Anda di halaman 1dari 11

JurnalE.

,ßIOêduKASI
Hasan, dkk. (2014). Kelimpahan dan Dominansi Arthropoda Tanah di Hutan Lindung Jailolo ISSN : 2301-4678
Vol 2 No (2) Maret 2014

KELIMPAHAN DAN DOMINANSI ARTHROPODA TANAH


DI KAWASAN HUTAN LINDUNG JAILOLO
Erna Hasan (1), Bahtiar (2), dan Abubakar Abdullah (2)
(1)
Alumni Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unkhair
(2)
Staf Dosen Prodi Pendidikan Biologi FKIP Unkhair
Email : ernahasan@yahoo.com

ABSTRAK

Hutan lindung adalah hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem
penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, dan memelihara kesuburan tanah.
Arthropoda merupakan hewan tanpa tulang dan memiliki kaki beruas-ruas. Filum Arthropoda
terdapat 5 kelas utama yaitu kelas Crustacea, kelas Chilopoda, kelas Diplopoda, kelas Arachinida,
dan kelas Insekta. Kelimpahan adalah parameter kualitatif yang mencerminkan distribusi relatif
spesies organisme dalam komunitas, sedangkan dominansi adalah parameter yang menyatakan
tingkat terpusatnya (penguasaan) spesies dalam suatu komunitas.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kelimpahan dan dominansi Arthropoda tanah
di kawasan hutan lindung Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat. Metode penelitian ini
bersifat deskriptif, dengan menggunakan plot dan pithfall-trap, dan berlangsung pada bulan Mei
2010.
Telah dilaksanakan penelitian, dan ditemukan jumlah spesies secara keseluruhan berjumlah
15 spesies yang tergolong dalam 13 famili. Ke-13 famili tersebut meliputi Belostomatidae,
Phaneuidae, Lulusidae, Melolonthidae, Lycosidae, Loxoscelidae, Scutigeridae, Chrysomelidae,
Prorhinotermidae, Therididae, Oedipodidae, Forficulidae. Dari ke-13 famili tersebut hanya famili
Formicidae ditemukan 3 spesies (Formicida latreille, Entylia sinvata, Oecophylla saragilina),
sedangkan 12 famili lainnya hanya ditemukan 1 spesies dengan jumlah individu yang bervariasi.
Jumlah total individu dari 13 Famili yang ditemukan adalah 308 individu dengan nilai indeks
dominansinya 0,11197.

Kata kunci : Hutan lindung, Arthropoda tanah, kelimpahan, dominansi

Keanekaragaman adalah variabilitas subsistem manusia dan subsistem lingkungan


antar makhluk hidup dari semua sumber daya, lainnya. Meskipun hutan merupakan sumber
termasuk di daratan, ekosistem-ekosistem daya alam yang dapat diperbaharui, namun
perairan, dan kompleks ekologis termasuk juga hutan juga memiliki keterbatasan baik kuantitas
keanekaragaman dalam spesies diantara spesies serta kemampuan daya dukungnya. Oleh sebab
dan ekosistemnya. Sepuluh persen dari itu setiap pendayagunaan sumber daya hutan
ekosistem alam berupa suaka alam, suaka senantiasa memperhatikan kemampuan dan
margasatwa, taman nasional, hutan lindung, keseimbangan fungsinya, sehingga dapat
dan sebagian lagi bagi kepentingan dimanfaatkan secara optimal dan lestari
pembudidayaan plasma nutfah, dialokasikan (Anonim, 1995).
sebagai kawasan yang dapat memberi Jenis-jenis hutan lindung adalah sebagai
perlindungan bagi keanekaragaman hayati. Hutan wisata, Hutan Produksi atau Hutan
Hutan sebagai salah satu sumber daya Industri, Hutan Cadangan, Hutan Lindung.
alam merupakan subsistem lingkungan yang Hutan lindung adalah hutan yang mempunyai
saling berkaitan dan saling bergantung dengan fungsi pokok sebagai perlindungan sistem

238
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 2 No (2) Maret 2014

penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, tumbuhan dan golongan Arthropoda lainnya
mencegah banjir, mengendalikan erosi, (Adianto, 1982).
mencegah intrusi air laut, dan memelihara Borror (1996) dalam Rahmadiah (2005)
kesuburan tanah. menjelaskan bahwa salah satu peranan tanah
Penetapan kawasan hutan lindung dapat adalah sebagai habibat makhluk hidup, baik
dilakukan secara langsung apabila di dalam manusia, hewan, dan tumbuhan. Bagi beberapa
kawasan hutan tanaman terdapat kawasan jenis hewan tanah menyediakan tempat bagi
lindung yang telah ditetapkan oleh pemerintah, mereka untuk membuat sarang, pertanaan dan
sungai, danau, curam, pinggir laut dan mata seringkali juga merupakan tempat untuk
air. Apabila di hutan tanam berbatasan secara mencari makanan.
langsung dengan CA/SW/TN maka pengelola
Di Maluku Utara informasi tentang
hutan dapat membuat kawasan buffer zone dari Arthropoda Tanah di Kawasan Hutan Lindung
kawasan lindung tersebut. Kawasan buffer baik jumlah spesies, maupun kelimpahannya
zone tersebut merupakan kawasan yang belum didapatkan, sehingga penulis merasa
menjadi hutan lindung dari unit management tertarik untuk melakukan penelitian dengan
hutan tanaman. Pada kawasan ini, merupakan judul “Kajian Kelimpahan dan Dominansi
kawasan yang berfungsi sebagai kawasalan Arthropoda Tanah Di Kawasan Hutan Lindung
pelestarian biodiversity. Hal tersebut juga Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera
berlaku untuk kawasan di sepanjang sungai, Barat”. Tujuan dalam penelitian ini adalah
danau, kemiringan curam, pinggir laut, dan untuk mengetahui kelimpahan dan dominansi
sekitar mata air, namun fungsi kawasannya Arthropoda tanah di kawasan hutan lindung
adalah sebagai kawasan pelidungan fungsi Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera
hidrologis, pengendali, banjir, erosi dan Barat.
sendimentasi.
METODE PENELITIAN
Dwijoseputro (1991), menyatakan
bahwa fungsi hutan merupakan vegetasi Penelitian ini bersifat deskriptif atas
penyangga penyakit dan hama, dapat menyerap data yang menggambarkan suatu objek yang
CO2, sebagai perlindungan terhadap angin, teramati (Leiwakabessy dan Hasan, 2002).
pengatur tata-air, dan pengatur suhu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-
lingkungan. Di kawasan hutan lindung terdapat April 2010. Alat yang digunakan antara lain;
berbagai macam jenis tumbuhan seperti meter roll, pithfall trap, mikroskop, buku
sengon, matoa, samama, binguang dan di hutan identifikasi serangga karangan Borror, (1996),
lindung juga terdapat berbagai macam hewan kamera digital, termometer, soiltester,
seperti serangga, ular, dan lain-lain. altimeter, parang, dan gelas ukur. Bahan yang
Keberadaan Arthropoda tanah sangat digunakan meliputi; alkohol 5 %, larutan
bergantung pada faktor lingkungan yaitu formalin 2 %, dan aquades
lingkungan abiotik dan lingkungan biotik. 3.3.1 Teknik pengambilan data
Faktor lingkungan abiotik dapat berasal dari
faktor fisika seperti suhu, kadar air, porositas, Pengambilan sampel Artharopoda tanah
struktur tanah. Sedangkan faktor kimia seperti dilakukan dengan menggunakan alat pitfall
salinitas, pH, kadar bahan organik tanah, dan trap.
unsur-unsur mineral tanah. Faktor lingkungan 3.3.2 Prosedur pengumpulan data
biotik yang mempengaruhi keberadaan dan
kerapatan populasi Arthropoda tanah adalah Prosedur pengumpulan data dengan
organisme lain yang juga terdapat di habitat menggunakan pitfall trap adalah sebagai
tersebut, seperti mikroflora, tumbuhan- berikut :

239
Jurnal ßIOêduKASI
Hasan, E., dkk. (2014). Kelimpahan dan Dominansi Arthropoda Tanah di Hutan Lindung Jailolo ISSN : 2301-4678
Vol 2 No (2) Maret 2014

1. Menentukan lokasi pengambilan sampel di Keterangan :


sekitar Hutan Lindung, dengan luas areal Kr = Kelimpahan relatif
555 meter. n = Jumlah individu
2. Areal penelitian ditarik garis lurus (transek) N = Jumlah total populasi dalam prosent.
sejumlah 3 transek dengan jarak antara HASIL DAN PEMBAHASAN
transek 6 meter.
Hasil identifikasi Arthropoda Tanah di
3. Setiap transek ditempatkan 10 plot dengan
Kawasan Hutan Lindung Kecamatan Jailolo
ukuran 1x1 meter
Kabupaten Halmahera Barat, ditemukan
4. Setiap plot ditempatkan 5 pitfall trap
sebanyak 15 spesies yang tergolong dalam 13
dengan jarak antara plot 3 meter.
Famili.
5. Waktu pengambilan sampel yang
tertangkap selama 24 jam Tabel 1. Jenis Arthropoda tanah di kawasan
6. Setelah data terkumpul maka data tersebut hutan lindung Kecamatan Jailolo
kemudian diidentifikasi tiap-tiap jenis No Famili Spesies Nama ∑ind
Indonesia
dengan menggunakan buku identifikasi Belostomatidae Lethocerus griseus Kepik
1 18
Borror (1996). 2 Phaneeuidae Phaneeus vindex Kumbang 23
tinja
Analisis Data 3 Formicidae Formicida latreille Semut merah 70
Entylia sinvata Semut hitam 53
Analisis data yang digunakan dalam Oecophylla Semut rang- 10
penelitian ini adalah : saragilina rang
4 Lulusidae Lulus sp Kaki seribu 12
’ 5 Melolonthidae Holotrichia javana Kumbang 24
1. Indeks dominansi (D ) dari Simpson
badak
dengan persamaan sebagai berikut 6 Lycosidae Lycosa Laba-laba 17
pseudoannulata Pemburu
∑ ( )2 7 Loxoscelidae Loxosceles reelusa Laba-laba 12
coklat
8 Scutigeridae Scutigera sp Lipan 12
9 Chrysomelidae Pheadonia inclusa Kumbang 10
daun
Keterangan : 10 Prorhinotermid Prorhinotermes Rayap pekerja 17
Ni = Jumlah total individu dari suatu spesies ae simplex
N = Jumlah total individu dari seluruh spesies 11 Theridiidae Latrodectus Laba-laba 10
D’ = Indeks dominansi mactans janda hitam
12 Oedipodidae Valangan Belalang 6
2. Indeks kelimpahan, menurut Ludwig dan nigricornis tanah
13 Forficulidae Chelisoches morio Cocopet 14
Reynolds (1988).
Jumlah Total 308
a. Kelimpahan (D)
Tabel di atas menunjukkan bahwa,
( )
jumlah spesies secara keseluruhan yang di
Keterangan : temukan atau terperangkap dalam Pithfall
D = Kelimpahan setiap jenis (ind/m2) trap di Kawasan Hutan Lindung Kabupaten
X =Jumlah individu per jenis yang diperoleh
Halmahera Barat berjumlah 15 spesies yang
selama penelitian
A = Luas areal yang terukur dengan kuadran
tergolong dalam 13 famili. Ke-13 famili
tersebut meliputi Belostomatidae, Phaneuidae,
b. Kelimpahan relatif (Kr) Lulusidae, Melolonthidae, Lycosidae,
Loxoscelidae, Scutigeridae, Chrysomelidae,
Prorhinotermidae, Therididae, Oedipodidae,
( ) Forficulidae. Dari ke 13 famili tersebut famili
formicidae ditemukan 3 spesies (Formicida
latreille, Entylia sinvata, Oecophylla
saragilina). Sedangkan 12 famili lainnya hanya

240
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 2 No (2) Maret 2014

ditemukan masing-masing famili 1 spesies, jadi Regnum : Animalia


jumlah keseluruhan adalah 308 individu. Phylum : Arthropoda
Classis : Insekta
4.3 Deskripsi Jenis Arthropoda
Ordo : Coleoptera
Berdasarkan Tabel 1 di atas, terdapat 15 Familia : Phaneeuidae
spesies Arthropoda Tanah yang ditemukan Genus : Phaneeus
dalam penelitian ini yang dideskripsikan Spesies : Phaneeus vindex
sebagai berikut :
3. Formicida latreille (Borror,1996).
1. Lethocerus griseus (Borror, 1996).
Ciri-ciri morfologi semut merah
Ciri-ciri morfologi spesies ini, eusosial yang dari keluarga formicidae, dan
berbentuk bulat memanjang dan agak gepeng semut termaksud dalam ordo hemiptera
dengan tangkai-tangkai depan sebagai bersama dengan lebah dan tawon, semut
perenggut dan panjangnya 65 mm. Hewan ini terbagi atas lebih dari 12,000 kelompok,
umumnya terdapat di kolam-kolam dan danau- dengan perbandingan jumlah yang besar di
danau, di tempat itu mereka makan serangga- kawasan tropis, semut di kenal dengan koloni
serangga air, siput-siput, kecobong, dan bahkan dan sarang- sarang yang teratur, yang
ikan yang kecil. Klasifikasinya sebagai berikut terkadang terdiri dari ribuan semut perkoloni,
: jenis semut di bagi menjadi semut
Regnum : Animalia pekerja,semut pejantan,dan ratu semut, satu
Phylum : Arthropoda koloni dapat menguasai dan memakai sebuah
Classis : Insekta daerah luas untuk mendukung kegiatan mereka,
Ordo : Hemiptera koloni semut kadangkala di sebut
Familia : Belostomatidae superorganisme di karenakan koloni-koloni
Genus : Lethocerus mereka yang membentuk sebuah kesatuan.
Spesies : Lethocerus griseus Klasifikasinya sebagai berikut :

2. Phaneeus vindex (Borror,1996). Regnum : Animalia


Phylum : Arthropoda
Ciri-ciri morfologi kumbang sangat Classis : Insekta
menyerupai beberapa scarabaeid pemakan tinja Ordo : Hymenoptera
lainnya, tetapi mempunyai sungut 11 ruas, Familia : Formicidae
mereka adalah kumbang kumbang bulat telur Genus : Formicida
cembung, bertubuh gendut, yang mempunyai Spesies : Formicida latreille
warna hitam atau coklat tua,elitra biasanya
berlekuk atau bergaris garis halus, tarsi panjang 4. Entylia sinvata (Borror,1996).
dan samping, dan tibia depan melebar dan atau Morfologi dari spesies ini adalah
berekuk pada tepi-tepi luarnya, elytra secara tubuhnya berwarna hitam, panjang sekitar 13
sempurna menutupi abdomen, kumbang- mm, kepala oval, garis-garis melengkung
kumbang ini panjangnya bervairasi 2-25 mm, terdapat pada kepala, torak, dan pedical.
panjangnya dan terdapat di bawah tinja sapi, Pedical 1, besar, sama besar dengan
tinja kuda, atau bangkai, beberapa terdapat metanetum, bagian depan cembung, bagian
Dalam kayu-kayu gelendong atau jamur yang belakang agak cekung, dan berduri dua buah
membusuk, larva ini terdapat di dalam atau di dibagian atasnya. Klasifikasinya sebagai
bawah tinja atau bangkai, mereka makan berikut :
material ini dan karena itu bernilai bagi
kemanusiaan sebagai pemakan organik yang
membusuk.

241
Jurnal ßIOêduKASI
Hasan, E., dkk. (2014). Kelimpahan dan Dominansi Arthropoda Tanah di Hutan Lindung Jailolo ISSN : 2301-4678
Vol 2 No (2) Maret 2014

Regnum : Animalia ketiga. Habitatnya selalu lembab, berada di


Phylum : Arthropoda bawah daun-daunan, di daerah banyak lumut,
Classis : Insekta di bawah batu-batuan atau papan-papan, pada
Ordo : Hymonoptera kayu yang sedang membusuk atau di dalam
Familia : Formicidae tanah lembab. Klasifikasinya sebagai berikut:
Genus : Entylia Regnum : Animalia
Spesies : Entylia sinvata Phylum : Arthropoda
5. Oecphylla saragillina (Borror,1996) Classis : Myropoda
Ordo : Diplopoda
Semut ini berwarna coklat kemerahan,
Familia : Lulusidae
Membuat sarang di pepohonan yang tinggi
Genus : Lulus
dengan menyatukan daun-daun dengan
Spesies : Lulus sp.
menggunakan massa yang di produksinya.
Kadang-kadang semut ini juga bertempat 7. Holotrichia javana (Borror,1996)
tingga yang lebih rendah seperti di tanaman Kumbang badak berwarna coklat tua
cengkeh, mangga, kopi, atau semak-semak . mengkilat, tubuh kokoh, oval, atau memanjang,
Bila tidak ada pepohonan tinggi atau pohon elytra tidak sangat kasar. Beragam dalam
yang tinggi itu kebutuhan daun-daunnya
ukuran dan warna, tetapi umumnya berwarna
sedang rontok. Semut rang-rang panjangnya coklat tua kehitaman. Antena membentuk
antara 5-10 mm, ratunya (betina besar) benjolan pada panjang 8-11 ruas, mempunyai
berwarna hijau kekuningan suram, panjangnya tanduk pada kepala/pronotum.
kurang lebih 1,5 cm, sesudah perkawinan lalu
membuat koloni lagi. Larva yang masih Dewasa aktif pada malam hari dan
berwarna putih disebut kroto dan biasanya tertarik cahaya. Induk meletakkan telur dekat
dikumpulkan orang untuk makanan burung. daun-daun yang mulai membusuk atau tempat-
Klasifikasinya sebagai berikut : tempat yang tersembunyi. Berupa dekat
pangkal batang, larva menyukai tempat-tempat
Regnum : Animalia yang tidak berlempung, sebagai perusak akar.
Phylum : Arthropoda Klasifikasinya sebagai berikut :
Classis : Insekta
Ordo : Hymonoptera Regnum : Animalia
Familia : Formicidae Phylum : Arthropoda
Genus : Oecophylla Classis : Insekta
Spesies : Oecophy1la saragillin Ordo : Coleoptera
Familia : Melolonthidae
6. Lu1us sp. (Borror,1996).
Genus : Holotrichia
Hewan ini dikenal dengan sebutan kaki Spesies : Holotrichia javana
seribu, meskipun jumlah kakinya tidak sampai 8. Lycosa pseudoannulata (Borror, 1996)
seribu. Sebutan lain dari hewan ini adalah
keluwing. Hewan ini bersifat saprofor atau Morfologi dari spesies ini adalah
pemakan sisa-sisa organisme. Tubuhnya bentuk tubuhnya oval dan biasanya tidak jauh
memanjang dengan banyak ruas (metamer). lebih besar dari cephalorotax, kakinya panjang
Memiliki 30 metamer atau lebih, dan setiap dan runcing, warna tubuh biasanya abu-abu,
metamer terdapat 30 tungkai yang coklat atau hitam pudar. Punggung coklat
berpasangan. Tubuhnya berbentuk seperti dengan rambut-rambut berwarna abu-abu,
tabung atau sedikit gepeng, dan sungutnya terdapat gambaran seperti garpu mulai dari
pendek berjumlah 2 buah beruas tujuh. Alat daerah mata belakang. Pada abdomen terdapat
reproduksi terletak di ujung anterior tubuh gambaran berwarna putih, Jenis jantan yang
antara pasangan–pasangan tungkai kedua dan mempunyai palpus yang membesar.

242
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 2 No (2) Maret 2014

Laba-laba ini membuat sarang/jaring penyengat di gunakan untuk mengengat atau


tetapi menyerang mangsanya secara langsung. pengganggunya, Sengatannya menimbulkan
Laba-laba betina bertelur dalam kepompong bengkak dan rasa sakit. Klasifikasinya sebagai
yang dibuat dari benang halus dan dibawah berikut:
kemana-mana oleh induknya. Setelah telur- Regnum : Animalia
telur menetas, anak-anaknya langsung naik Phylum : Artrhopoda
kepunggung induknya. Setelah enam bulan Classis : Myropoda
mereka turun dan membuat penyebaran mereka Ordo : Chilopoda
ditempat yang baru. Merupakan laba-laba yang Familia : Scutigeridae
tinggal ditanah dan dapat berlari dengan cepat. Genus : Scutigera
Klasifikasi sebagai berikut : Spesies : Scutigera sp.
Regnum : Animalia 11. Pheadonia inclusa (Borror,1996).
Phylum : Arthropoda
Classis : Insekta Tubuh hewan ini relatif kecil, pendek,
Ordo : Aracneida agak pendek, gemuk dan bulat telur, banyak
Familia : Lycosidae yang berwarna cerah dan mengkilap. Kepala
Genus : Lycosa tidak memanjang menjadi suatu moncong,
Spesies : Lycosa pseudoannulata tubuh abdomen biasanya tertutup elytra.
Antena pendek, kurang dari setengah panjang
9. Loxosceles reelusa (Borror,1996). tubuh, tarsi nampakya 4-4-4 tetapi
Ciri-ciri morfologi laba-laba yang hidup sesungguhnya 5-5-5 ( ruas ke-4 kecil), larva
soliter , laba-laba ini adalah kecil, laba-laba umumnya abu-abu kehitaman, agak gemuk dan
yang berwarna pucat, panjangnya 6-10 mm, mempunyai seperti duri-duri di permukaan
yang hanya mempunyai enam mata, laba-laba tubuh.
yang hidup soliter yang berwarna coklat Di temukan di areal pertanaman
warnanya bervariasi dan coklat keabuan- budidaya, larva ada yang hidup di tanah. Telur
abuan, laba-laba ini sering terdapat di dalam di letakan di dalam tanah. Dewasa sering
pakaian-pakaian yang tinggal tergantung di menjatuhkan diri dari tanaman dan diam
dalam kandang gedung atau gedung di luar. seolah-olah mati bila merasa ada yang
Klasifikasinya sebagai berikut : mengganggu. Klasifikasinya sebagai berikut :
Regnum : Animalia Regnum : Animalia
Phylum : Arthropoda Phylum : Arthropoda
Classis : Insekta Classis : Insekta
Ordo : Arachnida
Ordo : Coleoptera
Familia : Loxoscelidae Familia : Chrysomalidae
Genus : Loxosceles Genus : Pheadonia
Spesies : Loxosceles reelusa Spesies : Pheadonia inclusa
10. Scutigera sp (Borror,1996). 12. Prorhinotermes simplex (Borror,1996)
Ciri-ciri morfologi spesies ini yang Ciri-ciri morfologi spesies ini, terdiri
tubuhnya memanjang dan agak pipih, pada dari dua jenis kelamin, mandul, tidak bersayap,
kepalannya terdapat antara dan mulut dan pada kebanyakan jenis buta dan pada beberapa
sepasang mandibula dan dua pasang tungkai jenis polimorfik yaitu mempunyai dua ukuran
maksila, pada tiap segmen tubuhnya terdapat yang berbeda. Individu yang paling banyak
kaki dan sepasang spirakel pasangan pertama dalam sebuah koloni, Mereka pucat dan
kaki termodifikasi menjadi alat beracun. Alat bertubuh lunak, dengan baian-bagian mulut
ini digunakan untuk membunuh mangsanya,
misanya insekta dan invertebrata kecil.

243
Jurnal
Hasan, E.,ßIOêduKASI
dkk. (2014). Kelimpahan dan Dominansi Arthropoda Tanah di Hutan Lindung Jailolo ISSN : 2301-4678
Vol 2 No (2) Maret 2014

yang diperuntukan untuk mengunyah. 15. Chelisoches morio (Borror,1996)


Klasifikasinya sebagai berikut : Tubuh cocopet berwarna hitam
kecoklatan, 11-17 cm, antena beruas 12-15
Regnum : Animalia buah. Mempunyai sayap tetapi jarang terbang,
Phylum : Arthropoda Jenis jantan mempunyai forcep yang lebih
Classis : Insekta kasar dan lebih nampak kuat, forcep membuka
Ordo : Isoptera atau ujungnya sedikit bersentuhan, jenis betina
Familia : Prorhinotermedae mempunyai forcep yang lebih ramping dan
Genus : Prorhinotermes umumnya, keduanya saling bersilang,
Spesies : Prorhinotermes simplex Habitatnya di perkebunan sayur dan
13. Latrodectus mactans (Borror,1996) tanaman palawija, terutama di tempat-tempat
yang lembab. Aktif pada malam hari
Ciri-ciri morfologi, spesies ini yang
(Nokturnal), siang hari bersembunyi di antara
betina panjangnya kira-kira 12 mm sangat
dedaunan. Umumnya sebagai predator, jarang
beracun dan hitam menngkilat dengan tanda-
yang herbivor (menyerang tanaman). Pada saat
tanda orange kemerah-merahan pada sisi
menangkap mangsa, bagian kaki abdomen dan
ventral opistosoma. Klasifikasinya sebagai
forcep yang telah menjepit mangsa sering
berikut :
dilengkungkan kearah mulut. Klasifikasinya
Regnum : Animalia sebagai berikut
Phylum : Artrhopoda
Regnum : Animalia
Classis : Insekta
Phylum : Arthropoda
Ordo : Arachnida
Classis : Insekta
Familia : Theridiidae
Ordo : Dermaptera
Genus : Latrodectus
Familia : Forficulidae
Spesies : Latrodectus mactans
Genus : Chelisoches
14. Valanga nigricornis (Borror, 1996) Spesies : Chelisoches morio
Belalang ini memiliki sayap belakang 4.3 Kelimpahan dan Dominansi
berwarna cemerlang, dan mereka seringkali
Hasil identifikasi menunjukan bahwa
terdapat didaerah yang tumbuh-tumbuhannya,
Arthropoda tanah di Kawasan Hutan Lindung
jarang mereka seringkali hinggap di atas tanah
Kecamatan Jailolo Kabupaten Halmahera Barat
yang telanjang dengan sayap-sayap belakang
sebanyak 15 spesies dan 13 famili.
tersembunyi dan sayap-sayap depan berbaur
dengan belakangnya. Belalang-belalang ini Tabel 2. Hasil analisis indeks kelimpahan,
sangat besar dalam penerbangan, warna warna kelimpahan relatif, dan dominansi
yang terang dari sayap-sayap belakang dan Arthropoda tanah di Kawasan
suara seperti barang retak yang kadang-kadang Hutan Lindung Jailolo
ditimbulkan oleh sayap-sayap. Klasifikasinya No Spesies K KR (%) Indeks
Dominansi
sebagai berikut :
1. Lethocerus griseus 0,6 5,844 0,0034
Regnum : Animal
2. Phaneeus vindex 0.76 7,467 0,0055
Phylum : Artrhopoda
Classis : Insekta 3. Formicida latreille 2,33 22,727 0,0516
Ordo : Ortoptera 4. Entylia sinvata 1,76 17,207 0,0296
Familia : Oedipodidae 5. Oecophylla saragillina 0,33 3,246 0,00010
Genus : Valanga 6. Lulus sp 0,4 3,896 0,0015
Spesies : Valanga nigricornis 7. Holotrichia javana 0,8 7,792 0,0060
8. Lycosa pseudoannulata 0,56 5.519 0,0030

244
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 2 No (2) Maret 2014

9. Loxosceles reelusa 0,4 3,896 0,0015 a. Kemampuan berkembangbiak


10. Scutigera sp 0,4 3,896 0,0015
Kemampuan berkembang biak suatu jenis
11. Pheadonia inclusa 0,33 3,246 0,0010 Arthropoda dipengaruhi oleh kepribadian
12. Prorhinotermes simplex 0,56 5,519 0,0030 dan frekunditas serta waktu perkembangan
13. Latrodectus mactans 0,33 3,246 0,0010 (kecepatan berkembangbiak).
14. Valanga nigricornis 0,2 1,395 0,00037
b. Perkembangan kelamin
15. Chelisoches morio 0,46 4,545 0,0020
Perbandingan kelamin adalah
Jumlah 14,27 100 % 0,11197
perbandingan antara jumlah individu
jantan dan betina yang diturunkan.
Berdasarkan paparan tersebut di atas
c. Sifat mempertahankan diri
telah didapatkan 15 spesies dan 13 famili,
kemudian data tersebut dianalaisis dengan Seperti halnya hewan lain, Arthropoda
menggunakan rumus indeks dominansi dan dapat diserang oleh berbagai musuh.
kelimpahan, untuk mengetahui nilai Untuk mempertahankan hidup, Arthropoda
kelimpahan dan dominansi masing-masing memiliki alat atau kemampuan untuk
spesies. Dari hasil analisis tersebut telah mempertahankan diri dan melindungi
didapatkan nilai kelimpahan dan dominansi dirinya dari serangan musuh. Kebanyakan
masing-masing spesies. Jumlah spesies yang Arthropoda akan berusaha lari bila
paling banyak di temukan pada Kawasan Hutan serangan musuhnya dengan cara terbang,
Lindung ini adalah individu Formicida latreille lari, meloncat, berenang, dan menyelam.
yang tergolong famili Formicidae yaitu 2. Faktor luar (Ekstern)
sebanyak 70 individu sedangkan jumlah
spesies yang paling sedikit di temukan yaitu Faktor luar atau ekstern adalah faktor
Valanga nigricornis yang tergolong dalam lingkungan dimana itu hidup dan
famili Oedipodidae sebanyak 6 individu. Hasil mempengaruhi hidupnya, meliputi:
analisis kelimpahan dan dominansi a. Suhu
menunjukan bahwa jenis formicida latreille
memiliki kelimpahan dan kelimpahan relatif Arthropoda memiliki kisaran suhu
yaitu 2,33 dan 22,727 sedangkan kelimpahan tertentu dimana dia dapat hidup.Diluar
dan kelimapahan relatif yang terendahdimiliki kisaran suhu tersebut Artrhopoda akan
oleh jenis Valanga nigricornis yaitu 0,2 dan mati kedinginan atau kepanasan. Pada
1,948, sedangkan nilai indeks dominansinya umumnya kisaran suhu yang efektif
adalah 0,11197. Hal ini sejalan dengan hasil adalah suhu minimum 15°C, suhu
yang diperoleh di lapangan dimana jenis optimum 25°C dan suhu maksimum
Formicida latreille yang tergolong famili 45°C.
Formicidae sebanyak 70 individu. Sedangkan b. Kelembaban
jumlah spesies yang paling sedikit ditemukan
Kelembaban yang dimaksut dalam
yaitu Valanga nigricornis yang tergolong
bahasan ini adalah kelembaban
dalam famili Oedipodidae sebanyak 6 individu.
tanah,udara dan tempat hidup Arthropoda
Hal ini disebabkan oleh faktor dalam dimana merupakan. akan faktor penting
(interen) dan faktor luar (Eksteren) : yang mempengaruhi distribusi, kegiatan,
1. Faktor Dalam dan perkembangan epifauna.

Faktor dalam yang turut menentukan tinggi c. Cahaya


rendahnya populasi Arthropoda Tanah Beberapa aktifitas Arthropoda
antara lain : dipengaruhi oleh responnya terhadap
cahaya, sehingga timbul jenis Arthropoda

245
JurnalE.,ßIOêduKASI
Hasan, dkk. (2014). Kelimpahan dan Dominansi Arthropoda Tanah di Hutan Lindung Jailolo ISSN : 2301-4678
Vol 2 No (2) Maret 2014

yang aktif pada pagi, siang, sore, atau berkisar antara 5,9-6,5. Keadaan iklim juga
malam hari. Cahaya matahari dapat mempengaruhi perubahan pH, curahan air
mempengaruhi aktifitas dan distribusi hujan juga akan mengecerkan tanah sehingga
lokalnya. akan terjadi perubahan pH dan tanah akan
sedikit lembab.
d. Angin
Menurut Rao (1994), perubahan pH
Angin berperan dalam membantu
tanah dapat mempengaruhi kelarutan unsur
penyebaran Arthropoda terutama bagi
hara dalam tanah. Tanah yang netral atau basa
Arthropoda yang berukuran kecil. Selain
dapat lebih melarutkan unsur hara dari pada
itu juga dalam tubuh serangga, karna
tanah yang asam. Kelarutan unsur hara yang
angin dapat mempercepat penguapan dan
tinggi dalam tanah akan mempermudah
penyebaran udara.
mikroorganisme tanah dalam menggunakan
PEMBAHASAN unsur hara tersebut sehingga kelimpahannya
Berdasarkan hasil penelitian yang telah meningkat. Kelembaban tanah merupakan
diperoleh, terlihat bahwa dari jumlah spesies faktor utama selain ketersediaan karbon,
yang ditemukan, yang lebih mendominansi nitrogen, fosfat, kalium, suhu, pH serta aerasi
kawasan Hutan Lindung di Kabupaten yang mempengaruhi laju dekomposisi bahan
Halmahera Barat yaitu, jenis Formicida organik di dalam tanah.
latreille dengan nilai kelimpahan 2,33, dan Suhu tanah merupakan salah satu faktor
indeks dominansi 0,0516, serta kelimpahan fisik tanah yang sangat menentukan kehadiran
relatifnya 22,727 yang tergolong dalam kriteria dan kepadatan organisme tanah, dengan
sangat tinggi. Hal ini didukung oleh demikian suhu tanah akan menentukan tingkat
tersedianya nutrisi/makanan yang sangat baik dekomposisi material organik tanah, fluktuasi
dan suhu lingkungan yang ada di kawasan ini suhu tanah lebih rendah dari suhu udara, dan
sangat mendukung kehidupan dari spesies suhu tanah sangat tergantung dari suhu udara.
Formicida latreille, sedangkan spesies yang Suhu tanah lapisan atas mengalami fluktuasi
memiliki nilai kelimpahan indeks dominansi dalam satu malam dan tergantung musim
serta kelimpahan relatif yang sangat rendah (Suin,1997)
yaitu, Valanga nigricornis yang memiliki nilai
Perbedaan jumlah ini menunjukan
kelimpahan 0,2, indeks dominansi 0,00037,
bahwa spesies-spesies tersebut memiliki
serta kelimpahan relatifnya 1,948. Jenis ini
kemampuan beradaptasi berbeda pada
tidak mendominansi Kawasan Hutan Lindung
lingkungannya, dalam hal ini jumlah individu
karena faktor lingkungan tanah, pH tanah serta
tiap spesies akan bertambah sesuai dengan
suhu tanah yang tidak memenuhi ambang batas
kemampuan beradaptasi untuk memperbanyak
normal.
spesies.
Lingkungan tanah yang ada di kawasan
Tinggi rendah dominansi dan
hutan lindung Jailolo memiliki tanah yang
kelimpahan di pengaruhi oleh faktor-faktor
selalu lembab dan sedikit basah, sehingga
lingkungan. Faktor lingkungan lingkungan
aktivitas biologis (termasuk metabolisme)
yang dimaksud adalah suhu, pH, dan
dalam tanah serta ketersediaan bahan organik
kelembaban tanah. Menurut Hardjadi dalam
maupun bahan anorganik tidak sessuai dengan
Rukmana (1997), suhu maksimum dan
kehidupan dari jenis Valanga nigricornis.
minimum yang mendukung pertumbuhan
Kawasan hutan lindung mempunyai fungsi
tanaman berkisar 5-300C (sangat baik), suhu
pokok sebagai perlindungan sistem penyangga
pertumbuhan optimum berbeda menurut
kehidupan untuk mengatur tata air. Hutan
tanamannya dan berbeda pula sesuai dengan
lindung berada pada ketinggian 550 dpl
tahap perkembangan tumbuhan. Selain itu
dengan suhu rata-rata 380C, dengan pH

246
Jurnal ßIOêduKASI ISSN : 2301-4678
Vol 2 No (2) Maret 2014

setiap tumbuhan besar kecilnya kisaran nilai sebanyak 15 spesies dan tergolong dalam 13
suhu. Populasi Arthropoda tanah sifatnya famili yaitu Lethocerus griseus, Phaneeus
dinamis, jumlah tersebut bisa naik bisa turun vindex, Formicida latreille, Entylia sinvata,
atau tetap seimbang tergantung keadaan Oecophylla saragilina, Lulus sp, Holotrichia
lingkungan. Bila kondisi lingkungan yang javana, Lycosa pseudoannulata, Loxosceles
cocok populasi Arthropoda tanah berkembang reelusa, Scutigera sp, Pheadonia inclusa,
cepat, perkembangan populasi Arthropoda Prorhinotermes simplex, Latrodectus mactans,
tanah dipengaruhi oleh tanaman inang. Valanga nigricornis, Chelisoches morio.
Tanaman yang menjadi makanan dan tempat
Kesimpulan
organisme Arthropoda tanah, bila tanaman
yang disukai terdapat dalam kondisi baik dalam Dari hasil penelitian dan pembahasan
jumlah yang banyak, maka populasi yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan
Arthropoda akan cepat meningkat, begitu pula bahwa tingkat kelimpahan Arthropoda tanah
sebaliknya. pada kawasan hutan lindung dengan kategori
tinggi terdapat pada spesies Formicida latreille
Hasil pengukuran parameter lingkungan (2,33), sedangkan yang terendah pada spesies
berupa suhu lingkungan dan pH tanah sebagai Valangan nigricornis (0,2). Nilai dominansi di
berikut : kawasan hutan lindung yang terukur adalah
a. Suhu Lingkungan 0,11197, ini menunjukkan bahwa tidak ada
spesies yang mendominansi.
Pada hasil pengukuran parameter
lingkungan pada transek 1,2,3 kisaran suhu DAFTAR PUSTAKA
lingkungan adalah 380 C. Menurut Jumar Adianto. 1982. Biologi Pertanian. Alumni.
(2000), Arthropoda memiliki kisaran suhu Bandung Indonesia.
tertentu yang mampu bertahan, umumnya Arief, A. 1994. Hutan: Hakikat dan
berada pada kisaran suhu yang efektif, yakni Pengaruhnya Terhadap Lingkungan.
suhu minimum 150 C, suhu optimum 250 C dan Yayasan Obor Indonesia. Jakarata.
suhu maksimum 450 C. Apabila suhu Anonim. 1995. Tinjauan Beberapa Aspek
lingkungan tidak sesuai dengan ambang batas Yang Berkaitan Dengan Rencana
toleransi, maka Arthropoda akan mati Pengelolaan Pulau Pombo. Ambon.
kedinginan atau kepanasan. Hal ini sesuai Borror. 1996. Pengenalan Pelajaran Serangga.
dengan suhu lingkungan terukur pada tiga titik UGM. Yogyakarta.
pengamatan, sehingga masih memungkinkan Dwidjosaputro, D. 1991. Ekologi Manusia
bagi kehidupan Arthropoda tanah. Dengan Lingkungan. PT Erlangga.
b. pH Tanah Jakarta.
Hanafiah, K. A. 2001. Dasar-dasar Ilmu
Untuk tingkat kesamaan (pH) pada Tanah. Diktat Kuliah PS Ilmu Tanah FP
transek 1 (6,5). Transek 2 (6,0). Dan transek 3 Unsri, Indralaya, Sumatera Selatan.
(5,9). Keberadaan dan fauna tanah sangat Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara.
tergantung pada pH tanah sebagaimana Jakarta.
dijelaskan o1eh Suin (1997). Bahwa sebagian Kadri, W. dkk. 1992. Manual Kehutanan.
besar hewan tanah memiliki hidup pada tanah Departemen Kehutanan Republik
yang pHnya asam dan ada pula basah, sesuai Indonesia. Jakarta.
dengan pH tanah yang terukur pada ketiga Kimball. 2004. Biologi. PT Erlangga. Jakarta
transek diatas yaitu pHnya rata-rata 6,2 maka Soerianegara, I. Dan A. Indrawan. 1982.
pH ini tergolong basah, Arthropoda Tanah Ekologi Hutan Indonesia. Bogor
yang ada di Kawasan Hutan Lindung Departemen Manajemen Hutan Fakultas
Kabupaten Halmahera Barat yang terperangkap Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

247
Jurnal ßIOêduKASI
Hasan, E., dkk. (2014). Kelimpahan dan Dominansi Arthropoda Tanah di Hutan Lindung Jailolo ISSN : 2301-4678
Vol 2 No (2) Maret 2014

Suin, N. M. 1997. Ekologi Hewan Tanah.


Bumi Aksara Jakarta.
Sutedjo, M. M., A. G. Kartasapoetra, dan
R.D.S. Sastroatmodjo. 1996.
Mikrobiologi Tanah. Rieka Cipta.
Jakarta.

248

Anda mungkin juga menyukai