB pada pemeriksaan mikroskopik, dan bila didapatkan jumlah lebih dari
8000/ml urine.
3) Bakteriuria harus dapat dibuktikan adanya dengan biakan urine, dan harus
dapat disingkirkan adanya kontaminasi. Sejak tahun 1960, Kass mengemukakan
cara hitung kuman hasil biakan dan menyatakan angka 100.000 koloni/ml urine
sebagai tanda positif.
4) Kultur urine dapat dilakukan untuk mengidentifikasi adanya organism
spesifik.
5) Test imunologik yaitu adanya bakteri berselubung antibody (BBA) dalam
urine.
I. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dapat diberikan oleh perawat adalah mengawasi kebutuhan terapi pada
klien seperti pemberian antibiotik, pemberian cairan yang cukup, serta analgesik untuk nyeri.
Untuk pasien yang menggunakan kateter, perawat harus menjaga teknik steril ketika
mengganti kateter. Selain itu, perawat juga harus sering melakukan perawatan pada daerah
perineal.
Pemberian asupan cairan harus disarankan kepada klien karena dapat mengobati
maupun mencegah infeksi. Jumlah cairan yang disarankan yaitu 3-4 L/hari. Perubahan diet
juga diperlukan. Diet yang disarankan adalah menghindari minuman yang mengandung
kafein, alkohol dan makanan pedas serta coklat. Selain itu, perawat juga harus memberikan
health education kepada klien baik yang sudah terkena uretritis maupun yang belum, untuk
menjaga kebersihan diri dan perilaku seks karena merupakan penyebab terbesar terjadinya
uretritis.

10
J. KOMPLIKASI
Komplikasi yang dapat terjadi pada pria berupa prostatitis, vesikulitis,
epididimitis, dan striktur urethra. Sedangkan pada wanita komplikasi dapat berupa
Borthlinitis, praktitis, salpingitis, dan sistitits. Peritonitis dan perihepatitis juga
pernah dilaporkan.

K. PENCEGAHAN

Pencegahan dari urethritis ini dapat dilakukan dengan melakukan pendidikan pada
pasien tentang pergaulan dan perilaku seks yang sehat diantaranya:

 Mengajarkan pada pasien factor-faktor resiko yang dapat terjadi dari sindroma pms
 Menjaga pergaulan, dengan orang-orang yang berhubungan dengan multiple seks
 Menghindari pergaulan bebas
 Menghindari penyalahgunaan obat
 Menghindari freeseks
 Menggunakan kondom pada semua pasangan dan pada semua waktu melakukan
hubungan seksual
 Masyarakat dianjurkan untuk mempelajari masalah-masalah penyakit yang berkaitan
dengan saluran kemih, dan kesehatan tubuh.
 Menjaga kebersihan alat kelamin.

11
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas klien : terdiri atas nama, No MR, umur, agama, jenis kelamin, alamat,
tanggal masuk RS, alasan masuk, cara masuk, penanggung jawab.
2. Riwayat kesehatan
A. Riwayat kesehatan sekarang

Biasanya mukosa memerah dan edema. Terdapat cairan exudat yang purulent ,
Ada ulserasi pada uretra , Adanya rasa gatal yang menggelitik , Good morning
sign , Adanya pus awal miksi , Nyeri pada saat miksi , Kesulitan untuk
memulai miksi , Nyeri pada abdomen bagian bawah.

B. Riwayat kesehatan dahulu


Biasanya klien penyakit kelamin. mengalami lesi local yang berlokasi dekat
uretra.

C. Riwayat kesehatan keluarga


Tanyakan ada atau tidak keluarga yang menderita penyakit yang sama.

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Kepala dan wajah : rambut hitam,tidak ada ketombe, tidak rontik, kulit kepala bersih,
tidak ada oedema.
2. Mata : sklera biasanya tidak ikhterik
3. Kesadaran : biasanya kompos mentis.
4. Hidung : tidak ada deformitas, tidak ada pernafasan cuping hidung.
5. Mulut dan faring : tidak ada pembesaran tonsil, gusi tidak terjadi pendarahan, mukosa
mulut tidak pucat.
6. Telinga : tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau nyeri
tekan.
7. Leher : biasanya JVP dalam batas normal
8. Thorax/dada :

Inspeksi : biasanya simetris kiri kanan, tidak ada lesi.

Palpasi : taktil fremitus seimbang kanan kiri.

Perkusi : biasanya sonor

Auskultasi : tidak ada suara nafas tambahan.

9. Abdomen :

Inspeksi : biasanya datar, tidak ada lesi

Auskultasi : tidak ada bising usus

12
Palpasi : ada nyeri dibagian bawah abdomen

Perkusi : ada nyeri dibagian bawah abdomen

10. Genitalia :
Inpeksi : Pada penderita uretritis adanya mukosa merah udematus.
Terdapat cairan eksudat purulen. Ada ulserasi diuretra Adanya pus. Peradangan akut
uretra.
Palpasi : Ada nyeri tekan pada genetalia karena adanya inflamasi
Auskultasi : Adanya gangguan kontraksi otot polos uretra sehingga terjadi kesulitan
miksis

11. Ekstermitas :
Atas : tidak ada kekakuan otot atau oedem

DIAGNOSA

1. Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada uretra


2. Gangguan perubahan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi/edema/proses
peradangan saluran kemih.
3. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan pada saluran kemih
4. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan terhadap penyakit
5. Resiko infeksi berhubungan dengan penyebaran pathogen secara sistemik

INTERVENSI

Tujuan dan Kriteria


No Diagnosa Keperawatan Intervensi (NIC) Rasional
Hasil (NOC)
1. jelaskan penyebab 1. memberikan
nyeri dan pentingnya kesempatan
Tujuan : dakam melaporkan ke staf untuk
waktu1X24 jam terhadap perubahan pemberian
skala nyeri dapat kejadian/karakteristik analgesik
berkurang atau nyeri. sesuai waktu
terkontrol. dan
2. berikan tindakan mewaspadakan
Nyeri berhubungan
Kriteria Hasil: nyaman staf akan
1. dengan respon iritasi
kemungkinan
pada uretra
1. skala nyeri 3. bantu atau dorong lewatnya batu/
berkurang/hilang. penggunaan napas terjadi
Skala 0-1 (0-10) berfokus, bimbingan komplikasi.
imajinasi, dan aktifitas Penghentian
2. ekspresi klien terapiutik tiba-tiba nyeri
rileks biasanya
4. perhatikan keluhan menunjukkan
peningkatan/menetapnya lewatnya batu.

13
nyeri abdomen
2.
5. berikan kompres meningkatkan
hangat pada punggung. relaksasi,
menurunkan
tegangan otot,
dan
meningkatkan
koping

3.
mengarahkan
kembali
perhatian dan
membantu
dalam
relaksasi otot

4. obstruksi
lengkap ureter
dapat
menyebabkan
perforasi dan
ekstravasasi
urin ke dalam
area parirenal

5.
menghilangkan
tegangan otot
dan relaksasi
Tujuan : dalam 1. awasi intake dan
1. memberikan
waktu 3X 24 jam output serta karakteristik
informasi
pola eliminasi urin urin
tentang fungsi
membaik.
ginjal dan
2. tentukan pola
adanya
Kriteria hasil: berkemih normal klien
komplikasi
dan perhatikan variasi
Gangguan eliminasi urin
1. secara subjektif yang terjadi
berhubungan dengan 2. batu saluran
melaporkan pola
stimulasi kandung kemih kemih dapat
2. miksi membaik 3. dorong peningkatan
oleh batu, iritasi ginjal menyebabkan
asupan cairan
dan ureter, obstruksi peningkatan
2. dapat
mekanik dan peradangan eksitabilitas
mengidentifikasi 4. gunakan kateter
saraf
aktivitas yang dengan bahan silikon
sehinggan
meningkatkan atau
menimbulkan
menurunkan 5. kolaborasi untuk
sensasi
perubahan pola pemberian antibiotik
kebutuhan
miksi
berkemih

14
3. ekspresi klien segera.
rileks
3. peningkatan
hidrasi dapat
membilas
bakteri, darah,
dan debris

4. kateter
dengan bahan
silikon
memiliki
kemungkinan
10 kali lebih
rendah untuk
terjadi uretritis
daripada
penggunaan
kateter lateks
karena daya
traumatiknya
lebih ringan
pada uretra.

5. antibioik
yang rasional
sesuai dengan
jenis uji
sensitivitas
dapat
menurunkan
morbiditas dan
untuk
mengurangi
penularan
penyakit
kepada orang
lain.
1. instruksikan px untuk 1. menurunkan
Tujuan :
menahan diri dari penularan
hubungan seksual
Dalam waktu 1x
sampai sembuh. 2. mendidik px
Kurang pengetahuan 24jam informasi
untuk selalu
berhubungan dengan yang di butuhkan px
2. anjurkan penggunaan menggunakan
3. misintepretasi resiko terpenuhi
kondom. perangkat
penyebaran dan transmisi
penghalang
penyakit menular seksual Kriteria hasil:
3. beritahu px bahwa saat terlibat
infeksi dapat menyebar dalam
1. px teradaptasi
melalui hubungan hubungan
dengan kondisi yang
orogenital atau dengan

15
di alami genitoanal, bahkan tanpa beberapa
adanya hubungan mitra.
2. px bersedia untuk penofaginal.
upaya penurunan 3. upaya untuk
penyebaran menurunkan
transmisi infeksi penularan pada
menular seksual homoseksual.

IMPLEMENTASI
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah
dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini
dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan
mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta
mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Doenges E Marilyn, dkk, 2000)

EVALUASI
Pada tahap yang perlu dievaluasi pada klien dengan uretritis adalah, mengacu pada tujuan
yang hendak dicapai yakni apakah terdapat :
1.Nyeri yang menetap atau bertambah
2.Perubahan warna urine
3.Pola berkemih berubah, berkemih sering dan sedikit-sedikit, perasaan ingin kencing,
menetes setelah berkemih.

16
BAB 4
PENUTUP

 Kesimpulan

Urehtritis adalah suatu inflamasi uretra atau suatu infeksi yang menyebar naik yang
digolongkan sebagai infeksi gonoreal dan nongonoreal. Urethritis dapat dikategorikan
menjadi urethritis akut, urethritis kronis, urethritis gonococus dan urethritis non gonococus.
Secara umum penyebab penyakit urethritis adalah kuman gonorhea, kuman non gonorhea,
tindakan invasif di saluran kemih, iritasi batu ginjal, trihomonas vaginalis dan golongan
bakteri gram negative. Tanda dan gejala dari penyakit urethritis adalah mukosa memerah dan
edema , terdapat cairan exudat yang purulent, ada ulserasi pada uretra , adanya rasa gatal
yang menggelitik, adanya pus pada awal miksi, nyeri pada saat miksi, kesulitan untuk
memulai miksi dan nyeri pada abdomen bagian bawah. Pengobatan yang dianjurkan pada
penderita penyakit urethritis adalah antibiotik. Jenis antibiotik yang sering digunakan
misalnya cefixime 400 mg oral, ceftriaxone 250 mg IM, ciprofloraxacin 500 mg oral, dan
ofloxacin 400 mg oral. Komplikasi yang dapat terjadi pada pria berupa prostatitis, vesikulitis,
epididimitis, dan striktur urethra. Sedangkan pada wanita komplikasi dapat berupa
Borthlinitis, praktitis, salpingitis, dan sistitits.

 Saran

Semoga dengan selesainya makalah ini diharapkan agar para pembaca khususnya mahasiswa
dapat lebih mengetahui dan memahami tentang “ Penyakit Urethritis “ beserta hal – hal yang
berkaitan dengan penyakit tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://medicastore.com/penyakit/85/Uretritis.html
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/04/28/askep-infeksi-saluran-kemih/
NANDA NIC-NOC

18

Anda mungkin juga menyukai