PENELITIAN
PERNIKAHAN DINI
DI SUSUN OLEH :
Puji syukur kehadirat Tuha Yang Maha Esa telah memberikan Rahmat dan
karuniaNya penulis dapat menyelesaikan makalah penelitian yang saya susun ini
dengan judul “Pernikah Dini”.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak – pihak yang
membantu saya dalam pembuatan makalah penelitian ini baik secara langsung
maupun tidak langsung dalam penyempurnaan makalah ini.
Dengan selesainya makalah ini penulis mengharapkan jika makalah yang
telah saya susun ini memberikan manfaat dan pengetahuan yang berguna bagi
para pembaca. Penulis menyadari bahwa tugas karya tulis ini masih banyak
memiliki kekurangan.Oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun ,
penulis harapkan untuk kemajuan masa-masa mendatang.
Harapan penulis semoga penulis tugas makalah penelitian ini dapat diambil
manfaatnya oleh pembaca.
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
a. Latar Belakang
b. Permasalahan
c. Tujuan dan Manfaat
Bab IV Pembahasan
Bab V Penutup
a. Kesimpulan
b. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia dalam proses perkembangannya membutuhkan pasangan hidup
yang dapat memberikan keturunan untuk meneruskan jenisnya. Perkawinan
sebagai jalan yang bisa ditempuh oleh manusia untuk membentuk suatu keluarga
atau rumah tangga bahagia yang berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini
dimaksudkan bahwa perkawinan itu dilaksanakan sekali seumur hidup dan tidak
berakhir begitu saja.
Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan
perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara
psikologis, sosial, maupun sosial biologis. Seseorang yang melangsungkan
perkawinan, maka dengan sendirinya semua kebutuhan biologisnya bisa
terpenuhi.
Kematangan emosi merupakan aspek yang sangat penting untuk menjaga
kelangsungan perkawinan. Keberhasilan suatu rumah tangga banyak ditentukan
oleh kematangan emosi baik suami maupun istri. Dengan dilangsungkannya suatu
perkawinan, maka status sosialnya diakui dalam kehidupan bermasyarakat dan sah
secara hukum.
Perkawinan pada umumnya dilakukan oleh orang dewasa dengan tidak
memandang profesi, suku bangsa, kaya atau miskin, dan sebagainya. Namun tidak
sedikit manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik dari segi fisik maupun
mental akan mencari pasangan hidup sesuai kriteria yang diinginkannya. Dalam
kehidupan manusia, perkawinan seharusnya menjadi sesuatu yang bersifat
seumuru hidup. Tetapi tidak semua orang bisa memahami hakikat dan tujuan
perkawinan yang seutuhnya yaitu mendapatkan kebahagiaan yang sejati dalam
kehidupan berumah tangga.
Batas usia dalam melaksanakan perkawinan sangatlah penting karena
didalam perkawinan menghendaki kematangan psikologis. Usia perkawinan yang
terlalu muda dapat mengakibatkan meningkatnya kasus perceraian karena
kurangnya kesadaran untuk bertanggung jawab dalam kehidupan berumah tangga.
Perkawinan yang sukses sering ditandai dengan kesiapan memikul tanggung
jawab.
Pernikahan dini banyak terjadi dari dahulu sampai sekarang. Kebanyakan
para pelaku pernikahan dini tersebut adalah remaja desa yang memiliki tingkat
pendidikan kurang. Remaja desa kebanyakan malu untuk menikah pada umur 20
tahun keatas. Anggapan remaja desa lebih memungkinkan untuk menikah diusia
muda karena disana ada anggapan atau mitos bahwa perempuan yang berumur 20
tahun keatas belum menikah berarti “Perawan Tua”. Persoalan mendasar dari
seorang anak perempuan yaitu ketika dia memasuki usia dewasa, banyak orang
tua menginginkan anaknya untuk tidak menjadi perawan tua. Menjadi perawan
tua bagi kebanyakan masyarakat dianggap sebagai bentuk kekurangan yang terjadi
pada diri perempuan. Untuk itu, dalam bayangan ketakutan yang tidak beralasan
banyak orang tua yang menikahkan anaknya pada usia muda. Kondisi itulah yang
menjadikan timbulnya persepsi bahwa remaja desa akan lebih dulu menikah dari
pada remaja kota. Anggapan-anggapan tersebut muncul karena kurangnya
pengetahuan dari masyarakat mengenai pentingnya pendidikan bagi remaja.
Menurut Dadang (2005), banyak kasus perceraian merupakan dampak dari
mudanya usia pasangan bercerai ketika memutuskan untuk menikah.
“Kebanyakan yang gagal itu karena kawin muda”. Dalam alasan perrceraian tentu
saja bukan karena alasan menikah muda, melainkan alasan ketidakcocokan dan
sebagainya. Tetapi masalah tersebut tentu saja sebagai salah satu dampak dari
perkawinan yang dilakukan tanpa kematangan usia. Pernikahan usia dini akan
berdampak pada kualitas anak, keluarga, keharmonisan keluarga dan perceraian.
Karena pada masa tersebut, ego remaja masih tinggi.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan remaja dan pernikahan dini ?
2. Bagaimana Proses Perkembangan Remaja dan Ciri – Cirinya !
3. Apa saja faktor penyebab pernikahan dini ?
4. Apa saja dampak dari pernikahan dini ?
5. Apa saja upaya pencegahan pernikahn dini ?
A. Pendekatan penelitian
- Kualitatif
B. Lokasi penelitian
- Desa Haruru, Kecamatan Amahai, Kabupaten Maluku Tengah
C. Waktu penelitian
- 1 minggu
D. Informan kunci
- Natalia Rejoly
- Yacobis Parera
Pernikahan Dini
Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau
dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan
secara hukum agama, hukum negara, dan hukum adat. Upacara pernikahan
memiliki banyak ragam dan variasi antar bangsa, suku satu dan yang lain pada
satu bangsa, agama, budaya, maupun kelas sosial. Penggunaan adat atau aturan
tertentu kadang-kadang berkaitan dengan aturan atau hukum agama tertentu pula
(Alfiyah, 2010).
Pernikahan dini diartikan merupakan instituisi agung untuk mengikat dua
insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan keluarga. Ada beberapa
factor penyebab terjadinya pernikahan dini, yaitu factor pribadi dan factor
keluarga. Dari factor pribadi remaja adalah karena ingin menghindari dosa (seks
bebas), dan ada juga yang karena “kecelakaan”. Sedangkan dari factor keluarga
adalah karena paksaan dari orang tua (Dian Luthfiyati, 2008).
d. FaktorEkonomi.
Kita masihbanyakmenemuikasus-kasusdimana orang tuaterlilithutang yang
sudahtidakmampudibayarkan. Dan jikasi orang tua yang
terlilithutangtadimempunyaianakgadis,makaanakgadistersebutakandiserahkans
ebagai “alatpembayaran” kepadasipiutang. Dan setelahanaktersebutdikawini,
makalunaslahhutang-hutang yang melilit orang tuasianak.
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pernikahan dini atau
perkawinan dibawah umur lebih banyak sisi negatifnya dari pada manfaatnya.
Oleh karena itu patut ditentang. Orang tua harus disadarkan untuk tidak
mengizinkan menikahkan/mengawinkan anaknya dalam usia dini atau harus
memahami peraturan perundang-undangan untuk melindungi anak.
Namun dilain pihak permasalahan pernikahan dini tidak bisa diukur dari sisi
agama. Namun jika dengan menunda pernikahan sampai usia matang
mengandung nilai positif maka hal ini adalah lebih utama
B. Saran
1. Memberikan penyuluhan kepada orang tua dan masyarakat tentang cara
peningkatan ekonomi, hal ini dapat bekerjasama dengan pihak
pemerintah.
2. Bekerja sama dengan tokoh agama dan masyarakat dalam pembinaan
pendidikan mewujudkan keluarga yang baik dan dapat dipertanggung
jawabkan terhadap para orang tua dan remaja.
3. Upaya meningkatkan kualitas pendidikan anak dan pengembangan
potensi dan skill yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA