CADANGAN BATUBARA
Untuk hal tesebut, dalam melakukan interpretasi geologi yang berkaitan dalam
usaha memahami bentuk lapisan batubara, di anjurkan memadukan semua data
geologi yang diperoleh pada saat melakukan pemetaan permukaan (surface) dan
pemetaan bawah permukaan (sub surface).
Bentuk ini dicirikan oleh lapisan batubara dan lapisan batuan sedimen yang
menutupinya melengkung ke arah atas, akibat adanya gaya kompresi. Tingkat
perlengkungan sangat ditentukan oleh besaran gaya kompresi. Makin kuat gaya
kompresi yang berpengaruh, makin besar tingkat perlengkungannya. Ke arah lateral
lapisan batubara mungkin akan sama tebalnya atau menjadi tipis. Kenampakan ini
dapat terlihat langsung pada singkapan lapisan batubara yang tampak/dijumpai di
lapangan (dalam skala kecil), atau dapat diketahui dari hasil rekontruksi beberapa
lubang pemboran eksplorasi pada saat dilakukan coring secara sistematis. Akibat
dari perlengkungan ini lapisan batubara terlihat terpecah-pecah akibatnya batubara
menjadi kurang kompak.
Pengaruh air hujan, yang selanjutnya menjadi air tanah, akan mengakibatkan
sebagian dari butiran batuan sedimen yang terletak di atasnya, bersama air tanah
akan masuk di antara rekahan lapisan batubara. Kejadian ini akan megakibatkan
apabila batubara tersebut ditambang, batubara mengalami pengotoran (kontaminasi)
dalam bentuk butiran-butiran batuan sedimen sebagai kontaminan anorganik,
sehingga batubara menjadi tidak bersih. Keberadaan pengotor ini tidak diinginkan,
apabila batubara tersebut akan dipergunakan sebagai bahan bakar.
1.2. Bentuk Pinch
Bentuk ini dicirikan oleh perlapisan yang menipis di bagian tengah. Pada
umumnya bagian bawah (dasar) dari lapisan batubara merupakan batuan yang plastis
misalnya batulempung sedang di atas lapisan batubara secara setempat ditutupi oleh
batupasir yang secara lateral merupakan pengisian suatu alur. Sangat dimungkinkan,
bentuk pinch ini bukan merupakan penampakan tunggal, melainkan merupakan
penampakan yang berulang-ulang. Ukuran bentuk pinch bervariasi dari beberapa
meter sampai puluhan meter. Dalam proses penambangan batubara, batupasir yang
mengisi pada alur-alur tersebut tidak terhindarkan ikut tergali, sehingga keberadaan
fragmen-fragmen batupasir tersebut juga dianggap sebagai pengotor anorganik.
Keberadaan pengotor ini tidak diinginkan apabila batubara tersebut akan
dimanfaatkan sebagai bahan bakar.
1.3. Bentuk Clay Vein
Bentuk ini terjadi apabila di antara dua bagian lapisan batubara terdapat urat
lempung ataupun pasir. Bentuk ini terjadi apabila pada satu seri lapisan batubara
mengalami patahan, kemudian pada bidang patahan yang merupakan rekahan
terbuka terisi oleh material lempung ataupun pasir. Apabila batubaranya ditambang,
bentukan Clay Vein ini dipastikan ikut tertambang dan merupakan pengotor
anorganik (mineral matter) yang tidak diharapkan. Pengotor ini harus dihilangkan
apabila batubara tersebut akan dikonsumsi sebagai bahan bakar.
1.4. Bentuk Burried Hill
Bentuk ini terjadi apabila di daerah di mana batubara semula terbentuk suatu
kulminasi sehingga lapisan batubara seperti “terintrusi”. Sangat dimungkinkan
lapisan batubara pada bagian yang “terintrusi” menjadi menipis atau hampir hilang
sama sekali. Bentukan intrusi mempunyai ukuran dari beberapa meter sampai
puluhan meter. Data hasil pemboran inti pada saat eksplorasi akan banyak membantu
dalam menentukan dimensi bentukan tersebut. Apabila bentukan intrusi tersebut
merupakan batuan beku, pada saat proses penambangan dapat dihindarkan, tetapi
apabila bentukan tersebut merupakan tubuh batupasir, dalam proses penambangan
sangat dimungkinkan ikut tergali. Oleh sebab itu ketelitian dalam perencanaan
penambangan sangat diperlukan, agar fragmen-fragmen intrusi tersebut dalam
batubara yang dihasilkan dari kegiatan penambangan dapat dikurangi sehingga
keberadaan pengotor anorganik tersebut jumlahnya dapat diperkecil.
1.5. Bentuk Fault (Patahan)
Dengan tingkat produksi saat ini (dan apabila cadangan baru tidak ditemukan),
cadangan batubara global diperkirakan habis sekitar 112 tahun ke depan. Cadangan
batubara terbesar ditemukan di Amerika Serikat, Russia, Republik Rakyat Tiongkok
(RRT), dan India.
Negara VolumeProduksi
(setara juta ton minyak)
China 1685.7
Amerika Serikat 364.8
Australia 299.3
India 288.5
Indonesia 255.7
Russia 192.8
Afrika Selatan 142.4
Indonesia adalah salah satu produsen dan eksportir batubara terbesar di dunia.
Sejak tahun 2005, ketika melampaui produksi Australia, Indonesia menjadi eksportir
terdepan batubara thermal. Porsi signifikan dari batubara thermal yang diekspor
terdiri dari jenis kualitas menengah (antara 5100 dan 6100 cal/gram) dan jenis
kualitas rendah (di bawah 5100 cal/gram) yang sebagian besar permintaannya
berasal dari Cina dan India. Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia, cadangan batubara
Indonesia diperkirakan habis kira-kira dalam 83 tahun mendatang apabila tingkat
produksi saat ini diteruskan.
Berkaitan dengan cadangan batubara global, Indonesia saat ini menempati
peringkat ke-9 dengan sekitar 2.2 persen dari total cadangan batubara global terbukti
berdasarkan BP Statistical Review of World Energy. Sekitar 60 persen dari cadangan
batubara total Indonesia terdiri dari batubara kualitas rendah yang lebih murah (sub-
bituminous) yang memiliki kandungan kurang dari 6100 cal/gram.