Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun oleh:
Kelompok 5
a. Definisi
Visum et repertum adalah laporan tertulis untuk peradilan yang dibuat dokter
berdasarkan sumpah/janji yang diucapkan pada waktu menerima jabatan dokter,
memuat berita tentang segala hal yang dilihat dan ditemukan pada barang bukti
berupa tubuh manusia/benda yang berasal dari tubuh manusia yang diperiksa sesuai
pengetahuan dengan sebaik-baiknya atas permintaan penyidik untuk kepentingan
peradilan. (Amir, 1995)
Visum et repertum merupakan pengganti barang bukti,Oleh karena barang
bukti tersebut berhubungan dengan tubuh manusia (luka, mayat atau bagian tubuh).
KUHAP tidak mencantum kata visum et repertum. Namun visum et repertum adalah
alat bukti yang sah. Bantuan dokter pada penyidik : Pemeriksaan Tempat Kejadian
Perkara (TKP), pemeriksaan korban hidup, pemeriksaan korban mati. Penggalian
mayat, menentukan umur seorang korban / terdakwa, pemeriksaan jiwa seorang
terdakwa, pemeriksaan barang bukti lain (trace evidence). (Idries, 1997)
Yang berhak meminta visum et repertum adalah :
1. Penyidik
2. Hakim pidana
3. Hakim perdata
4. Hakim agama
Yang berhak membuat visum et repertum.(KUHAP Pasal 133 ayat 1) :
1. Ahli kedokteran kehakiman
2. Dokter atau ahli lainnya.
b. Prosedur Permintaan Visum Et Repertum
Peranan dan fungsi visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah
sebagaimana tertulis dalam pasal 184 KUHP. Visum et repertum turut berperan dalam
proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia,
dimana visum et repertum menguraikan segala sesuatu tentang hasil pemeriksaan
medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang karenanya dapat dianggap
sebagai pengganti barang bukti. Visum et repertum juga memuat keterangan atau
pendapat dokter mengenai hasil pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam
bagian kesimpulan. Dengan demikian visum et repertum secara utuh telah
menjembatani ilmu kedokteran dengan ilmu hukum sehingga dengan membaca visum
et repertum, dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada seseorang, dan
para praktisi hukum dapat menerapkan norma-norma hukum pada perkara pidana
yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia.( Afif, 2010)
Apabila visum et repertum belum dapat menjernihkan duduk persoalan di
sidang pengadilan, maka hakim dapat meminta keterangan ahli atau diajukannya
bahan baru, seperti yang tercantum dalam KUHAP, yang memungkinkan
dilakukannya pemeriksaan atau penelitian ulang atas barang bukti, apabila timbul
keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasehat hukumnya terhadap suatu
hasil pemeriksaan. Hal ini sesuai dengan pasal 180 KUHP.( Afif, 2010)
Bagi penyidik (Polisi/Polisi Militer) visum et repertum berguna untuk
mengungkapkan perkara. Bagi Penuntut Umum (Jaksa) keterangan itu berguna untuk
menentukan pasal yang akan didakwakan, sedangkan bagi hakim sebagai alat bukti
formal untuk menjatuhkan pidana atau membebaskan seseorang dari tuntutan hukum.
Untuk itu perlu dibuat suatu Standar Prosedur Operasional Prosedur (SPO) pada
suatu Rumah Sakit tentang tata laksana pengadaan visum et repertum.( Histar
Situmorang, 2007)
Manfaat dari visum et repertum ini adalah untuk menjernihkan suatu perkara
pidana, bagi proses penyidikan dapat bermanfaat untuk pengungkapan kasus
kejahatan yang terhambat dan belum mungkin diselesaikan secara tuntas.
(Soeparmono, 2002)
Visum et repertum juga berguna untuk membantu pihak tersangka atau
terdakwa berhak untuk mengusahakan dan mengajukan saksi ahli dan atau seseorang
yang memiliki keahlian khusus untuk memberikan keterangn yang meringankan atau
menguatkan bagi dirinya yaitu saksi ahli. (Soeparmono, 2002)
Visum et repertum ini juga dapat bermanfaat sebagai petunjuk, dimana
petunjuk itu adalah perbuatan, kejadian atau keadaan, yang karena persesuaianya,
baik antara yang satu dengan yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri,
menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya. (Hamzah,
1996)
f. Jenis-jenis Visum Et Repertum
Jenis visum et repertum pada orang hidup terdiri dari (Idries, 2009)
1. Visum seketika adalah visum yang dibuat seketika oleh karena korban tidak
memerlukan tindakan khusus atau perawatan dengan perkataan lain korban
mengalami luka - luka ringan
2. Visum sementara adalah visum yang dibuat untuk sementara berhubung
korban memerlukan tindakan khusus atau perawatan. Dalam hal ini dokter
membuat visum tentang apa yang dijumpai pada waktu itu agar penyidik
dapat melakukan penyidikan walaupun visum akhir menyusul kemudian
3. Visum lanjutan adalah visum yang dibuat setelah berakhir masa perawatan
dari korban oleh dokter yang merawatnya yang sebelumnya telah dibuat
visum sementara untuk awal penyidikan. Visum tersebut dapat lebih dari satu
visum tergantung dari dokter atau rumah sakit yang merawat korban.
Seperti yang telah kita ketahui permintaan visum et repertum orang hidup
lebih banyak dari pada permintaan pada mayat, karena mayat masih banyak
diperdebatkan oleh karena pihak keluarga yang tidaka mengizinkan (Amir, 2005)
Visum et repertum orang hidup dapat terdiri dari luka (Abdussalam, 2006)
1. Luka yang paling banyak terjadi adalah luka mekanis, biasanya luka ini bisa
Karena
a. Luka benda tumpul
b. Luka benda tajam
c. Luka tembakan senjata api
2. Kemudian luka akibat kekerasan fisis diantaranya adalah
a. Luka akibat suhu tinggi atau luka bakar
b. Luka akibat listrik.
3. Luka akibat zat kimia terdiri dari
a. Luka akibat asam kuat
b. Akibat basa kuat
Semua luka yang tertera diatas dapat diperiksa sesuai lokalisasi, ukuran, jenis
kekerasan yang menjadi penyebab luka. Sehingga dapat digunakan untuk pembuktian
pada suatu kasus.
Tanda-tanda bahwa jaringan yang terkena trauma masih dalam keadaan hidup ketika
terjadi trauma antara lain :
a. Retraksi jaringan
Terjadi karena serabut-serabut elastis dibawah kulit terpotong dan kemudian mengkerut
sambil menarik kulit diatasnya. Jika arah luka memotong serabut secara tegak lurus
maka bentuk luka akan menganga, tetapi jika arah luka sejajar dengan serabut
elastis maka bentuk luka tak begitu menganga.
b. Reaksi vaskuler
Bentuk reaksi vaskuler tergantung dari jenis trauma, yaitu :
Pada trauma suhu panas, bentuk reaksi intravitalnya berupa :
- Eritema (kulit berwarna kemerahan)
- Vesikel atau bulla
Pada trauma benda keras dan tumpul, bentuk intravital berupa :
- Kontusi atau memar
b. Emboli udara
Terdiri atas emboli udara venosa (pulmoner) dan emboli udara arterial
(sistemik). Emboli udara venosa terjadi jika lumen dari vena yang terpotong tidak
mengalami kolap karena terfiksir dengan baik seperti misalnya vena jugularis
eksterna atau subclavia. Udara akan masuk ketika tekanan dijantung kanan negatif.
Gelembung udara yang terkumpul di jantung kanan dapat terus menuju kedaerah
paru-paru sehingga dapat mengganggu fungsinya.
Emboli arterial dapat terjadi sebagai kelanjutan dari emboli udara venosa
pada penderita foramen ovale persisten atau sebagai akibat dari tindakan
pneumotorak artefisial atau karena luka-luka yang menembus paru-paru. Kematian
dapat terjadi akibat gelembung udara masuk pembuluh darah koroner atau otak.
c. Emboli lemak
Emboli lemak dapat terjadi pada trauma tumpul yang mengenai jaringan
berlemak atau trauma yang mengakibatkan patah tulang panjang. Akibatnya,
jaringan lemak akan mengalami pencairan dan kemudian masuk kedalam pembuluh
darah vena yang pecah menuju atrium kanan, ventrikel kanan dan dapat terus
menuju daerah paru-paru.
d. Pneumotorak
Jika dinding dada menderita luka tembus atau paru-paru menderita luka,
sementara paru-paru itu sendiri tetap berfungsi maka luka tersebut dapat berfungsi
sebagai ventil. Akibatnya, udara luar atau udara paru-paru akan masuk ke rongga
pleura setiap inspirasi.
Semakin lama udara yang masuk kerongga pleura, semakin banyak yang
pada akhirnya akan menghalangi pengembangan paru-paru sehingga pada akhirnya
paru-paru menjadi kolap.
e. Emfisema kulit (krepitasi kulit)
Jika trauma pada dada mengakibatkan tulang iga patah dan menusuk paru-
paru maka pada setiap ekspirasi udara paru-paru dapat masuk ke jaringan ikat
dibawah kulit.
Pada palpasi akan terasa ada krepitasi disekitar daerah trauma. Keadaan
seperti ini tidak mungkin terjadi jika trauma terjadi sesudah orang meninggal dunia.
Jika trauma terjadi sesudah orang meninggal dunia maka kelainan-kelainan tersebut
diatas tidak mungkin terjadi mengingat pada saat itu jantung dan paru-parunya
sudah berhenti bekerja.
B. Umur Luka
Untuk mengetahui kapan terjadinya kekerasan, perlu diketahui umur luka. Hanya saja,
tidak ada satupun metode yang dapat digunakan untuk menilai dengan tepat kapan suatu
kekerasan (baik pada korban hidup ataupun mati) dilakukan mengingat adanya faktor
individual, penyulit (misalnya infeksi, kelainan darah atau penyakit defisiensi) serta faktor
kualitas dari kekerasan itu sendiri.
Kendati demikian ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk memperkirakannya, yaitu
dengan melakukan :
- Pemeriksaan makroskopik.
- Pemeriksaan mikroskopik (histologik).
- Pemeriksaan histokemik (histochemical examination).
- Pemeriksaan biokemik (biochemical examination).
1. Pemeriksaan makroskopik.
Pemeriksaan dengan mata telanjang atas luka dapat memperkirakan berapa umur luka
tersebut. Pada korban hidup, perkiraan dihitung dari saat trauma sampai saat diperiksa dan
pada korban mati, mulai dari saat trauma sampai saat kematiannya.
Pada kekerasan dengan benda tumpul, umur luka dapat diperkirakan dengan mengamati
perubahan-perubahan yang terjadi. Mula-mula pada daerah yang mengalami trauma akan
terlihat pembengkakan akibat ekstravasasi dan inflamasi, berwarna merah kebiruan. Sesudah
4 samapai 5 hari warna tersebut berubah menjadi kuning kehijauan dan sesudah lebih dari
seminggu menjadi kekuningan.
Pada luka robek atau terbuka juga dapat diperkirakan umurnya dengan mengamati
perubahan–perubahannya. Dalam selang waktu 12jam sesudah trauma akan terjadi
pembengkakan pada tepi luka, selanjutnya kondisi luka akan di dominasi oleh tanda-tanda
inflamasi dan kemudian di susul tanda-tanda penyembuhan.
2. Pemeriksaan mikroskopik.
Mengingat hasil pemeriksaan makroskopik sangat variatif dan jauh dari ketetapan maka
perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik pada korban mati. Selain berguna bagi penentuan
intravitalisasi luka, pemeriksaan mikroskopik juga dapat menentukan umur luka secara lebih
teliti. Caranya ialah dengan mengamati perubahan-perubahan histologiknya.
Menurut Walcher, Robertson dan Hodge, infiltrasi perivaskuler dari leukosit
polimorfonukler dapat dilihat dengan jelas pada kasus-kasus dengan periode survival sekitar
4 jam atau lebih. Dilatasi kapiler dan marginasi sel leukosit mungkin dapat dilihat lebih dini
lagi, bahkan dalam beberapa menit sesudah trauma. Leukosit yang mula-mula masuk
kejaringan adalah jenis polimorfonuklear. Pada stadium berikutnya akan tampak monosit,
namun leukosit jenis ini jarang ditemukan pada eksudat kurang dari 12 jam sesudah trauma.
Pada trauma dengan inflamasi aseptik, proses eksudasi akan mencapai puncaknya dalam
waktu 48 jam.
Epitelisasi baru terjadi pada hari ketiga, sedangkan sel-sel fibroblast mulai menunjukan
perubahan reaktif ( dalam bentuk proliferasi ) sekitar 15 jam sesudah trauma. Tingkat
proliferasi tersebut serta proses pembentukan kapiler-kapiler baru sangat variatif, tetapi
biasanya jaringan granulasi lengkap dengan vaskularisasinya akan terbentuk paling tidak
sesudah 3 hari.serabut-serabut kolagen yang baru juga mulai tebentuk 4 atau 5 hari sesudah
trauma.
Pada luka-luka kecil, kemungkinan jaringan perut tampak pada akhir minggu pertama.
Biasanya sekitar 12 hari sesudah trauma, aktifitas sl-sel epitel dan jaringan dibawah nya
mengalami tahapan regresi. Akibatnya jaringan epitel akan mengalami atrofi, vaakularisasi
jaringan di bawahnya juga berkurang diganti serabut-serabut kolagen,sampai beberapa
minggu sesudah penyembuhannya, serabut-serabut elastis masih tampak lebih banyak dari
jaringan yang tak terkena trauma. Perubahan-perubahan histologik dari luka ini sangat
dipengaruhi oleh ada tidaknya infeksi dan perlu diketahui bahwa infeksi akan
memperlambat proses penyembuhan luka.
3. Pemeriksaan Histokemik
Perubahan-perubahan morfologik dari jaringan hidup yang mendapat trauma
merupakan akibat dari fenomena fungsional yang sering sejalan dengan aktifitas enzim,
yaitu protein yang berfungsi sebagai katalisator reaksi biologik. Oleh sebab itu di
temukannya enzim yang bertanggung jawab terhadap perubahan tersebut dapat
membuktikan lebih dini tentang adanya trauma sebelum perubahan morfologiknya dapat
dilihat.
Pemeriksaan histokemik ini didasarkan pada reaksi yang dapat dilihat dengan
pemeriksaan mikroskopik dengan menambahkan zat-zat tertentu. Mula-mula luka atau
bagian dari luka dipotong dengan mengikutsertakan jaringan disekitarnya, kira-kira setengah
inci. Separo dari potongan itu difiksasi dengan menggunakan formalin 10% didalam
refrigerator dengan suhu 4 derajat celcius sepanjang malam untuk membuktikan adanya
aktifitas esterase dan fosfatase. Separonya lagi dibekukan dengan isopentane dengan
menggunakan es kering (dry ice) guna mendeteksi adanya adenosine triphosphatase dan
aminopeptidase.
Peningkatan aktifitas adenosine triphosphatase dan esterase dapat dilihat lebih dini,
yaitu setengah jam setelah trauma. Peningkatan aktifitas aminopeptidase dapat dilihat
sesudah 2 jam, sedangkan peningkatan acid phosphatase dan alkali phosphatase sesudah 4
jam.
4. Pemeriksaan Biokemik.
Meskipun pemeriksaan histokemik lebih banyak menolong, tetapi reaksi trauma yang
dapat ditunjukkannya masih memerlukan waktu yang relatif panjang yaitu beberapa jam
sesudah trauma. Padahal yang sering terjadi korban mati beberapa saat sesudah trauma
sehingga belum dapat dilihat reaksinya dengan metode tersebut. Oleh sebab itu perlu
dilakukan pemeriksaan biokemik.
Perlu diketahui bahwa histamine dan serotonin merupakan zat vasoaktif yang
bertanggung jawab terhadap terjadinya inflamasi akut, terutama pada stadium yang paling
awal dari trauma. Penerapannya bagi kepentingan forensik telah dipublikasikan untuk yang
pertama kali pada tahun 1965 oleh Vazekas dan Viragos-Kis. Mereka melaporkan adanya
kenaikan histamine bebas pada jejas jerat antemortem pada kasus menggantung. Oleh
peneliti lain dibuktikan bahwa kenaikan histamin terjadi 20-30 menit sesudah trauma
sedangkan serotonin naik setelah 10 menit.
Untuk senjata api, cara senjata itu ditembakkan juga dapat ditentukan, yaitu:
Secara tegak lurus atau miring
Dengan jarak tembak tempel, dekat, sedang atau jauh
1. DIIRISKAN
Diiriskan artinya bahwa mata tajam dari senjata tersebut ditekankan lebih dahulu ke suatu
bagian dari tubuh kemudian digeser ke arah yang sesuai dengan arah senjata. Luka yang
ditimbulkannya merupakan luka iris (incised wound) yang ciri-cirinya:
Sesuai ciri-ciri umum luka akibat senjata tajam
Panjang luka lebih besar dari dalamnya luka
2. DITUSUKKAN
Ditusukkan artinya bagian ujung dari senjata tajam ditembakkan pada suatu bagian dari tubuh
dengan arah tegak lurus atau miring dan kemudian ditekan ke dalam tubuh sesuai arah tadi.
Luka yang ditimbulkan merupakan luka tusuk (stab wound) yang ciri-cirinya:
Sesuai ciri-ciri umum luka akibat senjata tajam
Dalam luka lebih besar dari panjangnya luka
3. DIBACOKKAN
Dibacokkan artinya bahwa senjata tajam yang ukurannya relatif besar dan diayunkan dengan
tenaga yang kuat sehingga mata tajam dari senjata tersebut mengenai suatu bagian dari
tubuh. Tulang-tulang dibawahnya biasanya berfungsi sebagai bantalan sehingga ikut
menderita luka. Luka yang ditimbulkannya merupakan luka bacok (chop wound) yang ciri-
cirinya:
Sesuai ciri-ciri umum luka akibat senjata tajam
Ukuran luka besar dan menganga
Panjang luka kurang lebih sama dengan dalam luka
Biasanya tulang-tulang dibawahnya ikut menderita luka
Jika senjata yang digunakan tidak begitu tajam maka disekitar garis batas luka terdapat
memar.
4. DITEMBAKKAN
Jika ditembakkan tegak lurus ke arah permukaan tubuh, maka ciri-cirinya:
Letak lubang luka terhadap cincin lecet konsentris
Jika ditembakkan dengan jarak kontak maka luka yang terjadi mempunyai ciri-ciri:
Bentuknya seperti bintang (cruciform)
Terlihat memar berbentuk sirkuler akibat hentakan balik dari moncong senjata
Jika ditembakkan dengan jarak dekat (1 inci – 2 kaki) maka ciri-ciri dari luka yang terjadi
adalah:
Berupa lubang berbentuk bulat yang dikelilingi cincin lecet
Terdapat produk dari mesiu (tatto, sisa-sisa mesiu atau jelaga)
Jika ditembakkan dengan jarak jauh (lebih dari 2 kaki) maka ciri-ciri dari luka yang terjadi
adalah:
Berupa lubang berbentuk bulat yang dikelilingi cincin lecet
Tidak ditemukan produk mesiu
Kasus tiba mati adalah suatu keadaan dimana penderita yang datang di IGD sudah dalam keadaan
meninggal
Kebijakan Pemeriksaan fisik terhadap pasien DOA tetap harus dilakukan dan
didokumentasikan pada status rawat jalan
Prosedur
Identifikasi jenazah dan catat peristiwa kematian di kartu status pasien.
Dokter jaga IGD memeriksa kondisi jenazah untuk memperkirakan
sebab kematian
Bila diduga mati wajar, jenazah dirawat sesuai prosedur, Surat kematian
dapat diperoleh di bagian Rekam Medik Puskesmas Jatirejo pada jam
kerja
Bila diduga mati tidak wajar, maka petugas :
Ø Lapor polisi sesuai TKP
Ø Melakukan pemeriksaan pada jenazah sesuai dengan prosedur pembuatan
Visum et Repertum.
Ø Apabila dipandang perlu diadakan Otopsi, maka jenazah di kirim ke RSUD
5. Bila keluarga/pengantar jenazah menolak untuk dilakukan pemeriksaan
dalam pada jenazah, maka keluarga/pengantar menandatangani surat pulang
paksa dan tidak diberikan surat kematian
PROSEDUR MEDIKOLEGAL
ANAMNESIS
LABORATORIUM
- Bukti-bukti persetubuhan :
- Tanda-tanda kekerasan :
Anamnesis
- Identitas pasien :
- Alamat
- Riwayat menstruasi :
- menars,
- haid terakhir
- siklus haid
- Status perkawinan
- Mengenai kejadian :
- waktu
- kekerasan sebelum kejadian
- rincian kejadian
Pemeriksaan fisik
Status generalis
- Keadaan umum : kesadaran, penampilan secara keseluruhan, keadaan emosional (tenang, sedih
/ gelisah)
- Tanda vital
- periksa lecet, bintik perdarahan /memar pada palatum, lakukan swab pada laring dan tonsil
- Perkembangan seks sekunder (pertumbuhan mammae, rambut axilla dan rambut pubis)
- Jika pada baju ada bercak mani (kaku), bila mungkin pakaian diminta, masukkan dalam amplop
Status ginekologi
- Posisi litotomi
- Jika ada bercak, kerok dengan skalpel dan masukkan dalam amplop
- Jika ada rambut pubis yang menggumpal, gunting dan masukkan dalam amplop
- Pada persetubuhan dubur, periksa colok dubur dan lakukan swab, bila perlu proktoskopi
- Kuku jari tangan dipotong, masukkan dalam amplop yang berbeda kanan dan kiri
- Tanda kehilangan kesadaran (pemberian obat tidur / bius) needle marks indikasi pemeriksaan
darah dan urin
Laboratorium
- Menentukan adanya sel epitel vagina pada glans penis, menggunakan larutan lugol
a. Regio
Deskripsi luka sebaiknya diawali dengan menentukan region luka terlebih dahulu, contoh:
region lengan kanan atas bagian dalam
b. Ordinat
Lokasi luka harus dijelaskan secara detail dengan menggunakan ordinat berdasarkan pada
titik-titik tertentu ataupun garis sumbu tubuh
c. Luka
Luka yang terdapat pada korban harus dijelaskan dari jenis luka, bersudut tumpul atau
tajam, dasar luka dan warna luka
d. Ukuran
Ukuran luka harus diukur sesuai dengan jenis luka, termasuk panjang, lebar dan tinggi luka