Anda di halaman 1dari 21

AIR BAKU

OLEH :
GHINA FITRIA (D121 15 015)
DZIKRI FAJRIAH SALEH (D121 15 017)
WIKI SEPTIAN SAIPUL (D121 15 317)

PRODI TEKNIK LINGKUNGAN


JURUSAN SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt. yang telah memberikan usia dan waktu sehingga kami dapat
mengerjakan makalah sederhana ini.
Tak lupa pula, saya kirimkan shalawat kepada junjungan Nabi Muhammad saw
tanpanya,manusia akan terus tenggelam dalam kemaksiatan dan kebodohan.
Dalam makalah ini, saya membahas mengenai “Air Baku” berupa system pengolahannya
dan perencanaannya. Makalah ini merupakan tugas individu dari Mata Kuliah Plumbing dan
Instrument
Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Gowa, Oktober 2017


BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dalam perencanaan Instalasi Pengolahan Air Minum, Air bersih merupakan kebutuhan
pokok yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sehingga ketersediaannya
amatlah penting. Pemanfaatannya tidak hanya terbatas untuk keperluan rumah tangga, tetapi
juga untuk fasilitas umum, sosial maupun ekonomi. Air bersih yang digunakan sehari-hari
harus memiliki kualitas yang baik untuk konsumsi sesuai dengan standar air minum di
Indonesia yaitu PP No.82 Tahun 2001 dan KepMen No.907 Tahun 2002. Begitu pentingnya
air bersih bagi kehidupan manusia,sehingga memungkinkan penyediaan menjadi terbatas bila
pemanfaatannya tidak diatur dengan baik, sehingga harus dibuat suatu jaringan perpipaan
yang tertata baik untuk mendistribusikan air bersih secara merata kesetiap konsumen. Secara
umum kebijakan pemerintah dalam bidang pembangunan prasarana penyediaan air bersih
direalisasikan dengan membangun sistem perpipaan. Sasaran pembangunan prasarana air
bersih meliputi kota-kota besar maupun perdesaan baik dengan sistem perpipaan ataupun non
perpipaan. Sistem perpipaan dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dan
sistem non perpipaan dikelola oleh penduduk setempat.Salah satu cara untuk memperoleh air
bersih adalah dengan memanfaatkan pelayanan PDAM ( Perusahaan Daerah Air Minum ).
Untuk mencapai pengadaan air bersih yang merata sangatlah tidak mudah, hal ini
dikarenakan banyaknya resiko maupun biaya dalam pemenuhan kebutuhan ini. Resiko ini
dapat bersifat teknis maupun non teknis. Misalnya masalah teknis banyaknya daerah yang
tidak memungkinkan dipasang saluran pipa air bersih dan kemudian juga masalah nonteknis
yaitu kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kurang mengerti tentang pipa air
bersih.

I.2. Rumusan Masalah


Bagaimanakah tahap-tahap perencanaan Pengolahan Air Baku?
I.3. Tujuan
Unutk mengetahui tahap-tahap Pengolahan Air Baku
BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Pengertian Air Baku

Sumber air baku memegang peranan yang sangat penting dalam industri air minum. Air
baku atau raw water merupakan awal dari suatu proses dalam penyediaan dan pengolahan
air bersih. Sekarang apa yang disebut dengan air baku. Berdasar SNI 6773:2008 tentang
Spesifikasi unit paket Instalasi pengolahan air dan SNI 6774:2008 tentang Tata cara
perencanaan unit paket instalasi pengolahan air pada bagian Istilah dan Definisi yang
disebut dengan Air Baku adalah : “Air yang berasal dari sumber air pemukaan, cekungan air
tanah dan atau air hujan yang memenuhi ketentuan baku mutu tertentu sebagai air baku
untuk air minum” Sumber air baku bisa berasal dari sungai, danau, sumur air dalam, mata
air dan bisa juga dibuat dengan cara membendung air buangan atau air laut. Evaluasi dan
pemilihan sumber air yang layak harus berdasar dari ketentuan berikut :

1. Kualitas dan kuantitas air yang diperlukan


2. Kondisi iklim
3. Tingkat kesulitan pada pembangunan intake
4. Tingkat keselamatan operator
5. Ketersediaan biaya minimum operasional dan pemeliharaan untuk IPA
6. Kemungkinan terkontaminasinya sumber air pada masa yang akan dating
7. Kemungkinan untuk memperbesar intake pada masa yang akan datang

Dalam jumlah yang kecil, air bawah tanah, termasuk air yang dikumpulkan dengan cara
rembesan, bisa dipertimbangkan sebagai sebuah sumber air. Kualitas air bawah tanah secara
umum sangat baik bagi air permukaan dan dibeberapa tempat yang memiliki musim dingin bisa
memanfaatkan salju sebagai sumber air. Hal ini bisa menghemat biaya operasional dan
pemeliharaan karena secara umum kualitas air bawah tanah sangat baik sebagai air baku. Khusus
untuk air bawah tanah yang diambil dengan cara pengeboran tentunya melalui perijinan. Hal ini
untuk mencegah terjadinya eksploitasi secara besar-besaran. Akibat dari ekplotasi secara besar-
besaran bisa mengakibatkan kekosongan air dibawah tanah karena tidak seimbangnya antara air
yang masuk dengan air yang diambil, sehingga menyebabkan pondasi bangunan yang berada
diatasnya bisa turun atau settlement seperti yang terjadi dibeberapa gedung di Jakarta, juga bisa
mengakibatkan intrusi air laut yang masuk merembes menggantikan air tanah tersebut, akibatnya
air menjadi asin dan tidak layak pakai seperti di utara Jakarta. Disebutkan diatas bahwa tidak
semua air baku bisa diolah, oleh karena itu dibuatlah ketentuan sebagai standar kualitas air baku
yang bisa diolah. Dalam SNI 6773:2008 bagian Persyaratan Teknis kualitas air baku yang bisa
diolah oleh Instalasi

Pengolahan Air Minum (IPA) adalah :

1. Kekeruhan, maximum 600 NTU (nephelometric turbidity unit) atau 400 mg/l SiO2
2. Kandungan warna asli (appearent colour) tidak melebihi dari 100 Pt Co dan warna
sementara mengikuti kekeruhan air baku.
3. Unsur-unsur lainnya memenuhi syarat baku air baku sesuai PP No. 82 tahun 2000 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
4. Dalam hal air sungai daerah tertentu mempunyai kandungan warna, besi dan atau bahan
organic melebihi syarat tersebut diatas tetapi kekeruhan rendah (<50 NTU) maka
digunakan IPA system DAF (Dissolved Air Flotation) atau system lainnya yang dapat
dipertanggungjawabkan.

II.2. Karakteristik Air Baku


Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya pun harus memenuhi standar
yang berlaku. Dalam hal air bersih, sudah merupakan praktek umum bahwa dalam
menetapkan kualitas dan karakteristik dikaitkan dengan suatu baku mutu air tertentu (standar
kualitas air).Untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang karakteristik air baku,
seringkali diperlukan pengukuran sifat-sifat air atau biasa disebut parameter kualitas air, yang
beraneka ragam. Formulasi- formulasi yang dikemukakan dalam angka-angka standar tentu
saja memerlukan penilaian yang kritis dalam menetapkan sifat-sifat dari tiap parameter
kualitas air Standar kualitas air adalah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan sifat-sifat
fisik, kimia, radioaktif maupun bakteriologis yang menunjukkan persyaratan kualitas air
tersebut. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001Tentang Pengelolaan
Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air, air menurut kegunaannya digolongkan
menjadi :
KELAS I : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut.
KELAS II : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, Peternakan, air untuk mengairi pertanaman
atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
KELAS III : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

II.3. Metode Pengolahan Air


Dalam mengatasi masalah pemenuhan kebutuhan air bersih diperlukan penerapan
teknologi pengolahan air yang sesuai dengan kondisi sumber air baku, kondisi social budaya,
ekonomi, dan SDM masyarakat setempat. Metode Oksidasi, Metode Adsorpsi, Metode
Koagulasi – Flokulasi dan Metode Elektrokoagulasi. Berikut ini penjelasan dari metode –
metode tersebut.
II.3.1 Metode Oksidasi
Proses menggunakan Ozon ini pertama kali diperkenalkanNies dari Perancis
sebagai metode sterilisasi air minum pada tahun 1906. Aplikasi sistem ozonisasi sering
dikombinasikan dengan lampu ultraviolet atau hidrogen peroksida. Dengan melakukan
kombinasi ini akan didapatkan dengan mudah hidroksil radikal dalam air yang sangat
dibutuhkan dalam proses oksidasi senyawa organik. Teknologi oksidasi ini tidak hanya
dapat menguraikan senyawa kimia beracun yang berada dalam air, tapi juga sekaligus
menghilangkannya sehingga limbah padat (sludge) dapat diminimalisasi hingga
mendekati 100%.
II.3.2 Metode Flokulasi
Flokulasi adalah penggabungan dari partikel – partikel hasil koagulasi menjadi
partikel yang lebih besar dan mempunyai kecepatan mengendap yang lebih besar,
dengan cara pengadukan lambat. Dalam hal ini proses koagulasi harus diikuti flokulasi
yaitu pengumpulan koloid terkoagulasi sehingga membentuk flok yang mudah
terendapkan atau transportasi partikel tidak stabil, sehingga kontak antar partikel dapat
terjadi.
II.3.3 Metode Adsorbsi
Adsorpsi (penyerapan) adalah suatu proses pemisahan dimana komponen dari
suatu fase fluida/cairan berpindah ke permukaan zat padat yang menjerap (adsorban).
Biasanya partikel-partikel kecil zat penyerap dilepaskan pada adsorpsi kimia,
terbentuk ikatan kuat antara penjerap dan zat yang dijerap sehingga tidak mungkin
terjadi proses yang bolak-balik. Pada adsorpsi digunakan istilah adsorbat dan
adsorban, dimana adsorbat adalah substansi yang terjerap atau substansi yang akan
dipisahkan dari pelarutnya, sedangkan adsorban adalah merupakan suatu media
penjerap yang dalam hal ini biasanya berbentuk padatan. Pada proses ini adsorbat
menempel dipermukaan adsorban membentuk suatu lapisan tipis (film). Dalam proses
purifikasi air adsorban yang digunakan biasanya berupa karbon sehingga dikenal
istilah proses adsorbsi karbon.

II.3.4 Metode Koagulasi


Koagulasi merupakan suatu proses pengolahan air dengan menggunakan sistem
pengadukan cepat sehingga dapat mereaksikan bahan kimia (koagulan) secara
seragam ke seluruh bagian air di dalam suatu reactor ehingga dapat membentuk flok-
flok yang berukuran lebih besar dan dapat diendapkan diproses sedimentasi. Pada
dasarnya proses koagulasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara kimia dan cara
fisika. Koagulasi cara kimia yaitu proses penjernihan air dilakukan dengan
memberikan penambahan bahan kimia sebagai koagulan berbentuk garam
(aluminium sulfat) untuk mempercepat terjadinya pembentukan flok yang dapat
diendapkan. Sedangkan koagulasi secara fisika yang sering dinamakan dengan
elektrokoagulasi merupakan metode pengolahan air secara elektrokimia dimana pada
anoda terjadi pelepasan koagulan aktif berupa ion logam (biasanya aluminium atau
besi) ke dalam larutan, sedangkan pada katoda terjadi reaksi elektrolisis berupa
pelepasan gas hydrogen.
II.4. Analisa Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air penduduk akan dihitung berdasarkan beberapa jenis kebutuhan, antara
lain :
1. Kebutuhan air bersih domestik untuk sambungan rumah dan kran umum
2. Kebutuhan air non domestik, misalnya untuk fasilitas peribadatan dan kran umum,
diperhitungkan sebesar 20 % dari kebutuhan domestik.
3. Kehilangan air Kebutuhan hari maksimum, diperhitungkan sebesar 1.1 × kebutuhan air
bersih Kebutuhan jam puncak, diperhitungkan sebesar 1.5 × kebutuhan air bersih.
Selanjutnya kebutuhan air bersih penduduk dapat dirumuskan sebagai berikut :

Keb. Total = Kebutuhan Domestik + Kebutuhan air sosial + kehilangan air

Perhitungan proyeksi kebutuhan air suatu kota akan dilakukan untuk setiap wilayah
kelurahan dengan tujuan untuk mendapatkan angka kebutuhan berdasarkan ruang
administrasi yang lebih kecil. Dengan demikian pola pemanfaatan sumberdaya air yang ada
juga akan dapat dipaparkan sampai dengan ruang administrasi kelurahan. Khusus untuk
kawasan permukiman, terlebih dahulu harus ditetapkan standar kepadatan penduduk agar
proyeksi jumlah penduduk yang ada dapat disebar secara merata di seluruh kawasan
permukiman yang direncanakan, sehingga dapat dicapai distribusi penduduk yang ideal.
1. Proyeksi kebutuhan air bersih Kebutuhan air bersih suatu daerah dihitung berdasarkan
kebutuhan satuan unit yang direncanakan dan dikembangkan sesuai dengan tingkat
perekonomian.
2. Proyeksi kebutuhan air baku Kebutuhan air baku dihitung berdasarkan kebutuhan air
bersih yang direncanakan dan dikembangkan sesuai dengan pentahapan produksi air
bersih yang diinginkan.

Pengertian kebutuhan air adalah jumlah air yang diperlukan secara wajar untuk keperluan
pokok manusia (domestik) dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memerlukan air. Kebutuhan
air menentukan besaran sistem dan ditetapkan berdasarkan pengalaman-pengalaman dari
pemakaian air. Kebutuhan air baku meliputi :

1. Kebutuhan air domestik (rumah tangga)


Kebutuhan air rumah tangga adalah kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari manusia. Kebutuhan air rumah tangga tersebut antara lain minum, memasak,
mandi, cuci, kakus (MCK) dan lain-lain seperti : cuci mobil, menyiram tanaman Standar
Kebutuhan Air Rumah Tangga Besar penggunaan air rumah tangga (domestik) dapat
diketahui melalui dua cara yaitu: − Survei penggunaan air sehari-hari Survei meliputi
penggunaan air sehari-hari dirumah. Survei dapat dilaksanakan dibeberapa keluarga dalam
satu wilayah. Keuntungan survei ini dapat mengetahui langsung kebutuhan air rumah tangga.
Hasil survei ini dapat dipergunakan sebagai standar kebutuhan air rumah tangga pada daerah
tersebut. − Standar Kebutuhan air yang diperlukan seseorang untuk minum saja adalah kecil.
Kebutuhan perorangan untuk berbagai kegiatan domestik lainnya seperti untuk mandi, cuci,
memasak, membersihkan rumah, peralatan lainnya adalah jauh lebih besar. Kebutuhan
demikian berbeda pula dari satu rumah dengan rumah lainnya tergantung dari fasilitas air
minum dan perpipaan yang dimiliki. Dalam hubungan ini “The National Plumbing Code”
(PAMSI Komda Jabar, hal.17) menyatakan bahwa 50 GPD (190 liter/hari) per kapita adalah
angka yang aman untuk suatu rumah susun (apartment) dan 40 GPD (150 liter/hari) perkapita
untuk suatu rumah tinggal biasa.

Angka-angka di atas tidak banyak berbeda dengan catatan-catatan pemakaian air di


Indonesia untuk rumah dengan fasilitas perpipaan yang memadai (125–150 liter/orang/hari).

Sedangkan besar Kebutuhan untuk tiap jiwa perhari berdasarkan standar dari Direktorat
Jenderal Cipta Karya adalah : Kebutuhan untuk penduduk perkotaan sebesar 100 l/jiwa/hari.
Kebutuhan untuk penduduk pedesaan sebesar 60 l/jiwa/hari. Standar Kualitas Air Rumah
Tangga

Standar baku mutu kualitas air dapat dilihat pada PP No. 82 tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Klasifikasi mutu air yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga adalah kelas satu. Kriteria kualitas
air yang digunakan untuk kebutuhan air rumah tangga terdiri dari kriteria fisika, radiokatif
dan kimia organik.

2. Kebutuhan Air Perkotaan


Kebutuhan Air perkotaan adalah kebutuhan air untuk fasilitas kota, seperti: fasilitas
komersial, fasilitas pariwisata, fasilitas ibadah, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan dan
fasilitas pendukung kota seperti taman kota, penggelontoran kota. Besarnya kebutuhan air
perkotaan dapat ditentukan oleh banyaknya fasilitas kota. Banyaknya dan jenis fasilitas kota
dapat dilihat pada Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTR kota) dan tujuan pembangunan
kota, seperti: kota pariwisata, industri, pelabuhan dan sebagainya.
Besarnya kebutuhan air suatu perkotaan dapat ditentukan dengan melakukan survei
kebutuhan air pada fasilitas perkotaan di wilayah tersebut. Cara lain untuk menentukan
besarnya kebutuhan air perkotaan adalah dengan menggunakan standar kebutuhan air
perkotaan.
Besarnya kebutuhan air perkotaan dapat diperoleh dengan prosentase dari jumlah air
rumah tangga (domestik), berkisar antara 25-40% dari kebutuhan air rumah tangga. Angka
40% berlaku khusus untuk kota metropolitan yang memiliki kepadatan penduduk seperti
Jakarta. pada
Kualitas air yang digunakan untuk kebutuhan air perkotaan adalah kualitas yang
disyaratkan pada PP No.2 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air. Kriteria kualitas air yang digunakan untuk kebutuhan air perkotaan terdiri
dar kriteria fisika, radioaktif dan kimia organik. Klasifikasi mutu air yang digunakan untuk
memenuhi kebutuhan air perkotaan adalah kelas satu, kelas dua atau kelas tiga.

3. Kebutuhan Air Industri


Kebutuhan air industri adalah kebutuhan air untuk proses industri, termasuk bahan baku,
kebutuhan air pekerja industri dan pendukung kegiatan industri. Namun besar kebutuhan air
industri ditentukan oleh kebutuhan air untuk diproses, bahan baku industri dan kebutuhan air
untuk pekerjaan industri. Sedangkan kebutuhan air untuk pendukung kegiatan industri seperti
hidran, dapat disesuaikan jumlahnya dengan jenis industrinya. Industri perlu diklasifikasikan
untuk menentukan jumlah airnya seperti disajikan pada tabel berikut:
Tabel Kalsifikasi Industri
4. Air Irigasi
Besar kebutuhan air irigasi dibagi dalam empat tahap: Tahap pengerjaan pembibitan 1,0
liter/det/ha = 1 x 24 x 60 x 60 m3/hari/km2 Dengan waktu kegiatan 0,5 bulan dan areal
persawahan yang digunakan biasanya 10% dari luas sawah yang ada.
Tahap menabur benih dan mengerjakan sawah 1,2 liter/det/ha = 0,12 x 24 x 60 x 60
m3/hari/km2 Dengan waktu kegiatan 1,5 bulan Tahap pertumbuhan padi sampai menguning
0,8 l/det/ha = 0,08 x 24 x 60 x 60 m3/hari/km2 Dengan waktu kegiatan 2,5 bulan
Tahap menguning sampai dipanen 0,4 liter/det/ha = 0,04 x 24 x 60 x 60 m3/hari/km2
Dengan waktu kegiatan 0,5 bulan
Standar kepadatan penduduk untuk kawasan permukiman diambil dari perhitungan
kepadatan penduduk pada laporan RTRW kota yang bersangkutan. Standar tersebut
ditetapkan berdasarkan tema masing-masing jenis permukiman yang direncanakan di wilayah
tersebut, untuk tiap-tiap Wilayah Pengembangan Kota (WPK).

II.5. Proyeksi Penduduk


Proyeksi Penduduk Proyeksi penduduk pada studi ini direncanakan sampai dengan 10
tahun yang akan datang. Untuk perhitungan proyeksi penduduk digunakan Metode Geometri
yang sudah umum digunakan. Adapun pada metode ini pertumbuhan rata-rata penduduk
berkisar pada persentase r yang konstan setiap tahun. Perhitungan dengan metode ini dapat
dirumuskan sebagai berikut (Punmia 1987 : 184) :
Pn = Po ( 1+r)n
dengan :
Pn = Jumlah penduduk yang diperkirakan
Po = Jumlah penduduk pada akhir tahun data
r = Jumlah pertumbuhan penduduk tiap tahun.
II.6. Analisa Cakupan Pelayanan
Cakupan pelayanan ditargetkan dapat melayani 80% dari jumlah penduduk, untuk masa
10 tahun yang akan datang. Dasar dari hal ini mengacu pada arah perkembangan kota dan
pertambahan jumlah penduduk dilihat dari kondisi saat ini dan prediksi yang akan datang.
Target layanan tersebut dapat dipenuhi dari komposisi sambungan rumah dan jumlah
penduduk yang dapat dilayani.
II.7. Analisa Kemampuan Sumber
Analisa ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar potensi sumber air yang ada
saat ini untuk mencukupi kebutuhan air bersih penduduk pada daerah studi di masa sekarang
dan masa yang akan datang. Ada beberapa hal yang mempengaruhi kemampuan produksi
sumber air antara lain pengelolaan daerah tangkapan air dan konservasi vegetasi di sekitar
sumber.
II.8. Analisa Hidraulika
Hukum Bernoulli Air di dalam pipa selalu mengalir dari tempat yang memiliki tinggi
energi lebih besar menuju tempat yang memiliki tinggi energi lebih kecil. Aliran
tersebut memiliki tiga macam energi yang bekerja di dalamnya, yaitu :
1. Energi ketinggian = h, dengan : h = ketinggian titik tersebut dari garis referensi
yang ditinjau (m)
2. Energi kecepatan =2g/v2,dengan :
v = kecepatan (m/det)
g = percepatan gravitasi (m2/det)
3. Energi tekanan = P/ wγ, dengan :
P = tekanan (kg/m2) γw = berat jenis air (kg/m3)
II.9. Pipa
A. Jenis PIpa
Jenis Pipa Pada suatu sistem jaringan distribusi air bersih, pipa merupakan
komponen yang utama. Pipa ini berfungsi sebagai sarana untuk mengalirkan air dari
sumber air ke tandon, maupun dari tandon ke konsumen. Pipa tersebut memiliki
bentuk penampang lingkaran dengan diameter yang bermacam-macam. Dalam
pelayanan penyediaan air bersih lebih banyak digunakan pipa bertekanan karena
lebih sedikit kemungkinan tercemar dan biayanya lebih murah dibanding
menggunakan saluran terbuka atau talang. Suatu pipa bertekanan adalah pipa yang
dialiri air dalam keadaan penuh. Pipa yang umumnya dipakai untuk sistem jaringan
distribusi air dibuat dari bahan-bahan seperti di bawah ini :
1. Besi tuang (cast iron) Pipa besi tuang telah digunakan lebih dari 200 tahun
yang lalu. Pipa ini biasanya dicelupkan dalam larutan kimia untuk
perlindungan terhadap karat. Panjang biasa dari suatu bagian pipa adalah 4 m
dan 6 m. Tekanan maksimum pipa sebesar 25 kg/cm2 dan umur pipa dapat
mencapai 100 tahun.
 Keuntungan dari pipa ini adalah :
− pipa cukup murah
− pipa mudah disambung
− pipa tahan karat
 Kerugian dari pipa ini adalah :
− pipa berat sehingga biaya pengangkutan mahal
2. Besi galvanis (galvanized iron) Pipa jenis ini bahannya terbuat dari pipa baja
yang dilapisi seng. Umur pipa pendek yaitu antara 7 – 10 tahun. Pipa berlapis
seng digunakan secara luas untuk jaringan pelayanan yang kecil di dalam
sistem distribusi.
 Keuntungan dari pipa ini adalah :
− harga murah dan banyak tersedia di pasaran
− ringan sehingga mudah diangkut − pipa mudah disambung
 Kerugian dari pipa ini adalah :
− pipa mudah berkarat
3. Plastik (PVC) Pipa ini lebih dikenal dengan sebutan pipa PVC (Poly Vinyl
Chloride) dan di pasaran mudah didapat dengan berbagai ukuran. Panjang pipa
4 m atau 6 m dengan ukuran diameter pipa mulai 16 mm hingga 350 mm.
Umur pipa dapat mencapai 75 tahun.
 Keuntungan dari pipa ini adalah :
− harga murah dan banyak tersedia di pasaran
− ringan sehingga mudah diangkut
− mudah dalam pemasangan dan penyambungan
− pipa tahan karat
 Kerugian dari pipa ini adalah :
− pipa jenis ini mempunyai koefisien muai besar sehingga tidak tahan panas
− mudah bocor dan pecah
4. Baja Pipa ini terbuat dari baja lunak dan mempunyai banyak ragam di
pasaran. Pipa baja telah digunakan dengan berbagai ukuran hingga lebih dari 6
m garis tengahnya. Umur pipa baja yang cukup terlindungi paling sedikit 40
tahun.
 Keuntungan dari pipa ini adalah :
− tersedia dalam berbagai ukuran panjang
− mudah dalam pemasangan dan penyambungan
 Kerugian dari pipa ini adalah :
− pipa tidak tahan karat
− Pipa berat
B. Sarana Pendukung
1. Sambungan Pipa
Untuk menggabungkan pipa yang satu dengan yang lain diperlukan suatu
sambungan pipa, baik pipa yang berdiameter sama atau berbeda, belokan pada
pipa dan penggabungan dua pipa yang berbeda jenis. Sambungan pada pipa
antara lain : − mangkok (bell) dan lurus (spingot) − sambungan mekanik −
sambungan dorong (push on joint) − sambungan flens
Sambungan tersebut dipakai sesuai kebutuhan dan kondisi lapangan saat
pemasangan pipa ditambah dengan perlengkapan sambungan yaitu : Belokan
(bend) Digunakan untuk mengubah arah dari arah lurus dengan sudut
perubahan standar yang merupakan sudut dari belokan tersebut. Besar belokan
standar adalah 11¼o, 22½o, 45o, dan 90o. Bahan belokan itu biasanya sama
dengan pipa Perlengkapan “T” Untuk pipa sekunder dipasang tegak lurus (90o)
pada pipa primer berbentuk T. Untuk ujung-ujungnya perlengkapan dapat
terdiri dari kombinasi spigot, socket dan flens Perlengkapan “Y” Untuk pipa
sekunder yang dipasang pada pipa primer dengan sudut 45o
2. Pintu dan katup Aliran
Air yang baik di dalam pipa sangat ditunjang oleh katup yang bekerja pada
sambungan antar pipa. Berbagai jenis katup memiliki fungsi berbeda yang
penggunaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lapangan agar suatu
rangkaian pipa berfungsi dengan baik. Beberapa macam katub dalam rangkaian
jaringan pipa adalah (Haestads, 2001 : 277)
− Flow Control Valve (FCV)
Digunakan untuk membatasi aliran maksimum rata-rata yang melalui
katup dari hulu ke hilir. Dimaksudkan untuk melindungi suatu
komponen tertentu yang letaknya di hilir agar tidak rusak akibat aliran
yang terlalu besar
− Pressure Reducer Valve (PRV)
Digunakan untuk menanggulangi tekanan yang terlalu besar di hilir
katup. Jika tekanan naik hingga melebihi nilai batas, maka PRV akan
menutup dan akan terbuka penuh bila tekanan di hulu lebih rendah dari
nilai yang telah ditetapkan pada katup tersebut
− Pressure Sustaining Valve (PSV)
Digunakan untuk menanggulangi penurunan secara drastis pada tekanan
di hulu dari nilai yang telah ditetapkan. Jika tekanan di hulu lebih rendah
dari batas minimumnya, maka katu akan menutup
− Pressure Breaker Valve (PBV)
Digunakan untuk memberikan tekanan tambahan pada tekanan yang
menurun di katup. Di samping itu, katup jenis ini juga dapat
memberikan tambahan tekanan pada aliran yang berbalik arah (karena
tekanan di hilir lebih tinggi dari tekanan di hulu) sehingga tekanan di
hilir lebih rendah dari tekanan di hulu
− Throttle Control Valve (TCV)
Katup jenis ini digunakan untuk mengontrol minor losses yang berubah
setiap waktu
II.10. Pompa
Pompa adalah komponen sistem yang mampu memberikan tambahan tekanan dalam
suatu sistem jaringan distribusi air bersih. Dengan pompa, maka tinggi tekanan yang
berkurang dapat dinaikkan kembali sehingga sistem dapat mengalirkan air ke tempat
pelayanan yang lebih tinggi dan jauh. Apabila sebelum pompa dipasang telah ada
aliran, maka pompa juga dapat digunakan untuk menambah kapasitas debit pada
sistem tersebut. Karakteristik pompa ditunjukkan oleh debit yang dapat dihasilkan
pada berbagai jenis variasi tinggi tekan (head). Semakin tinggi head yang harus
ditambahkan, maka semakin kecil debit yang diproduksi dan demikian pula
sebaliknya. Operasional pompa dalam suatu sistem jaringan distribusi air bersih juga
menggunakan pronsip tersebut dimana harus memperhatikan tinggi tekan dan debit
yang dibutuhkan sehingga operasional pompa mampu mencapai tingkat efisiensi yang
tinggi. Pompa dapat dipasang secara paralel dan secara seri. Pada pemasangan secara
paralel, pompa dipasang sejajar pada dua pipa yang ujung-ujungnya disatukan. Debit
yang dihasilkan pada pompa paralel menjadi dua kali lipat, namun tinggi tekannya
sama dengan satu unit pompa saja. Sedangkan pada pemasangan seri, pompa yang
satu diletakkan di hilir pompa yang lain. Pada pemasangan seperti ini, debit yang
dihasilkan sama dengan satu unit pompa saja, namun tinggi tekannya menjadi dua
kali lipat.

II.11. Tandon
Tandon merupakan komponen dari sistem jaringan distribusi air bersih yang memiliki
fungsi untuk menampung dan menyimpan air untuk digunakan pada kondisi tertentu.
Pengisian tampungan tandon dilakukan apabila kebutuhan air bersih tidak mencapai
puncak atau dibagi antara keduanya apabila kapasitas debitnya mencukupi. Sumber
air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk penyediaan air bersih adalah: mata
air air tanah dalam air permukaan danau atau waduk air permukaan sungai.
Yang perlu diperhatikan dalam perencanaan sebuah tandon adalah : Aspek kuantitas
dan kontinuitas Kapasitas tampungan dari sebuah tandon nantinya harus mampu
untuk melayani areal pelayanan yang direncanakan dan mampu beroperasi sesuai
rencana pengembangan seiring dengan meningkatnya kebutuhan air bersih setiap
tahunnya Aspek kualitas air Mata air yang digunakan untuk mengisi tandon sebagai
air baku harus memenuhi standar kualitas air baku golongan A atau minimal
golongan B.

II.12. Perencanaan
A. Mekanisme Pengaliran Dalam Sistem Jaringan Distribusi Air
1. Pipa Dengan Bantuan Pompa
Pemakaian pompa dimaksudkan untuk lebih memperbesar tekanan pada suatu
titik agar dapat melayani area tertentu yang cukup luas. Jika pompa digunakan
ntuk menaikkan air dari suatu tandon A ke tandon B, maka akan dibutuhkan
suatu daya pompa untuk mengalirkannya seperti yang ditunjukkan pada
gambar berikut :
2. Sistem Perpipaan
Sistem pemipaan dalam jaringan distribusi air bersih dapat dibagi menjadi dua
yaitu hubungan seri dan hubungan paralel. Penggunaan dua sistem pemipaan
ini bergantung pada kondisi lapangan dan melihat tingkat kebutuhan airnya.

3. Pipa Hubungan Seri


Apabila suatu saluran pipa terdiri dari beberapa pipa berdiameter sama atau
berbeda dalam kondisi tersambung, maka pipa-pipa tersebut terpasang dalam
hubungan seri. Pada pipa hubungan seri, debit aliran di semua titik adalah
sama sedangkan kehilangan tekanan di semua titik berbeda. Hal tersebut
ditunjukkan pada gambar di bawah ini :

4. Pipa Hubungan Paralel


Apabila dua pipa atau lebih yang letaknya sejajar dan pada ujung-ujungnya
dihubungkan oleh satu titik simpul (junction), maka pipa-pipa tersebut
terpasang dalam hubungan paralel. Pada pipa hubungan paralel, debit total
merupakan penjumlahan debit aliran di tiap pipa, sedangkan kehilangan
tekanan pada tiap pipa sama. Hal tersebut ditunjukkan pada gambar di bawah
ini :
BAB III

PENUTUP

III.1. Kesimpulan
Dalam perencanaan Distribusi Air Baku dan pengolahannya terdapat unsur-unsur yang
telah ditetapkan. Seperti jenis air baku yang dapat di gunakan, tempat konstruksi, elevasi,
kebutuhan penduduk, proyeksi penduduk dan jenis pipa.
DAFTAR PUSTAKA
______. 2013. Detail Desain Prasarana Air Baku Pedesaan Di Kabupaten Karawang.
Karawang. Sribd.

Novita, S. 2012. Pengaruh Variasi Kuat Arus Listrik Dan Waktu Pengadukan Pada
Proses Elektrokoagulasi Untuk Penjernihan Air Baku Pdam Tirtanadi Ipa
Sunggal. Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara.

Anda mungkin juga menyukai