Anda di halaman 1dari 6

Resume Seminar Internasional

Dani Maulana

Fakultas Adab dan Humaniora Jurusan Sejarah Peradaban Islam

Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung

maulanadani54321@gmail.com

Pendahuluan

Seminar Internasional, diselenggarakan oleh UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Fakultas
Adab dan Humaniora, jurusan Sejarah Peradaban Islam, yang dilaksanakan pada hari rabu
tanggal 18 Oktober 2017. Kegiatan ini merupakan sebuah agenda tahunan yang besar di
Fakultas Adab dan Humaniora terutama pada jurusan Sejarah Peradaban Islam, kegiatan ini
juga sebagai sarana silaturrahmi dan diskusi bagi teman – teman jurusan Sejarah Peradaban
Islam, seminar ini membahas berkaitan dengan Konferensi Internasional tentang Islam di Asia
Tenggara.

Pemateri Pertama :

Prof. Oman Faturrahman

Islam Nusantara dan Naskah-naskah Kuno

Merupakan sebuah kajian yang dipaparkan oleh Prof. Oman Faturrahman, materi ini
sangat menarik untuk dikaji lebih dalam lagi karena didalam kajian ini kita dapat mengetahui
dan memahami bagaimana Islam di Nusantara ini dan peninggalan – peninggalan dari ulama
terdahulu dalam bentuk Naskah – Naskah kuno atau manuskrip.

Pengertian Islam Nusantara

Menurut Azyumardi Azra (Cendikiawan Muslim Indonesia dan Guru Besar FAH UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta) Islam Nusantara adalah Islam distingtif sebagai hasil interaksi,
kontekstualisasi, indigenisasi dan vernakularisasi Islam Universal dengan realitas sosial,

1
budaya dan agama di Indonesia. Ortodoksi Islam Nusantara (Kalam Asy’ari, fikih madzhab
Syafi’i dan tasawuf Ghazali) menumbuhkan karakter wasathiyah yang moderat dan toleran.
Islam Nusantara yang kaya dengan warisan Islam menjadi harapan renaisan peradaban Islam
global.

Kajian lokal Naskah Kuno di Nusantara

Dalam kajia ini dapat sedikit sekali yang dapat kita temukan tentang naskah – naskah
Islam kuno yang bisa masuk ke Asia Tenggara khususnya Nusantara, hal ini berhubungan
dengan teori – teori masuknya Islam di Indonesia yang nantinya naskah – naskah kuno tersebut
bisa berada di Nusantara ini. Adapun bagaimana munculnya manuskrip Islam di Indonesia :

Makkah dan Madinah

Teori ini merupakan teori masuknya Islam ke Nusantara yang berasal dari Arab sebagai
pusat Islam. Teori ini menyebutkan bahwa masuknya Islam ke Indonesia pada abad ke – 7 M,
pendapat ini berdasarkan bukti adanya perkampungan Islam di pantai Banus Sumatera Barat
atau dikenal dengan sebutan Bandar Khalifah. Makkah yang merupakan kota suci kelahiran
dari Nabi Muhammad Saw. Makkah menjadi salah satu faktor penting munculnya beberapa
naskah – naskah kuno Islam di Nusantara. Karena mekah memberikan pengaruh dalam awal
penyebaran islam di Nusantara, melalui jalur perdagangan.

Madinah merupakan kota yang menjadi faktor penting selanjutnya sebagai salah kota
yang memiliki peadaban besar setelah kota makkah karena Madinah merupakan kota Islam
pertama yang dibentuk oleh Nabi Muhammad Saw dan menjadikan kota Madinah sebagai
salah kota pusat islam pertama sebelum Makkah menjadi kota islam. Dalam proses penyebaran
islam dan munculnya manuskrip di Nusantara, kota Madinah memberikan pengaruhnya
berbarengan dengan kota Makkah, diantaranya lewat jalur perdagangan maupun pendidikan
sehingga mauncul naskah – naskah kuno di Indonesia dari pengaruh kota tersebut dalam
menyebarkan Islam.

India dan Persia

Teori ini diungkapkan oleh Snouck Hurgronje dan J. Pijnapel. Teori ini
mengungkapkan bahwa masuknya Islam ke Nusantara berasal dari Gujarat India yaitu pada
Abad ke – 8 M. Teori ini mengungkapkan bahwa Islam Indonesia berasal dari Gujarat dengan
bukti ditemukannya batu nisan Sultan Samudera Pasai Malik As Saleh pada tahun 1927 M.

2
Teori Persia yang di ungkapkan oleh Hossein Djajadiningrat. Teori ini menyebutkan
bahwa Islam masuk ke Nusantara berasal dari persia yang dibawa oleh para pedagang persia
pada abad ke – 12 M. Dengan bukti maraknya paham Syiah pada awal mula Islam masuk ke
Nusantara. Selain itu ada adat yang serupa di Nusantara dengan adat di Persia yaitu peringatan
10 Muharam atau hari Asyura, upacara tabuk di Iran dan Tabuk di Sumatera Barat serta di
Jambi.

Tanggapan Adaptasi Terjemahan Islam ke Konteks Lokal

Manuskrip yang masuk ke Nusantara berkembang menjadi sumber sejarah, karena


dipengaruh oleh hasil karya para ulama dari luar ke Nusantara hal ini menjadi adaptasi
terjemahan sejarah Islam ke konteks lokal. Hal ini menjadikan sebuah manuskrip sangat
berharga sebagai sumber sejarah lokal di Nusantara. Sehingga keberadaan manuskrip tersebut
dijadikan sebagai informasi untuk mengetahui peradaban Islam di Nusantara dan kemajuannya
dalam berbagai bidang dan tantangan yang haus dihadapi dalam proses kemajuan tersebut.

Manuskrip dalam Bahaya

ada beberapa faktor yang menyebabkan manuskrip mengalami bahaya yang


menyebabkan kerusakan dan sebagainya, diantara faktor sebagai berikut :

Faktor Lingkungan

Kelembaban udara yang tinggi, serangga, bencana alam, beberapa faktor tersebut
merupakan hal yang dapat membahayakan manuskrip yang dapat menyebabkan manuskrip
hilang atau rusak.

Faktor Sosial dan Politik

Kelompok minoritas yang terabaikan atau terpinggirkan misalnya Paseban, Kuningan,


atau konfil senjata misalnya Marawi beberapa faktor tersebut merupakan faktor sosial dan
politik yang bisa menyebabkan naskah – naskah Islam kuno dilupakan atau diabaikan karena
masalah sosial dan politik tersebut.

Manuskrip Sebagai Unsur Budaya

Manuskrip mempunyai peran penting bukan hanya sebagai sebuah naskah yang dapat
memberikan informasi mengenai sejarah, melainkan manuskrip juga bisa sebagai unsur
budaya, karena dengan adanya manuskrip akan memberikan kesadaran untuk bercermin oada
kebudayaan yang sudah berlalu untuk diambil hikmahnya. Peradaban baru yang muncul

3
disebabkan karena adanya pemahaman baru hal ini dipengaruhi oleh suatu perubahan budaya
yang baru. Disinilah peranan penting manuskrip untuk memfilter perubahan budaya dengan
kembali melihat dimasa lalu.

Kesimpulan

Islam Nusantara Menurut Azyumardi Azra (Cendikiawan Muslim Indonesia dan Guru
Besar FAH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) Islam Nusantara adalah Islam distingtif sebagai
hasil interaksi, kontekstualisasi, indigenisasi dan vernakularisasi Islam Universal dengan
realitas sosial, budaya dan agama di Indonesia. Ortodoksi Islam Nusantara (Kalam Asy’ari,
fikih madzhab Syafi’i dan tasawuf Ghazali) menumbuhkan karakter wasathiyah yang moderat
dan toleran. Islam Nusantara yang kaya dengan warisan Islam menjadi harapan renaisan
peradaban Islam global. Islam yang masuk ke Indonesia dengan teori diantaranya, teori
Mekkah dan Madinah, teori Gujarat dan teori Persia. Manuskrip yang masuk ke Nusatara
berkembang menjadi sumber sejarah. Manuskrip dipengaruhi oleh ulama – ulama yang bukan
dari Nusantara menjadikan masnuskrip mengalami terjemahan sejarah Islam ke konteks lokal.
Hal ini menjadikan sebuah manuskrip sangat berharga sebagai sumber sejarah lokal di
Nusantara. Sehingga keberadaan manuskrip dijadikan sebagai informasi untuk mengetahui
peradaban Islam di Nusantara dan kemajuannya dalam berbagai bidang dan tantangan yang
haus dihadapi dalam proses kemajuan tersebut.

Pemateri Kedua:

Dr. Katrin Bandel

Seks dan Agama di Indonesia Pandangan Sastra

Dalam pemaparan Dr. Katrim Bandel, beliau berbicara mengenai hal seks dan Agama di
Indonesia mengenai tentang sebuah kebudayaan yang ada dalam kehidupan sosial masyarakat
Indonesia, masyarakat yang dikenal paling banyak penduduk muslimnya tetapi banyak
kejanggalan dalam hal sebutan muslim terbanyak tersebut, terutama dalam dunia perfileman
yang didalamnya banyak kejanggalan. Yang menyebabkan budaya masyarakat Indonesia
banyak terpengaruh dari perfileman tersebut, seperti ada adegan yang janggal dengan
menampilkan seks dalam film tersebut dengan kaum hawa sebagai model, hal ini seharusnya
tabu dengan budaya orang ketimuran terutama di Indonesia namun sebaliknya hal ini bisa
masuk dan mempengaruhi budaya masyarakat. Hal ini dikritiki oleh Dr. Katrim Bandel tentang

4
ketidaksesuaian penamaan muslim terbanyak dengan budaya yang terpengaruhi oleh karya
sastra khususnya perfileman.

Pemateri Ketiga :

Siney Jones

Islam Radikal di Asia Tenggara

Mengenai Radikalisme ataupun Ekstrimisme bisa muncul dari agama lain juga, serta
dari sebuah gerakan Sekuler. Untuk itulah harus berhati-hati dengan sebuah definisi mengenai
Radikalisme karenaa akan memunculkan suatu percikan konflik. Berikut adalah beberapa
definisi yang menggambarkan mengenai Radikalisme :

A. Radikal adalah merobahkan sistem politik dari akarnya secara drastis dan cepat.
B. Ekstrimis, selalu berarti pakai kekerasan, teroris, adalah gerakan apapun bisa pakai taktik
teror termasuk gerakan gerilya.

Faktor-Faktor berkembangnya Paham Radikalisme :

Pernikahan

Dari faktor pernikahan radikalisme dapat muncul. Karena seorang suami atau isteri dari
pasangan tersebut yang memiliki pemahaman radikalisme akan mudah memberikan pengaruh
dilingkungan keluarganya secara perlahan dan sedikit – sedikit menjadi sebuah pemahaman
yang diyakini.

Pemerintahan Tidak Efektif

Sebuah negara yang memiliki kelemahan terhadap penerapan sitem dinegaranya akan
menjadi sebuah target untuk berkembangnya suatu forum radikalisme dan pemahamanannya.
Karena sebuah negara yang lemah akan mudah dikuasai dan juga mudah untuk di manfaatkan
demi tujuan berkembangnya suatu pemahaman dari kelompok Radikalisme.

Contohnya adalah di Marawi (Filipina) sehingga mudah bagi sebuh paham Radikalisme
untuk berkembang karana faktor negara tersebut yang lemah, seperti didaerah Marawi yang
merupakan daerah pedalaman serta merupakan daerah miskin, sehingga dengan mudah untuk
dimanupulasi oleh sebuah paham Radikalisme.

Jaringan Radikalisme lewat Jaringan Buruh Luar Negri

5
Dalam sebuah jaringan buruh paham radikalisme bisa terbentuk karena adanya sebuah
interaksi dikalangan buruh tersendiri sehingga memunculkan sebuah sosialisasi pada buruh
dalam jaringan luar negri sehingga sebuah pemahaman radikalisme bisa tersampaikan.

Kesimpulan

Radikalisme di Asia Tenggara muncul disebabkan beberapa hal dalam proses


penyebarannya yakni karana adanya suatu kelemahan dalam sebuah negara atau pun faktor
sosail, politik dan ekonomi dapat menyebabkan suatu ketidak puasan sehingga muncul gerakan
yang ingin menyatakan kudeta pada pemimpin negara, sehingga faktor ketidak puasan dan
kebencian dapat memunculkan sebuah paham radikalisme.

Jaringan radikalisme mempunyai sebuah jaringan secara global karena jaringan ini
memiliki setiap utusan nya disetiap negara sehingga menjadikan penyebaran paham ini bisa
mudah menyebar karana disebabkan oleh lemahnya pengetahuan dan kemantapan agama,
sehingga bisa dengan mudah paham ini tersebar. Yang menjadi target tersebarnya paham
Radikalisme diantaranya adalah, Mahasiswa dan Buruh Luar Negeri

Anda mungkin juga menyukai