Anda di halaman 1dari 2

DONGENG CINTA MANUSIA DENGAN BAUYA

Pernah ada cerita turun temurun di daerah ini. Buaya tidak akan memangsa orang yang
bersuku Koto, baik ketika berada di muara sungai, bahkan saat berenang di sungai yang
banyak buayanya.

Cerita ini memang terkesan aneh dan mengada-ada, namun bila ditanyakan kepada
masyarakat yang bersuku Koto, hal ini bukanlah cerita belaka, bahkan mereka mempercayai
hal tersebut secara turun temurun. Cerita itu telah menjadi sebuah legenda.

Entah perjanjian atau kebaikan apa yang telah dilakukan Tetua suku Koto dahulunya,
sehingga buaya enggan memangsa masyarakat suku Koto hingga garis keturunannya.

Menurut A A Navis, dalam bukunya Alam Takambang Jadi Guru, asal usul suku Koto sendiri
berasal dari kata ‘koto’ yang bahasa sansekerta ‘kotta’ artinya benteng.

Adapun benteng yang dimaksud pada jaman dahulu, adalah pemukiman masyarakat yang
terbuat dari bambu. Di dalam benteng tersebut, terdapat pula beberapa pemukiman warga
yang kemudian menjadi sebuah ‘koto’ yang juga berarti kota.

Belum ada literarur atau ulasan resmi tentang cerita suku Koto dan buaya di Minangkabau
ini, jika memang memiliki makna tersirat dan tersurat, tidak ada salahnya cerita motivasi ini
dapat dibukukan, sebagai salah satu cerita rakyat alam Minangkabau.

Terlepas dari kisah suku Koto di Minangkabau, tetapi masih berkaitan dengan manusia dan
buaya ini, begitu menarik sekaligus mengharukan ini berasal dari Kosta Rika sebagaimana
pernah dipaparkan oleh Kisahinspiratif. Adalah sebuah cerita cinta dan persahabatan antara
manusia dan buaya. Mari kita simak alur ceritanya :

Dua puluh tahun yang lalu seorang laki-laki menemukan buaya ini di sungai akibat terkena
tembakan api.

Buaya itu pernah hampir saja tewas kemudian berhasil disembuhkan oleh seorang laki-laki.
Nama lelaki hebat itu adalah Chito, dan kemudian laki laki hebat tersebut menamai buaya
tersebut Pocho.

Dia menaikkan buaya tersebut kedalam perahunya lalu membawanya kerumah. Kemudian
laki-laki tersebut merawatnya memberikannya makan berupa ayam dan mengobatinya.
"Lebih penting lagi saya memberinya perhatian dan kasih sayang", kata Chito.

Selama proses penyembuhan itu Chito tak pernah jauh darinya (Pocho buaya). Bahkan di saat
malam hari Chito menemaninya tidur. "Setiap malam aku selalu tidur disebalah Pocho ketika
dia terluka. Aku melakukannya dengan penuh kasih sayang", kata Chito.

Butuh 8 tahun hingga Chito benar benar bisa menaklukkan buaya besar Pocho. Sekarang dia
sudah bisa berenang bebas dengan Pocho.

Chito adalah manusia yang bersahabat dengan buaya, tidak heran jika orang orang menyebut
dirinya sebagai Crocodile Man (Manusia Buaya).
Di sebuah danau berair hijau dan seluas 100 meter persegi di kota Siquirres, Kosta Rika,
Chitobebas berenang dengan buaya sang pemangsa ini.

Atraksi yang begitu mengerikan tersebut bisa tercipta karena kedua makhluk Tuhan itu saling
menyayangi dan mempercayai.

Atraksi mengerikan dan menegangkan tersebut akhirnya terdengar sampai ke pelosok Kosta
Rika, sehingga setiap hari terutama pada hari libur berbondong bondong orang ingin
menyaksikan atraksi tersebut.

"Ini rutinitas yang sangat amat membahayakan. Tapi Pocho adalah teman saya dan kami
punya hubungan baik. Dia akan menatap mata saya dan dia tidak akan menyerang saya. Ini
sangat berbahaya jika di lakukan oleh orang lain. Hanya kita berdua yang bisa", kata Chito.

"Saya hanya ingin dia merasakan bahwa ada manusia yang menyayanginya, tidak semua
manusia itu jahat. Saya suka binatang, khususnya yang menderita. Memang banyak
pengorbanan dan saya harus disisinya setiap hari", tuturnya lagi.

Akhir sebuah kisah.

Pocho sang buaya besar mati karena usia yang sudah tua. Chito sangat dirundung sedih
karena ditinggal buaya kesayangannya selama lamanya.

Dengan terisak sangat sedih, Chito memberikan salam perpisahan kepada Pocho buaya besar
kesayangannya. Inilah cerita cinta sampai mati.

Sungguh kisah yang sangat menarik, menginspirasi sekaligus sangat mengharukan. Pelajaran
yang bisa kita petik dari kisah diatas adalah "Kasih sayang tidak mengenal hal apa pun. Kasih
sayang yang tulus dapat meluluhkan segalanya, seperti hewan seganas buaya."

Anda mungkin juga menyukai