Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRE KLINIK

RSUP.DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO

RUANG RAWAT INAP

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA GANGGUAN


MOBILITAS THORACOLUMBAL ET CAUSA SCOLIOSIS

Disusun Oleh

MAIPA DEA PATI GAFUR

PO. 714. 241. 15. 1. 071

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MAKASSAR

JURUSAN D.IV FISIOTERAPI

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Skoliosis adalah kelainan pada rangka tubuh yang berupa kelengkungan tulang
belakang. Sebanyak 75-85% kasus skoliosis merupakan idiofatik, yaitu kelainan
yang tidak diketahui penyebabnya. Sedangkan 15-25% kasus skoliosis lainnya
merupakan efek samping yang diakibatkan karena menderita kelainan tertentu,
seperti distrofi otot, sindrom Marfan, sindrom Down, dan penyakit lainnya.
Berbagai kelainan tersebut menyebabkan otot atau saraf di sekitar tulang
belakang tidak berfungsi sempurna dan menyebabkan bentuk tulang belakang
menjadi melengkung. Skoliosis diklasifikasikan ke dalam empat kategori
berdasarkan usia penderita ketika kelengkungan tulang terlihat untuk pertama
kalinya. Keempat kategori tersebut adalah skoliosis idiofatik anak-anak,
remaja, pada remaja yang berada di sekitar masa pubertas, dan dewasa

Scoliosis adalah suatu kelainan yang menyebabkan suatu lekukan yang abnormal dari
spine (tulang belakang). Spine mempunyai lekukan-lekukan yang normal ketika
dilihat dari samping, namun ia harus nampak lurus ketika dilihat dari depan.
Kyphosis adalah suatu lekukan yang dilihat dari sisi dimana spine bengkok kedepan
(maju). Lordosis adalah suatu lekukan yang dilihat dari sisi dimana spine bengkok
kebelakang. Orang-orang dengan scoliosis mengembangkan lekukan-lekukan
tambahan ke setiap sisi, dan tulang-tulang dari spine melingkar pada masing-masing
seperti sebuah pencabut sumbat botol (corkscrew). Scoliosis adalah kira-kira dua kali
lebih umum pada anak-anak perempuan daripada anak-anak lelaki. Ia dapat dilihat
pada semua umur, namun ia adalah lebih umum pada mereka yang lebih dari 10 tahun
umurnya. Scoliosis adalah turunan atau warisan dimana orang-orang dengan scoliosis
adalah lebih mungkin mempunyai anak-anak dengan scoliosis; bagaimanapun, tidak
ada korelasi antara keparahan dari lekukan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Sekitar 80% skoliosis adalah idiopatik, Skoliosis idiopatik dengan kurva lebih dari 10
derajat dilaporkan dengan prevalensi 0,5-3 per 100 anak dan remaja. Prevalensi
dilaporkan pada kurva lebih dari 30 derajat yaitu 1,5-3 per 1000 penduduk. Insiden
yang terjadi pada skoliosis idiopatik infantil bervariasi, namun dilaporkan paling
banyak dijumpai di Eropa daripada Amerika Utara, dan lebih banyak laki-laki dari
pada perempuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi
Columna vertebralis terdiri dari 33 tulang vertebra yang membentuk
kurva dan secara struktural terbagi atas 5 regio. Dari superior ke inferior, mulai
dari 7 segmen vertebra cervical, 12 segmen vertebra thoracal, 5 segmen vertebra
lumbal, 5 vertebra sacral yang menyatu dan 4 vertebra coccygeus yang menyatu.
Karena terdapat perbedaan struktural dan adanya sejumlah costa, maka besarnya
gerakan yang dihasilkan juga beragam antara vertebra yang berdekatan pada regio
cervical, thoracal, dan lumbal.

Pada setiap regio, 2 vertebra yang berdekatan dan jaringan lunak


antara kedua vertebra tersebut dikenal dengan segmen gerak (Segmen Junghan’s).
Segmen gerak tersebut merupakan unit fungsional dari spine (vertebra). Setiap
segmen gerak terdiri atas 3 sendi. Corpus vertebra terpisah oleh adanya diskus
intervertebralis yang membentuk tipe symphysis dari amphiarthrosis. Facet joint
kiri dan kanan antara processus artikular superior dan inferior adalah tipe
plane/glide joint dari diarthroses yang dilapisi oleh cartilago sendi.

Lebih jelasnya, unit fungsional dari columna vertebralis terdiri dari


anterior pillar dan posterior pillar. Anterior pillar dibentuk oleh corpus vertebra
dan diskus intervertebralis yang merupakan bagian hidraulik, weight bearing, dan
shock absorbing. Posterior pillar dibentuk oleh processus artikular dan facet joint,
yang merupakan mekanisme slide untuk gerakan. Juga dibentuk oleh 2 arkus
vertebra, 2 processus transversus, dan processus spinosus.

Dilihat dari bidang sagital, vertebra memperlihatkan 4 kurva normal.


Kurva vertebra thoracal dan sacrum adalah konkaf kearah anterior (kiposis) yang
nampak pada saat lahir dan dikenal sebagai kurva utama. Kurva vertebra lumbal
dan cervical adalah konkaf kearah posterior (lordosis), yang berkembang sebagai
penopang tubuh dalam posisi tegak setelah anak mulai belajar duduk dan berdiri.
Kurva ini tidak nampak saat anak lahir, yang dikenal sebagai kurva spinal
sekunder. Meskipun kurva cervical dan thoracal sedikit berubah selama tahun-
tahun pertumbuhan, kurvatur lumbar spine akan meningkat sekitar 10% antara
usia 7 tahun dan 17 tahun. Kurvatur spinal (postur) dipengaruhi oleh herediter
(faktor keturunan), kondisi-kondisi patologis, keadaan mental seseorang, dan gaya
yang secara habitual (kebiasaan) sering terjadi pada spine (vertebra). Secara
mekanikal, kurva-kurva vertebra dapat memungkinkan vertebra lebih besar
berperan sebagai shock absorber tanpa injury daripada jika vertebra dalam
keadaan lurus. Keempat kurva spinal dapat menjadi distorsi (penyimpangan)
ketika spine (vertebra) secara habitual mengalami gaya asimetris.

Kurva lumbal yang berlebihan atau hiperlordosis seringkali berkaitan


dengan kelemahan otot abdominal dan tilting pelvic ke anterior. Penyebab
hiperlordosis adalah deformitas kongenital spine, kelemahan otot abdominal,
kebiasaan postur jelek dan overtraining dari aktivitas olahraga yang memerlukan
gerakan hiperekstensi lumbal secara berulang-ulang seperti gimnastik, skating,
lempar lembing, atau berenang gaya kupu-kupu. Adanya lordosis yang berlebihan
dapat menimbulkan stress kompressi yang besar sehingga dapat menjadi faktor
resiko berkembangnya low back pain (nyeri pinggang). Wanita cenderung
mengalami hiperlordosis daripada laki-laki, dan lordosis cenderung lebih besar
terjadi saat terjadi peningkatan tinggi badan dan penurunan berat badan.

Abnormalitas lainnya pada kurvatur spine adalah kiposis yang berlebihan


pada thoracal. Kiposis berkembang pada awal masa remaja, dengan insiden
sampai 8% pada populasi umum dan distribusi yang sama antara laki-laki dan
wanita. Kiposis seringkali akibat dari penyakit Scheuermann’s.
Lateral deviasi atau deviasi kurvatur
spine dikenal sebagai skoliosis. Deformitas
lateral sering membentuk kopel dengan
deformitas rotasi dari vertebra yang terlibat,
dimana kondisi skoliosis memiliki range dari
ringan ke berat (keras). Scoliosis nampak
kurvanya berbentuk huruf “C” atau “S” pada
thoracal spine, atau lumbal spine, atau kedua-
duanya.

Gambar 12.6. Kurva Vertebra

B. Patologi
1. Definisi

Scoliosis adalah suatu kelainan yang menyebabkan suatu lekukan yang


abnormal dari spine (tulang belakang). Spine mempunyai lekukan-lekukan
yang normal ketika dilihat dari samping, namun ia harus nampak lurus ketika
dilihat dari depan. Kyphosis adalah suatu lekukan yang dilihat dari sisi
dimana spine bengkok kedepan (maju). Lordosis adalah suatu lekukan yang
dilihat dari sisi dimana spine bengkok kebelakang. Orang-orang dengan
scoliosis mengembangkan lekukan-lekukan tambahan ke setiap sisi, dan
tulang-tulang dari spine melingkar pada masing-masing seperti sebuah
pencabut sumbat botol (corkscrew)
Scoliosis adalah kira-kira dua kali lebih umum pada anak-anak perempuan
dari pada anak-anak lelaki. Ia dapat dilihat pada semua umur, namun ia adalah
lebih umum pada mereka yang lebih dari 10 tahun umurnya. Scoliosis adalah
turunan atau warisan dimana orang-orang dengan scoliosis adalah lebih
mungkin mempunyai anak-anak dengan scoliosis; bagaimanapun, tidak ada
korelasi antara keparahan dari lekukan dari satu generasi ke generasi
berikutnya.

Beberapa tipe skoliosis

Ada beberapa tipe skoliosis yang dikelompokkan menurut penyebabnya


seperti di bawah ini.

 Skoliosis idiopatik. Skoliosis idiopatik Adalah kasus skoliosis yang tidak


diketahui penyebab pastinya. Skoliosis idiopatik memang tidak diketahui
penyebabnya tetapi faktor genetik diduga memiliki peran dalam terjadinya
skoliosis tipe ini. Skoliosis idiopatik diderita sebanyak 80 persen dari jumlah
penderita skoliosis.
 Skoliosis degeneratif.Skoliosis degeneratif adalah skoliosis yang terjadi
akibat kerusakan bagian tulang belakang secara perlahan-lahan. Skoliosis tipe
ini sering terjadi pada orang dewasa dikarenakan seiring bertambahnya usia
beberapa bagian tulang belakang menjadi lemah dan menyempit. Selain itu
ada beberapa penyakit yang bisa menyebabkan skoliosis degeneratif, seperti
osteoporosis, penyakit Parkinson, motor neurone disease, sklerosis multipel,
dan kerusakan tulang belakang yang terjadi akibat operasi.
 Skoliosis kongenital.Skoliosis kongenital atau bawaan adalah skoliosis yang
disebabkan oleh pertumbuhan tulang belakang yang tidak normal pada saat
bayi masih dalam kandungan. Akibatnya setelah lahir kondisi tulang belakang
pada bayi sudah tidak normal.
 Skoliosis neuromuskular. Skoliosis neuromuskular adalah skoliosis yang
disebabkan oleh gangguan persarafan dan otot seperti pada penyakit lumpuh
otak atau distrofi otot. Persarafan dan otot yang mengalami gangguan tersebut
mengakibatkan otot-otot pada tulang belakang menjadi lemah sehingga
kondisi tulang belakang menjadi bengkok ke samping.

Klasifikasi Skoliosis dari derajat kurva yang terbentuk

 Scoliosis ringan : kurva kurang dari 20 o


 Scoliosis sedang : kurva 20 o – 40 o/50 o
 Scoliosis berat : lebih dari 40 o/50o

Pada kebanyakan kasus, pada mulanya penderita tidak merasakan adanya


gangguan, kemudian pada kondisi yang lebih parah baru dirasakan adanya
ketidak seimbangan posisi thorax, scapula yang menonjol pada satu sisi,
posisi bahu yang tidak horizontal, panggul yang tidak simetris, dan kadang-
kadang penderita merasakan pegal-pegal pada daerah punggung.

2. Etiologi

Walaupun penyebab skoliosis idiopatik tidak diketahui, namun ada beberapa


perbedaan teori yang menunjukkan penyebabnya seperti faktor genetik,
hormonal, abnormalitas pertumbuhan, gangguan biomekanik dan
neuromuskular tulang, otot dan jaringan fibrosa.
– FAKTOR GENETIK
Dilaporkan bahwa faktor genetik mempunyai komponen pada
perkembangan scoliosis, terjadi peningkatan insiden pada keluarga pasien
dengan scoliosis idiopatik dibandingkan dengan pasien yang tidak mempunyai
riwayat penyakit scoliosis.
– FAKTOR HORMONAL.
Defisiensi melatonin diajukan sebgai penyebab scoliosis. Sekresi
melatonin pada malam hari menyebabkan penurunan progresivitas scoliosis
dibandingkan dengan pasien tanpa progresivitas. Hormon pertumbuhan juga
diduga mempunyai peranan pada perkembangan skoliosis. Kecepatan
progresivitas skoliosis pada umumnya dilaporkan pada pasien dengan growth
hormone.
– PERKEMBANGAN SPINAL DAN TEORI BIOMEKANIK
Abnormalitas dari mekanisme pertumbuhan spinal juga menunjukkan
penyebab dari perkembangan dan progresivitas skoliosis, dimana
dihubungkan dengan waktu kecepatan pertumbuhan pada remaja.
– ABNORMALITAS JARINGAN.
Beberapa teori diajukan sebagai komponen struktural pada komponen
tulang belakang (otot, tulang, ligamentum dan atau discus) sebagai penyebab
skoliosis. Beberapa teori didasari atas observasi pada kondisi seperti
syndrome Marfan (gangguan fibrillin), duchenne muscular dystrophy
(gangguan otot) dan displasia fibrosa pada tulang.

3. Tanda dan Gejala

Gejala-gejala yang paling umum dari scoliosis adalah suatu lekukan


yang tidak normal dari spine. Seringkali ini adalah suatu perubahan yang
ringan dan mungkin pertama kali diperhatikan oleh seorang teman atau
anggota keluarga. Ia dapat juga ditemukan pada suatu pengujian penyaringan
sekolah yang rutin untuk scoliosis. Mereka yang terpengaruh mungkin
mencatat bahwa pakaian-pakaian mereka tidak cocok seperti yang mereka
lakukan sebelumnya atau bahwa celana-celana panjang adalah lebih panjang
pada satu sisi daripada yang lainnya.
Scoliosis mungkin menyebabkan kepala nampaknya bergeser dari tengah atau
satu pinggul atau pundak lebih tinggi daripada sisi berlawanannya. Jika
scoliosis adalah lebih parah, ia dapat membuatnya lebih sulit untuk jantung
dan paru-paru untuk bekerja dengan baik. Ini dapat menyebabkan sesak napas
dan nyeri dada. Pada kebanyakan kasus-kasus, scoliosis adalah tidak
menyakitkan, namun ada tipe-tipe tertentu dari scoliosis yang dapat
menyebabkan sakit punggung. Sebagai tambahan, ada penyebab-penyebab
lain dari sakit punggung, yang dokter anda juga akan ingin mencarinya.

4. Proses Patologi Gangguan Gerak dan Fungsi

Pada dasarnya penyebab dari timbulnya pembengkokan kurve vertebra


kelateral dapat dibedakan menjadi 4 macam, yaitu :
1. Adanya ketidakseimbangan kekuatan, atau kerja otot atau ligamen,
antara samping satu dengan yang lain, sedangkan hal-hal yang dapat
menyebabkannya ada bermacam-macam, misalnya :
a. Adanya spasme otot karena suatu trauma atau penyakit pada satu
samping.
b. Adanya kelemahan otot pada satu samping karena suatu gangguan
neurologis pada satu samping.
c. Adanya kebiasaan sikap atau kerja yang salah yang menyebabkan
otot pada satu samping menjadi lebih kuat dari samping yang lain.
2. Adanya bentuk yang tidak simetris dari corpus vertebra antara
samping kiri dan kanan yang dapat disebabkan oleh :
a. Pertumbuhan epiphisis yang tidak seimbang antar samping satu
dengan samping yang lainnya karena tekanan otot yang berbeda.
b. Adanya suatu penyakit tulang yang menyerang satu samping yang
menyebabkan corpus vertebra pada samping tersebut menjadi lebih
keropos dan lebih tipis.
3. Adanya kelainan yang bersifat idiopathic dan congenital
4. Adanya sciatica yang disebut juga sciatic scoliosis karena pada
penderita sciatica untuk mengurangi rasa nyeri maka penderita akan
berusaha membuat posisi fleksi dan knee dan ekstensi hip.
C. Pendekatan Intervensi Fisioterapi

Untuk penanganan lebih lanjut datang ke fisioterapis, agar segera


mendapat penanganan supaya skoliosis tidak semakin parah.

Intervensi fisioterapi

Tujuan dasar penanganan Skoliosis adalah:

1. Untuk menghentikan perkembangan kurva.


2. Untuk mengurangi derajat kurva yang terbentuk.
3. Untuk mencegah atau mengobati disfungsi pernafasan.
4. Untuk mencegah atau mengobati sindrom nyeri tulang belakang.
5. Untuk meningkatkan estetika melalui koreksi postur.

Penanganan Fisioterapis pada penderita skoliosis yaitu dengan :

1. Terapi latihan.

Terapi latihan yang diajarkan terapis kepada pasien adalah terapi


latihan dengan menggunakan metode Mc. Kenzie, core stability dan manual
traksi. dengan alasan karena letak gangguan mekanik dari nyeri pinggang
terutama terletak didaerah lumbosacral, maka latihan yang ditujukan terutama
pada daerah tersebut. Pada dasarnya tujuan latihan adalah untuk penguatan
dan peregangan otot – otot fleksor dan ekstensor sendi lumbosacralis dan otot
– otot sendi paha.
2. Spinal Brace.

Tujuan penggunaan brace adalah untuk memperbaiki skoliosis.


Penggunaan brace juga diperlukan untuk menghentikan perkembangan derajat
kurva skoliosis agar tidak semakin buruk.

3. Infra Red

Sinar diabsorsi oleh kulit menimbulkan efek panas kemudian akan


menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah terjadi pelebaran pembuluh darah
sehingga proses metabolisme seperti perubahan peningkatanpemberian
oksigen dan nutrisi kejaringan dan pengeluaran sampah – sampah pembakaran
menjadi lancar. Dari vasodilatasi dapat memberikan efek sedatif dan spasme
berkurang dan terjadi rileksasi otot.
BAB III

PROSES FISIOTERAPI

STATUS KLINIK

A. Keterangan Umum Penderita

 Anamnesis Umum
Nama : Tn. J
Umur : 26 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Pare-pare
Pekerjaan : Apoteker

 Anamnesis Khusus
a. Keluhan Utama : Nyeri punggung tengah
b. Lokasi Keluhan : Bagian dextra
c. Lama Keluhan : 6 bulan yang lalu
d. Sifat Keluhan : Terlokalisir
e. Penyebab : Olahraga yang berlebihan dengan posisi salah
f. RPP : Pasien merasakan nyeri pada punggung saat
selesai berolahraga gym dan mengira nyeri
tersebut akibat berolahraga namun nyeri yang
dirasakan terus menerus tetapi pasien
mengabaikan dan tidak memeriksakannya.
Kemudian pada saat mengikuti seleksi masuk
TNI ditemukan hasil X-Ray nya ternyata
tulang belakangnya mengalami scoliosis dan
langsung berinisiatif ke fisioterapi.
g. Riwayat Penyakit Penyerta : -

B. Pemeriksaan Vital Sign


 Tekanan darah : 120/80 mmHg (normal)
 Denyut Nadi : 67x /menit (normal)
 Pernafasan : 24x /menit (normal)
 Temperature : 36,0 oC (normal)
 Tinggi badan : 169 cm
 Berat badan : 65 kg

C. Inspeksi
a. Statis
 Postur vertebra pasien cenderung ke kiri dan asimetris
b. Dinamis
 Pada saat menggerakkan badan membungkuk ke samping terbatas

D. Palpasi
 Nyeri tekan pada otot erecto spine
 Tidak ada oedema

E. Tes Orientasi
Lateral fleksi + rotasi arah yang sama dalam posisi fleksi : nyeri kontralateral
Lateral fleksi + rotasi arah yang berlawanan dalam posisi ekstensi : nyeri
kontralateral

F. Pemeriksaan Fungsi Dasar


Sendi Gerakan Aktif Pasif Timt
dextra Sinistra dextra Sinistra dextra sinistra
Fleksi Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri - -
dan dan dan dan
terbatas terbatas terbatas terbatas
Thoracal

Ekstensi Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri - -


dan dan dan dan
terbatas terbatas terbatas terbatas
Lat. Fleksi - Nyeri - Nyeri - -
dan dan
terbatas terbatas
Rotasi - - - - - -

Sendi Gerakan Aktif Pasif Timt


dextra Sinistra dextra Sinistra dextra sinistra
Fleksi Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri - -
dan dan dan dan
terbatas terbatas terbatas terbatas
Ekstensi Nyeri Nyeri Nyeri Nyeri - -
Lumbal

dan dan dan dan


terbatas terbatas terbatas terbatas
Lat. Fleksi - Nyeri - Nyeri - -
dan dan
terbatas terbatas
Rotasi - - - - - -

G. Pemeriksaan Spesifik dan Pengukuran Fisioterapi


 MMT :
 Ekstremitas atas : 5 5
 Ekstremitas bawah : 5 5
 Trunk : 4
 Adam’s Forward Flexion test
Jika ditemukan adanya rib hump atau asimetris trunk maka indikasi
skoliosis structural. Pada pasien ditemukan asimetris trunk.

 Pengukuran nyeri
 VAS : 3,3

H. Pemeriksaan Penunjang
X-Ray : Scoliosis Thoracolumbalis Grade II dengan cobs angle 15o

I. Stretching Diagnosa Fisioterapi dan poblematik fisioterapi (sesuai ICF) :


a. Diagnosa : Gangguan mobilisasi thoracolumbal et causa scoliosis
b. Problematik
 Impairment (Body Structure & fuction)
1. Keterbatasan gerak
2. Nyeri
 Activity Limitation
1. Sulit untuk duduk terlalu lama
2. Sulit mengambil objek yang rendah
 Participation Retriction
1. Sulit melakukan aktivitas sehari-hari dan berolahraga
2. Adanya hambatan melakukan aktivitas sosial pasien dengan
keluarga dan masyarakat

J. Rencana Intervensi Fisioterapi


 Infra Red
 Interferensi Current Therapy
 Ultrasound
 Mc. Kenzie
 Core stability
 Manual traksi

K. Program Intervensi Fisioterapi


1. IR
Tujuan : Melancarkan sirkulasi darah
Persipan alat : Pastikan alat tersambung dengan listrik dan kabel
dalam keadaan baik. Kemudian nyalakan alat dan
arahkan pada daerah yang ingin obati dengan jarak 30-
40 cm.
Posisi pasien : Posisi pasien prone lying
Posisi fisioterapis : berdiri di samping bed
Teknik : Pastikan pasien dalam keadaan comfortable,
kemudian fisioterapi mengarahkan alat dan
melakukan pemanasan secara local pada daerah
punggung.
Time : 10 menit

2. Interferensi Current Therapy


Tujuan : Mengurangi rasa nyeri dan spasme otot
Persiapan alat : pastikan alat tersambung dengan listrik dan kabel
dalam keadaan baik. Kemudian nyalakan alat.
Posisi pasien : Posisi pasien prone lying
Posisi fisoterapis : berdiri di samping bed
Teknik : pastikan pasien dalam keadaan comfortable kemudian
gunakan 2 pad yang telah dibasahi pada daerah
thoracolumbal dan atur alat sesuai dengan dosis di
bawah ini :
Frekuensi : 4000 Hz
AMF : 120 Hz
Freq. Modifikasi : 60 Hz
Modifikasi Program : 1/1
Random Modifikasi : Yes
Vector : No
Treatment time : 15 menit
Intensitas : 27 mA

3. Ultrasound
Tujuan : Mengurangi nyeri dan spasme otot
Persiapan alat : pastikan alat tersambung dengan listrik dan kabel
dalam keadaan baik. Kemudian nyalakan alat.
Posisi pasien : Posisi pasien prone lying
Posisi fisioterapi : duduk di samping bed
Teknik :pastikan pasien dalam keadaan comfortable, kemudian
fisoterapi mengoleskan gel ke daerah yang ingin di
terapi. Atur dosis alat ke muscle spasm dalam waktu 5
menit selanjutnya ratakan gel tadi menggunakan
tranduser secara merata.
L. Evaluasi Fisioterapi
Setelah melakukan terapi diperoleh hasil pengurangan rasa nyeri baik
nyeri tekan, nyeri diam, dan nyeri gerak berkurang, adanya peningkatan LGS
trunk baik fleksi, ekstensi, lateral fleksi kiri dan adanya peningkatan nilai
kemampuan aktivitas fungsional.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal ke arah


samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal (leher), torakal (dada)
maupun lumbal (pinggang). Penyebab umum dari skoliosis meliputi
kongenital, neuromuskuler dan idiopatik, Skoliosis di bagi menjadi dua yaitu
skoliosis struktural dan non struktural. Gejala dari skoliosis berupa
kelengkungan abnormal ke arah samping, bahu dan pinggul tidak sama tinggi,
nyeri punggung, kelelahan pada tulang belakang, dan gangguan pernafasan.
Komplikasi yang dapat terjadi pada skoliosis ialah kerusakan paru-paru dan
jantung dan sakit tulang belakang. Untuk pemeriksaan penunjang yang biasa
di lakukan yaitu Rontgen tulang belakang.
Setelah dilakukan terapi hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ;
1. Infra Red (IR), Ultrasound dan Interferensi dapat mengurangi nyeri
otot pinggang pada skoliosis.
2. Terapi latihan dapat menambah lingkup gerak sendi dan
mengembalikan sikap posture pada skoliosis.
DAFTAR PUSTAKA

Anshar, dan Sudaryanto. 2011. Biomekanik Osteokinematika dan


Arthrokinematika. Poltekkes Kemenkes Makassar
https://fisioterapivetebrae.wordpress.com/2014/12/03/
http://imfi.or.id/index.php/2017/07/29/skoliosis/
Faturrahman Afrian, 2013, Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Scoliosis Vertebra
Thoracal 7–Lumbal 1 Di RSAL Dr. Ramelan, [pdf],
http://eprints.ums.ac.id/26838/, diakses tanggal 9 Maret 2018.
http://fisioterapigpm.blogspot.co.id/2010/09/gangguan-bentuk-tulang-
punggung.html
https://klinikskoliosis.wordpress.com/2013/11/18/penanganan-terkini-rehabilitasi-
medis-dan-fisioterapi-skoliosis/

Anda mungkin juga menyukai