Anda di halaman 1dari 4

FENOMENOLOGI

Posyandu adalah wadah atau tempat pemeliharaan kesehatan yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat serta
dibimbing petugas kesehatan terkait dalam hal ini petugas dari puskesmas. (Departemen kesehatan RI (2006)).

Menurut Zulkifli (2003) dalam Posyandu dan Kader Kesehatan menjelaskan tiga defenisi posyandu yaitu secara sederhana
dapat diartikan sebagai pusat kegiatan masyarakat dimana pelayanan KB Kesehatan dapat diperoleh sekaligus oleh
masyarakat; dari aspek prosesnya, posyandu didefenisikan sebagai wujud peran serta masyarakat di dalam pembangunan,
khususnya di dalam bidang kesehatan dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal dengan cara
menciptakan kemampuan (upaya) untuk hidup sehat bagi setiap penduduk; serta dipandang dari hirarki sistem upaya
pelayanan kesehatan, posyandu adalah wadah yang menghubungkan ahli teknologi dan ahli kelola dalam hal upaya-upaya
kesehatan yang profesional yang ditujukan kepada masyarakat sebagai upaya untuk menciptakan kemampuan masyarakat
agar bisa hidup sehat.

Menurut Dijen Binakesmas Depkes RI (2009) bahwa kinerja posyandu mengalami penurunan, hal
tersebut diketahui dari cakupan balita yang datang ke posyandu turun dari 60% menjadi 43% sehingga,
banyak ditemukan balita yang tidak ditimbang dan tidak mendapat immunisasi yang mengakibatkan
semakin meningkatnya prevalensi gizi kurang yang dapat berlanjut menjadi gizi buruk.

Berdasarkan data Profil Kesehatan Kota Manado (2013) di wilayah kerja puskesmas Paniki ditemukan
cakupan penimbangan balita sebesar 67,15%. Rendahnya penimbangan balita ke posyandu merupakan
salah satu indikator outcome posyandu yang rendah. Balita yang tidak melakukan penimbangan setiap
bulannya di wilayah kerja posyandu tidak dapat dipantau pertumbuhannya, sehingga dengan kondisi
tersebut sangat diperlukan keaktifan kader dengan melakukan kunjungan ke rumah-rumah dan melakukan
penimbangan balita, agar dapat memantau tanda awal untuk mendeteksi secara dini berat badan balita
setiap bulannya. Balita yang mempunyai KMS (Kartu Menuju Sehat) di wilayah kerja Puskesmas Paniki
sebanyak 79,16%, sehingga tidak sesuai dengan pencapaian target 100%, hal ini menunjukkan bahwa
cakupan pemberian KMS menjadi sangat rendah. Balita yang seharusnya mempunyai KMS karena masih
dalam fase pertumbuhan, telah kehilangan kesempatan di posyandu untuk mendapat pelayanan
sebagaimana yang terdapat dalam KMS tersebut.
Strata atau tingkat perkembangan posyandu dapat dilihat pada pola pembinanan posyandu yang dikenal dengan telaah
kemandirian posyandu (Depkes 1995, dikutip dalam Nain 2008) yaitu semua posyandu didata tingkat pencapaiannya dari
segi pengorganisasian dan pencapaian programnya.

Pengelola Posyandu sesuai dengan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1990 tentang Peningkatan Pembinaan
mutu posyandu ditingkat desa kelurahan (dikutip dalam Sembiring 2004) sebagai berikut :

1. Penanggungjawab umum: Ketua Umum Lembaga Kesehatan Masyarakat Desa atau LKMD (Kades/Lurah).

2. Penggungjawab operasional, Ketua I LKMD (Tokoh Masyarakat)

3. Ketua Pelaksana : Ketua II LKMD/Ketua Seksi 10 LKMD (Ketua Tim Penggerak PKK).

4. Sekretaris: Ketua Seksi 7 LKMD

5. Pelaksana: Kader PKK, yang dibantu Petugas KB Kesehatan.

Strata posyandu dari terendah sampai tertinggi (Hasanbasri dan Saripawan 2007; Nain 2008; Sembiring 2004) sebagai
berikut :

1. Posyandu Pratama (warna merah) : Merupakan posyandu yang belum mantap, kegiatan belum rutin dengan kader
terbatas, kurang dari 5 (lima) orang

2. Posyandu Madya (warna kuning) : Merupakan posyandu dengan kegiatan lebih teratur yaitu lebih dari 8
(delapan) kali per tahun dengan jumlah kader 5 orang atau lebih, tetapi cakupan 5 (lima) kegiatan pokok masih
rendah yaitu kurang dari 50 %.

3. Posyandu Purnama (warna hijau) : Merupakan posyandu madya yang cakupan kelima kegiatan pokoknya lebih
dari 50 %, mampu melaksanakan program tambahan dan sudah memperoleh sumber pembiyaaan dari dana sehat
yang dikelola masyarakat yang jumlah peserta masih terbatas yakni kurang dari 50 % kepala keluarga (KK) di
wilayah kerja posyandu.

4. Posyandu Mandiri (warna biru) : Merupakan posyandu purnama yang sumber pembiayaannya diperoleh dari
dana sehat yang dikelola oleh masyarakat dengan jumlah peserta lebih dari 50 % KK di wilayah kerja posyandu.

Pelayanan masyarakat dengan menggunakan sistem 5 (lima) meja biasanya dilakukan pada hari buka posyandu
(Adisasmito 2007; Depkes RI 2006; Sembiring 2004; Zulkifli 2003) yakni:

1. Meja I : Pendaftaran dan pencatatan

2. Meja II : Penimbangan

3. Meja III : Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS)

4. Meja IV : Penyuluhan kesehatan perorangan berdasarkan KMS.


5. Meja V : Pelayanan tenaga propesional meliputi pelayanan KIA, KB, Imunisasi dan pengobatan, serta pelayanan
disesuaikan dengan kebutuhan setempat.

IDENTIFIKASI MASALAH :

Dalam rangka peningkatan kualitas layanan posyandu agar menjangkau semua lapisan masyarakat, maka
peningkatan kualitas layanan kader posyandu menjadi tonggak penting yang harus diperhatikan. Dengan
peningkatan pengetahuan dan pemahaman diharapkan kader posyandu tahu proses tata laksana posyandu
yang efektif, kondisi kesehatan balita dan deteksi dini kasus gizi buruk pada balita. Penekanannya yang
tidak kalah penting adalah menyangkut kemampuan kader posyandu sebagai agen sosial yang dilengkapi
dengan pengenalan diri yang baik dan perangkat etika dalam berinteraksi dengan masyarakat, sehingga
para kader posyandu mampu menjadi patner yang positif di lingkungan sebagai agen sosial. Kader
posyandu juga harus memenuhi program-program apa saja yang akan diberikan oleh pihak pemerintah
yang bisa diakses oleh masyarakat dan bagaimana proses memperoleh kesempatan atas program tersebut.
Posyandu sangat tergantung oleh peran kader, kader-kader posyandu ini pada umumnya adalah relawan
yang berasal dari tokoh masyarakat yang dipandang memiliki kemampuan lebih dibanding anggota
masyarakat lainya. Mereka inilah yang memiliki andil besar dalam memperlancar proses pelayanan
kesehatan primer. Namun keberadaan kader relatif labil karena partisipasinya bersifat sukarela, sehingga
tidak ada jaminan bahwa para kader akan tetap menjalankan fungsinya dengan baik seperti yang
diharapkan (Deliveri, 2002).

RUMUSAN MASALAH :

Berdasarkan studi kepustakaan peneliti melakukan penelitian apakah ada pengaruh pendidikan
berhubungan dengan keaktifan kader dalam kegiatan posyandu di wilayah kerja puskesmas cengkareng
timur kecamatan cengkareng.

SUMBER :

Adisasmito, W 2007, Sistem kesehatan, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.


Departemen Kesehatan RI, 2006, Buku kader posyandu : dalam usaha perbaikan gizi, Departemen Kesehatan, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2006, Pedoman umum pengelolaan posyandu, Departemen Kesehatan, Jakarta.
Ferizal, Y & Hasanbasri, M 2007, Proses pelaksanaan manajemen pelayanan posyandu terhadap intensitas posyandu,
KMPK Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai