Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENELITIAN

PERNIKAHAN DINI

DI SUSUN OLEH :

NAMA : HEZRON KAMBALEM


PRODI/ KELAS : PENDIDIKAN MATEMATIKA/ KELAS A
SEMESTER : IV (EMPAT)
MATA KULIAH : SOSIOLOGI PENDIDIKAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuha Yang Maha Esa telah memberikan Rahmat dan
karuniaNya penulis dapat menyelesaikan makalah penelitian yang saya susun ini
dengan judul “Pernikah Dini”.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak – pihak yang
membantu saya dalam pembuatan makalah penelitian ini baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penyempurnaan makalah ini.
Dengan selesainya makalah ini penulis mengharapkan jika makalah yang
telah saya susun ini memberikan manfaat dan pengetahuan yang berguna bagi
para pembaca. Penulis menyadari bahwa tugas karya tulis ini masih banyak
memiliki kekurangan.Oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun ,
penulis harapkan untuk kemajuan masa-masa mendatang.
Harapan penulis semoga penulis tugas makalah penelitian ini dapat diambil
manfaatnya oleh pembaca.

Haruru, 04 Agustus 2016


Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Permasalahan
c. Tujuan dan Manfaat

Bab II Kajian Teori

Bab III Metodologi Penelitian


a. Pendekatan Penelitian
b. Lokasi Penelitian
c. Waktu Penelitian
d. Informan Kunci
e. Teknik Pengumpulan Data

Bab IV Pembahasan

Bab V Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran

Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia dalam proses perkembangannya membutuhkan pasangan hidup
yang dapat memberikan keturunan untuk meneruskan jenisnya. Perkawinan
sebagai jalan yang bisa ditempuh oleh manusia untuk membentuk suatu keluarga
atau rumah tangga bahagia yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini
dimaksudkan bahwa perkawinan itu dilaksanakan sekali seumur hidup dan tidak
berakhir begitu saja.
Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan
perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara
psikologis, sosial, maupun sosial biologis. Seseorang yang melangsungkan
perkawinan, maka dengan sendirinya semua kebutuhan biologisnya bisa
terpenuhi.
Kematangan emosi merupakan aspek yang sangat penting untuk menjaga
kelangsungan perkawinan. Keberhasilan suatu rumah tangga banyak ditentukan
oleh kematangan emosi baik suami maupun istri. Dengan dilangsungkannya suatu
perkawinan, maka status sosialnya diakui dalam kehidupan bermasyarakat dan sah
secara hukum.
Perkawinan pada umumnya dilakukan oleh orang dewasa dengan tidak
memandang profesi, suku bangsa, kaya atau miskin, dan sebagainya. Namun tidak
sedikit manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik dari segi fisik maupun
mental akan mencari pasangan hidup sesuai kriteria yang diinginkannya. Dalam
kehidupan manusia, perkawinan seharusnya menjadi sesuatu yang bersifat
seumuru hidup. Tetapi tidak semua orang bisa memahami hakikat dan tujuan
perkawinan yang seutuhnya yaitu mendapatkan kebahagiaan yang sejati dalam
kehidupan berumah tangga.
Batas usia dalam melaksanakan perkawinan sangatlah penting karena
didalam perkawinan menghendaki kematangan psikologis. Usia perkawinan yang
terlalu muda dapat mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian karena
kurangnya kesadaran untuk bertanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga.
Perkawinan yang sukses sering ditandai dengan kesiapan memikul tanggung
jawab.
Pernikahan dini banyak terjadi dari dahulu sampai sekarang. Kebanyakan
para pelaku pernikahan dini tersebut adalah remaja desa yang memiliki tingkat
pendidikan kurang. Remaja desa kebanyakan malu untuk menikah pada umur 20
tahun keatas. Anggapan remaja desa lebih memungkinkan untuk menikah diusia
muda karena disana ada anggapan atau mitos bahwa perempuan yang berumur 20
tahun keatas belum menikah berarti “Perawan Tua”. Persoalan mendasar dari
seorang anak perempuan yaitu ketika dia memasuki usia dewasa, banyak orang
tua menginginkan anaknya untuk tidak menjadi perawan tua. Menjadi perawan
tua bagi kebanyakan masyarakat dianggap sebagai bentuk kekurangan yang terjadi
pada diri perempuan. Untuk itu, dalam bayangan ketakutan yang tidak beralasan
banyak orang tua yang menikahkan anaknya pada usia muda. Kondisi itulah yang
menjadikan timbulnya persepsi bahwa remaja desa akan lebih dulu menikah dari
pada remaja kota. Anggapan-anggapan tersebut muncul karena kurangnya
pengetahuan dari masyarakat mengenai pentingnya pendidikan bagi remaja.
Menurut Dadang (2005), banyak kasus perceraian merupakan dampak dari
mudanya usia pasangan bercerai ketika memutuskan untuk menikah.
“Kebanyakan yang gagal itu karena kawin muda”. Dalam alasan perrceraian tentu
saja bukan karena alasan menikah muda, melainkan alasan ketidakcocokan dan
sebagainya. Tetapi masalah tersebut tentu saja sebagai salah satu dampak dari
perkawinan yang dilakukan tanpa kematangan usia. Pernikahan usia dini akan
berdampak pada kualitas anak, keluarga, keharmonisan keluarga dan perceraian.
Karena pada masa tersebut, ego remaja masih tinggi.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan remaja dan pernikahan dini ?
2. Bagaimana Proses Perkembangan Remaja dan Ciri – Cirinya !
3. Apa saja faktor penyebab pernikahan dini ?
4. Apa saja dampak dari pernikahan dini ?
5. Apa saja upaya pencegahan pernikahn dini ?

C. Tujuan dan Manfaat


Pada dasarnya tugas ini dibuat sebagai wujud dari pertanggung jawaban kami
atas tugas yang diberikan oleh dosen pengampu sebagai syarat untuk
memenuhi aspek penilaian mata kuliah Sosiologi Pendidikan. Serta tugas ini
juga di tujukan untuk :
1. Untuk memahami tentang pernikahan dini
2. Untuk mengetahui Perkembangan Remaja dan Ciri – Cirinya
3. Untuk mengetahui penyebab pernikahan dini
4. Untuk mengetahui dampak dari pernikahan dini
5. Untuk mengetahui pencegahan pernikahn dini
BAB II
KAJIAN TEORI

Fenomena pernikahan dini bisa dikaji dengan teori Interaksionisme simbolik


Max Weber. Dilihat dari pandangan Weber, pernikahan dini terjadi karena
individu–individu melakukan tindakan–tindakan yang berarti. Sesuai dengan tipe–
tipe tindakan sosial Max Weber, yaitu rasionalitas instrumental, rasionalitas yang
berorientasi nilai, tindakan tradisional, dan afektif.
Titik tolak baginya adalah mengenai individu yang bertidak yang tindakan-
tindakannya terdiri dari tindakan-tindakan sosial individu. Titik tolak Weber pada
tingkat individual mengingatkan kita bahwa struktur sosial atau sistem budaya
tidak dapat dipikirkan sebagai sesuatu yang berada secara terlepas dari individu
yang terlibat di dalamnya.
Fenomena pernikahan dini dihubungkan dengan teori Weber dapat
dinyatakan bahwa pernikahan dini tersebut merupakan symbol dari reaksi
individu karena adanya keinginan individu tersebut untuk melakukannya. Ada tiga
hal penting dalam interaksionisme simbolik menurut filsafah pragmatis yakni :
1. Memusatkan perhatian pada interaksi antar aktor dan dunia nyata yang
lebih dikenal denan dialektika
2. Memandang baik aktor dan dunia nyata sebagai proses dinamis dan bukan
struktur yang statis
3. Dan arti penting yang menghubungkan kepada kemampuan aktor untuk
menafsirkan kehidupan sosial.

Teori Interaksionisme simbolik menurut Geroge Herbert Mead George


Herbert Mead, yang berpendapat bahwa manusia merupakan makhluk yang paling
rasional dan memiliki kesadaran akan dirinya. Di samping itu, George Herbert
Mead juga menerima pandangan Darwin yang menyatakan bahwa dorongan
biologis memberikan motivasi bagi perilaku atau tindakan manusia, dan
dorongan-dorongan tersebut mempunyai sifat sosial. Di samping itu, George
Herbert Mead juga sependapat dengan Darwin yang menyatakan bahwa
komunikasi adalah merupakan ekspresi dari perasaan George Herbert Mead juga
dipengaruhi oleh idealisme Hegel dan John Dewey. Gerakan adalah suatu
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dalam hubungannya dengan pihak lain.
Sehubungan dengan ini, George Herbert Mead berpendapat bahwa manusia
mempunyai kemampuan untuk menanggapi diri sendiri secara sadar, dan
kemampuan tersebut memerlukan daya pikir tertentu, khususnya daya pikir
reflektif. Pada interaksi, hubungan di antara gerak serta isyarat tertentu dan
maknanya mempengaruhi pikiran pihak-pihak yang sedang berinteraksi. Dalam
terminologi Mead, gerak-isyarat yang maknanya diberi bersama oleh semua pihak
yang terlibat dalam interaksi adalah merupakan “satu bentuk simbol yang
mempunyai arti penting”. Kata-kata dan suara-lainnya, gerakan-gerakan fisik,
bahasa tubuh (body langguage), baju, status, kesemuanya merupakan simbol yang
bermakna.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan penelitian
- Kualitatif

B. Lokasi penelitian
- Desa Haruru, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah

C. Waktu penelitian
- 1 minggu

D. Informan kunci
- Natalia Rejoly
- Yacobis Parera

E. Teknik pengumpulan data


- Wawancara
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengertian Remaja dan Pernikahan Dini


Remajaatauadolescere yang berartitumbuhkearahkematangan.Kematangan
yang dimaksudadalahbukanhanyakematanganfisiksaja,
tetapijugakematangansosialdanpsikologis (YaniWidyastuti,2009)
Remajadikenalsebagaisuatutahapperkembanganfisik, yaitumasaalat -
alatkelaminmanusiamencapaikematangannya.Secaraanatomisberartialat-
alatkelaminkhususnyadankeadantubuhpadaumumnyamemperolehbentuknya yang
sempurnadanalat-alatkelamintersebutsudahberfungsisecarasempurna pula.
Padaakhirdariperanperkembanganfisikiniakan terjadiseorangpria yang
berototdanberkumis/berjanggut yang
mampumenghasilkanbeberaparatusjutaselmani (spermatozoa) setiap kali
berejakulasi (memancarkan air mani), atauseorangwanita yang
berpayudaradanberpinggulbesar yang
setiapbulannyamengeluarkansebuahseltelurdariindungtelurnya (Sarlito W.
Sarwono, 2010).

Pernikahan Dini
Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau
dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan
secara hukum agama, hukum negara, dan hukum adat. Upacara pernikahan
memiliki banyak ragam dan variasi antar bangsa, suku satu dan yang lain pada
satu bangsa, agama, budaya, maupun kelas sosial. Penggunaan adat atau aturan
tertentu kadang-kadang berkaitan dengan aturan atau hukum agama tertentu pula
(Alfiyah, 2010).
Pernikahan dini diartikan merupakan instituisi agung untuk mengikat dua
insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga. Ada beberapa
factor penyebab terjadinya pernikahan dini, yaitu factor pribadi dan factor
keluarga. Dari factor pribadi remaja adalah karena ingin menghindari dosa (seks
bebas), dan ada juga yang karena “kecelakaan”. Sedangkan dari factor keluarga
adalah karena paksaan dari orang tua (Dian Luthfiyati, 2008).

B. Perkembangan Remaja dan Ciri – Cirinya


1. MasaRemajaAwal (10-12 tahun)
a. Tampakdanmemangmerasalebihdekatdengantemansebaya.
b. Tampakdaninginmerasabebas
c.
Tampakdanmemanglebihbanyakmemperhatikankeadaantubuhnyadanm
ulaiberpikir yang khayal( abstrak)

2. MasaRemajaTengah (13-15 tahun)


a. Tampakdanmerasainginmencariidentitasdiri.
b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis
c. Timbul perasaan cinta yang mendalam
d. Kemampuan berpikir abstrak ( berkhayal)makin berkembang.
e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.

3. Masa Remaja Akhir (16- 19 tahun)


a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri.
b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif
c. Memiliki citra ( gambaran , keadaan , peranan ) terhadap dirinya.
d. Dapat mewujudkan perasaan cinta.
e. Memiliki kemampuan berpikir khayalan atau abstrak.

C. Beberapa Faktor Penyebab Pernikahan Dini


Beberapa Faktor penyebab pernikahan dini diantaranya :
a. Faktor Pendidikan.
Peran pendidikan anak-anak sangat mempunyai peran yang besar. Jika
seorang anak putus sekolah pada usia wajib sekolah, kemudian mengisi waktu
dengan bekerja. Saat ini anak tersebut sudah merasa cukup mandiri, sehingga
merasa mampu untuk menghidupi diri sendiri.
Hal yang sama juga jika anak yang putus sekolah tersebut menganggur.
Dalam kekosongan waktu tanpa pekerjaan membuat mereka akhirnya
melakukan hal-hal yang tidak produktif. Salah satunya adalah menjalin
hubungan dengan lawan jenis, yang jika diluar kontrol membuat kehamilan di
luar nikah.

b. Faktor telah melakukan hubungan biologis.


Ada beberapa kasus, diajukannya pernikahan karena anak-anak telah
melakukan hubungan biologis layaknya suami istri. Dengan kondisi seperti ini,
orang tua anak perempuan cenderung segera menikahkan anaknya, karena
menurut orang tua anak gadis ini, bahwa karena sudah tidak perawan lagi, dan
hal ini menjadi aib.
Tanpa mengenyampingkan perasaan dan kegalauan orang tua, saya
menganggap ini sebuah solusi yang kemungkinan di kemudian hari akan
menyesatkan anak-anak. Ibarat anak kita sudah melakukan suatu kesalahan
yang besar, bukan memperbaiki kesalahan tersebut, tetapi orang tua justru
membawa anak pada suatu kondisi yang rentan terhadap masalah. Karena
sangat besar di kemudian hari perkawinan anak-anak tersebut akan dipenuhi
konflik.

c. Hamil sebelum menikah


Ini saya pisahkan dari faktor penyebab di atas, karena jika kondisi anak
perempuan itu telah dalam keadaan hamil, maka orang tua cenderung
menikahkan anak-anak tersebut. Bahkan ada beberapa kasus, walau pada
dasarnya orang tua anak gadis ini tidak setuju dengan calon menantunya, tapi
karena kondisi kehamilan si gadis, maka dengan terpaksa orang tua
menikahkan anak gadis tersebut.
Bahkan ada kasus, justru anak gadis tersebut pada dasarnya tidak
mencintai calon suaminya, tapi karena terlanjur hamil, maka dengan sangat
terpaksa mengajukan permohonan dispensasi kawin. Ini semua tentu menjadi
hal yang sangat dilematis. Baik bagi anak gadis, orang tua bahkan hakim yang
menyidangkan.

d. FaktorEkonomi.
Kita masihbanyakmenemuikasus-kasusdimana orang tuaterlilithutang yang
sudahtidakmampudibayarkan. Dan jikasi orang tua yang
terlilithutangtadimempunyaianakgadis,makaanakgadistersebutakandiserahkans
ebagai “alatpembayaran” kepadasipiutang. Dan setelahanaktersebutdikawini,
makalunaslahhutang-hutang yang melilit orang tuasianak.

D. Dampak dari Pernikahan Dini


Dampak dari pernikahan dini bukan hanya dari dampak kesehatan, Tetapi
punya dampak juga terhadap kelangsungan perkawinan. Sebab perkawinan yang
tidak disadari, mempunyai dampak pada terjadinya perceraian(Lily Ahmad,
2008).

E. Upaya Pencegahan Terjadinya Pernikahan Diusia Dini


Upaya Pencegahan terjadinya Pernikahan Muda Pemerintah harus
berkomitmen serius dalam menegakkan hukum yang berlaku terkait pernikahan
anak di bawah umur sehingga pihak – pihak yang ingin melakukan pernikahan
dengan anak di bawah umur berpikir dua kali terlebih dahulu sebelum
melakukannya. Selain itu, pemerintah harus semakin giat mensosialisasikan
undang – undang terkait pernikahan anak di bawah umur beserta sanksi – sanksi
bila melakukan pelanggaran dan menjelaskan resiko – resiko terburuk yang bisa
terjadi akibat pernikahan anak di bawah umur kepada masyarakat, diharapkan
dengan upaya tersebut, masyarakat tahu dan sadar bahwa pernikahan anak di
bawah umur adalah sesuatu yang salah dan harus dihindari. Upaya pencegahan
pernikahan anak dibawah umur dirasa akan semakin maksimal bila anggota
masyarakat turut serta berperan aktif dalam pencegahan pernikahan anak di bawah
umur yang ada di sekitar mereka.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pernikahan dini atau
perkawinan dibawah umur lebih banyak sisi negatifnya dari pada manfaatnya.
Oleh karena itu patut ditentang. Orang tua harus disadarkan untuk tidak
mengizinkan menikahkan/mengawinkan anaknya dalam usia dini atau harus
memahami peraturan perundang-undangan untuk melindungi anak.
Namun dilain pihak permasalahan pernikahan dini tidak bisa diukur dari sisi
agama. Namun jika dengan menunda pernikahan sampai usia matang
mengandung nilai positif maka hal ini adalah lebih utama

B. Saran
1. Memberikan penyuluhan kepada orang tua dan masyarakat tentang cara
peningkatan ekonomi, hal ini dapat bekerjasama dengan pihak
pemerintah.
2. Bekerja sama dengan tokoh agama dan masyarakat dalam pembinaan
pendidikan mewujudkan keluarga yang baik dan dapat dipertanggung
jawabkan terhadap para orang tua dan remaja.
3. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan anak dan pengembangan
potensi dan skill yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Drs.E.B.Surbakti,M.A. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Digi Famalia. 2010. Biostatistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat.


Cetakan I. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Deputi. 2008. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta


.
Dian Luthfiyati, 2008. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan III. Jakarta :
Rineka Cipta.

Lily Ahmad, 2008. Metodologi Riset Keperawatan. Cetakan I. Jakarta :


Infomedika.

Anda mungkin juga menyukai