Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Satuan Acara Bermain

MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK


Dosen Pembimbing : Ns.Ririn Harini, M.Kep

Disusun oleh :
1. Anggita Ayung K 201510300511011
2. Putri Ayu Pratama 201510300511012
3. Putri Lailin Nisak 201510300511013
4. Rigianita Ika A.P 201510300511014
5. Risma Budi S 201510300511015

PROGRAM STUDI D- III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2017
Kata pengantar
Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang, makanan,

perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan dan pengalaman hidup

yang nyata. Bermain juga merupakan unsur penting untuk perkembangan anak baik fisik,

emosi, mental, sosial, kreativitas serta intelektual. Oleh karena itu bermain merupakan

stimulasi untuk tumbuh kembang anak (Hidayat, 2008).

Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk

membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan dan

ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain pada masa pra

sekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan bagian penting dalam perkembangan

tahun-tahun pertama masa kanak-kanak. Hampir sebagian besar dari waktu mereka

dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B Hurlock, 2000). Dalam bermain di rumah sakit

mempunyai fungsi penting yaitu menghilangkan kecemasan, dimana lingkungan rumah

sakit membangkitkan ketakutan yang tidak dapat dihindarkan (Sacharin, 2003).

Hospitalisasi biasanya memberikan pengalaman yang menakutkan bagi anak.

Semakin muda usia anak, semakin kurang kemampuannya beradaptasi, sehingga timbul

hal yang menakutkan. Semakin muda usia anak dan semakin lama anak mengalami

hospitalisasi maka dampak psikologis yang terjadi salah satunya adalah peningkatan

kecemasan yanng berhubungan erat dengan perpisahan dengan saudara atau teman-
temannya dan akibat pemindahan dari lingkungan yang sudah akrab dan sesuai dengannya

(Whaley and Wong, 2001).

Anak-anak dapat merasakan tekanan (stress) pada saat sebelum hospitalisasi,

selama hospitalisasi, bahkan setelah hospitalisasi, karena tidak dapat melakukan

kebiasaannya bermain bersama teman-temannnya, lingkungan dan orang-orang yang asing

baginya serta perawatan dengan berbagai prosedur yang harus dijalaninya terutama bagi

anak yang baru pertama kali di rawat menjadi sumber utama stress dan kecemasan /

ketakutan (Carson, dkk, 2002). Hospitalisasi merupakan masalah yang dapat menyebabkan

terjadinya kecemasan bagi anak. Dengan demikian berarti menambah permasalahan baru

yang bila tidak ditanggulangi akan menghambat pelaksanaan terapi di rumah sakit.

Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi perkembangan anak secara

optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap

dilaksanakan, namun harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah

sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti

marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak dari

hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor yang ada

dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari

ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan melakukan permainan anak akan

dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui

kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya

adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan perkembangan secara optimal,

mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress.

Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan
perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak di

rumah sakit (Wong, 2009).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah mendapatkan terapi bermain selama 40 menit, diharapkan kreativitas anak-

anak berkembang baik anak merasa tenang dan senang selama berada di instalasi

keperawatan anak, dapat bersosialisasi dengan teman sebaya sesuai tumbuh kembang

anak dan dapat membantu mengurangi tingkat kecemasan atau ketakutan yang

dirasakan oleh anak-anak akibat hospitalisasi

2. Tujuan khusus

Setelah mendapatkan terapi bermain diharapkan :

1) Bisa merasa tenang dan senang selama berada di instalasi keperawatan anak

2) Anak dapat bersosialisasi dengan teman sebaya

3) Anak tidak cemas dan takut akibat hospitalisasi

4) Anak menjadi lebih percaya dan tidak takut dengan perawat

C. Manfaat
BAB II

TERAPI BERMAIN

Pokok Bahasan : Terapi Bermain

Sub Pokok Bahasan : Terapi Bermain Anak Usia Prasekolah

Tujuan : Mengoptimalkan perkembangan motorik halus

Tempat : Instalasi Keperawatan Anak

Waktu : 9 oktober 2017 selama 35 menit (jam 08.00 s.d 09.35).

Sasaran : Anak usia 3-5 tahun

Jenis Permainan : Skill play

D. Sasaran

Anak-anak yang berada di instalasi keperawatan anak

E. Media

 Balok

F. Metode

 Praktik

G. Jenis Permainan

 Skiil play : permainan yg sifatnya memberikan keterampilan pada anak


H. Nama Permainan
 Menyusun atau membentuk dari dasar balok
I. CARA BERMAIN
1) Seluruh peserta dikumpukan di ruangan yang telah disediakan oleh terapis.
2) Setelah peserta dikumpulkan, maka terapis memberikan petunjuk tentang kegiatan
yang akan dilakukan yaitu :
a. Peserta akan diberikan
b. Peserta diminta untuk
3) Dalam waktu 15 menit peserta diharapkan mampu menyusun balok yang diberikan
oleh terapis.
4) Setelah itu, hasil penyusunan balok dikumpulkan pada terapis untuk dinilai.
5) Peserta diberi reword atas hasil karya yang telah dibuat dalam kegiatan tersebut.

J. PENGORGANISASIAN
Leader : Pangestu Rahmawati Hardiana

Co Leader : Nailus Khoirin Nisa

Observer : Rasika Wiguna, Nurul Chafifah

Fasilitator : Mudriah, Nida Fauziyah Noor

K. SETTING
a) Setting Tempat
Kegiatan dilakukan di PAUD
Jl.
Keterangan :

: Leader

: Co leader

: Fasilitator

: Observer

: Peserta

L. RENCANA PELAKSANAAN :

No Terapis Waktu Subjek terapi


Persiapan

1. Menyiapkan ruangan.
1. 5 menit Ruangan, alat, anak dan keluarga siap
2. Menyiapkan alat-alat.
3. Menyiapkan anak dan keluarga

Proses :

1. Membuka proses terapi bermain 1 menit

dengan mengucap kan salam,


memperkenalkan diri.
2.
2. Menjelaskan pada anak dan
Menjawab salam, Memperkenalkan
keluarga tentang tujuan dan
diri, Memperhatikan
manfaat bermain, menjelaskan 2 menit

cara permainan.
3. Mengajak anak bermain .
4. Mengevaluasi respon anak dan
keluarga.

7 menit Bermain bersama dengan antusias dan


mengungkapkan perasaannya
3 menit

Penutup (1 menit).

Menyimpulkan, mengucapkan salam 2 menit


3. Memperhatikan dan menawab salam
M. EVALUASI
Peserta terapi bermain menggambar mampu:
1) Kriteria
a. Anak bersedia sesui kontrak waktu
b. Anak menikmati permainan yang disediakan
c. Anak dapat menggambar dengan kreatif dari satu bulatan
2) Prosedur
a. Secara Observasi

Purwokerto, 8 mei 2015

Mengetahui Ketua

CI Akademi/Clinik

(...............................) (...............................)
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi

Bermain adalah satu kegiatan menyenangkan bagi anak yang dilakukan setiap hari secara
sukarela untuk memperoleh kepuasan dan merupakan media yang baik bagi anak-anak untuk
belajar komunikasi, mengenal lingkungan, dan untuk meningkatkan kesejahteraan mental dan
sosial anak.

Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain , anak akan berkata-kata, belajar
memnyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukan, dan mengenal
waktu, jarak, serta suara . (Wong, 2000)

Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat paling
penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi menimbulkan krisis dalam kehidupan
anak, dan karena situasi tersebut sering disertai stress berlebihan, maka anak-anak perlu bermain
untuk mengeluarkan rasa takut dan cemas yang mereka alami sebagai alat koping dalam
menghadapi stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak seperti
kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak sakit atau anak
di rumah sakit (Wong, 2009).

3.2 Fungsi Bermain

1. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik

Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan dengan melakukan rangsangan pada
sensorik dan motorik melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan alam
sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan rangsangan taktil,audio dan visual melalui
rangsangan ini perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat. Hal tersebut dapat
dicontohkan sejak lahir anak yang telah dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di
kemudian hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih cepat mengenal sesuatu
yang baru dilihatnya. Demikian juga pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang
melalui suara-suara maka daya pendengaran di kemudian hari anak lebih cepat berkembang di
bandingkan tidak ada stimulasi sejak dini.

2. Membantu Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui permainan. Hal ini dapat terlihat pada
saat anak bermain, maka anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa anak, mampu
memahami obyek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan
kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang
digunakan dalam permainan,sehingga fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan
perkembangan kognitif selanjutnya.

3. Meningkatkan Sosialisasi Anak

Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai contoh dimana pada usia bayi
anak akan merasakan kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada teman yang
dunianya sama, pada usia toddler anak sudah mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah
mulai proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain peran seperti bermain-main
berpura-pura menjadi seorang guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi seorang
ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah sudah mulai menyadari akan keberadaan teman
sebaya sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang

4. Meningkatkan Kreatifitas

Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan kreatifitas, dimana anak mulai belajar
menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang akan
digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih kreatif melalui model permainan ini, seperti
bermain bongkar pasang mobil-mobilan.

5. Meningkatkan Kesadaran Diri


Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada anak untuk ekplorasi tubuh dan
merasakan dirinya sadar dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang saling
berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, membandingkan dengan perilaku orang lain.

6. Mempunyai Nilai Terapeutik

Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan nyaman sehingga adanya stres dan
ketegangan dapat dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak terhadap dunianya.

7. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak

Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri kepada anak, hal ini dapat dijumpai
anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika
berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa permainan yang memiliki aturan-aturan
yang harus dilakukan tidak boleh dilanggar.

3.3 Karekteristik permainan


1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa orang lain yang
bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak balita Todler.
2. Paralel play
Permainan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-masing mempunyai
mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang lainnya tidak ada interaksi dan tidak
saling tergantung, biasanya dilakukan oleh anak preschool Contoh : bermain balok
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktifitas yang sama tetapi
belum terorganisasi dengan baik, belum ada pembagian tugas, anak bermain
sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang terorganisasi dan terencana
dan ada aturan tertentu. Biasanya dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.
3.4 Kategori Bermain
1. Bermain aktif
Dalam bermain aktif, kesenangan timbul dari apa yang dilakukan anak, apakah dalam
bentuk kesenangan bermain alat misalnya mewarnai gambar, melipat kertas origami,
puzzle dan menempel gambar. Bermain aktif juga dapat dilakukan dengan bermain
peran misalnya bermain dokter-dokteran dan bermain dengan menebak kata.
2. Bermain pasif
Dalam bermain pasif, hiburan atau kesenangan diperoleh dari kegiatan orang lain.
Pemain menghabiskan sedikit energi, anak hanya menikmati temannya bermain atau
menonton televisi dan membaca buku. Bermain tanpa mengeluarkan banyak tenaga,
tetapi kesenangannya hampir sama dengan bermain aktif

Lego masih tetap mainan favorit anak. Dengan lego mereka bisa
memainkan imajinasinya untuk membuat bis, mobil, rumah atau apapun yang
mereka inginkan. Setelah jadi pun, mereka masih akan memainkannya lagi
lengkap dengan efek suara yang ada.

Gamabar :
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bermain sangat penting bagi mental, emosional dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti
pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).

B. Saran
Daftar Pustaka

Soetjiningsih. 2008. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. 2009. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai