Anda di halaman 1dari 6

A.

Definisi
Sepsis adalah kondisi infeksi yang sangat berat, bisa menyebabkan organ-organ
tubuh gagal berfungsi dan berujung pada kematian (Dian, 2014). Sepsis neonatorum
adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi selama empat minggu pertama
kehidupan. Insiden sepsis bervariasi yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran
hidup (Bobak, 2005).

B. Etiologi
Organisme penyebab sepsis primer berbeda dengan sepsis nosokomial (Sari Pediatri, 2009),
adalah:
1) Sepsis primer biasanya disebabkan: Streptokokus Grup B (GBS), kuman usus Gram negatif,
terutamaEscherisia coli, Listeria monocytogenes, Stafilokokus, Streptokokus lainnya (termasuk
Enterokokus), kuman anaerob, dan Haemophilus influenzae.
2) Sepsis nosokomial adalah Stafilokokus (terutama Staphylococcus epidermidis), kuman Gram
negatif (Pseudomonas, Klebsiella, Serratia, dan Proteus), dan jamur.

C. Faktor Risiko untuk Terjadinya Sepsis Neonatal ialah(Sari Pediatri, 2009):


1. Prematuritas dan berat lahir rendah
2. Ketuban pecah dini (>18 jam),
3. Ibu demam pada masa peripartum atau ibu dengan infeksi,
4. Cairan ketuban hijau keruh dan berbau,
5. Prosedur invasif,
6. Tindakan pemasangan alat misalnya kateter, infus, pipa endotrakheal,
7. Bayi dengan galaktosemi,

D. Manifestasi klinik
Bayi yang diduga menderita sepsis bila terdapat gejala(Sari Pediatri, 2009):
1) Letargi, iritabel,
2) Tampak sakit,
3) Kulit berubah warna keabu-abuan, gangguan perfusi, sianosis, pucat, kulit bintik-bintik tidak
rata, petekie, ruam, sklerema atau ikterik,
4) Suhu tidak stabil demam atau hipotermi,
5) Perubahan metabolik hipoglikemi atau hiperglikemi, asidosis metabolik,
6) Gejala gangguan kardiopulmonal gangguan pernapasan (merintih, napas cuping hidung, retraksi,
takipnu),
7) Gejala gastrointestinal: toleransi minum yang buruk, muntah, diare, kembung dengan atau tanpa
adanyabowel loop.

E. Patofisiologi
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan endotoksin oleh
bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan ambilan dan penggunaan
oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan metabolik yang progresif. Pada sepsis
yang tiba-tiba dan berat, menimbulkan banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah
penurunan perfusi jaringan, asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated
intravaskuler coagulation (DIC) dan kematian.
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa
cara (Surasmi, 2003), yaitu :
1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati
plasenta dan umpilikus masuk kedalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Kuman
penyebab infeksi adalah kuman yang dapat menembus plasenta,antara lain virus rubella, herpes,
situmegalo, koksari, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara
lain malaria, sifilis, dan toksoplasma.
2. Pada masa intranatal atau saat pesalinan. Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada
pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya, terjadi amnionitis dan
korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat
persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk ke
tyraktus digestivus dan trakus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi tersebut.
Selain melalui cara tersebut diaras infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de
entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (misalnya herpes
genitalis, candida albika, dan n.gonnorea).
3. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya
terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misalnya melalui alat-alat:
penghisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat
atau profesi lain yang ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi
nosokomial.Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilikus.
sumber: Zaenal A.Asuhan Keperawatan Sepsis Neonatorum 2005.

F. Komplikasi
Komplikasi bervariasi berdasarkan etiologi yang mendasari. Potensi komplikasi yang mungkin
terjadi meliputi (Sari, 2009):
1. Hipoglikemia, hiperglikemia, asidosis metabolik, dan jaundice
Bayi memiliki kebutuhan glukosa meningkat sebagai akibat dari keadaan septik. Bayi mungkin
juga kurang gizi sebagai akibat dari asupan energi yang berkurang. Asidosis metabolik
disebabkan oleh konversi ke metabolisme anaerobik dengan produksi asam laktat, selain itu
ketika bayi mengalami hipotermia atau tidak disimpan dalam lingkungan termal netral, upaya
untuk mengatur suhu tubuh dapat menyebabkan asidosis metabolik.
2. Dehidrasi
Kekuarangan cairan terjadi dikarenakan asupan cairan pada bayi yang kurang, tidak mau
menyusu, dan terjadinya hipertermia..
3. Hiperbilirubinemia dan anemia
Hiperbilirubinemia berhubungan dengan penumpukan bilirubin yang berlebihan pada jaringan.
Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel darah merah yang sudah tua, ini merupakan
proses normal. Bilirubin merupakan zat hasil pemecahan hemoglobin (protein sel darah merah
yang memungkinkan darah mengakut oksigen).
4. Meningitis
Infeksi sepsis dapat menyebar ke meningies (selaput-selaput otak) melalui aliran darah.

G. Pemeriksaan Sepsis
1) Pemeriksaan laboratorium
a. Hematologi
b. Biakan darah atau cairan tubuh lainnya (cairan serebrospinalis) serta uji resistensi,
c. Bila ada indikasi, dapat dilakukan biakan tinja dan urin.
d. Pemeriksaan apusan Gram dari bahan darah maupun cairan liquor, serta urin.
e. Lain-lain misalnya bilirubin, gula darah, dan elektrolit (natrium, kalium).
2) Pemeriksaan Radiologi
3) Pemeriksaan Penunjang Lain
Pemeriksaan plasenta dan selaput janin dapat menunjukkan adanya korioamnionitis, yang
merupakan potensi terjadinya infeksi pada neonatus.
(Sari Pediatri, 2009

H. Pencegahan
Tindakan yang dapat dilakukan (Surasmi, 2003) adalah :
1. Pada masa antenatal. Pada masa antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara
bekala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu,asupan gizi yang
memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin,
rujukan segera ke tempat pelayanan yang memadai bila diperlukan.
2. Pada saat persalinan. Perawatan ibu selama persdalinan dilakukan secara aseptik, dalam arti
persalinan piperlakukan sebagai tindakan operasi. Tindakan intervensi pada ibu dan bayi
seminimal mungkindilakukan (bila benar-benar diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin
yang baik selama proses persalinan, melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan, dan
menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir.
3. Sesudah persalinan. Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi
normal,pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan peralatan tetap bersih, setiap
bayi menggunakan peralatan sendiri.

I. Penatalaksanaan
1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v (dibagi 2
dosis untuk neonatus umur <> 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin
2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan
3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas
darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah dan
CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.
5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap
abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan
dosis 30-40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas
indikasi khusus).
6. Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian antibiotika
10-14 hari.
(Sari Pediatri, 2009)
J. Asuhan keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan melalui anamnesis untuk mendapatkan data, yang perlu dikaji adalah
identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
Pada pemeriksaan fisik data yang akan ditemukan meliputi letargi (khususnya setelah 24
jam petama), tidak mau minum atau refleks mengisap lemah, regurgitasi, peka rangsang, pucat,
berat badan berkurang melebihi penurunan berat badan secara fisiologis, hipertermi/hipotermi,
tampak ikterus.

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul


a. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan apnea
b. Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
c. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi atau inflamasi
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan sekunder akibat demam
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemi
f. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan Intoleran terhadap makanan/minuman.

3. Rencana Asuhan Keperawatan


a. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan apnea
Intervensi dan Rasional:
INTERVENSI RASIONAL
1. Posisikan pasien semi powler Posisi semi powler dapat memaksimalkan
ventilasi
2.. Auskultasi suara napas, catat adanya
suara napas tambahan Suara napas tambahan dapat menjadi sebagai
tanda jalan napas yang tidak adekuat
3. Monitor respirasi dan status O2,TTV Pada sepsis terjadinya gangguan respirasi dan
status O2 sering ditemukan yang menyebabkan
TTV tidak dalam rentan normal
4. Berikan pelembab udara kasa basah Mengurangi jumlah lokasi yang dapat menjadi
Nacl lembab tempat masuk organisme

b. Infeksi berhubungan dengan prosedur invasif


Intervensi dan Rasional:
INTERVENSI RASIONAL
1. Berikan isolasi atau pantau pengunjung Isolasi/pembatasan pengunjung dibutuhkan untuk
sesuai indikasi melindungi pasien imunosupresi dan mengurangi
risiki kemungkinan infeksi
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah Menugrangi kontaminasi silang
melakukan aktivitas walaupun
menggunakan sarung tangan steril
3. Dorong sering menggati posisi, napas Bersihan paru yang baik mencegah pneumonia
dalam/batuk

4. Batasi penggunaan alat/prosedur Mengurangi jumlah lokasi yang dapat menjadi


invasif jika memungkinkan tempat masuk organisme

c. Hipertermia berhubungan dengan kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi atau inflamasi
Intervensi dan Rasional:
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitoring tanda-tanda vital setiap Perubahan tanda-tanda vital yang signifikan
dua jam dan pantau warna kulit akan mempengaruhi proses regulasi ataupun
metabolisme dalam tubuh.
2. Observasi adanya kejang dan Hipertermi sangat potensial untuk
dehidrasi menyebabkan kejang yang akan semakin
memperburuk kondisi pasien serta dapat
menyebabkan pasien kehilangan banyak
cairan secara evaporasi yang tidak diketahui
jumlahnya dan dapat menyebabkan pasien
masuk ke dalam kondisi dehidrasi.
3. Berikan kompres denga air hangat Kompres pada aksila, leher dan lipatan paha
pada aksila, leher dan lipatan paha, terdapat pembuluh-pembuluh dasar besar
hindari penggunaan alcohol untuk yang akan membantu menurunkan demam.
kompres. Penggunaan alcohol tidak dilakukan karena
akan menyebabkan penurunan dan

Daftar pustaka

NANDA. 2012. Aplikasi Asuhan Keperawatan NANDA NIC-NOC. Media ihardy:Yogyakarta


Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan dan Penyulit Pada Neonatus. Penerbit Buku
Kesehatan: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai