Kepribadian berasal dari kata “pribadi” yang berarti diri sendiri, atau perseorangan.
Sedangkan dalam bahasa inggris digunakan istilah personality, yang berarti kumpulan kualitas
jasmani, rohani, dan susila yang membedakan seseorang dengan orang lain.
Menurut Allport, kepribadian adalah organisasi sistem jiwa raga yang dinamis dalam diri
individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya.1[1]
Carl Gustav Jung mengatakan, bahwa kepribadian merupakan wujud pernyataan
kejiwaan yang ditampilkan seseorang dalam kehidupannya.2[2]
Pada dasarnya kepribadian bukan terjadi secara serta merta akan tetapi terbentuk
melalui proses kehidupan yang panjang. Oleh karena itu banyak faktor yang ikut ambil bagian
dalam membentuk kepribadian manusia tersebut.. dengan demikian apakah kepribadian
seseorang itu baik, buruk, kuat, lemah, beradap atau biadap sepenuhnya ditentukan oleh faktor
yang mempenggaruhi dalam pengalaman hidup seseorang tersebut. Dalam hal ini pendidikan
sangat besar penanamannya untuk membentuk kepribadian manusia itu.3[3]
Kepribadian secara utuh hanya mungkin dibentuk melalui pengaruh lingkungan,
khususnya pendidikan. Adapun sasaran yang dituju dalam pembentukan kepribadian ini adalah
kepribadian yang dimiliki akhlak yang mulia. Tingkat kemuliaan akhlak erat kaitannya dengan
tingkat keimanan. Sebab Nabi mengemukakan “ Orang mukmin yang paling sempurna
imannya adalah orang mukmin yang paling baik akhlaknya.
Seseorang yang islam disebut muslim. Muslim adalah orang atau seseorang yang
menyerahkan dirinya secara sungguh – sungguh kepada Allah. Jadi, dapat dijelaskan bahwa
“wujud pribadi muslim” itu adalah manusia yang mengabdikan dirinya kepada Allah, tunduk
dan patuh serta ikhlas dalam amal perbuatannya, karena iman kepada-Nya. Pola sesorang yang
beriman kepada Tuhan, selain berbuat kebajikan yang diperintahkan adalah membentuk
keselarasan dan keterpaduan antara faktor iman, islam dan ikhsan.
Orang yang dapat dengan benar melaksanakan aktivitas hidupnya seperti mendirikan
shalat, menunaikan zakat, orang – orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang
– orang yang sabar dalam kesempitan penderitaan dan peperangan maka mereka disebut
sebagai muslim yang takwa, dan dinyatakan sebagai orang yang benar. Hal ini merupakan pola
takwa sebagai gambaran dari kepribadian yang hendak diwujudkan pada manusia islam.
Apakah pola ini dapat “mewujud” atau “mempribadi” dalam diri seseorang, sehingga Nampak
perbedaannya dengan orang lain, karena takwanya, maka; orang itu adalah orang yang
dikatakan sebagain seseorang yang mempunyai “Kepribadian Muslim”.
Kepribadian muslim dalam kontek ini barang kali dapat diartikan sebagai identitas yang
dimiliki seseorang sebagai ciri khas bagi keseluruhan tingkah laku sebagai muslim, baik yang
disampaikan dalam tingkah laku secara lahiriyah maupun sikap batinnya. Tingkah laku
lahiriyah seperti cara berkata-kata, berjalan, makan, minum, berhadapan dengan orang tua,
guru, teman sejawat, sanak famili dan sebagainya. Sedangkan sikap batin seperti penyabar,
ikhlas, tidak sengaja, dan sikap terpuji yang timbul dari dorongan batin.
Kemudian ciri khas dari tingkah laku tersebut dapat dipertahankan sebagai kebiasaan
yang tidak dapat dipengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain yang bertentangan dengan sikap
yang dimiliki. Ciri khas tersebut hanya mungkin dapat dipertahankan jika sudah terbentuk
sebagai kebiasaan dalam waktu yang lama. Selain itu sebagai individu setiap muslim memiliki
latar belakang pembawaan yang berbeda-beda. Perbedaan individu ini diharapkan tidak akan
mempengeruhi perbedaan yang akan menjadi kendala dalam pembentukan kebiasaan ciri khas
secara umum.5[5]
B. Aspek-aspek Pembentuk Kepribadian Muslim
Konsep pembentuk kepribadian dalam pendidikan islam menurut Syaikh Hasan al-Banna
ada 10 aspek:
a. Bersihnya akidah,
b. Lurusnya ibadah,
c. Kukuhnya akhlak,
d. Mampu mencari penghidupan,
e. Luasnya wawasan berfikir,
f. Kuat fisiknya,
g. Teratur urusannya,
h. Perjuangan diri sendiri,
i. Memperhatikan waktunya, dan
j. Bermanfaat bagi orang lain.6[6]
Disini terlihat ada dua sisi penting dalam pembentukan kepribadian muslim, yaitu iman
dan akhlak. Bila iman dianggap sebagai konsep batin, maka batin adalah implikasi dari konsep
itu yang tampilanya tercermin dalam sikap perilaku sehari-hari. Keimanan merupakan sisi
abstrak dari kepatuhan kepada hukum-hukum Tuhan yang ditampilkan dalam lakon akhlak
mulia.
Untuk itu membentuk kepribadian dalam pendidikan islam harus direalisasikan sesuai
Al-Qur’an dan al-Sunnah nabi sebagai identitas kemuslimannya, dan mampu mengejar
ketinggalan dalam bidang pembangunan sekaligus mampu mengentas kebodohan dan
kemiskinan. Konsep kepribadian dalam pendidikan islam identik dengan ajaran islam itu
sendiri, keduanya tidak dapat dipisahkan karena saling berkaitan.
a. Faktor Internal
Instink Biologis, seperti lapar, dorongan makan yang berlebihan dan berlangsung lama
akan menimbulkan sifat rakus. Maka sifat itu akan menjadi perilaku tetap.
Kebutuhan Psikologis, seperti rasa aman, penghargaan, penerimaan, dan aktualisasi diri.
Kebutuhan Pemikiran, yaitu akumulasi informasi yang membentuk cara berfikir seseorang,
seperti mitos, agama, dan sebagainya.
b. Faktor Ekstrnal
Lingkungan Keluarga,
Lingkungan Sosial, dan
Lingkungan Pendidikan.
c. Peran Masyarakat
Masyarakat juga ikut serta dalam pembentuk kepribadian dalam pendidikan islam karena
dalam masyarakat kita bisa mengikuti organisasi yang berhubungan dengan kemaslahatan
lingkungan. Dari sini tanpa kita sadari pembentukan kepribadian dapat terealisasi. Dalam
masyarakat yang mayoritas masyarakatnya berpendidikan, maka baiklah untuk menciptakan
kepribadian berakhlakul karimah.
Ketiga peraran diatas sangat berperan aktif dalam pembentukan kepribadian dalam
pendidikan islam karena semua saling mempengaruhi untuk pembentukannya.
Untuk merealisasikan kepribadian dalam pendidikan islam yang ada maka diperlukan
tiga proses dasar pembentukan:
1. Pembentukan Pembiasaan
Pembentukan ini ditujukan pada aspek kejasmanian dari kepribadian yang memberi
kecakapan berbuat dan mengucapkan sesuatu, seperti puasa, sholat, dan lain-lain.
2. Pembentukan Pengertian
Pembentukan yang meliputi sikap dan minat untuk memberi pengertian tentang aktifitas
yang akan dilaksanakan, agar seseorang terdorong ke arah perbuatan yang positif.
3. Pembentukan Kerohanian yang Luhur
Pembentukan ini tergerak untuk terbentuknya sifat takwa yang mengandung nilai-nilai
luhur, seperti jujur, toleransi, ikhlas, dan menepati janji.
Proses pembentukan kepribadian dalam pendidikan islam berlangsung secara bertahap
dan berkesinambungan. Dengan demikian pembentukan kepribadian merupakan rangkaian
kegiatan yang saling berhubungan dan saling tergantung sesamanya.
Menjadi diri sendiri harus dimulai dari nalar berpikir kearah mana tujuan hidup individu
selama dia hidup. Adapun tujuan yang diinginkan dalam membentuk kepribadian yaitu:
a. Membentuk sikap disiplin terhadap waktu,
b. Mampu mengendalikan hawa nafsu,
c. Memelihara diri dari perilaku menyimpang,
d. Mengarahkan hidup menuju kepada kebaikan dan tingkah laku yang benar,
e. Mempelajari perubahan-perubahan dalam gaya hidup,
f. Meningkatkan pengertian diri, nilai-nilai diri, kebutuhan diri, agar dapat membantu orang lain
melakukan hal yang sama, dan
g. Mengembangkan perasaan harga diri dan percaya diri melalui aspek dukungan dan tanggung
jawab yang bersifat timbal balik.
Dalam islam, pendidikan mengacu pada tujuan hidup manusia itu sendiri. Dalam hakikat
tujuan hidup manusia adalah mengabdikan dirinya pada Tuhan, dengan penyerahan mutlak.
Dengan kata lain sorang muslim selalu mengaitkan segala aktifitas kegiatannya dengan melihat
dan menyesuaikannya di atas ketentuan norma – norma yang ditetapkan Allah.
Pendidikan islam adalah sistem pendidikan yang dapat memberikan kemampuan
seseorang untuk memimpin kehidupannya, sesuai dengan cita-cita islam karena nilai-nilai
islam telah menjiwai kepribadian seseorang dan mempedomani kehidupan manusia muslim
dalam aspek duniawi dan ukhrawi.7[7]
Muhammad Omar al-Toumy al-Syaibani mengatakan, bahwa tujuan pendidikan islam
adalah untuk mempertinggi nilai-nilai akhlak hingga mencapai nilai akhlak al-karimah.
Adapun beberapa tujuan dalam pendidikan islam antara lain:8[8]
a. Membimbing manusia agar dapat menempatkan diri dan berperan sebagai individu yang taat
dalam menjalankan ajaran agama allah,
b. Pembentuk sikap takwa,
c. Menumbuhkan pola kepribadian manusia yang sempurna,
d. Menegakkan kebenaran dalam rangka membentuk manusia yang berbudi luhur menurut ajaran
islam,
e. Penguasaan ilmu terhadap agama islam,
f. Mencapai keseimbangan pertumbuhan pribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-
latihan kejiwaan, akal pemikiran, kecerdasan, dan pancaindra,
g. Pembentuk kepribadian yang akhlakul karimah,
h. Menopang keselamatan dan kesejahteraan hidup didunia sesuai dengan perintah syari’at islam,
dan
i. Memiliki keterampilan yang serasi dengan bakat yang dimiliki.
Kepribadian samaai (Kewahyuan) yaitu corak kepribadian yang dibentuk melalui petunjuk
wahyu dalam kitab suci Al-Qur’an, yang antara lain difirmankan Allah sebagai berikut :
نْكا َ ََ َُب نَْ ف َ ك ظنَن فَِ اتع َنعتو فْاكُسك نَِّ تنَو فْ كا نَّْ ن وس نونَ ف
ْبع كُ ظْ بف فِ َنانضو ك ظْ تنَوِكُسن َنَنَن و
َّْفَ فض فِ بن فَ ك ظْ نَّ و
َن بف ك ظْ نه ظم ن
Artinya :
dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan
kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah (Q.S. Al-An’am : 153)
Kepribadian muslim sebagai individu dan sebagai ummah, terintergrasi dalam bentuk suatu
pola yang sama. Dalam hal ini dasar teori kepribadian muslim, baik sebagai individu maupun
sebagai suatu ummah yang satu, terjadi suatu bentuk dikotomi yang terintegrasikan.
Dikotomi terletak hanya dalam pembagian saja, namun dalam dasar yang sama (Filsafat
pendidikan Islam yang bersumberkan Al-Qur’an dan Hadits), serta tujuan yang satu yaitu
menjadi pengabdi Allah Swt yang taat sesuai dengan firmannya.
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia كَّس نَّ ن ع نَضن ظِِك ظََ ف وم نََّو ظ ن
ن فِْ فََن ظاْك ف
melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (Q.S.
Adz-Dzariyat:56)
Pengintegrasian kepribadian perseorangan dan ummah belum dapat menjamin terwujudnya
perilaku mulia sesuai dengan tuntutan hidup dunia ukhrawi. Oleh karena itu diperlukan
kepribadian samawi atau Islami dimana nilai-nilai Ketuhanan yang positif dan konstruktif
yang berorientasi kepada kesejahteraan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Di sinilah
nampaknya perbedaan pandangan antara teori kepribadian Barat dengan teori kepribadian
nuslim. Mungkin hal ini disebabkan oleh falsafah yang dianut masing-masing berbeda,
sehingga perbedaan dasar menyebabkan terjadinya perbedaan pandangan. (Wallahu A’lam).
Ada beberapa karakteristik yang harus dipenuhi seseorang sehingga ia dapat disebut
berkepribadian muslim, yaitu :
Untuk meraih kriteria Pribadi Muslim di atas membutuhkan mujahadah dan mulazamah
atau kesungguhan dan kesinambungan. Allah swt berjanji akan memudahkan hamba-Nya yang
bersungguh-sungguh meraih keridloan-Nya. “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari
keridhaan) kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. dan
Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” QS. Al Ankabut :
69. Allahu A’lam9[9]
KESIMPULAN
Pembentuk kepribadian dalam pendidikan islam meliputi sikap, sifat, reaksi, perbuatan,
dan perilaku. Pembentukan ini secara relatif menetap pada diri seseorang yang disertai
beberapa pendekatan, yakni pembahasan mengenai tipe kepribadian, tipe kematangan
kesadaran beragama, dan tipe orang-orang beriman. Melihat kondisi dunia pendidikan di
indonesia sekarang, pendidikan yang dihasilkan belum mampu melahirkan pribadi-pribadi
muslim yang mandiri dan berkepribadian islam. Akibatnya banyak pribadi-pribadi yang
berjiwa lemah seperti jiwa koruptor, kriminal, dan tidak amanah. Untuk itu membentuk
kepribadian dalam pendidikan islam harus direalisasikan sesuai Al-Qur’an dan al-Sunnah nabi
sebagai identitas kemuslimannya, dan mampu mengejar ketinggalan dalam bidang
pembangunan sekaligus mampu mengentas kebodohan dan kemiskinan. Konsep kepribadian
dalam pendidikan islam identik dengan ajaran islam itu sendiri, keduanya tidak dapat
dipisahkan karena saling berkaitan.