Disusun oleh :
1. Anggita Ayung K 201510300511011
2. Putri Ayu Pratama 201510300511012
3. Putri Lailin Nisak 201510300511013
4. Rigianita Ika A.P 201510300511014
5. Risma Budi S 201510300511015
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan dan pengalaman hidup
yang nyata. Bermain juga merupakan unsur penting untuk perkembangan anak baik fisik,
emosi, mental, sosial, kreativitas serta intelektual. Oleh karena itu bermain merupakan
ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain pada masa pra
sekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan bagian penting dalam perkembangan
tahun-tahun pertama masa kanak-kanak. Hampir sebagian besar dari waktu mereka
dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B Hurlock, 2000). Dalam bermain di rumah sakit
Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya beradaptasi, sehingga timbul
hal yang menakutkan. Semakin muda usia anak dan semakin lama anak mengalami
hospitalisasi maka dampak psikologis yang terjadi salah satunya adalah peningkatan
kecemasan yanng berhubungan erat dengan perpisahan dengan saudara atau teman-
temannya dan akibat pemindahan dari lingkungan yang sudah akrab dan sesuai dengannya
baginya serta perawatan dengan berbagai prosedur yang harus dijalaninya terutama bagi
anak yang baru pertama kali di rawat menjadi sumber utama stress dan kecemasan /
ketakutan (Carson, dkk, 2002). Hospitalisasi merupakan masalah yang dapat menyebabkan
terjadinya kecemasan bagi anak. Dengan demikian berarti menambah permasalahan baru
yang bila tidak ditanggulangi akan menghambat pelaksanaan terapi di rumah sakit.
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara
optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap
dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah
sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti
marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari
hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada
dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari
ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan
dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,
mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress.
Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan
perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
anak berkembang baik anak merasa tenang dan senang selama berada di instalasi
keperawatan anak, dapat bersosialisasi dengan teman sebaya sesuai tumbuh kembang
anak dan dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang
2. Tujuan khusus
1) Bisa merasa tenang dan senang selama berada di instalasi keperawatan anak
C. Manfaat
BAB II
TERAPI BERMAIN
D. Sasaran
E. Media
Balok
F. Metode
Praktik
G. Jenis Permainan
J. PENGORGANISASIAN
Leader : Pangestu Rahmawati Hardiana
K. SETTING
a) Setting Tempat
Kegiatan dilakukan di PAUD
Jl.
Keterangan :
: Leader
: Co leader
: Fasilitator
: Observer
: Peserta
L. RENCANA PELAKSANAAN :
1. Menyiapkan ruangan.
1. 5 menit Ruangan, alat, anak dan keluarga siap
2. Menyiapkan alat-alat.
3. Menyiapkan anak dan keluarga
Proses :
cara permainan.
3. Mengajak anak bermain .
4. Mengevaluasi respon anak dan
keluarga.
Penutup (1 menit).
Mengetahui Ketua
CI Akademi/Clinik
(...............................) (...............................)
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Definisi
Bermain adalah satu kegiatan menyenangkan bagi anak yang dilakukan setiap hari secara
sukarela untuk memperoleh kepuasan dan merupakan media yang baik bagi anak-anak untuk
belajar komunikasi, mengenal lingkungan, dan untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan
sosial anak.
Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain , anak akan berkata-kata, belajar
memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal
waktu, jarak, serta suara . (Wong, 2000)
Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat paling
penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan
anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain
untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam
menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti
kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak
di rumah sakit (Wong, 2009).
Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan pada
sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam
sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan taktil,audio dan visual melalui
rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat. Hal tersebut dapat
dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di
kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu
yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang
melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari anak lebih cepat berkembang di
bandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.
Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat pada
saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu
memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan
kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang
digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan
perkembangan kognitif selanjutnya.
Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia bayi
anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang
dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah
mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-main
berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang
ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman
sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang
4. Meningkatkan Kreatifitas
Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai belajar
menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang akan
digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti
bermain bongkar pasang mobil-mobilan.
Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan
ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.
Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat dijumpai
anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika
berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan
yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.
Lego masih tetap mainan favorit anak. Dengan lego mereka bisa
memainkan imajinasinya untuk membuat bis, mobil, rumah atau apapun yang
mereka inginkan. Setelah jadi pun, mereka masih akan memainkannya lagi
lengkap dengan efek suara yang ada.
Gamabar :
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti
pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
B. Saran
Daftar Pustaka