Raja Minyak Arab Saudi Saja Sudah Kembangkan Energi Terbarukan' (detikFinance.
com)
Foto: Kesepakatan Menteri ESDM dan Pemprov Kalteng Soal Bioenergi
Jakarta - Indonesia bertekad keras untuk mulai mengembangkan energi baru terbarukan dan konservasi energi (EBTKE). Saat ini, porsi energi terbarukan di dalam negeri baru 6% dari seluruh penggunaan energi nasional. Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan, dia tidak ingin EBTKE ini hanya menjadi lampiran dalam buku energi saja. "Harus ada gerakan serius untuk EBTKE. Di banyak negara yang tidak punya energi fosil seperti Eropa, sudah mulai sekarang," kata Sudirman di kantornya, Jakarta, Senin (13/7/2015) . Dia mengatakan, Arab Saudi yang terkenal sebagai negara kaya minyak, sudah sejak lama melakukan investasi untuk mengembangkan energi baru terbarukan. "Arab Saudi bekerjasama dengan investor asal Amerika Serikat (AS). Mereka bikin laboratorium penelitian khusus. Padahal kandungan minyak mereka (Arab Saudi) masih akan habis ratusan tahun lagi, dan minyak mereka ada di depan mata (mudah didapatkan)," kata Sudirman. Indonesia masih beruntung memiliki simpanan cadangan minyak. Jadi mumpung cadangan minyak masih tersedia, Indonesia harus mulai berpikir untuk mengembangkan energi terbarukan ini. Dalam 10 tahun, persentase penggunaan energi terbarukan akan ditingkatkan dari 6% menjadi 25%. Target tersebut diakui Sudirman ambisius, karena tidak ada negara yang bisa meningkatkan porsi penggunaan energi terbarukan hingga 10% dalam 10 tahun. "Makanya harus ada terobosan kebijakan, aturan, insentif, teknologi, dan pajak harus kita lihat lagi. Yang saya tekankan, pengembangan energi terbarukan bukan hanya membeli pabrik, tapi beli sumber energi. Kita harus kembangkan dari sekarang," ujar Sudirman. Pengembangan energi terbarukan, seperti menaikkan porsi biodiesel dalam setiap liter solar, dari 15% di tahun ini menjadi 25% di 2025 tidak perlu dikhawatirkan akan merusak lingkungan. Ada puluhan juta hektar lahan kritis di Indonesia yang bisa dikembangkan untuk menanam tanaman energi alternatif. "Jadi bukan dengan membuka lahan baru," ucap Sudirman.