PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pusat kesehatan masyarakat atau Puskesmas, adalah organisasi
fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
menyeluruh, terpadu, dapat di terima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan
peran serta aktivitas masyarakat, dan menggunakan hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat di pikul oleh
pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut di selenggarakan
dengan menitik beratkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna
mencapai derajad kesehatan yang optimal, tanpa menagabikan mutu
pelayanan kepada perorangan.
Pelayanan imunisasi adalah satu bentuk dari pelayanan ksehatan
masyaraat. Secara sederhana yang di maksud imunisasi adalah pelayanan
kesehatan masyarakat yang disediakan untuk pasien yang agar terhindar dari
ancaman penyakit yang ganas. Pelayanan imunisasi ini termasuk juga di
selenggarakan oleh bidan desa atau para kader – kader yang ada di posyandu.
Puskesmas sebagai pelayanan kesehatan memiliki peranan penting dalam
peningkatan kesehatan masyarakat. Saat ini puskesmas telah di dirikan
hampir di seluruh pelosok daerah. Puskesmas di perkuat dengan puskesmas
pembantu serta puskesmas keliling, kecuali dari sarana pelayanan rujukan
maka puskesmas di lengkapi dengan fasilitas rawat inap. Tercatat pada tahun
2010 jumlah puskesmas di seluruh indonesia adalah 7.277 unit puskesmas
pembantu 21.587 unit, puskesmas keliling 5.084 unit (perahu 716 unit,
ambulanas 1.302 unit), pemanfaatan fasilitas kesehatan puskesmas dapat di
lihat dari beberapa indikator yaitu rata-rata kunjungan per hari buka
puskesmas dari kunjungan puskesmas. Rata-rata kunjungan perhari secara
nasional adalah 93,54 atau 94 kunjungan per puskesmas per hari buka dengan
kisaran antara 21 pada tahun 2016 dengan kisaran antara 1,55 di kecamatan
maos (Depkes RI, 2005)
Menurut hasil dalam kecematan adipala (2016), dari penduduk yang
rawat jalan sebesar 52,7% memanfaatkan puskesmas, hal ini mencerminkan
bahwa kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan masih agak
rendah. Randahnya presentase penduduk yang berobat ke puskesmas di
perkirakan karena pelayanan yang kurang memadai, terbatasnya waktu
pelayanan, dan masih banyak puskesmas yang masih sulit di jangkau serta
beberapa faktor lainya.
Masalah kesehatan masyarakat semakin meningkat di kecamatan
Adipala I, sementara pelayanan kesehatan pelayanan yang meningkat tidak di
imbangi dengan peningkatan saranan pelayanan kesehatan masyarakat.
Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang
komprehensif dan pari purna dalam satu gedung menyebabkan mengkatnya
tuntunan pengembangan puskesmas menjadi saranan pelayanan yang modern
termasuk pelyanan rawat inap yang di lengkapi dengan fasilitas dokter
spesialis.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan memahami pelayanan imunisasi pada bayi
dan WUS di Puskesmas.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui analisis SWOT pada pelayanan imunisasi di
Puskesmas
b. Untuk mengetahui hasil dari analisis SWOT
C. Manfaat penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini antara lain yaitu :
1. Untuk Institusi Pendidikan
Sebagai pengajuan laporan kasus praktek keperawatan klinik
komunitas dan menambah referensi kepustakaan perpustakaan institusi.
2. Untuk Puskesmas
Sebagai bukti hasil praktek klinik keperawatan di Puskesmas dan
membantu kinerja petugas kesehatan dalam menjalankan program di
puskesmas khususnya di pelayanan imunisasi
3. Untuk Petugas Kesehatan
Sebagai referensi penambahan pengetahuan dalam pengelolaan
program-program di Puskesmas khususnya untuk pelayanan imunisasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. PUSKESMAS
A. Definisi
Pusat kesehatan masyarakat disingkat puskesmas, adalah organisasi
fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
menyeluruh , terpadu, dapat di terima dan terjangkauoleh masyarakat,
dengan peran serta aktivitas masyarakat, dan menggunakan hasil
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya
yang dapat di pikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan
tersebut di selenggarakan dengan menitik beratkan kepada pelayanan
untuk masyarakat luas guna mencapai derajad kesehatan yang optimal,
tanpa menagabikan mutu pelayanan kepada perorangan. (Kepmenkes,
2004)
Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan kabupaten
atau kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan disatu atau sebagai wilayah kecamatan. Puskesmas sebagai
upaya pelayanan kesehatan strata pertama meliputi pelayanan kesehatan
perorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat dan kegiatan yang
dilakukan puskesmas selain dari intern sendiri tetapi juga perlu peran
serta masyarakat dalam mengembangkan kesehatan terutama
dilingkungan masyarakat yang sangat mendasar sehingga pelayanan
kesehatan dapat lebih berkembang. (Kemenkes, 2004)
B. Peran puskesmas
Peran puskesmas adalah sebagai ujung tombak dalam mewujudkan
kesehatan nasional secara komprehensif tidak sebatas aspek kuratif dan
rehabilitatif saja, seoerti dirumah sakit.
C. Fungsi
1. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat diwilayah
kerjanya
2. Membina peran serta masyarakat diwilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat diwilayah kerjanya
D. Struktur organisasi
1. Kepala puskesmas
2. Unit tata usaha
3. Data dan informasi
4. Perencana dan penilaian
5. Keuangan, umum, dan kepegawean
6. Unit laksana teknis fungsional puskesmas
7. UKM/ UKBM
8. UKP
9. Jaringan pelayanan puskesmas
10. Unit puskesmas pembantu
11. Unit puskesmas keliling
12. Unit bidan di desa atau komunitas
E. Program pokok puskesmas
Kegiatan pokok puskesmas dilaksnakan sesuai kemampuan tenaga
maupun fasilitasnya, karena kegiatan pokok disetiap puskesmas dapat
berbeda-beda. Namun demikian kegiatan pokok puskesmas yang lazim
dan yang seharusnya dilaksanakan sebagai berikut :
1. KIA (Kesejahteraan Ibu dan Anak)
2. Keluarga Berencana
3. Usaha kesehatan gizi
4. Kesehatan lingkungan
5. Pemberantasan penyakit menular
6. Imunisasi
7. Upaya pengobatan termasuk pelayanan darurat kecelakaan
8. Penyuluhan kesehatan masyarakat
9. Usaha kesehatan sekolah
10. Kesehatan olahraga
11. Perawatan kesehatan masyarakat
12. Usaha kesehatan kerja
13. Usaha kesehatan gigi dan mulut
14. Usaha kesehatan jiwa
15. Usaha kesehatan mata
16. Laboratorium
17. Kesehatan usia lanjut
18. Pembinaan pengobatan tradisional
II. IMUNISASI
A. Imunisasi dasar
1. Pengertian
Imunisasi merupakan usaha pemberian kekebalan pada bayi dan
anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh
membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu
(Hidayat, A. Aziz Alimut, 2008 ).
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan
pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit (Garry S Matondang
& Sjawitri P Siregar, dalam Ranuh, 2008).
2. Tujuan pemberian imunisasi
Tujuan pemberian imunisasi adalah :
a. Diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga
dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas
b. Dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi.
c. Menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat
(populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari 9
dunia seperti pada imunisasi cacar variola (Garry S Matondang
& Sjawitri P Siregar, dalam Ranuh, 2008).
3. Manfaat imunisasi
a. Untuk anak : mencegah penderita yang disebabkan oleh
penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian.
b. Untuk keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi
pengobatan bila anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga
apabila orang tua yakin bahwa anak akan menjalani masa kanak
- kanak yang nyaman.
c. Untuk Negara :memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan
bangsa yang kuat dan bekal untuk melanjutkan pembangunan
Negara (Atikah, 2010).
4. Macam- macam imunisasi
Imunisasi menurut Atikah (2010) terbagi menjadi 2 macam
yaitu :
a. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif merupakan pemberian bibit penyakit yang
telah dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh
berespon spesifik dan memberikan suatu ingatan terhadap
antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh dapat mengenali
dan meresponnya. Dalam imunisasi aktif, terdapat beberapa
unsur vaksin, yaitu :
1) Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan
dimatikan.
2) Pengawet, stabilisator atau antibiotik. Merupakan zat yang
digunakan agar vaksin tetap dalam keadaan lemah atau
menstabilkan antigen dan mencegah tumbuhnya mikroba.
3) Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan
kultur jaringan yang digunakan sebagai media tumbuh
antigen.
Keuntungan imunisasi aktif yaitu :
1) Pertahanan tubuh yang terbentuk akan dibawa seumur hidup
2) Murah dan efektif
3) Tidak berbahaya, reaksi yang serius jarang terjadi.
b. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (imunoglobulin),
yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang
dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan yang didapat bayi
dari ibu melalui plasenta) atau binatang (bias ular) yang
digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam
tubuh yang terinfeksi.
5. Cara pemberian imunisasi, waktu pemberian imunisasi, cara
penyimpanan imunisasi vaksin
a. Cara Pemberian Imunisasi
1. BCG 0,05 ml Disuntikkan secara
intrakutan didaerah kanan atas
(insertio musculus deltoideus)
2. DPT 0,5 ml Secara intramusculus
Vaksin Dosis
3. Polio 2 tetes Diteteskan ke mulut
Cara pemberian
4. Campak 0,5 ml Subkutan, biasanya
dilengan kiri atas
5. Hepatitis B 0,5 ml Intramuscular
pada anterolateral paha
c. Kerusakan Vaksin
Vaksin Pada suhu Dapat bertahan selama
1. Hepatitis B, DPT-HB 0-0,50C Max jam
2. DPT, DT, TT -50C-100C Max 1,5-2 jam
Vaksin
3. DPT, DPT-HB, DT Beberapa 0C diatas
sensitif beku
suhu udara luar (ambient temperatur
<340C) 14 hari
1. Polio Beberapa 0C diatas suhu udara
Vaksin 2. luar (ambient temperature <340C) 2 hari
sensitif panas 3. Campak &BCG Beberapa 0C diatas
suhu udara luar (ambient temperature
<340C) 7 jam
Tabel 2.3 Kerusakan Vaksin
6. Tempat mendapatkan pelayanan imunisasi
a. Puskesmas
b. KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
c. UKS (Usaha Kesehatan Masyarakat)
d. Posyandu
e. Balai pengobatan
f. Non Puskesmas, meliputi :
g. Rumah sakit
h. Rumah sakit bersalin atau rumah bersalin
i. Dokter praktek anak
j. Dokter umum praktek
k. Dokter spesialis kebidanan
l. Bidan praktek
m. Balai kesehatan masyarakat
7. Jenis-jenis imunisasi
a. BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) merupakan
imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
TBC yang berat, sebab terjadinya penyakit ini yang primer
ataupun ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan
imunisasi BCG. Vaksin BCG merupakan vaksin hidup yang
dibuat dari mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama
1- 3 tahun sehingga didapatkan hasil yang tidak virulen tapi
masih mempunyai imunogenitas. Vaksin BCG diberikan pada
umur <2 bulan. Namun untuk mencapai cakupan yang lebih
luas, Departemen Kesehatan menganjurkan pemberian imunisasi
BCG pada umur antara 0-12 bulan. Apabila BCG diberikan pada
umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji Mantoux
(tuberkulin) terlebih dahulu. Diberikan apabila uji tuberculin
negatif. Vaksin BCG diberikan secara intradermal 0,1 ml untuk
anak (>1 tahun), 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun.
Imunisasi BCG ulang tidak dianjurkan.
Kontra indikasi : mengidap penyakit TBC,
imunokompromais (leukimia, HIV, pengobatan steroid jangka
panjang) karena vaksin BCG adalah vaksin hidup.
b. Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis B. Kandungan
vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk cair. HbsAg ini dapat
diperoleh dari serum manusia atau dengan cara rekayasa genetik
dengan bantuan sel ragi. Hepatitis B merupakan imunisasi
pertama yang diberikan segera setelah lahir. Frekuensi
pemberian imunisasi hepatitis sebanyak tiga kali dan penguatnya
dapat diberikan pada usia 6 tahun. Imunisasi ini diberikan
melalui intramuskular.
c. DPT
Imunisasi DPT (Difteri Pertusis Tetanus) merupakan
imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
difteri, pertusis dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin
yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan
sifat racunnya, namun masih dapat merangsang pembentukan
zat anti (toksoid), biasanya diolah bersama dengan vaksin
tetanus dalam bentuk vaksin DT, atau dengan vaksin tetanus dan
pertusis dalam bentuk vaksin DPT. Vaksin difteri disebabkan
Corynebacterium diptheriae, penularannya melalui jalan nafas
atau bahan eksudat dari lesi di kulit. Vaksin tetanus tidak mudah
meluas. Penyebabnya Clostridium titani, penularannya
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Vaksin pertusis
disebabkan oleh Bordetella pertusis penularannya melalui batuk.
Vaksin DPT primer diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DPT
tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval
4-8 minggu. Interval terbaik diberikan 8 minggu. Jadi DPT-1
diberikan pada umur 2 bulan, DPT-2 diberikan pada umur 4
bulan dan DPT-3 pada umur 6 bulan. Pemberian pertama zat
anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap
vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti.
Pada pembentukan kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang
cukup. Pemberian vaksin DPT ulangan booster diberikan 1
tahun setelah DPT-3 yaitu pada umur 18-24 bulan dan DPT-5
pada saat masuk sekolah umur 5 tahun. Imunisasi DPT
diberikan melalui intramuskular.
Kontra indikasi yaitu kejang karena epilepsi, kelainan saraf,
alergi DPT. Yang menyebabkan panas adalah antigen pertusis.
d. Polio
Imunisasi polio merupakan imunisasi yang digunakan
untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat
menyebabkan kelumpuhan pada anak. Terdapat 2 jenis vaksin
dalam peredaran yang masing-masing mengandung virus polio
tipe I, II, III yaitu :
1) Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II, III yang
sudah dimatikan (vaksin Salk), cara pemberiannya dengan
penyuntikan.
2) Vaksin yang mengandung virus polio tipe I, II, III yang
masih hidup tetapi telah dilemahkan (vaksin Sabin), cara
pemberiannya melalui mulut dalam bentuk pil atau cairan.
Di Indonesia vaksin yang lazim diberikan adalah virus yang
dilemahkan (vaksin Sabin). Kedua jenis vaksin tersebut
mempunyai kebaikan dan kekurangannya. Kekebalan yang
diperoleh sama baiknya. Karena cara pemberiannya lebih
mudah melalui mulut maka lebih sering dipakai jenis Sabin.
3. Opporttunity (O)
Adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar
organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi di
masa depan
4. Threats (T)
Adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang
datang dari luar organisasi dan dapat mengancam ekstensi organisasi
dimasa depan.
Selain 4 komponen dasar ini analisa SWOT, dalam proses
menganalisanya akan perkembang menjadi sub komponen yang
berjumlah tergantung pada kondisi pada organisasi. Sebenarnya
masing-masing sub komponen adalah pengejawantahan dari masing-
masing komponen, seperti stregths mungkin mempunyai 12 sub
komponen, komponen weekness mungkin memiliki 8 sub komponen
dan seterusnya.
C. Jenis-jenis analisa SWOT
1. Model kuantitatif
Adalah sebuah asumsi dasar dari model ini, kondisi yang
berpasangan antara S dan W, serta O dan T. Kondisi berpasangan ini
terjadi karena diasumsikan dalam sebuah kekuatan bahwa selalu ada
kelemahan yang tersembunyi dan dari setiap kesempatan yang
terbuka selalu ada ancaman yang harus diwaspadai. Ini berarti setiap
satu rumusan streath harus selalu miliki satu pasangan weekness dan
setiap satu rumusan oppotunities harus memiliki satu pasangan
threath. Kemudian setelah masing-masing komponen dirumuskan
dan dipasangkan, langkah selanjutnya adalah melakukan proses
penilaian.penilaian dilakukan dengan cara memberikan score pada
masing-masing sub komponen, dimana satu sub komponen
dibandingkan dengan sub komponen yang lain dalam komponen
yang sama atau mengikuti laju vertikal. Sub komponen yang lebih
menentukan dalam jalannya organisasi diberikan score yang lebih
besar. Standar penilaian dibuat berdasarkan kesepakatan bersama
untuk mengurangi kadar subyektifitas penilaian model kualitatif.
2. Model kualitatif
Urutan-urutan dalam membuat analisa SWOT kualitatif tidak ber
beda dengan urut-urutan kuantitatif perbedaan besar di antara
keduanya adalah pada saat pembuatan subkomponen dari masing-
masing komponen. Apabila pada model kuantitafif setiap
subkomponen S memiliki pasangan subkomponen W, dan satu
subkomponen O memiliki pasangan satu komponen T, maka dalam
model kulaitatif hal ini tidak terjadi. Selain itu subkomponen pada
masing-masing komponen (SWOT) berdiri bebas dan tidak memiliki
hubungan satu sama lain. Ini berarti model kualitatif tidak dapat di
buat diagram cartesian, karena mungkin saja misalnya subkomponen
S ada sebanyak 10 buah sementara subkomponen W hanya 6 buah.
Keterangan :
a. Kuadran I (positif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan
berpeluang, Rekomendasistrategi yang diberikan adalah Progresif,
artinya organisasi dalam kondisi primadan mantap sehingga sangat
dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi,memperbesar
pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.
b. Kuadran II (positif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun
menghadapi tantanganyang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan
adalah Diversifikasi Strategi,artinya organisasi dalam kondisi mantap
namun menghadapi sejumlah tantanganberat sehingga diperkirakan roda
organisasi akan mengalami kesulitan untuk terusberputar bila hanya
bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya, organisasidisarankan
untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.
c. Kuadran III (negatif, positif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat
berpeluang.Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi,
artinya organisasidisarankan untuk mengubah strategi sebelumnya.
Sebab, strategi yang lamadikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap
peluang yang ada sekaligusmemperbaiki kinerja organisasi.
d. Kuadran IV (negatif, negatif)
Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan
menghadapi tantanganbesar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah
Strategi Bertahan, artinyakondisi internal organisasi berada pada pilihan
dilematis. Oleh karenanyaorganisasi disarankan untuk meenggunakan
strategi bertahan, mengendalikankinerja internal agar tidak semakin
terperosok. Strategi ini dipertahankan sambilterus berupaya membenahi
diri.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. TUJUAN
Menjadikan UPT Puskesmas Adipala I lebih bermutu dan berkualitas
dalam bidang pelayanan rawat jalan.
B. VISI
Mewujudkan masyarakat Adipala yang sehat.
C. MISI
1. Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal, promotif, preventif,
kuratif dan rehibilitatif
2. Menggerakan dan memberdayakan masyarakat dalam rangka
meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Menumbuhkan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat dalam bentuk kelembagaan kesehatan formal dan
informal.
4. Meningkatkan ketrampilan dan kompetensi dari setiap petugas agar
profesional, bertanggung jawab dan berdedikasi tinggi.
D. MODEL KUALITATIF
1. Strength (kekuatan)
a. Sumber daya
Adanya pegawai petugas kesehatan yang terlatih di puskesmas
adipala 1 ada 2 petugas kesehatan (bidan)
b. Pembiayaan di puskesmas lebih efektif dan memudahkan pasien
karena adanya sistem pembiayaan bpjs, jamkesmas atau KIS.
c. Memiliki gedung induk dan prasarana yang lengkap (alat-alat
kesehatan)
d. Masyarakat aktif dalam mengikuti kegiatan imunisasi yang di
laksanakan
e. Lokasi puskesmas berada didekat jalan raya dengan keramaian
warga setempat.
f. Memiliki kader-kader kesehatan diposyandu sehingga bisa
membantu puskesmas dalam melaksanakan program imunisasi
g. Adanya program rujukan dari puskesmas
h. Tingginya kesadaran masyarakat untuk melakukan imunisasi pada
anaknya, mengingat pentingnya imunisasi.
i. Setiap bulan program imunisasi selalu memenuhi target.
2. Weakness (kelemahan)
a. Ruangan pada imunisasi yang kurang nyaman untuk melakukan
tindakan pelayanan kesehatan sehingga kurang efektif.
b. Sebagian petugas motivasi kerja masih kurang dan kedisiplinan
rendah.
c. Petugas yang tidak stand by di ruangan sehingga masyarakat harus
menunggu
3. Opportunity (peluang)
a. Kerja sama dengan pihak luar untuk pemasukan obat
b. Adanya kesadaraan masyarakat untuk menggunakan jaminan
kesehatan
c. Dengan sumber daya manusia yang ada dapat mengoptimalkan
program yang ada
d. Adanya program Pekan Imunisasi Nasional (PIN) 2016
e. Tenaga kesehatan di puskesmas merupakan tenaga yang terlatih
dengan pendidikan minimal diploma.
4. Treath (ancaman)
a. Adanya tuntutan pelayanan yang tinggi dari masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih profesional
b. Banyak pesaing seperti klinik – klinik, pelayanan kesehatan, atau
bidan yang sudah praaktek mandiri yang menyediakan program
imunisasi sehingga menyebabkan masyrakat jarang untuk ke
puskesmas.
E. Pendekatan kuantitatif
Keterangan Bobot Skor Jumlah
S:
a. Sumber daya, adanya pegawai 0,2 2 0,4
petugas kesehatan yang terlatih
di puskesmas Adipala I ada 2
petugas kesehatan (bidan)
b. Adanya biaya di puskesmas 0,4 2 0,8
lebih murah dengan sebagai
menggunakan bpjs, maupun
jamkesmas lainya.
c. Memiliki gedung induk dan 0,3 1 0,3
prasarana yang lengkap (alat-
alat kesehatan)
d. Masyarakat aktif dalam 0,5 3 0,15
mengikuti kegiatan imunisasi
yang di laksanakan
e. Lokasi puskesmas berada 0,6 3 0,18
didekat jalan raya dengan
keramaian warga setempat.
f. Memiliki kader-kader kesehatan 0,3 2 0,6
diposyandu sehingga bisa
membantu puskesmas dalam
melaksanakan program
imunisasi
g. Adanya program rujukan dari 0,6 3 0,18
puskesmas
h. Tingginya kesadaran 0,4 2 0,8
masyarakat untuk melakukan
imunisasi pada anaknya,
mengingat pentingnya
imunisasi.
i. Setiap bulan program imunisasi 0,4 2 0,8
selalu memenuhi target.
Jumlah 3,7 20 4,21
W:
a. Ruangan pada imunisasi yang 0,2 2 0,4
kurang nyaman untuk
melakukan tindakan pelayanan
kesehatan sehingga kurang
efektif.
b. Sebagian petugas motivasi kerja 0,4 3 0,12
masih kurang dan kedisiplinan
rendah.
c. Adanya petugas yang tidak stay 0,3 2 0,6
bye di ruangan sehingga
masyrakat harus menunggu
Jumlah 0,9 7 1,12
3,09
T O
0,56