Anda di halaman 1dari 7

Necrotizing Meningoencephalitis Pada Anjing

Canine Necrotizing Meningoencephalitis

Ni Made Dwi Adnyana Pertiwi/1509005096

Pendahuluan

Meningoencephalitis adalah peradangan otak dan meningen, nama lainnya yaitu


cerebromeningitis, encephalomeningitis, meningocerebritis. Meningitis dan encephalitis
pada banyak kasus atas dasar klinik keduanya sering bersamaan alasannya selama
meningitis bakteri, mediator radang dan toksin dihasilkan dalam sel subaraknoid
menyebar ke dalam parenkim otak dan menyebabkan respon radang jaringan otak. Pada
encephalitis reaksi radang mencapai cairan serebrospinal (CSS) dan menimbulkan gejala-
gejala iritasi meningeal di samping gejala-gejala yang berhubungan dengan encephalitis
dan pada beberapa agen etiologi dapat menyerang meninges maupun otak.

Necrotizing menigoencephalitis adalah penyakit radang sporadis, fatal, dan inflamasi


dari sistem saraf pusat (SSP) yang kebanyakan menyerang hewan kecil khususnya anjing
jenis kecil (Cooper et.al ,2014) diantaranya Terrier, Maltase, Peking dan Yorkshire dan
kondisi ini terkena dampaknya di Jepang, Swiss dan Amerika Serikat. Penyakit ini
tampak mirimp dengan meningoencephalitis granulomatosa (GME) namun jalur klinis,
presentasi klinis, penampilan mikroskopis yang berbeda pada nekropsi dan
mempengaruhi keturunan yang berbeda. Perjalanan klinis dari necrotizing
meningoencephalitis biasanya sangat cepat saat onset dengan perkembangan dalam 2
sampai 3 bulan meskipun pengobatan agresif.

Etiologi

Penyebab necrotizing meningoencephalitis tidak diketahui. Ini mungkin merupakan


penyakit autoimun meskipun partisipasi virus atau penyebab terkait obat mungkin
dilakukan. (Anonim, 2015)

Patogenesis

Pada Necrotizing Meningoencephalitis anjing meliputi faktor predisposisi yang


umum, spesifik yang tidak ada diketahui, patofisiologi meliputi perubahan patologis

1
biasanya asimetris pada parenkim serebral dan meninges dan infiltrasi non supuratif sel,
keparahan pada Necrotizing Meningoencephalitis keparahan bisa akut dan progresif
dalam beberapa minggu dijelaskan sebagai fatal karena kompromi neurologis progresif
dan selalu memerlukan euthanasia. (Alexander de Lahunta, 2017)

Tanda Klinis

Bagian otak paling sering terkena adalah otak depan Tanda khas pada necrotizing
meningoencephalitis adalah kejang parah, kebutaan, kesadaran, tertekan, ataksia (sulit
berjalan atau gaya berjalan yang tidak terkoordinasi) dan perubahan perilaku. Kekakuan
serviks, nyeri leher, demam disebabkan oleh peradangan pada meningen. Kadang-kadang
anjing mengalami kemiringan kepala, jatuh, berguling, tuli, kelumpuhan wajah, kesulitan
menelan merupakan tanda-tanda vestibuloauditori. Kelemahan di keempat anggota badan
dan ketidakmampuan untuk berjalan di keempat tungkai mencerminkan keterlibatan
batang otak. (Park, Hee-Myung, 2011)

Diagnosis

Diagnosis necrotizing meningoencephalitis memerlukan pemeriksaan histopatologis


jaringan sistem saraf pusat yang terkena yang jarang dilakukan pada anjing hidup.
Diagnosis dugaan necrotizing meningoencephalitis dapat dilakukan dengan data sinyal (
umur, jenis kelamin dan perkembangan hewan), onset dan perkembangan penyakit, tanda
klinis, neuro imaging dan analisis cairan tulang belakang dan disertakan dengan
melakukan pemeriksaan fisik dan neurologis lengkap dan ditambahkan dengan lima tes
diantaranya :

1. Hitung Darah Lengkap


2. Analisis Kimia Serum
3. Urinalisis

Bergantung pada tes diatas hasil tes individual di atas, tes lainnya mungkin diperlukan
dan dapat mencakup :

4. Neuroimaging (CT, MRI atau Ultrasonograph)


Modalitas ini terbukti cukup akurat dalam mendiagnosis necrotizing
meningoencephalitis. Pencitraan MR pada otak anjing dilakukan anastesi umum
menggunakan 1,5 Tesla Sigma LX Scanner (GE Medical System, Waukesha, WI)

2
dan 0,4 Tesla Resonex 5000 Scanner (Resonex Inc, Sunnyvale, CA) masing-
masing. Gambar melintang 3 mm yang bersebelahan dihasilkan dengan rangkaian
pulsa berputar putar T1 weighted, T2 wighted dan rangkaian pelepasan inversi
redaman cairan transversal T1W tambahan diperoleh setelah pemberian meda
kontras intravena (Higgin et.al, 2008)

(gambar MRI dari Necrotizing Meningoencephalitis. The patient’s right is to the left of
each image. Transverse images at the level of the thalamus include T2W (A), precontrast
T1W (B), and postcontrast T1W (C) images. There is a mass effect in the right cerebral
hemisphere compressing the right lateral ventricle. The ill-defined lesion in the right
cerebral hemisphere, which is hyperintense on T2W (A) and iso- or hypointense on
precontrast T1W (B). After contrast administration (C), there is mild contrast
enhancement of the cerebral parenchyma (white arrowhead) and leptomeninges (black
arrowhead). Sumber : Copper et.al, 2014

5. Cerebrospinal Fluid (CSF)

3
tap memiliki komponen inflamasi dengan peningkatan protein walaupun hasil ini
dapat dengan mudah dipengaruhi oleh stadium penyakit, tingkat keprahan
penyakit dan pemberian obat. Sampel CSF diperoleh dari tisu atlanto-oksipital
kemudian dianalisis dalam 30 menit pengumpulan untuk penampilan kotor,
tingkat protein total dan total darah merah (RBC) , total (TNCC) dan diferensial
(DNCC) jumlah sel nukleasi dan oleh kultur aerobic pada Sheep Blood Agar.
Evaluasi sitology setelah sitoseptrifugasi dilakukan baik pada 100 sel nukleasi
atau pada semua sel jika kurang dari 100 sel pulih dengan Wright’s Strain. (Higgin
et.al, 2008)

6. Elektroencephalogram (EEG)
Bakteri dan virus CSF biasanya akan menyingkirkan penyebab encephalitides
lainnya.

7. Tes Serologi Darah akan membantu menyingkirkan penyebab infeksi


encephalitides.

(gambaran genome pada penyakit Necrotizing Meningoencephalitis)


Sumber : Barber, R. M. et.al . 2017.

4
8. Temuan histopatologi
Pada nekropsi sampel otak dari anjing dicelupkan ke dalam formalin buffering
10% netral dan selanjutnya secara rutin disematkan pada paraffin kemudian
dipotong 5mm dan diwarnai dengan Hematoxylin dan Eosin (HE) untuk evaluasi.
(Higgin et.al, 2008). Pada pemeriksaan dibawah mikroskop terlihat meliputi
leptomeningitis berat dan tidak supuratif dan nekrosis luas, multifocal, sering
kavitasi pada otak abu-abu dan putih dengan adanya peradangan. ((Park, Hee-
Myung, 2011)

(gambar histopatologi NME. (A–C) Gross appearance of the brain of Dog)


Sumber : Copper et.al, 2014

Penanganan

Pengobatan adalah untuk memberikan perawatan suportif dan menghilangkan


gejala. Antikonvulsan seperti fenobarbital dapat diberikan untuk mengobati kejang.
Kortikosteroid seperti deksametason atau prenison digunakan untuk menstimulasi
tubuh d./an mencegah penghancuran lebih lanjut parenkim otak yang disebabkan oleh

5
penyakit necrotizing meningoencephalitis. Perawatan suportif termasuk istirahat,
nutrisi dan cairan memungkinkan hewan melawan peradangan. Jika anjing tidak dapat
mentolelir obat-obatan, makanan atau cairan maka dapat dilakukan dengan intravena.
(Anonim, 2015)

Cyclosporine, oligopeptida siklik yang mampu menghambat transkriptasi gen


sitokin pada sel T yang teraktivasi tidak juga neprhrotoxic atau hepatotoksik pada
anjing kecuali konsentrasi darah tinggi (lebih dari 3000 ng/ml) dipertahankan. Tidak
ada efek samping utama yang terkait dengan pemberian siklosporin jangka panjang
kecuali perubahan dermatologis ringan dan limfopenia sementara. Karena terapi
kombinasi siklosporin dapat mengurangi dosis prednisoloson pengobatan, efek
samping utama prednisolone lebih berkurang daripada prednisolone dosis tinggi. Bila
terapi kombinasi digunakan steroid dapat memperbaiki tanda klinis pada awalnya dan
efeknya yang berkepanjangan sampai siklosporin memberikan efeknya. Kombinasi
perlakuan prednisolone dengan siklosporin lebih efektif dalam waktu bertahan. (Park,
Hee-Myung, 2011)

6
Daftar Pustaka

Hee-Myung, Park, DVM, PhD. 2011. Necrotizing Meningoncephalitis (NME) in Cats and
Dogs : Updates on Long-Term Management. Collage of Veterinary Medicine : South Korea.

Cooper, J.J. et.al 2014. Necrotizing Meningoencephalitis in Atypical Dog Breeds : A Case
Series and Literature Review. Departement of Small Animal Clinical Sciences : Texas A&M
University.

Higgins, R. J. et.al 2008. Necrotizing Meningoencephalitis in Five Chihuahua Dogs.


Departement of Pathology, Microbiology and Immunology : University of California Davis

Barber, R. M. et.al . 2017. Identification of Risk Loci For Necrotizing Meningoencephalitis


in Pug Dog. Departement of Infectious College of Veterinary : University of Georgia.

Zuzuki, Mari et.al . 2003. A Comparative Pathological Study on Canine Necrotizing


Meningoencephalitis and Granulomatous Meningoencephalitis. Departement of Veterinary
Pathology : The University of Tokyo

Anda mungkin juga menyukai