Anda di halaman 1dari 8

PENCELUPAN KAIN POLIESTER DENGAN ZAT WARNA DISPERSI

SISTEM EXHAUST METODE HT / HP

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Fanny (12020044)

Riska Pramana Putri (14020044)

Tisarah Destria Utami (14020094)

Piranti Handayani (14020088)

Fenty Rochmatillah (14020098)

Ahmad Saifudin (14020099)

Asep Muhidin (14020101)

POLITEKNIK STTT BANDUNG


BANDUNG
2016
A. Poliester
Serat poliester merupakan serat sintetik yang terbuat dari asam tereftalat dan etilena
glikol.

O O
C C CH2 CH2 CH2 O

Struktur Molekul Serat Poliester

Serat poliester memiliki suhu Karakter serat poliester adalah sebagai berikut :

1. Morfologi
Penampang membujur serat poliester berbentuk seperti silinder dengan
penampang melintang berbentuk bundar.

2. Sifat fisika
a. Kekuatan dan mulur
Terylene memilki kekuatan 4,5-7,5 g/denier dan mulur 25-7,5%. Dacron
mempunyai kekuatan 4-6,9 g/denier dan mulur 40-11%.

b. Elastisitas
Pemulihan selama 1 menit setelah penarikan :

- Penarikan 2% ...................... pulih 97%

- Penarikan 4% ...................... pulih 90%

- Penarikan 8% ...................... pulih 80%

c. Moisture Regain
Kondisi standar = 0,45%. Pada RH 100% = 0,6-0,8%.

d. Titik leleh
Meleleh pada udara panas bersuhu 250oC.

e. Berat jenis
Berat jenis poliester adalah 1,38.
3. Sifat kimia
a. Tahan asam lemah walaupun pada suhu mendidih, dan tahan asam kuat
dingin.
b. Tahan oksidator, alkohol, keton sabun, dan zat-zat untuk pencucian kering.
c. Larut dalam meta-kresol panas, asam trifloroasetat-orto-klorofenol.
d. Tahan serangga, jamur, dan bakteri.

Dalam air, serat poliester akan memiliki gaya dipol antar serat dimana ikatannya
digambarkan sebagai berikut:

O O
HO OC CO(CH 2) 2 O n H

Gaya Dipol
O O
HO OC CO(CH 2) 2 O n H

Gaya ini terjadi karena atom karbon bermuatan parsial positif (+)dan atom
oksigen bermuatan parsial negatif (-). Gaya dipol akan renggang pada saat
pemanasan di atas 80oC sehingga zat warna bisa masuk ke dalam serat.

Pada suhu tinggi, rantai-rantai molekul serat pada daerah amorf mempunyai
mobilitas tinggi dan pori-pori serat mengembang. Kenaikan suhu menyebabkan
adsorpsi dan difusi zat warna bertambah. Energi rantai molekul serat bertambah
sehingga mudah bergeser satu sama lain dan molekul zat warna dapat masuk ke
dalam serat dengan cepat. Masuknya zat warna ke dalam serat dibantu pula dengan
adanya tekanan tinggi.

B. Zat Warna Dispersi

Zat Warna dispersi merupakan zat warna yang tidak memiliki gugus pelarut.
Dengan bantuan zat pendispersi zat warna dispersi akan terdispersi dalam larutan
celup sehingga dapat digunakan untuk mencelup serat hidrofob seperti selulosa
asetat, triasetat, poliamida dan poliester.
Sehubungan dengan struktur serat hidrofob yang umumnya relatif rapat
(terutama poliester dan selulosa triasetat) maka ukuran molekul zat warna dispersi
harus kecil dan ramping agar penyerapan zat warnanya baik, oleh karena itu maka zat
warna dispersi umumnya berupa zat warna monoazo.
Tipe – tipe zat warna dispersi di pasaran berdasarkan sifat fisiknya adalah
seperti berikut :
Ukuran Suhu Jenis
Tipe
Molekul Menyublim Pencelupan
A - Sangat Kecil Carrier
B E Kecil Carrier
C SE Sedang Carrier dan
HT/HP
D S Besar HT/HP

C. Pencelupan metode HT/HP


Pencelupan dengan suhu tinggi selalu disertai dengan tekanan tinggi. Tekanan
berfungsi untuk menaikkan suhu proses dan membantu difusi zat warna ke dalam
serat. Pencelupan dilakukan pada mesin tertutup tanpa bantuan zat pengemban.
Pencelupan metoda ini banyak dilakukan pada serat poliester karena dianggap efektif
akibat :

 Perpindahan atau pergerakan rantai molekul serat poliester mulai aktif pada
suhu tinggi (120-130oC) sehingga memberi ruang bagi molekul-molekul zat
warna untuk meningkatkan penyerapan zat warna ke dalam serat.
 Kecepatan difusi zat warna dispersi mulai meningkat pada suhu tinggi (120-
130oC) dan kecepatan penyerapan serta migrasi zat warna menjadi lebih besar
sehingga akan mempercepat proses.
 Pencelupan mulai lebih cepat karena kelarutan zat warna dispersi pada suhu
tinggi (120-130oC) mulai meningkat.
Beberapa keuntungan penggunaan metoda ini adalah dapat mencelup warna
tua, hemat bahan, waktu dan biaya proses, adsorbsi lebih cepat, kerataan lebih baik,
ketahanan luntur baik, penetrasi lebih baik, dan dapat menggunakan zat warna
dispersi dengan ketahanan sinar yang lebih baik dan sukar menguap tetapi hanya
terserap sedikit pada pencelupan di bawah temperatur 100oC.

Setelah dilakukan pencelupan, maka kain harus dicuci reduksi. Proses cuci
reduksi (ReductionClearing) menggunakan kasutik soda dan natrium hidrosulfit yang
akan menghasilkan gas hidrogen untuk mereduksi sisa zat warna yang tidak mewarnai
serat dan menghilangkan sisa zat proses lainnya. Reaksinya sebagai berikut :
NaOH + Na2 S2 O4 Na2SO4 + H n

Pemakaian kaustik soda ini hanya untuk mengaktifkan natrium hidrosulfit agar
menghasilkan gas hidrogen. Kaustik soda tidak boleh terlalu banyak karena ia dapat
menghidrolisa permukaan serat poliester dan menyebabkan serat ini terkikis, seperti
pada proses penurunan berat, yang reaksinya sebagai berikut :

Setelah cuci reduksi, bahan selanjutnya dicuci bersih dengan deterjen.


Tujuannya untuk menghilangkan hasil proses cuci reduksi yaitu garam natrium sulfat
(Na2SO4).

D. Mekanisme Pencelupan Metode HT/HP


 Resep Pencelupan
ZW Dispersi : x%
Pendispersi : 0,5 – 1 cc/L
Asam Asetat (CH3COOH) 30% : 0,5 – 2 cc/L
Vlot : 1:5 – 1:10
*ZPT Lainnya
Perata : 0,5 – 1 cc/L
Zat Anti Crease Mark : 0,5 – 2 cc/L
Pelunak Air : 0,5 – 1 cc/L
 Skema Proses

1300
800

300
 Fungsi Zat
1) Asam Asetat : Sebagai pemberi suasana celup asam
2) Pendispersi : Untuk mendispersikan zat warna dispersi dalam
larutan celup
3) Perata :Untuk memperlambat laju fiksasi dan difusi zat warna
sehingga hasil celupan lebih rata
4) Zat Anti Crease Mark : Untuk mengjindari terbentuknya lipatan setelah proses
pencelupan pada kain

E. Faktor Faktor Yang Berpengaruh


 Pendispersi
1) Jenis
Metode pencelupan HT/HP ( High Temperature and High Pressure )
menggunakan suhu dan tekanan yang sangat tinggi dalam prosesnya.
Perlu diperhatikan jenis pendispersi yang digunakan. Pendispersi yang
digunakan harus memiliki ketahanan terhadap panas dan tekanan yang
baik.
Terdapat dua jenis pendispersi yang dapat digunakan pada pencelupan
kain poliester dengan zat warna dispersi, yaitu pendispersi jenis zat aktif
permukaan dan jenis non ZAP ( polimer ). Jenis pendispersi ZAP terbagi
lagi menjadi anionik, nonionik dan anionik-nonionik modifikasi.
Pendispersi anionik dirasa sebagai pendispersi yang sesuai dengan
proses HT/HP, dikarenakan tahan terhadap suhu proses yang tinggi tetapi
tidak terlalu tahan elektrolit. Sedangkan pendispersi nonionik tidak tahan
suhu tinggi akan tetapi tahan terhadap elektrolit. Untuk itu diciptakan
pendispersi anionik-kationik modifikasi, sehingga tahan terhadap suhu
tinggi dan tahan terhadap elektrolit.

2) Jumlah
Pendispersi bekerja sebagai jembatan antara zat warna dengan air. Zat
warna akan masuk ke dalam serat apabila kestabilan pendispersian dalam
larutan celup lebih kecil dibandingkan kesetabilan dalam serat.
Penambahan pendispersi yang lebih banyak dapat mengakibatkan
kesetabilan zat warna dalam larutan celup lebih besar sehingga sukar
untuk masuk ke dalam serat dan juga dapat menciptakan agregrasi.
 Jenis Zat Warna
Pencelupan metode HT/HP akan menjadikan jarak antar rantai polimer serat
saling merenggang sehingga tercipta celah yang lebih besar, Dari celah tersebut
zat warna akan masuk dan kemudian di saat suhu didinginkan maka zat warna
akan terperangkap di dalam serat karena jarak antar rantai polimer serat kembali
rapat.
Maka dibutuhkan zat warna dengan ukuran molekul yang besar. Agar saat jarak
rantai polimer serat merenggang, zat warna tersebut dapat masuk secara
permanen dan tidak keluar lagi. Apabila ukuran zat warna yang digunakan kecil,
maka bersar kemungkinan saat suhu tinggi zat warna justru akan keluar masuk
dari serat dan tidak berikatan secara baik dengan serat tersebut

 Zat Perata
Molekul zat warna yang digunakan pada pencelupan metode ini berukuran besar
sehingga memiliki afinitas yang besar juga. Afinitas ini mengakibatkan zat warna
akan sukar bermigrasi pada serat. Sehingga harus dihindari kondisi pencelupan
belang di awal.
Zat perata dapat digunakan untuk mecegah hal tersebut. Dengan cara
menghambat laju difusi atau laju fiksasi. Cara menghambat laju fiksasi, zat
perata ini akan berikatan terlebih dahulu dengan bagian serat sehingga zat
warna akan lebih tersebar merata, kemudian zat perata yang menghambat laju
difusi, akan berikatan terlebih dahulu dengan zat warna sehingga zat warna
akan tersebar lebih merata
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai