Oleh :
Mengetahui, Mengetahui,
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyeselesaikan
Laporan Kuliah Kerja Lapangan ini dengan baik. Shalawat teriring salam kami
hanturkan juga kepada Rasulullah SAW yang telah menjadi suri teladan bagi kita
semua.
Adapun tujuan dari penulisan Laporan Kuliah Kerja Laporan ini adalah
sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan DIV Jurusan
Teknik Kimia Program Studi DIV Teknik Energi.
Dengan diadakannya praktek kuliah kerja lapangan ini, diharapkan
mahasiswa mendapat serangkaian kemampuan yang berkaitan dengan aktivitas
nyata pada dunia kerja atau dunia usaha selain teori yang didapat di perkuliahan.
Hal ini tentunya memberikan gambaran sesungguhnya tentang dunia kerja, yang
terjadi didalamnya terdapat kesinambungan berbagai konsep dan teori dengan
persoalan-persoalan praktis yang dihadapi serta upaya dalam pemecahannya.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, maka dari
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Kami
juga berharap semoga Laporan Kulliah Kerja Lapangan ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
2.2.1.2. Lokasi PT. PLN (Persero) Tbk Sektor Pembangkit PLTU
Sebalang 21
2.2.1.3. Struktur Organisasi dan Managemen Perusahaan ................... 22
2.2.1.4. Pemasaran PT. PLN (Persero) Tbk Sektor Pembangkit PLTU
Sebalang 24
2.2.2. Uraian Proses PT. PLN (Persero) Tbk Sektor Pembangkit PLTU
Sebalang24
2.2.2.1. Bahan Baku .............................................................................. 24
2.2.2.2. Proses Produksi ........................................................................ 25
2.2.2.3. Produk yang Dihasilkan ........................................................... 29
2.2.2.4. Utilitas...................................................................................... 29
2.2.2.5. Pengolahan Lingkungan .......................................................... 34
BAB III ANALISIS DAN EVALUASI.............................................................. 35
3.1. PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan ....................... 35
3.1.1. Proses Produksi Terhadap Kebutuhan ............................................ 35
3.1.2. Proses Produksi Terhadap Lingkungan ........................................... 36
3.1.3. Kendala dan Tantangan ................................................................... 37
3.2. PT. PLN (Persero) Tbk Sektor Pembangkit PLTU Sebalang ................ 38
3.2.1. Proses Produksi Terhadap Kebutuhan ............................................ 38
3.2.2. Proses Produksi Terhadap Lingkungan ........................................... 39
3.2.3. Kendala dan Tantangan ................................................................... 40
BAB IV KESIMPULAN ..................................................................................... 42
4.1. PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan ....................... 42
4.2. PT. PLN (Persero) Tbk Sektor Pembangkit PLTU Sebalang ................ 43
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 45
LAMPIRAN ......................................................................................................... 46
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan ...................... 4
Gambar 2. Peta Lokasi PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan Tarahan .. 5
Gambar 3. Struktur Organisasi................................................................................ 6
Gambar 4. Dermaga Tarahan .................................................................................. 7
Gambar 5. Rotary Car Dumper 1 ............................................................................ 8
Gambar 6. Conveyer 3 .......................................................................................... 10
Gambar 7. Stacker/ Reclaimer .............................................................................. 12
Gambar 8. Conveyer 304 ...................................................................................... 15
Gambar 9. PT. PLN Sektor Pembangkit PLTU Sebalang .................................... 21
Gambar 10. Peta Lokasi PT. PLN (Persero) Sektor Sebalang .............................. 22
Gambar 11. Struktur Organisasi PT. PLN (Persero) Sektor Pembangkit Sebalang
............................................................................................................................... 22
Gambar 12. Proses Diagram Flow PLTU Sebalang.............................................. 26
Gambar 13. Flow chart plant Pengolahan Air PT. PLN (persero) Sektor
Pembangkitan Sebalang ........................................................................................ 31
vi
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2.1.1. Pendahuluan
3
4
Gambar 2. Peta Lokasi PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit Pelabuhan
Tarahan
PT Bukit Asam Unit Pelabuhan Tarahan merupakan pelabuhan/dermaga
terbesar yang dimiliki PT Bukit Asam (Persero) Tbk. Dengan luas areal 42,5 Ha.
PT Bukit Asam Unit Pelabuhan Tarahan terletak ±15 Km dari kota Bandar
Lampung dan ±6 km di sebelah selatan Pelabuhan Panjang. PT Bukit Asam
(PERSERO) Tbk unit pelabuhan Tarahan yang berlokasi di Jl. Raya Soekarno
Hatta Km. 15 Tarahan, Bandar Lampung merupakan anak cabang dari
perusahaan tambang batu bara yang berkantor pusat di Tanjung Enim, Sumatera
Selatan. Pelabuhan Tarahan berbatasan dengan:
1. Sebelah Utara : PLTD Tarahan
2. Sebelah Barat : Laut Teluk Betung
3. Sebelah Selatan : PT. Lampung Andalas
4. Sebelah Timur : Jalan Raya Lintas Sumatra
Topografi pelabuhan Tarahan PT. Bukit Asam didominasi dataran rendah di
kaki bukit tepian laut.
kerja yang sehat, bebas cidera dan melakukan kegiatan operasional sesuai kaidah
yang berlaku. Untuk mewujudkan hal tersebut diatas PT Bukit Asam (Persero),
Tbk. Unit Pelabuhan Tarahan berkomitmen untuk :
1. Menciptakan keteladanan dalam penerapan disiplin yang dimulai dari diri
sendiri, membudayakan perilaku aman dan mengembangkan kompetensi
melalui pembinaan sikap kerja yang efektif.
2. Mencegah insiden melalui identifikasi, analisis, dan eliminasi bahaya
maupun terencana.
3. Mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku baik nasional
maupun internasional.
4. Melakukan pengukuran kinerja K3 dan perbaikan secara berkesinambungan.
2.1.2.1.Bahan Baku
PT Bukit Asam (PERSERO) Tbk unit pelabuhan Tarahan Lampung tidak
melakukan kegiatan penambangan batubara, perusahaan ini hanya bertugas
menghancurkan bongkahan batu bara ukuran besar yang diangkut dengan Kereta
Api Batubara Rangkaian Panjang (KA Babaranjang) dari Tanjung Enim,
Sumatera Selatan untuk kemudian dihancurkan.
Batubara yang diterima dari Tanjung Enim, sebelum dikapalkan terlebih
dahulu melewati pengujian kualitas, kalori, kadar air, dan kadar abu. Pengujian
8
2.1.2.2.Proses Produksi
2. Whell Clamp : yaitu alat penjepit roda gerbong pada saat gerbong akan
dibalik, alat ini beroperasi secara hydrolik yang digerakkan oleh sebuah
motor listrik daya motor 30 HP / 380V.
3. Dumper : yaitu alat untuk membalikkan gerbong satu demi satu yang dapat
berputar sampai 140 derajat. Menggunakan 2 buah motor listrik yang terletak
disebelah kiri dan kanan motor, masing-masing daya 25 HP/6,25 HP dengan
tegangan 380V.
4. Car Clamp : yaitu alat untuk menjepit gerbong dari atas agar pada saat
Dumper membalik posisi roda gerbong tidak lepas dari dudukan rellnya. Car
Clamp ini menggunakan system hydrolik yang digerakkan oleh sebuah motor
listrik mempunyai daya 25 HP /380V.
b. Apron Feeder 1 ( AFT 001 )
AF-1 ini terdiri dari rangkaian Afron plates yang diperkuat dengan dua
rangkaian rantai (Chain) yang bergerak di atas suport Roller. AF-1 ini adalah alat
yang menerima Batubara yang ditumpahkan oleh Dumper lewat Hopper yang
terletak di atas AF-1. Kapasitas tampung atau angkut dari Afron Feeder 1 ini 2600
ton / Jam, yang digerakkan dengan sistem hydrolik (motor hidrolik) system
hidrolik ini digerakkan oleh motor listrik yang terdiri dari dua motor Feed pump
masing-masing berdaya 7,83 KW / 380V dan 2 motor Hight pressure masing-
masing berdaya 117,5 KW / 380V.
c. Conveyor 2 ( CRT 002 )
Conveyor 2 ( C-2) ini adalah suatu ban berjalan yang menerima curahan
Batubara dari AF-1 untuk diteruskan ke alat peremuk Batubara. Conveyor ini
mempunyai kapasitas angkut 2600 ton /Jam yang digerakkan oleh satu buah
motor listrik dengan daya 400 HP / 6KV.Di ujung atau bagian Head Pulley dari
Conveyor ini dipasang suatu alat train iron magnet yang berfungsi untuk menarik
besi-besi/ plat-plat yang terikut di Batubara, sehingga Batubara yang akan
dihancurkan sudah bersih dari benda-benda keras yang dapat merusak alat
peremuk Batubaranya.
d. Primary Crusher ( PCT 001 )
Alat peremuk ini terdiri dari dua buah Roll bergigi yang berputar kedalam
saling berlawanan arah. Digerakkan oleh 2 ( dua ) buah motor listrik bertenaga
masing-masing 234,99 KW / 6000 Volt dengan kapasitas remuk 2600 Ton / Jam.
10
Batubara yang dihancurkan disini menjadi berukuran rata-rata lebih kecil dari 100
mm. Setelah melalui Primary Crusher ini batubara dapat dikirim dua posisi yaitu
dapat ke Conveyor 3 dan juga ke Conveyor 11 dengan menggunakan pengatur
posisi yang disebut Ploper Gate.
e. Conveyor 3 ( CRT 003 )
Gambar 6. Conveyer 3
Setelah batubara di remuk di Primary Crusher batubara tercurah ke
Conveyor 3 melalui suatu chute C-3 conveyor ini adalah ban yang akan
melakukan pencurahan batubara ketempat penimbunan Stock Pile 1 yang
berkapasitas timbun 60.000 Ton. Conveyor-3 ini digerakan oleh motor listrik
berdaya 234,99 KW / 6000 Volt dengan kapasitas angkut 2600 ton/jam.
f. Conveyor 11 ( CLT 011 )
Seperti halnya conveyor-3, conveyor-11 ini menerima batubara yang
sudah diperkecil dari Primary Crusher, dari mulai C-11 inilah yang disebut Fase
kedua dari pembangunan terminal batubara tarahan sampai ke stacker/ reklaimer.
Conveyor-11 ini digerakan oleh sebuah motor berdaya 132 KW / 6KV dengan
kapasitas angkut 2600 ton/jam, seperti halnya Primary Crusher dari Conveyor-11
ini batubara akan dilanjutkan ke 2 posisi apabila batubara akan dikirim ke stock -2
maka dari conveyor ini akan dilanjutkan ke conveyor-12, akan tetapi apabila
operasi pembongkaran batubara akan dikirimkan langsung ke kapal maka dari
Conveyor 11 ini akan dilanjutkan ke Conveyor 6A, melalui suatu alat yang dapat
11
menutup dan membuka chute dari masing-masing conveyor yang ada didepannya
yaitu yang disebut Ploper Gate.
g. Conveyor 12 ( CLT 012 )
Conveyor-12 ( C-12 ) ini dapat berfungsi ganda, dia dapat berfungsi
sebagai penerima batubara dari Conveyor-11 untuk ditransportasikan ke
penimbunan stock pile 2 atau disebut Operasional Stock Piling juga dapat
berfungsi sebagai alat transportasi pemuatan batubara ke kapal atau disebut
Operasional Recleaming. Dengan kata lain conveyor 12 ini dapat berputar dua
arah sesuai dengan yang diinginkan.
Pada saat digunakan untuk penimbunan maka disebut Conveyor 12
berfungsi sebagai stocking dan pada saat digunakan sebagai pemuatan batubara ke
kapal maka conveyer 12 disebut sebagai Recleaming. Conveyor-12 ini digerakan
oleh 2 buah motor Listrik masing-masing berdaya 132 KW. / / 6KV dengan
kapasitas angkut conveyor 2600 Ton/ jam sampai 3900 Ton/Jam.
h. Stacker / Reclaimer (SRT 001)
Stacker / Reclaimer ini adalah alat yang dapat berfungsi ganda yaitu dapat
digunakan sebagai penyuplai Batubara ke stock 2 dan juga dapat sebagai alat
pemuatan Batubara ke kapal. Alat ini dapat bergerak maju dan mundur (Forward
dan Reverse), dan kontrol listrik yang sudah menggunakan kontrol PLC
(Programable logic Control). S/R ini terdiri dari beberapa bagian alat :
1. Struktur bagian bawah atau lantai : yaitu bagian yang dapat bergerak
Forward dan Reverse dimana berdiri diatas 14 roda dikiri dan dikanan yang
berjalan di atas dua buah rell kiri dan kanan di gerakakn oleh motor listrik
dengan masing-masing daya 7,5 KW / 380V.
2. Bucket wheel : yaitu alat yang terdiri dari beberapa skop yang dapat
berputar untuk pengambilan Batubara yang sudah di stock. Digerakkan oleh
sebuah motor listrik dengan daya motor 160 KW / 380V.
3. Boom : yaitu dimana roda boom ini terpasang sebuah conveyor yang di
sebut conveyor slewing boom. Boom ini dapat berputar kekiri dan kekanan
(slewing) serta naik dan turun. Untuk melakukan slewing digerakkan oleh
dua buah motor listrik dengan masing-masing daya 54 HP / 380V. Dan
12
untuk naik dan turun boom hoist digerakkan oleh satu buah motor listrik
daya 4,5 KW / 380V.
4. Conveyor Boom yaitu sebagai alat transportasi batubara yang berada di
boom S/R. Conveyor ini dapat berputar dua arah dapat sebagai Stacking
maupun Reclaiming. Digerakkan oleh sebuah motor listrik dengan daya 132
KW / 380V.
5. Conecting Conveyor : yaitu Conveyor penghubung antara conveyor 12 dan
Conveyor Boom digerakkan oleh sebuah motor listrik dengan daya motor
132 KW / 380V.
6. E House : yaitu ruangan dimana terdapat semua kontrol-kontrol listrik. E
House ada dua yang terletak dilantai dasar dan atas.
7. Ruang Operator : Yaitu suatu ruangan dimana tempat Operator
mengoperasikan S/R. Diruangan ini terdapat sebuah layar Computer dimana
terlihat semua indikasi yang diperlukan oleh operator untuk melaksanakan
segala aktifitasnya.
tertentu. Primary sizer digerakakan oleh 2 buah motor listrik masing masing
mempunyai daya 185 KW / 380V dengan kapasitas remuk 1650 ton / jam.
e. Conveyor 302 (CV 302)
Setelah Mengalami peremukan dengan ukuran tertentu Batubara dengan
lewat suatu chute akan di terima oleh conveyor 302 yang akan meneruskannya ke
bagian peremuk ke 2 yang di sebut secendary sizer.Conveyor 2 ini mempunyai
kapasitas angkut 1650 ton / jam yang di gerakkan oleh sebuah motor listrik
dengan daya 150 KW / 380V.
f. Secondary Sizer (CR 302 & 303)
Dari conveyor C-302 Batubara tercurah ke vibrating fan feeder untuk di
sebarkan merata, ke alat penyaring ( screen ), dari screen ini Batubara halus jatuh
ke corong Belt Conveyor 303 dan yang berukuran di atas 32mm akan masuk
kedalam secondary sizer untuk di perkecil sehingga butirannya menjadi minus
32mm. Secondary sizer ini di gerakkan oleh 2 buah motor listrik masing-masing
dengan daya 185 KW / 380V, sedangkan motor listrik untuk vibrating fan feeder
digerakkan oleh 2 buah motor listrik dengan daya masing-masing 4,50 KW /
240V, sedangkan vibrating screennya di gerakkan oleh sebuah motor dengan daya
45 Kw / 380V.
g. Conveyor 303 (CV 303)
Setelah selasai di saring dan dihancurkan kedua kalinya dengan ukuran
lebih kecil dengan rata-rata minus 32mm. Maka Batubara di teruskan oleh
conveyor C-303 untuk menuju suatu chute, dimana chute dapat ber fungsi ganda
dengan melalui suatu gate apakah Batubara akan di stock ataukah akan di
kapalkan langsung, apabila akan langsung di kapalkan maka di sebut operasi by
pass. Conveyor C-303 ini digerakakn oleh sebuah motor listrik bertegangan 380 V
dengan daya 150 KW dan daya angkut conveyor 1650 ton/jam.
h. Conveyor 304 (CV 304)
Apabila Batubara yang di bawa oleh conveyor 303 akan di stock, maka
dari sana gate akan membuka posisi ke conveyor C-304 dan akan menutup posisi
conveyor C-306. Disepanjang conveyor 304 ini mempunyai 5 buah Belt plough
dimana Belt plough tersebut adalah tempat pencurahan Batubara yang dibawa
oleh conveyor 304 ke stock yang akan di inginkan sesuai dengan jenis
15
Batubaranya. Belt plough ini digerakkan secara hydrolik dengan sebuah motor
penggerak dengan daya 11KW / 380V.
daya 1,5KW / 380V. Coal Valve ini dapat dioperasikan satu persatu maupun
berbarengan. Mengenai berapa besar Coal Valve itu mau dibuka dapat diatur oleh
Operatornya.
b. Conveyor 305 ( CV 305)
Conveyor ini cukup panjang, alat pengangkut pertama yang menerima
Batubara yang berasal dari stock 3. Conveyor ini terletak di bawah stock 3 yang
berkapasitas angkut sebesar 5.000 ton /jam yang digerakkan oleh sebuah motor listrik
bertegangan 380 V dengan daya 185 KW.
c. Conveyor 306 (CV 306)
Sebagaimana sudah dijelaskan terdahulu bahwa Conveyor 306 ini dapat
menerima Batubara berasal dari 2 tempat yaitu yang berasal CV303 dan juga yang
berasal dari Conveyor 305. Conveyor 306 ini berkapasitas angkut 5000 ton/jam di
gerakkan oleh sebuah motor listrik 380 V dengan daya motor 185 KW.
d. Conveyor 307 ( CV 307 )
Conveyor 307 ini adalah conveyor APW ban berjalan yang terakhir yang di
miliki oleh phase III. Conveyor ini menerima Batubara dari CV 307 dan
mentransfernya kembali ke ban berjalan C-8A yang akan bercampur dengan Batubara
yang berasal dari stock 1 ataupun stock 2, di gerakkan oleh sebuah motor listrik
bertegangan 380 V dengan daya motor 75 KW dan kapasitas angkut conveyor adalah
5000 ton/jam.
2.1.2.2.2.Uraian Proses
Pengakapalan Batubara pada PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit
Pelabuhan Tarahan, melalui beberapa proses, yaitu :
1. Batubara diambil di Tanjung Enim kemudian dibawa oleh kereta api PT
KAI ke PT BUKIT ASAM ( PERSERO ) Tbk, Unit Pelabuhan Tarahan.
Biasanya PT Bukit Asam hanya membawa lebih kurang 50 sampai 60
gerbong. Pada satu rangkaian kereta api yang tiap satu gerbong biasanya
berisi ± 50 ton.
2. Gerbong yang sudah terisi batu bara akan dibawa ke RCD (Rotary Car
Dumper) disini batu bara akan didumper ke Apron Feeder, pada Apron
Feeder ini mempunyai kapasitas sebesar 3000 T/h. Kemudian conveyor
yaitu sebuah ban berjalan akan membawa curahan batubara dari apron
feeder ke alat peremuk batu bara atau bisa disebut Primary Crusher.
18
2.1.2.4.Utilitas
Utilitas yang mendukung operasional penambangan di PT Bukit Asam
(Persero) Tbk. Unit Pelabuhan Tarahan :
ditambahkan tawas untuk proses koagulasi agar tewas bentuk koagulan bak
pengaduk cepat, air akan terus mengalir ke bak pengaduk lambat agar koagulan
yang terbentuk semakin banyak dan pada flokulator ini ditambahkan larutan kapur
tohor untuk menaikkan pH air agar menjadi netral.
Dari flokulator air akan masuk ke bak sedimentasi dan pada bak
sedimentasi ini akan terjadi pemisahan air yang jernih dan sisa koagulan yang
terbentuk. Air yang jernih akan masukn ke filter kemudian kan mengalir menuju
bak penampung air bersih dan ditambahkan kaporit untuk membunuh bakteri yang
terdapat dalam air. Dari bak penampungan air kan dialirkan ke Water tank.
2.1.2.5.Pengolahan Lingkungan
Upaya pemantauan lingkungan di Unit Pelabuhan Tarahan meliputi
kegiatan sebagai berikut :
1. Pemantauan kualitas air di seluruh outlet Kolam Pengendapan Lumpur
(KPL).
2. Pemantauan biota laut untuk mengetahui keanekaragaman hayati yang
hidup di laut sekitar pelabuhan.
3. Pemantauan kualitas udara berkaitan dengan kadar debu di area pelabuhan
dan diluar area pelabuhan.
4. Mengukur tingkat kebisingan akibat mobilisasi peralatan.
5. Pemantauan keselamatan kerja dan tingkat kecelakaan kerja.
6. Pemantauan kebersihan lingkungan dan pembuangan sampah.
7. Pemantauan tenaga kerja lokal yang diserap oleh kegiatan penerangan
batubara di Unit Pelabuhan Tarahan.
20
2.2.1. Pendahuluan
Gambar
Gambar9.9.PT.
PT.PLN
PLN(Persero) Sektor Pembangkit
Sektor Pembangkit PLTU
Sebalang
Sebalang
MANAJER SEKTOR
SPV OPERASI
SPV HAR MEKANIK SPV OPCAH SPV LOGISTIK SPV LAKDAN
A,B,C,D
2.2.2. Uraian Proses PT. PLN (Persero) Tbk Sektor Pembangkit PLTU
Sebalang
2.2.2.1.Bahan Baku
2.2.2.1.2.Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dalam proses produksi
dan bercampur dengan bahan baku yang membentuk produk akhir dan diharapkan
dapat meningkatkan mutu produk. Oleh karena itu bahan tambahan yang
digunakan adalah HSD, oli atau minyak residu, dan batu bara yang harus
memenuhi standar mutu yang telah ditentukan oleh PLTU.
2.2.2.1.3.Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan-bahan yang diperlukan dalam
memperlancar penyelesaian suatu produk dimana keberadaan bahan penolong ini
tidak mengurangi nilai tambah produk yang dihasilkan tersebut, dan bahan
penolong ini tidak terdapat pada produk akhir. Dalam hal ini bahan penolong pada
proses PLTU Sebalang merupakan Limestone sebagai bed material.
25
2.2.2.2.Proses Produksi
13.6 kV
Rated Frequency : 50 Hz
Cooling : ONAN/ONAF
2.2.2.4.Utilitas
Utilitas yang mendukung operasional pembangkitan listrik di PT PLN
Sektor Pembangkitan Sebalang adalah :
Dari flowchart diatas, dapat dlihat bahwa Plant Pengolahan air dilakukan
untuk mengolah air laut menjadi air tawar, dan selanjutnya air tawar menjadi air
demin. Proses pengolahan dimulai pada proses Klorinasi dengan penghisapan oleh
CWP (Circulating Water Pump) atau sering dikenal dengan condenser tube dan
pompa pendingin menuju tube-tube condenser untuk selanjutnya memasuki ECP
(Electro Chlorination Plant ). Electrochlorination adalah suatu metode produksi
senyawa klorin yaitu NaOCl (sodium hypochlorite) dengan cara elektrolisis pada
air laut. Pada instalasi pembangkit listrik yang memerlukan air laut untuk
pendingin condenser, zat NaOCl ini berfungsi untuk melumpuhkan (desinfektan)
mikroorganisme laut agar tidak bersarang dan merusak (biofouling) pada instalasi-
instalasi yang menggunakan air laut. Karena air laut mengandung berbagai
mikroorganisme, bakteri, protozoa, yang akan memberikan kontribusi untuk
pembentukan biofouling pada permukaan benda. Tujuan jangka panjang
penggunaan sodium hypochlorite adalah menekan biaya perawatan,
mempertahankan biaya operasional dan memperpanjang usia peralatan. Sodium
Hypochlorite yang telah terbentuk disimpan dalam Chlorin Tank, dan
didistribusikan ke Sea Water WTP untuk proses prasedimentasi dan disini terjadi
pengendapan awal . Air dari bak prasedimentasi ini akan masuk kedalam bak
pengaduk cepat (Coagulant) dan air akan terus mengalir ke bak pengaduk lambat
(floculant).
31
Gambar 13. Flow chart plant Pengolahan Air PT. PLN (persero) Sektor
Pembangkitan Sebalang
Dari flokulator air akan masuk ke bak sedimentasi dan pada bak
sedimentasi ini akan terjadi pemisahan air yang jernih dan sisa koagulan yang
terbentuk. Air yang jernih akan masuk ke Multi Grade Filter (MGF A,B,C,D, dan
E). Multi Grade Filter terdiri dari saringan pasir tekanan vertikal atau horizontal
yang mengandung banyak lapisan pasir kasar dan pasir halus dalam proporsi
tetap. Jenis saringan ini memiliki bagian dalam dengan dimensi pori-pori yang
mampu mempertahankan padatan tersuspensi besar dan kecil dan kotoran yang
tidak larut seperti partikel debu. Pada MGF terdapat Vent dan BW Out (Brackish
Water) atau saluran pengeluaran air payau. Vent berfungsi untuk mengeluarkan
udara dari dalam instalasi pipa, sehingga dalam instalasi tersebut benar-benar
hanya air (fluida) yang dialirkan dan. Proses Filtrasi selanjutnya dilakukan dalam
MCF (Micron Catridge Filter) untuk menyaring partikel - partikel sedimen padat
yang masih terdapat dalam air setelah proses MGF, seperti pasir, lumpur, lumut,
kerak, karat, dsb. Pada proses ini ditambahkan Anti scalant dan Bahan Kimia
SMBS (Sodium Metabisulphite) yang berfungsi untuk menangkap free residual
chlorine yang tersisa dari injeksi klorin. Sehingga membrane RO menjadi aman.
Anti Scalant adalah Chemical yang digunakan untuk mencegah terjadinya scale
pada boiler. Scale biasa terjadi karena adanya hardness atau kesadahan yang
32
disebabkan adanya Ca atau Mg. Anti scalant berfungsi mengikat Ca dan Mg.
Sehingga kedua zat ini tidak akan membentuk scale tetapi malah membentuk
senyawa kompleks yang larut dalam air sehingga nantinnya akan keluar pada saat
blow down.
Air yang keluar dari MCF menjadi umpan SWRO (Sea Water Reverse
Osmosis) dengan Q = 170 M3/hr . Teknologi pengolahan air laut / Sea Water
Reverse Osmosis ini menggunakan proses membrane. Pemisahan air dari
kandungan mineral dan mikro organisme yang tidak dikehendaki didasarkan pada
proses penyaringan dengan skala molekul. Untuk menghasilkan air tawar (air
murni), pemompaan dilakukan dengan tekanan tinggi ke modul membrane yang
mempunyai dua outlet yaitu outlet yang menghasilkan air tawar (air bersih) dan
outlet yang menghasilkan air garam/mineral yang telah dipekatkan. Air bersih
akan masuk kedalam Raw Water Tank dalam bentuk air tawar. Sedangkan air
garam / mineral pekat akan dipompakan menuju Back Wash Tank untuk diolah
kembali pada tahap penambahan anti scalant dan SMBS (Sodium Metabisulphite).
Air tawar / raw water akan di alirkan sebagian ke dalam Service Water
Tank untuk kebutuhan sehari – hari diluar operasi unit, sebagian akan masuk
kedalam Hydrant Tank, sebagian akan masuk ke Drink Tank dengan penambahan
Na2CO3 dan melalui proses desinfeksi menggunakan sinar Ultra Violet yang
mampu membunuh bakteri dalam air sehingga dapat dikonsumsi untuk kebutuhan
air minum. Sedangkan sebagian lainnya akan masuk ke BWRO stage 1 (Brackish
Water Reverse Osmosis) dengan Q = 63 m3/jam, kemudian air masuk kedalam
BWRO stage 2 dan dialirkan menuju Degasifier. Degasifier berfungsi untuk
menghilangkan gas CO2 yang terbentuk dari asam karbonat pada proses
sebelumnya. Reaksi yang terjadi adalah:
H2CO3 H2O + CO2
Proses degasifier ini berlangsung pada tekanan vakum 740 mmHg dengan
menggunakan steam ejector, didalam tangki ini terdapat nettsing ring untuk
memperluas bidang kontak, sehingga air yang masuk terlebih dahulu diinjeksikan
dengan steam. Sedangkan outlet steam injector, dikondensasikan dengan
menginjeksikan air dari bagian atas yang selanjutnya ditampung di dalam seal
33
pot sebagai umpan recovery tank, maka CO2 akan terlepas sebagai fraksi ringan
dan air akan turun ke bawah sebagai fraksi berat.
Air kemudian mengalir menuju mixed bed untuk dihilangkan kandungan
silica nya. Silica harus dihilangkan karena dapat menyebabkan kerak.
Dalam mixed bed terjadi proses Ion Exchanger dengan resin kation
(Hcl) dan resin anion (NaoH). Resin tersebut berfungsi untuk
menyerap/menyaring kandungan silica pada air. Pada mixed bed, apabila resin
kation dan resin anion gagal mencapai/memenuhi karakteristik air yang
diinginkan, maka proses regenerasi akan terjadi pada mixed bed sampai
karekteristik yang diinginkan tercapai. Bahan kimia untuk
proses regenerasi berasal dari acid storage tank dan alkali storage tank. Setelah
proses di mixed bed, air kemudian diteruskan menuju demin tank. Air dari demin
tank merupakan umpan yang diteruskan ke boiler. Sebelum sampai di boiler, air
terlebih dahulu dilarutkan dengan amonia yang berfungsi untuk
menaikkan Ph yang semula netral (7), menjadi 9.
2.2.2.5.Pengolahan Lingkungan
PT PLN (Persero) sektor pembangkitan sebalang yang notabene nya belum
terbentuk ini sudah sangat serius dalam menangani berbagai masalah lingkungan
di sekitar wilayah prouksksi dengan telah menerapkan sistem pengolahan sebagai
berikut :
1. Limbah Cair
Dilakukan pengolahan di WWTP ( Waste Water Treatment Plant ) dengan
dengan prinsip penetralan pH dan sedimentasi.
kapasitas pengolahan adalah 40 m3/hr. hasil pengolahan akan langsung
dibuang ke laut karena telah memenuhi Baku Mutu Air yang ditetapkan.
2. Limbah Kemasan Bahan Kimia
Dilakukan penampungan di gudang limbah B3 dan disalurkan ke pihak
ketiga / eksternal yang berwenang mengelola limbah B3.
3. Limbah Gas
Partikel- partikel sisa gas buang ditangkap dalam ESP
4. Limbah Padat
Ditampung di TPS limbah B3. Saat ini dalam proses permohonan izi untuk
memanfaatkan limbah padat ini menjadi Paving Block .
Upaya pemantauan lingkungan di Sektor Pembangkitan Sebalang meliputi
kegiatan sebagai berikut :
1. Pemantauan biota laut untuk mengetahui keanekaragaman hayati yang
hidup di laut sekitar pelabuhan.
2. Pemantauan kualitas udara berkaitan dengan kadar debu di area pelabuhan
dan diluar area pelabuhan.
3. Mengukur tingkat kebisingan akibat mobilisasi peralatan.
4. Pemantauan keselamatan kerja dan tingkat kecelakaan kerja.
5. Pemantauan kebersihan lingkungan dan pembuangan sampah.
6. Pemantauan tenaga kerja lokal yang diserap oleh kegiatan penerangan
batubara di Sektor Pembangkitan Sebalang.
BAB III
ANALISIS DAN EVALUASI
35
36
untuk target produksi 50 juta ton pertahun akan tercapai. Semua itu untuk menuju
PT Bukit Asam emas di tahun 2020.
mengatasi hal tersebut, pihak PLTU sektor pembangkit sebalang sendiri sedang
mengurus perizinan agar pengelolahan abu bisa dilakukan lebih lanjut.
Untuk daya yang dihasilkan, PLTU sektor pembangkit sebalang itu sendiri
tidak dapat menghasilkan daya yang maksimum dikarenakan unit 1 yang tidak
beroperasi. Tidak beroperasinya unit 1 tersebut dikarenakan kerusakan pada boiler
dan turbin.
Kerusakan pada turbin tersebut dipengaruhi oleh silika dan zat padat dalam
air. Bila air yang mengandung kotoran dididihkan timbullah uap dan sisanya
kotoran padat. Jika air dipanaskan di atas titik didih normalnya maka dihasilkan
uap panas lanjut dan kotoran padat tersebut akan terlarut dalam uap yang
menyebabkan silika dapat terbawa dan menempel (deposit) pada sudu-sudu
turbin. Sehingga bearing pada turbin rusak. Selain pada turbin, boiler juga
mengalami kerusakan dimana dinding-dinding pelapis pada boiler sering pecah
sehingga menjadi panas.
Kerusakan-kerusakan pada unit 1 menyebabkan daya yang diharapkan
tidak tercapai. Untuk mengatasi hal tersebut, pihak PLTU sektor pembangkit
Sebalang itu sendiri melakukan upgrade agar sistem pembangkit pada unit 1 dapat
beroperasi dengan baik.
Selain kerusakan alat, pihak PLTU sektor pembangkit sebalang itu sendiri
tidak memiliki tenaga ahli yang baik yang mana konstruksi sistem pembangkit
PLTU sebalang tersebut dilakukan oleh pihak produksi alat yakni Cina. Selain
dari konstruksi tersebut, Maintenance Operation Manual dan Program yang
diterima oleh pihak PLTU Sebalang dalam bahasa Cina sehingga saat terjadi
kendala tidak dapat diatasi dengan baik. Bahkan untuk upgrade alat tersebut,
dilakukan oleh tenaga ahli dari PLTU Sebalang itu sendiri tanpa bantuan dari
pihak Cina.
BAB IV
KESIMPULAN
42
43
perizinan agar pengelolahan abu bisa dilakukan lebih lanjut. Chimey merupakan
bagian akhir filtrasi fly ash agar tidak mencemari udara lingkungan yang
sebelumnya telah diproses melewati unit ESP (Electro Static Precipitator) atau
penangkap debu dengan effisiensi tinggi (mencapai diatas 90%) dan rentang
partikel yang didapat cukup besar. Dengan menggunakan Electro Static
Precipitator (ESP) ini, jumlah limbah debu yang keluar dari cerobong hanya
sekitar 0,16 % (efektifitas penangkapan debu mencapai 99,84%). Sementara untuk
air yang di rejeksi pada proses Water Treatment Plant berupa Air payau yang
langsung dibuang ke air laut yang telah mengalami filtrasi bertingkat sehingga
tidak mengganggu ekosistem biota laut.
PLTU Sebalang yang terdiri dari 2 unit menghasilkan listrik 100 MW
untuk masing-masing unitnya. Sebanyak 83,4 MW merupakan permintaan dari
kalangan industri sementara sisanya akan dialirkan menuju 3 gardu induk yakni
GI Kalianda, GI Sribawono dan GI Sutami melalui jaringan transmisi. Saat ini
Untuk daya yang dihasilkan, PLTU Sektor Pembangkit Sebalang itu sendiri tidak
dapat menghasilkan daya yang maksimum dikarenakan unit 1 yang tidak
beroperasi dikarenakan kerusakan pada boiler dan turbin.
Kerusakan pada turbin tersebut dipengaruhi oleh silika dan zat padat dalam
air, sedangkan pada boiler mengalami kerusakan dimana dinding-dinding pelapis
pada boiler sering pecah sehingga menjadi panas. Kerusakan-kerusakan pada unit
1 menyebabkan daya yang diharapkan tidak tercapai. Untuk mengatasi hal
tersebut, pihak PLTU Sektor Pembangkit Sebalang itu sendiri melakukan upgrade
agar sistem pembangkit pada unit 1 dapat beroperasi dengan baik.
Maintenance dan upgrade kerusakan alat pada unit 1, mengalami kesulitan
dikarenakan kontruksi alat operasional pada PLTU Sektor Pembangkit Sebalang
merupakan produksi cina. Pihak PLTU Sektor Pembangkit Sebalang itu sendiri
tidak memiliki tenaga ahli yang baik karena Maintenance Operation Manual dan
Program yang diterima oleh pihak PLTU Sebalang dalam bahasa Cina sehingga
saat terjadi kendala tidak dapat diatasi dengan baik. Bahkan untuk upgrade alat
tersebut, dilakukan oleh tenaga ahli dari PLTU Sebalang itu sendiri tanpa bantuan
dari pihak Cina.
DAFTAR PUSTAKA
Harian, Fokus. 2016. Listrik Lampung seharusnya Surplus 107 Mega Watt,
(Online),(http://www.harianfokus.com/2016/03/17/listrik-lampung-
seharusnya-surplus-107-mega-watt/, diakses pada 17 Oktober 2017)
Dua, Jurai. 2016. PLTU Sebalang Unit I Diserahkan ke PLN Sumbagsel Lampung
Bebas Mati Listrik, (Online), (http://duajurai.co/2016/04/19/pltu-sebalang-
unit-i-diserahkan-ke-pln-sumbagsel-lampung-bebas-mati-listrik/, diakses
pada 17 Oktober 2017)
Nugrainiy, Galuh Sabrina, dll. Upaya Penurunan Emisi SO2 dari Bahan Bakar
Batubara Kualitas Rendah (Tipe: Subbituminous) dengan Campuran Batu
Kapur (Limestone) pada Proses Pembakaran, (Online),
(http://download.portalgaruda.org/article.php?article=284585&val=4690&
title=upaya%20penurunan%20emisi%20so2%20dari%20bahan%20bakar
%20batubara%20kualitas%20rendah%20(tipe:%20subbituminous)%20den
gan%20campuran%20batu%20kapur%20(limestone)%20pada%20proses
%20pembakaran, diakses pada 17 Oktober 2017)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan.2015. Kimia Air. Lampung : PT. PLN (Persero)
Sektor Pembangkit PLTU Sebalang.
45
LAMPIRAN
Tabel 2. Unit Peralatan Produksi PT. Bukit Asam (Persero) Tbk Unit
Pelabuhan Tarahan
Kereta Babaranjang
Pelabuhan Tarahan
Conveyer Kapal
46
47
WTP WWTP
48