Disusun Oleh
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Skoliosis adalah kelainan pada rangka tubuh yang berupa kelengkungan tulang
belakang. Sebanyak 75-85% kasus skoliosis merupakan idiofatik, yaitu kelainan
yang tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan 15-25% kasus skoliosis lainnya
merupakan efek samping yang diakibatkan karena menderita kelainan tertentu,
seperti distrofi otot, sindrom Marfan, sindrom Down, dan penyakit lainnya.
Berbagai kelainan tersebut menyebabkan otot atau saraf di sekitar tulang
belakang tidak berfungsi sempurna dan menyebabkan bentuk tulang belakang
menjadi melengkung. Skoliosis diklasifikasikan ke dalam empat kategori
berdasarkan usia penderita ketika kelengkungan tulang terlihat untuk pertama
kalinya. Keempat kategori tersebut adalah skoliosis idiofatik anak-anak,
remaja, pada remaja yang berada di sekitar masa pubertas, dan dewasa
Scoliosis adalah suatu kelainan yang menyebabkan suatu lekukan yang abnormal dari
spine (tulang belakang). Spine mempunyai lekukan-lekukan yang normal ketika
dilihat dari samping, namun ia harus nampak lurus ketika dilihat dari depan.
Kyphosis adalah suatu lekukan yang dilihat dari sisi dimana spine bengkok kedepan
(maju). Lordosis adalah suatu lekukan yang dilihat dari sisi dimana spine bengkok
kebelakang. Orang-orang dengan scoliosis mengembangkan lekukan-lekukan
tambahan ke setiap sisi, dan tulang-tulang dari spine melingkar pada masing-masing
seperti sebuah pencabut sumbat botol (corkscrew). Scoliosis adalah kira-kira dua kali
lebih umum pada anak-anak perempuan daripada anak-anak lelaki. Ia dapat dilihat
pada semua umur, namun ia adalah lebih umum pada mereka yang lebih dari 10 tahun
umurnya. Scoliosis adalah turunan atau warisan dimana orang-orang dengan scoliosis
adalah lebih mungkin mempunyai anak-anak dengan scoliosis; bagaimanapun, tidak
ada korelasi antara keparahan dari lekukan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sekitar 80% skoliosis adalah idiopatik, Skoliosis idiopatik dengan kurva lebih dari 10
derajat dilaporkan dengan prevalensi 0,5-3 per 100 anak dan remaja. Prevalensi
dilaporkan pada kurva lebih dari 30 derajat yaitu 1,5-3 per 1000 penduduk. Insiden
yang terjadi pada skoliosis idiopatik infantil bervariasi, namun dilaporkan paling
banyak dijumpai di Eropa daripada Amerika Utara, dan lebih banyak laki-laki dari
pada perempuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Fisiologi
Columna vertebralis terdiri dari 33 tulang vertebra yang membentuk
kurva dan secara struktural terbagi atas 5 regio. Dari superior ke inferior, mulai
dari 7 segmen vertebra cervical, 12 segmen vertebra thoracal, 5 segmen vertebra
lumbal, 5 vertebra sacral yang menyatu dan 4 vertebra coccygeus yang menyatu.
Karena terdapat perbedaan struktural dan adanya sejumlah costa, maka besarnya
gerakan yang dihasilkan juga beragam antara vertebra yang berdekatan pada regio
cervical, thoracal, dan lumbal.
B. Patologi
1. Definisi
2. Etiologi
Intervensi fisioterapi
1. Terapi latihan.
3. Infra Red
PROSES FISIOTERAPI
STATUS KLINIK
Anamnesis Umum
Nama : Tn. J
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Pare-pare
Pekerjaan : Apoteker
Anamnesis Khusus
a. Keluhan Utama : Nyeri punggung tengah
b. Lokasi Keluhan : Bagian dextra
c. Lama Keluhan : 6 bulan yang lalu
d. Sifat Keluhan : Terlokalisir
e. Penyebab : Olahraga yang berlebihan dengan posisi salah
f. RPP : Pasien merasakan nyeri pada punggung saat
selesai berolahraga gym dan mengira nyeri
tersebut akibat berolahraga namun nyeri yang
dirasakan terus menerus tetapi pasien
mengabaikan dan tidak memeriksakannya.
Kemudian pada saat mengikuti seleksi masuk
TNI ditemukan hasil X-Ray nya ternyata
tulang belakangnya mengalami scoliosis dan
langsung berinisiatif ke fisioterapi.
g. Riwayat Penyakit Penyerta : -
C. Inspeksi
a. Statis
Postur vertebra pasien cenderung ke kiri dan asimetris
b. Dinamis
Pada saat menggerakkan badan membungkuk ke samping terbatas
D. Palpasi
Nyeri tekan pada otot erecto spine
Tidak ada oedema
E. Tes Orientasi
Lateral fleksi + rotasi arah yang sama dalam posisi fleksi : nyeri kontralateral
Lateral fleksi + rotasi arah yang berlawanan dalam posisi ekstensi : nyeri
kontralateral
Pengukuran nyeri
VAS : 3,3
H. Pemeriksaan Penunjang
X-Ray : Scoliosis Thoracolumbalis Grade II dengan cobs angle 15o
3. Ultrasound
Tujuan : Mengurangi nyeri dan spasme otot
Persiapan alat : pastikan alat tersambung dengan listrik dan kabel
dalam keadaan baik. Kemudian nyalakan alat.
Posisi pasien : Posisi pasien prone lying
Posisi fisioterapi : duduk di samping bed
Teknik :pastikan pasien dalam keadaan comfortable, kemudian
fisoterapi mengoleskan gel ke daerah yang ingin di
terapi. Atur dosis alat ke muscle spasm dalam waktu 5
menit selanjutnya ratakan gel tadi menggunakan
tranduser secara merata.
L. Evaluasi Fisioterapi
Setelah melakukan terapi diperoleh hasil pengurangan rasa nyeri baik
nyeri tekan, nyeri diam, dan nyeri gerak berkurang, adanya peningkatan LGS
trunk baik fleksi, ekstensi, lateral fleksi kiri dan adanya peningkatan nilai
kemampuan aktivitas fungsional.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan