Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

TENTANG HIPOTERMI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
“KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH”
Dosen :
M.Rizki .H, S.Kep, Ns

Disusun Oleh
Kelompok 6

Fatimah 11409715048
Kiki Fatmala Sari 11409715056
Rahmat Fauzi 11409715062
Sutopo 11409715071

AKPER KESDM VI/ TANJUNGPURA


TAHUN AJARAN
2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan karunia Nya Saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“HIPOTERMI”. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami
dalam proses penyusunannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan
baik.
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah KMB Tak lupa
penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun, semoga dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 12 oktober 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................
ii
DAFTAR ISI............................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................
1
A. Latar Belakang
....................................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
....................................................................................................................
1
C. Tujuan
....................................................................................................................
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................
3
A. Definisi hipotermi
....................................................................................................................
3
B. Mekanisme terjadinya hipotermi
....................................................................................................................
3
C. Faktor resiko hipotermi
....................................................................................................................
5
D. Penyebab hipotermi
....................................................................................................................
5
E. Etiologi hipotermi
....................................................................................................................
6
F. Patofisiologi hipotermi
....................................................................................................................
8

3
4

G. Tanda Gejala hipotermi


....................................................................................................................
9
H. Penatalaksanaan hipotermi
....................................................................................................................
10r

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................


BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan
....................................................................................................................
20
B. Saran
....................................................................................................................
20
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
21
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hipotermi dan hipertermi pada neonatus merupakan kejadian umum di
seluruh dunia. Di rumah sakit Ethiopia, 67% bayi dengan berat badan lahir
rendah dan beresiko tinggi dari luar rumah sakit yang dimasukkan ke dalam
unit perawatan khusus adalah bayi yang hipotermia. Sama halnya dengan
India, angka kematian karena hipertermia dan hipotermia mencapai dua kali
lipat angka kematian bayi yang tidak mengalaminya.
Menurut data dari organisasi kesehatan dunia ( WHO ), pada tahun
1995 hampir semua (98%) dari 5 juta kematian neonatal terjadi di negara
berkembanga. Lebih dari 2/3 kematian itu terjadi pada periode neonatal dini.
Umumnya karena berat badan lahir <2500 gram. Menurut WHO, 17% dari
25 juta persalinan pertahun adalah BLBR dan hampir semuanya terjadi pada
negara berkembang. Sekelompok peneliti dari Inggris yang tergabung dalam
Department International Development pernah melakukan penelitian
terhadap 10.946 bayi pada tahun 2017. Sekitar bulan setiap tahun 2006 lalu,
ditemukan bahwa bayi normal yang langsung diletakkan di dada ibunya
minimal 30 menit, pada usia 20 menit dan akan merangkak sendiri ke
payudara ibu. Sementara itu, pada usia 50 menit, dengan susah payah dia
akan merangkak dan menemukan puting susu ibunya untuk menyusu.
Sejalan dengan penelitian tersebut, para dokter Eropa dan Amerika Serikat
kini giat mengkampanyekan pemberian asi pada bayi baru lahir , proses
tersebut dinamakan inisiasi dini. Bahkan Dr. Utami Roesli, dokter spesialis
anak dan aktivis ASI berpendapat apabila inisiasi dini didukung oleh semua
pihak terkait, termasuk tenaga kesehatan , kemungkinan akan mampu
mencegah kematian bayi sebelum usia 28 hari

B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi hipotermi
2. Bagaimana Mekanisme terjadinya hipotermi
3. Apa saja Faktor resiko hipotermi
4. Bagaimana Penyebab hipotermi

1
2

5. Apa Etiologi hipotermi


6. Bagaimana Patofisiologi hipotermi
7. Apa Tanda Gejala hipotermi
8. Bagaimana Penatalaksanaan hipotermi
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien hipotermi

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Definisi hipotermi
2. Untuk mengetahui Mekanisme terjadinya hipotermi
3. Untuk mengetahui Faktor resiko hipotermi
4. Untuk mengetahui Penyebab hipotermi
5. Untuk mengetahui Etiologi hipotermi
6. Untuk mengetahui Patofisiologi hipotermi
7. Untuk mengetahui Tanda Gejala hipotermi
8. Untuk mengetahui Penatalaksanaan hipotermi
9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada pasien hipotermi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan
suhu inti (suhu organ dalam). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya
pembengkakan di seluruubuh (Edema Generalisata), menghilangnya reflex
tubuh (areflexia), koma, hingga menghilangnya reaksi pupil mata. Disebut
hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu tubuh pada
hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low reading termometer)
sampai 250C. Di samping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat
merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian
Bayi hipotermi adalah bayi dengan suhu badan di bawah normal. Suhu
normal pada bayi neonatus adalah adalah 36,5-37,5 derajat Celsius (suhu
ketiak). Hipotermi merupakan salah satu penyebab tersering dari kematian
bayi baru lahir, terutama dengan berat badan kurang dari 2,5 Kg Gejala awal
hipotermi apabila suhu kurang dari 36 derajat Celsius atau kedua kaki dan
tangan teraba dingin.
Hipotermia adalah suatu keadaan di mana individu mengalami atau
beresiko untuk menderita penurunan suhu tubuh di bawah 35,5 ºC (90
ºF)/rectal disebabkan oleh peningkatan faktor-faktor eksternal.
Selain itu ada beberapa definisi mengenai hipotermia antara lain:
1. Keadaan dimana seorang individu gagal mempertahankan suhu tubuh
dalam batasan normal 36-37,5ºC.
2. Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami
penurunan suhu tubuh terus-menerus dibawah 35, 5ºC per rektal karena
peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal.
3. Keadaan dimana seorang individu mengalami atau berisiko mengalami
penurunan suhu tubuh terus-menerus dibawah 35, 5ºC per rektal karena
peningkatan kerentanan terhadap faktor-faktor eksternal.

B. Mekanisme terjadinya hipotermi


Penurunan suhu tubuh pada bayi terjadi melalui :
1. Tidak segera diberi pakaian, tutup kepala, dan dibungkus,

3
4

2. Bayi berat lahir rendah yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari
2,5 kg atau bayi dengaan lingkar lengan kurang dari 9,5 cm atau bayi
dengan tanda-tanda otot lembek, kulit kerput.Bayi lahir sakit seperti
asfiksia, infeksi sepsis dan sakit berat.
3. Evaporasi (menguapnya cairan dari kulit bayi yang basah)adalah cairan
atau air ketuban yang membasahi kulit bayi menguap. misalnya: Ketika
bayi baru lahir tidak segera dibersihkan, lalu terlalu cepat dimandikan.
4. Radiasi (memancarnya panas tubuh bayi ke lingkungan sekitar yang lebih
dingin)adalah panas yang hilang dari obyek yang hangat (bayi) ke obyek
yang dingin atau panas tubuh bayi memancar ke lingkungan sekitar bayi
yang lebih dingin misalnya: diletakkan pada ruangan yang dingin, tidak
segera didekapkan pada ibunya, dipisahkan dari ibunya, tidak segera
disusui ibunya.
5. Konduksi (pindahnya panas tubuh apabila kulit bayi langsung kontak
denganpermukaan yang lebih dingin)adalah pindahnya panas tubuh bayi
karena kulit bayi langung kontak dengan permukaan yang lebih dingin
misalnya: tidak segera diberi pakaian, tutup kepala, dan dibungkus.
6. Konveksi yaitu hilangnya panas tubuh bayi karna aliran udara sekeliling
bayi:misalnya bayi baru lahir diletakkan di dekat pintu,jendela terbuka.
Menurut (Yunanto, 2008:42) penurunan suhu tubuh dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
Anamnesa Pemeriksaan Klasifikasi
a. Bayi terpapar suhu a. Suhu tubuh 32˚ C – 36,4˚ C Hipotermia sedang
lingkungan yang rendah b. Gangguan napas
waktu timbulnya kurang dari c. Denyut jantung <100 kali
2 hari permenit
d. Malas minum
e. letargi
a. Bayi terpapar suhu a. Suhu tubuh < 32˚ C Hipotermia berat
lingkungan yang rendah b. Tanda hipotermia sedang
waktu timbulnya kurang dari c. Kulit teraba keras
2 jam d. Napas pelan dan dalam

C. Faktor resiko
5

1. Perawatan yang kurang tepat saat bayi lahir


2. Bayi dipisahkan dari ibunya segera setelah bayi lahir
3. BBRL dan Prematur
4. Kurang terjaganya suhu badan bayi
5. Bayi dengan hipoksia, asfiksia
6. Kondisi neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral
7. Pengeringan yang tidak adekuat setelah kelahiran
8. Eksposure suhu lingkungan yang dingin

D. Penyebab
Berikut penyebab terjadinya penurunan suhu tubuh pada bayi :
1. Luas permukaan tubuh pada bayi baru lahir (terutama jika berat
badannya rendah), relatif lebih besar dibandingkan dengan berat
badannya sehingga panas tubuhnya cepat hilang. Pada cuaca dingin,
suhu tubuhnya cenderung menurun.Panas tubuh juga bisa hilang melalui
penguapan, yang bisa terjadi jika seorang bayi yang baru lahir dibanjiri
oleh cairan ketuban.
2. Jaringan lemak subkutan tipis.
3. Perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar.
4. Cadangan glikogen dan brown fat sedikit.
5. BBL (Bayi Baru Lahir) tidak mempunyai respon shivering (menggigil)
pada reaksi kedinginan.
6. Kurangnya pengetahuan perawat dalam pengelolaan bayi yang beresiko
tinggi mengalami hipotermi.
7. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan
sempurna
8. Permukaan tubuh bayi relatif lebih luasTubuh bayi terlalu kecil untuk
memproduksi dan menyimpan panas.
9. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakainnya agar dia tidak
kedinginan
10. Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan, seperti
lingkungan dingin, basah, atau bayi yang telanjang,cold linen, selama
perjalanan dan beberapa keadaan seperti mandi, pengambilan sampel
6

darah, pemberian infus, serta pembedahan. Juga peningkatan aliran


udara dan penguapan.
11. Ketidaksanggupan menahan panas, seperti pada permukaan tubuh yang
relatif luas, kurang lemak, ketidaksanggupan mengurangi permukaan
tubuh, yaitu dengan memfleksikan tubuh dan tonus otot yang lemah yang
mengakibatkan hilangnya panas yang lebih besar padaBBLR.
12. Kurangnya metabolisme untuk menghasilkan panas, seperti
defisiensib ro wn fat, misalnya bayi preterm, kecil masa kelahiran,
kerusakan sistem syaraf pusat sehubungan dengan anoksia, intra kranial
hemorrhage, hipoksia, dan hipoglikemia
13. Hipotermi dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekelilingi bayi rendah
dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak di terapkan secara
tepat,terutama pada masa stabilisasi yaitu:6-12 jam pertama setelah lahir.

E. Etiologi
Perinatal ada;ah bayi yang baru mengalami proses kelahiran dan harus
menyesuaikan diri dari kehidupan intera uterin ke kehidupan ekstra uterin
selama 28 hari. Empat aspek transisi pada bayi baru lahir dimasa perinatal
yang cepat berlangsung adalah sistem pernapasan, sirkulasi, dan
kemampuan menghasilkan sumber glukosa. (Rukiyah dkk, 2010:2).
Penyebab terjadinya hipotermi pada BBL di masa perinatal yaitu:
1. jaringan lemak subkutan tipis,
2. perbandingan luas permukaan tubuh dengan berat badan besar,
3. bayi baru lahir tidak mempunyai respon shivering (menggigil) pada reaksi
kedinginan,
4. asfiksia yang hebat,
5. resusitasi yang ekstensif,
6. lambat sewaktu mengeringkan bayi,
7. distress pernapasan,
8. sepsis,
9. pada bayi prematur atau bayi kecilmemiliki cadangan glukosa yang
sedikit.
Neonatus mudah sekali terkena hipotermi yang disebabkan oleh:
7

1. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan


sempurna
2. Permukaan tubuh bayi relatif lebih luas
3. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas
4. Bayi belum mampu mengatur posisi tubuh dan pakainnya agar dia tidak
kedinginan
5. Keadaan yang menimbulkan kehilangan panas yang berlebihan, seperti
lingkungan dingin, basah, atau bayi yang telanjang,cold linen, selama
perjalanan dan beberapa keadaan seperti mandi, pengambilan sampel
darah, pemberian infus, serta pembedahan. Juga peningkatan aliran
udara dan penguapan.
6. Ketidaksanggupan menahan panas, seperti pada permukaan tubuh yang
relatif luas, kurang lemak, ketidaksanggupan mengurangi permukaan
tubuh, yaitu dengan memfleksikan tubuh dan tonus otot yang lemah yang
mengakibatkan hilangnya panas yang lebih besar pada BBLR.
7. Kurangnya metabolisme untuk menghasilkan panas, seperti defisiensi
brown fat, misalnya bayi preterm, kecil masa kelahiran, kerusakan sistem
syaraf pusat sehubungan dengan anoksia, intra kranial hemorrhage,
hipoksia, dan hipoglikemia.
8

F. Patofisiologi

Penuaan (65 tahun)

Disfungsi otonomi

Pada hipotalamus kehilangan


massa otot (region post) dan
cadangan lemak

Penuru
nan
fungsi
termoreg
ulasi
tubuh

Penurunan penurunan
metabolisme suhu tubuh
tubuh

Kurang pengetahuan Penurunan energi

Informasi yang tidak tepat kelemahan

Kecemasan intoleransi aktivitas


9

G. Tanda Gejala
Gejala hipotermi yang sering terjadi pada bayi yaitu ;
1. Gejala awal hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan tangan
teraba dingin.Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah
mengalami hipotermia sedang (suhu 320C - <360C).
2. Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh,bayi menjadi kurang aktif,tidak
kuat menghisap asi,dan menangis lemah
3. Timbulnya sklerema atau kulit mengeras berwarna kemerahan terutama
dibagian punggung,tungkai dan tangan.
4. Muka bayi berwarna merah terang
5. Bayi tampak mengantuk
6. Kulit bayi tampak pucat dan dingin serta bayi menjadi lemah, lesu
,menggigil
7. Kaki dan tangan bayi teraba lebih dingin dibandingkan dengan bagian
dada
8. Ujung jari tangan dan kaki bayi tampak kebiruan
9. Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi
mengeras (sklerema)
Tanda-tanda klinis hipotermia:
1. Hipotermia sedang:
1. Kaki teraba dingin
2. Kemampuan menghisap lemah
3. Tangisan lemah
4. Kulit berwarna tidak rata atau disebut kutis marmorata
2. Hipotermia berat
1. Sama dengan hipotermia sedang
2. Pernafasan lambat tidak teratur
3. Bunyi jantung lambat
4. Akan timbul hipoglikemi dan asidosisi metabolic
3. Stadium lanjut hipotermia
1. Muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang
2. Bagian tubuh lainnya pucat
10

3. Kulit mengeras, merah dan timbul edema terutama pada punggung,


kaki dan tangan (sklerema)
4. Menurut tingkat keparahannya, Gejala Klinis hipotermia dibagi menjadi 3,
a. Mild atau ringan (34-36°c)
b. Sistem saraf pusat: amnesia, apati, terganggunya persepsi halusinasi
c. Cardiovaskular: denyut nadi cepat lalu berangsur melambat,
meningkat4nya tekanandarah,
d. Penafasan: nafas cepat lalu berangsur melambat,
e. Saraf dan otot: gemetar, menurunnya kemampuan koordinasi otot
5. Moderate, sedang (30–34°C)
1. Sistem saraf pusat: penurunan kesadaran secara berangsur,
pelebaran pupil
2. Cardiovaskular: penurunan denyut nadi secara berangsur
3. Pernafasan: hilangnya reflex jalan nafas(seperti batuk, bersin)
4. Saraf dan otot: menurunnya reflex, berkurangnya respon menggigil,
mulai munculnya kaku tubuh akibat udara dingin
6. Severe, parah (<30°C)
1. Sistem saraf pusat: koma,menurunnya reflex mata(seperti mengdip
2. Cardiovascular: penurunan tekanan darah secara berangsur,
menghilangnya tekanan darah sistolik
3. Pernafasan: menurunnya konsumsi oksigen
4. Saraf dan otot: tidak adanya gerakan, menghilangnya reflex perifer

H. Penatalaksanaan
1. Penstabilan suhu tubuh dengan menggunakan selimut hangat (tapi
hanya pada bagian dada, untuk mencegah turunnya tekanan darah
secara mendadak) atau menempatkan pasien di ruangan yang hangat.
Berikan juga minuman hangat(kalau pasien dalam kondisi sadar).
2. Radiant Warner adalah alat yang digunakan untuk bayi yang belum
stabil atau untuk tindakan-tindakan.
3. Servo controle (dengan menggunakan probe untuk kulit) atau non servo
controle (dengan mengatur suhu yang dibutuhkan secara manual).
4. Melakukan tujuh rantai hangat, yaitu menyiapkan tempat melahirkan
yang hangat, kering, bersih, penerangan cukup.
11

5. Mengeringkan tubuh bayi segera ssetelah lahir dengan handuk kering


dan bersih
6. Memberi ASI sedini mungkin dalam waktu 30 menit setelah melahirkan
agar bayi memperoleh kalori.
7. Mempertahankan kehangatan pada bayi.
8. Memberi perawatan bayi baru lahir yang memada
9. melatih semua orang yang terlibat dalam pertolongan persalinan /
perawatan bayi baru lahir
10. Menunda memandikan bayi baru lahir :
a. pada bayi normal tunda memandikannya sampai 24 jam.
b. pada bayi berat badan lahir rendah tunda memandikannya lebih
lama lagi.
11. Bayi dibungkus dengan selimut dan kepalanya ditutup dengan topi. Jika
bayi harus dibiarkan telanjang untuk keperluan observasi maupun
pengobatan, maka bayi ditempatkan dibawah cahaya penghangat.Untuk
mencegah hipotermia, semua bayi yang baru lahir harus tetap berada
dalam keadaan hangat.
12. Di kamar bersalin, bayi segera dibersihkan untuk menghindari hilangnya
panas tubuh akibat penguapan lalu dibungkus dengan selimut dan diberi
penutup kepala.
13. Melaksanakan metode kanguru, yaitu bayi baru lahir dipakaikan popok
dan tutup kepala diletakkan di dada ibu agar tubuh bayi menjadi hangat
karena terjadi kontak kulit langsung.Bila tubuh bayi masih teraba dingin
bisa ditambahkan selimu.
14. Pada bayi baru lahir mengenakan pakaian dan selimut yang disetrika
atau dihangatkan diatas tungku.
15. Menghangatkan bayi dengan lampu pijar 40 sampai 60 watt yang
diletakkan pada jarak setengah meter diatas bayi.
16. Terapi yang bisa diberikan untuk orang dengan kondisi hipotermia, yaitu
jalan nafas harus tetap terjaga juga ketersediaan oksigen yang cukup.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN HIPOTERMIA

A. PENGKAJIAN
No. RM: 04.02.04
Tgl. Pengkajian: 10 Februari 2017
i. Identitas Klien
Nomor Register : 05.07.94
Nama Pasien : Tn. L
Umur : 65 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Kristen
Alamat : Jl. Kenanga No. 3
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
ii. Identitas penanggung
Nama : Tn. M
Umur : 35 tahun
Agama : Kristen
Pekerjaan : Karyawan Bank Swasta
Hubungan dengan klien : anak kandung
Alamat : Jl. Kenanga No. 3
3. Alasan masuk RS
Klien merasa menggigil, ekstremitas dingin dan tampak gelisah di rumah
tanggal 10 Februari 2017
4. Riwayat kesehatan saat ini
Klien mengatakan pada tanggal 10 Februari 2017 sekitar pukul 10.00
pagi klien merasa kedinginan dan gelisah. Kemudian klien memakai
jaket tetapi tidak ada perubahan. Lalu klien dan keluarga pergi ke dokter
praktek dan klien dianjurkan untuk opname.

5. Riwayat kesehatan masa lalu

Menurut klien bahwa dia pernah dioperasi App pada umur 20 tahun dan
juga pernah dirawat karena menderita ulkus peptikum.

12
13

6. Riwayat Psikososial
a. Pola koping:
Klien dapat menerima keadaan penyakitnya sebagai suatu yang wajar
terjadi di usia tua.
b. Harapan klien tentang penyakitnya:
Klien berharap penyakitnya sembuh dan tidak dapat kambuh lagi dan
jangan sampai dirawat lagi di RS.
c. Faktor stressor:
Merasa bosan dan diam terus di rumah.
d. Konsep diri:
Klien tidak merasa rendah diri karena penyakitnya dianggap wajar
terjadi pada usia tua.
e. Hubungan dengan masyarakat:
Klien di lingkungan bergabung dengan masyarakat lainnya.
f. Aktivitas sosial:
Klien mau mengikuti kegiatan di sosial di masyarakat sesuai dengan
kemampuannya.
g. Kegiatan keagamaan: Klien rajin ke gereja
h. Keyakinan tentang kesehatan
i. Klien menyadari bahwa kesehatan itu merupakan hal yang paling
penting.

B. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi : ditemukan kulit tampak pucat, menggigil, gelisah, dan lemah
Palpasi : pada permukaan ini ditemukan kulit teraba dingin, nadi cepat.
Auskultasi : tekanan darah meningkat.

C. Observasi
Observasi TTV S : 35 ºC
N : 100 x/menit
TD : 150/90 mmHg P : 24 x/menit
14

D. Pengelompokan Data
Data Objektif
1. Suhu tubuh 35 ºC
2. Kulit teraba dingin
3. Tampak menggigil
4. Gelisah
5. Mengantuk
6. Tampak pucat dan menggigil
7. Pemenuhan ADL dilakukan oleh perawat dan keluarga
8. Tampak cemas dan ketakutan
9. Klien dan keluarga sering menanyakan kondisinya
10. Observasi TTV:
S : 35 ºC N : 100 x/menit
TD : 150/90 mmHg P : 24 x/menit
Data Subjektif
1. Pasien merasa menggigil
2. Merasa lemah
3. Pasien merasa mengantuk terus
4. Pasien sering menanyakan kondisinya
5. Klien merasa tidak berdaya akan kondisinya
15

E. Analisa Data
Diagnosa
No. Data Kemungkinan Penyebab
Keperawatan
DO: Usia (65 tahun) Penurunan
- Umur klien 60 menyebabkan suhu
tahun
disfungsi tubuh
- Suhu tubuh 35 ºC
- Kulit teraba dingin otonomi
- Tampak menggigil khususnya
DS: pada
- Merasa dingin dan
hipotalamus
- Merasa menggigil
pada region
post sehingga
terjadi
penurunan
fungsi
termoregulasi
tubuh dan juga
karena
kehilangan
massa otot
dan cadangan
lemak
DO: Penurunan suhu Intoleransi aktivitas
- Tampak lemah tubuh
- Pemenuhan ADL
menyebabkan
dilakukan oleh
perawat dan penurunan
keluarga metabolisme
DS: tubuh sehingga
- Merasa lemah
terjadi
penurunan
energi yang
menyebabkan
kelemahan.
DO: Kecemasan
16

- Klien sering Kurangnya


menanyaka pengetahuan
n
dan informasi
kondisinya
- Gelisah sehingga
- Nampak cemas keadaannya
dan ketakutan merupakan
DS:
ancaman
- Klien merasa tidak
berdaya akan kehidupan
kondisinya

F. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan suhu tubuh berhubungan dengan regulasi suhu tak efektif
akibat usia ditandai dengan:
a. Umur klien 60 tahun

b. Suhu tubuh 35 ºC

c. Kulit teraba dingin

d. Tampak pucat dan menggigil

Tujuan: mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal dengan kriteria

Suhu 36 – 37 ºC

Tidak menggigil

Tidak pucat

Intervensi:
a. Pantau suhu klien setiap 2 jam
Rasional: perubahan suhu yang signifikan membantu dalam
pemberian intervensi.
b. Berikan selimut tambahan
Rasional: pemberian selimut tambahan dapat mengurangi evaporasi
dan radiasi sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan.
c. Berikan buli-buli panas pada kaki
17

Rasional: memberikan rangsangan panas dari luar untuk membantu


mempertahankan suhu tubuh yang optimal
d. Pantau suhu lingkungan
Rasional: menjaga suhu lingkungan tetap konstan sehingga tidak
terjadi pertukaran antara suhu tubuh dan suhu ruangan.
e. Batasi aktivitas
Rasional: aktivitas yang tinggi meningkatkametabolisme
tubuh sehingga meningkatkan pengeluaran panas dari tubuh.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan suhu tubuh
ditandai dengan:
1) Tampak lemah
2) Pembatasan aktivitas
3) Pemenuhan ADL dilakukan oleh perawat dan keluarga
Tujuan: aktivitas terpenuhi dengan kriteria
a. Observasi TTV dalam batas normal (S: 36 – 37 ºC, Nadi: 80 x/menit,
TD : 130/80 mmHg, P : 24 x/menit)
b. Pemenuhan ADL oleh klien
Intervensi:
a. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan parameter frekuensi
nadi 20/menit di atas frekuensi istirahat.
Rasional: parameter menunjukkan respons fisiologis pasien terhadap
stress aktivitas.
b. Kaji kesiapan klien untuk meningkatkan aktivitas karena kelemahan.
Rasional: stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan
tingkat aktivitas individual.
c. Berikan bantuan sesuai kebutuhan
Rasional: teknik penghematan energi, menurunkan penggunaan energi
sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
d. Dorong pasien untuk berpartisipasi dalam memilih periode aktivitas.
Rasional: Pengaturan jadwal meningkatkan toleransi terhadap
kemajuan aktivitas dan mencegah kelemahan.
Berikan bantuan dalam aktivitas/ambulasi bila perlu
e. Rasional: membantu meningkatkan harga diri klien bila melakukan
sendiri.
18

f. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keadaan


kondisinya (ancaman) ditandai dengan:
1) Nampak cemas dan ketakutan
2) Klien dan keluarga sering menanyakan kondisinya
3) Gelisah
Tujuan: cemas teratasi dengan kriteria:
a. Tidak cemas
b. Muka tampak cerah
c. Keluarga dan klien kooperatif terhadap asuhan keperawatan
Intervensi:
a. Kaji rasa cemas untuk validasi observasi klien misalnya: apakah
merasa takut.
Rasional: perasaan adalah nyata dan membantu klien untuk terbuka
sehingga dapat mendiskusikan dan menghadapinya.
b. Catat petunjuk perilaku misalnya: gelisah
Rasional: indikator derajat/stress, di mana dapat terjadi sebagai akibat
gejala fisik kondisinya.
c. Tentukan persepsi klien tentang proses penyakitnya.
Rasional: membuat pengaturan dasar dan memberikan
kesadaran kebutuhan belajar individu.
d. Dorong klien menyatakan perasaannya.
Rasional: membuat hubungan terapeutik dan membantu klien untuk
mengidentifikasi masalah yang menyebabkan kecemasan.
e. Berikan informasi yang akurat dan nyata tentang apa yang dilakukan.
Rasional: keterlibatan klien dalam perencanaan perawatan
memberikan rasa kontrol dan membantu menurunkan kecemasan.
f. Catat pembatasan fokus perhatian klien misalnya: konsentrasi pada
suatu hal pada waktu tertentu.
Rasional: penyempitan fokus umumnya merefleksikan
rasa tak kepanikan.
g. Berikan lingkungan tenang dan istirahat
Rasional: memindahkan klien dari stress luar, meningkatkan relaksasi dan
membantu menurunkan ansietas.
19

h. Bantu klien menggunakan mekanisme koping misalnya: teknik


mengatasi stress.
Rasional: mekanisme koping mampu mengatasi masalah.
i. Dorong keluarga untuk menyatakan perhatiannya.
Rasional: tindakan dukungan dapat membantu mengurangi stress.

G. Implementasi
Implementasi untuk diagnosa: penurunan suhu tubuh berhubungan dengan
regulasi suhu tak efektif akibat usia.
Tanggal 10 Februari 2017 jam 09.00
Memantau suhu klien setiap 2 jam (suhu: 35,5 ºC)
Tanggal 10 Februari 2017 jam 09.05 Memberikan selimut tambahan
Tanggal 10 Februari 2017 jam 09.10 Memberikan buli-buli panas pada
daerah kaki
Tanggal 10 Februari 2017 jam 09.20 Memantau suhu lingkungan kamar klien
Tanggal 10 Februari 2017 jam 09.45
Membatasi aktivitas klien dengan memenuhi segala kebutuhan klien di
tempat tidur.
Catatan: untuk diagnosa ke-2 dan ke-3 implementasinya disesuaikandengan
intervensi.

H. Evaluasi
Evaluasi untuk diagnosa: penurunan suhu tubuh berhubungan dengan
regulasi suhu tak efektif akibat usia.
S : Klien mengatakan tidak merasa menggigil lagi O : - Suhu tubuh
37 ºC
- Kulit tidak teraba dingin
- Tidak pucat
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
20
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipotermia adalah kondisi di mana tubuh kita mengalami penurunanan
suhu inti (suhu organ dalam). Hipotermia bisa menyebabkan terjadinya
pembengkakan di seluruh tubuh (Edema Generalisata), menghilangnya
reflex tubuh (areflexia), koma, hingga menghilangnya reaksi pupil mata.
Disebut hipotermia berat bila suhu tubuh < 320C. Untuk mengukur suhu
tubuh pada hipotermia diperlukan termometer ukuran rendah (low
reading termometer) sampai 250C. Di samping sebagai suatu gejala,
hipotermia dapat merupakan awal penyakit yang berakhir dengan kematian
Faktor resiko Perawatan yang kurang tepat saat bayi lahir Bayi
dipisahkan dari ibunya segera setelah bayi lahir BBRL dan Prematur Kurang
terjaganya suhu badan bayi Bayi dengan hipoksia, asfiksia, Kondisi
neurologik seperti meningitis dan perdarahan cerebral, Pengeringan yang
tidak adekuat setelah kelahiran dan Eksposure suhu lingkungan yang dingin
Gejala awal hipotermia apabila suhu < 360C atau kedua kaki dan
tangan teraba dingin.Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah
mengalami hipotermia sedang (suhu 320C - <360C).

B. Saran
Saran-sara yang kami sampaikan sehubungan dengan tulisan
makalah ini sebagai berikut :
Hipotermi bukankah suatu penyakit yang ringan tetapi hipertermi
merupakan salah satu penyakit dengan mengalami penurunan suhu
khususnya pada bayi.Untuk itu di sini bidan harus tanggap terhadap gejala
dan keluhan apa yang dikeluhkan klien nantinya.Karena apabila hipotermi
tidak segera ditangani akan menjadi kejang dan bisa mengakibatkan
kematian khususnya pada bayi. Selain itu bidan harus turun tangan untuk
memberikan informasi kepada masyarakat mengenai hipotermi mulai dari
gejala maupun tanda kemudian cara mengatasinya serta pencegahan
terhadap hipotermi.

20
21

DAFTAR PUSTAKA

Ronaldo.2009.”Pertolongan Pertama untuk Bayi dan Anak “ (terjemahan). Jakarta


(halaman 90-91)

Saifudin,Abdul Bari,George Adriaansz,Gulardi Hanifa Wiknjosastro,Djoko


Waspodo.2009.”Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta (halaman372-374).

Survival Stresses – Hipothermia penebar maut – Alap2 S-00166 TMS-7 Yogya –


1988

Warih BP, Abubakar M. 1992. Fisiologi pada Neonatus. dalam : Kumpulan


makalah Konas III IDSAI. Surabaya.

http://id.wikipedia.org/wiki/Hipotermia
http://nurramayanti.blogspot.com/2012/12/hipotermi-pada-bayi-baru-lahir.html
http://uswahnia-healthcare.blogspot.com/2011/05/hipotermi-pada-bayi-baru-
lahir.html

Anda mungkin juga menyukai