Anda di halaman 1dari 53

BAB IV

ANALISA PERANCANGAN

Dalam merancang, bangunan yang dirancang harus memperhatikan tapak,


lingkungan, dan manusia. Dalam hal tapak khususnya, analisis yang baik akan
memberikan konsep dasar sebuah perancangan arsitektur

4.1 Analisa Site


4.1.1 Analisa Kelayakan
Kabupaten Manggarai merupakan salah satu Kabupaten dengan jumlah
masyarakat yang cukup banyak yang tentunya memiliki kebutuhan yang
beragam jenisnya. Begitu pula dengan tempat untuk menyalurkan berbagai
hasil usaha masyarakat Kecamatan Wae Ri’i dan sekitarnya bahkan
masyarakat diluar dari Kabupaten Manggarai. Hal ini dapat dilihat dari
bertambahnya jumlah penduduk, fasilitas perdagangan yang mulai
berkembang, khususnya Kabupaten Manggarai, baru memiliki dua pasar
tradisional yaitu Pasar Kota dan Pasar Puni, keduanya berada di kota
Ruteng. Sedangkan di Kecamatan Wae Ri’i belum memiliki pasar
tradisional sendiri, masyarakat sekitar hanya memanfaatkan tenda-tenda
darurat disekitar terminal sebagai tempat untuk membeli beberapa
kebutuhan mereka seperti sayur, ikan, dll.

Namun tempat tersebut kurang layak dari sisi kapasitas pelayanannya.


Dengan melihat potensi-potensi diatas maka dengan menghadirkan sebuah
wadah yang nyaman dan higenis dalam bentuk sebuah “Pasar tradisional”
dapat menampung berbagai kebutuhan diatas dan sekaligus dapat menjadi
aset bagi pemerintah Kabupaten Manggarai dimasa yang akan datang.
Untuk itu Kabupaten Manggarai khususnya kelurahan Carep layak untuk
memiliki sebuah fasilitas pasar yang baik.

1
Gambar 4.1 Kondisi Lokasi Perancangan
(Sumber: Hasil olahan penulis 2014)

4.1.2 Latar Belakang Pemilihan Lokasi


Pemilihan site yang sesuai sangat penting, karena untuk mendukung dan
memperlancar sarana serta aktifitas dari fungsi bangunan atau kawasan
tersebut. Adapun latar belakang pemilihan site/tapak sebagai lokasi
perancangan ini adalah sebagai berikut:
a. Terletak pada lahan, dengan tata guna sebagai area perdagangan dan
terletak diantara area pemukiman masyarakat.
b. Dekat dengan terminal transportasi darat (Terminal Carep), sehingga:
- lingkup pelayanan pasar juga dapat melayani seluruh daerah di
Kabupaten Manggarai.
- dapat mempermudah alur distribusi konsumen maupun komoditi
barang.
c. Memiliki kelengkapan fasilitas umum lingkungan seperti jaringan
listrik, jaringan komunikasi, jaringan air bersih, jaringan jalan dan
jaringan drainase.
d. Terdapat transportasi umum serta mudah dijangkau
e. Lokasi perancangan merupakan lokasi yang ramai
Lokasi tapak yang dipilih untuk obyek, terletak di Kec. Wae Ri’i Kab.
LOKASI
Manggarai. Lokasi ini terletak pada kawasan pemukiman.
Jalan Kolektor Jalan Kolektor

Jalan Utama Jalan Utama

TERMINAL
Gambar 4.3 lokasi perencanaan pasar tradisional
(Sumber: Hasil olahan penulis)

4.1.3 Analisa Topografi

Site perencanaan kawasan pasar ini keadaan topografinya sedikit


miring, dengan tingkat kemiringan mencapai ± 3m. Penganalisaan
topografi sangat diperlukan karena akan besar pengaruhya didalam
penataan struktur dan konstruksi yang digunakan, sirkulasi pada site,
penempatan sarana utilitas lingkungan terutama air kotor.

Gambar 4.4 Analisa Topografi Site


(Sumber: Hasil olahan penulis)
Penyelesain kontur yang tepat adalah melalui 3 (tiga) kriteria, dapat dilihat
pada tabel 4.1 berikut.

3
Tabel 4.1 Alternatif penyelesaian kontur

Alternatif Kerugian keuntungan

Alternatif 1.  Banyak daerah genangan  Terkesan tampak lebih


Membiarkan kontur air dimusim hujan alami dan kreatif
yang ada tampak  Susah mendapatkan  Tidak membutuhkan
alami fasilitas karena biaya perawatan
disesuaikan dengan kontur  Tidak membutuhkan
tenaga ekstra dalam
pengerjaan

Alternatif 2.  Butuh biaya  Tapak mudah ditata


Melakukan cut and  Butuh penataan ulang berdasarkan rencana
fill terhadap kontur yang ada yang ada
 Butuh tenaga  Mudah dikontrol
 Merusak kealamian tapak  Kemungkinan adanya
penyesuaian dalam
merencanakan dan
penempatan massa
Alternatif 3.  Butuh biaya  Tapak mudah ditata
Meratakan dengan  Butuh penataan ulang  Tapak mudah
tanah dari luar terhadap kontur yang ada dikontrol
 Butuh tenaga  Kemungkinan adanya
penyesuaian dalam
merencanakan dan
menempatkan
bangunan
 Tidak banyak
merubah kontur
Sumber: Hasil olahan penulis, 2014

Berdasarkan tabel 4.1 diatas, maka penetapan alternatif dalam penataan


topografi dalam site perancangan pasar adalah alternatif ketiga, dengan
alasan :
Mempermudah pemilihan bentuk massa bangunan dan struktur yang
disesuaikan dengan kondisi kontur.

4.1.4 Analisa Vegetasi

4
Gambar 4.5Vegetasi yang terdapat dalam lokasi perencanaan
(Sumber: Hasil olahan penulis)

Melihat situasi dan kondisi pada daerah perencanaan khususnya akan


kondisi vegetasi yang ada maka dibuat 2 (dua) alternatif, yaitu sebagai
berikut:
Tabel 4.2 Alternatif Vegetasi

No. Alternatif Keuntungan Kerugian

1 Vegetasi yang ada  Hemat biaya  Tapak tidak nampak


dibiarkan alamiah  Tidak ada penataan nilai estetikanya
(biarkan seperti aslinya)  Tapak terlihat tidak
teratur
 Tapak tidak memiliki
orientasi yang jelas
2 Menggunakan jenis  Menampilkan  Butuh biaya.
vegetasi yang sesuai kesan memiliki  Membutuhkan
dengan fungsinya nilai estetika yang perawatan yang baik.
masing-masing dan tinggi.  Butuh ahli dalam
menata dengan baik.  Tapak nampak pertamanan.
lebih teratur
 Adanya keserasian
dalam tapak.
Sumber: Hasil olahan penulis, 2014

Berdasarkan alternatif pemilihan vegetasi, maka yang menjadi pokok


penyelesaian vegetasi adalah alternatif 2 (dua). Adapun jenis vegetasi yang
digunakan sesuai fungsinya, adalah:
a) Jenis tanaman penutup tanah
Jenis rumput gajah, rumput japan, pakis dan paku, dll
b) Jenis tanaman penghias
Jenis Pokok serai (Cymbopogen citrates), bayam merah (Amaranthus
gangticus), teratai, bakung, melati, mawar, dll
c) Jenis tanaman peneduh
Jenis evergreen, palem, dll

5
d) Jenis tanaman pengarah
Jenis pohon palem, bonsai, lontar, dll

Tabel 4.3 Penetapan vegetasi pada site perancangan

Jenis Contoh
No. Fungsi Contoh Gambar Letak
Vegetasi Tumbuhan
1 Tanaman  Sebagai Rumput Ditempatkan
penutup penutup japan taman dan
tanah tanah untuk area site
taman yang
 Mengurangi diperlukan.
hawa panas

2 Tanaman  Tanaman Pokok serai Ditempatkan


penghias penghias (Cymbopog sesuai
taman en citrates) penataan
 Menyerap sirkulasi.
kebisingan

3 Tanaman  Sebagai Tanaman Ditempatkan


peneduh peneduh evergreen pada area
 Sebagai & palem taman, area
pembatas parkiran dan
 Sebagai area depan
penyaring site guna
debu mengurangi
 Mengurangi kebisingan.
kebisingan
4 Tanaman 1. Sebagai Pohon Ditempatkan
Pengarah pengarah palem pada area
jalan dalam sirkulasi
tapak ME.
2. Sebagai filter
lingkungan

Sumber: Hasil olahan penulis, 2014

4.1.5 Analisa Orientasi


Analisa ini dilakukan untuk mengetahui arah orientasi bangunan dalam
tapak terhadap penyelesaian teknisnya maupun unsur arsitekturalnya,

6
seperti tata letak masa bangunan, maupun tampilan dan bentuk dari
bangunan itu sendiri dan yang utama adalah memberikan identitas pada
masa bangunan yang direncanakan.

Alternatif 1:
Arah orientasi tapak menghadap ke jalan lokal sekunder dengan
pertimbangan jalan lokal sekuder memiliki arus lalulintas rendah namun
jalan ini tidak dilalui aleh kendaraan umum.

Alternatif 2:
Arah orientasi tapak menghadap ke jalan kolektor sekunder dengan
MENUJU ketapak
dasar pertimbangan pencapaian JALAN mudah,
UTAMApengenalan terhadap
tapak dan identitas
Gambartapak jelas, memiliki
4.6 Alternatif lingkup
1, pemilihan pelayanan
orientasi tapak yang luas
Gambar 4.6 Alternatif 1, pemilihan orientasi tapak
karna jalan tersebut juga merupakan
(Sumber:
(Sumber: Hasil jalan
Hasil olahan
olahan utama kendaraan umum
penulis)
penulis)
menuju kota ruteng juga menghubungkan langsung dengan area
terminal penumpang.
MENUJU JALAN
LINGKUNGAN

Gambar 5.17 alternatif 2 pemilihan orientasi tapak


Sumber: Hasil analisa 2013
7

Gambar
Gambar 4.7Alternatif
4.7Alternatif 2,
2, pemilihan
pemilihan orientasi
orientasi tapak
tapak
Ruas jalan tersebut memiliki kepadatan lalu lintas dengan tingkat
kepadatan yang rendah dan sistem arus lalu lintas 2 arah, dilalui oleh
kendaraan umum, sehingga sangat memudahkan akses ke lokasi
perencanaan.
Keputusan pemilihan orientasi bangunan dalam tapak
Dipakai alternatif yang kedu, dengan alasan :
 Dapat memberikan identitas terhadap tapak, dan bangunan
 Orientasi dan pencapaian dalam bangunan jelas
 Mudah dicapai dan memiliki lingkup pelayanan yang luas

4.2 Analisa Pengolahan Site


4.2.1 Analisa Pencapaian
Pencapaian ke site pada umumnya menggunakan kendaraan
pribadi, kendaraan umum maupun berjalan kaki. Maka perlu dilakukan
analisa Penentuan Main Entrance (ME), Side Entrance (SE) dan Service
Entrance dalam tapak. Analisa pencapaian tapak dapat dilakukan untuk
mengetahui pemilihan pencapaian tapak yang terbaik dalam hal ini yang
dapat meminimalkan terjadinya tumpang tindih sirkulasi atau crossing
pada penentuan site entrance dan main entrance.
Dasar pertimbangan pencapaian

 Berada pada jalur sirkulasi utama


 Mudah dalam pencapaian dari dan ke lokasi
perencanaan
 Tidak mengganggu sirkulasi (crossing)

Ada beberapa pola pencapaian yaitu :


1. Pola pencapaian melingkar
Pencapaian berputar Digunakan untuk
mempertegas bentuk tiga dimensi
suatu bangunan sewaktu bergerak

8
mengelilingi tepian bangunan.

2. Pencapaian Tersamar
Pencapaian yang dapat diubah arah
satunya atau beberapa kali untuk
menghambat atau memperpanjang
urutan sehingga apa yang ada didalam
tapak terlihat dengan jelas.

3. Pencapaian Langsung
Pencapaian yang mengarah langsung
pada satu tempat masuk melalui jalan
yang satu dengan sumbu bangunan

Penyelesaian pencapaian menggunakan pola pencapaian 3 (tiga) yaitu pola


pencapaian langsung, ditentukan berdasarkan 2 (dua) alternatif, yaitu
sebagai berikut :
Alternatif 1

ME SE
Gambar
Gambar 4.8
4.8 Alternatif
Alternatif 1,
1, pemilihan
pemilihan site
site entrance
entrance (SE)
(SE) dan
dan main
main entrance
entrance (ME)
(ME)
(Sumber: Hasil olahan penulis)
(Sumber: Hasil olahan penulis)
9
SIDE ENTERANCE

MAIN ENTERANCE
Gambar
Gambar 4.9
4.9 Alternatif
Alternatif 2,
2, pemilihan
pemilihan site
site entrance
entrance (SE)
(SE) dan
dan main
main entrance
entrance (ME)
(ME)
(Sumber:
(Sumber: Hasil
Hasil olahan
olahan penulis)
penulis)
Tabel 4.4 Pemilihan pencapaian berdasarkan alternatif

Alternatif 1 Alternatif 2

Keuntungan Kerugian Keuntungan Kerugian

 Memberi  Terjadin  Area  Perlu


kesan ya parkir dapat dipikirkan
menerima dan penumpukan dikelompokan perlindungan
terbuka kendaraan dalam dan batasan
 Area pada beberapa lokasi terhadap
parkiran dapat entrance dan dalam site sirkulasi
langsung jalan utama  Tidak manusia,
diakses dari  Harus terjadi terutama SE
ME dipikirkan penumpukan di bagian
 Area bagaimana kendaraan utara
parkir yang sirkulasi buat didaerah
tercipta oleh kendaraan parkir,
SE dan ME: bongkar terutama untuk
area penyatuan muat barang pada jam-jam
parkir ramai
 Mudah
dalam
pencapaian,
terutama untuk
masyarakat

10
Alternatif 1 Alternatif 2

Keuntungan Kerugian Keuntungan Kerugian

dibagian barat
site dan service

Sumber: Hasil olahan penulis, 2014


Berdasarkan tabel 4.4 diatas, maka penetapan alternatif dalam pencapaian
ke site perancangan pasar alternatif yang kedua, dengan alasan :
 Kemudahan akses bagi masyarakat menuju lokasi perencanaan hal
yang paling penting, karena obyak perencanaan ditujukan untuk
kepentingan.
 Tidak terjadinya crossing dan penumpukan kendaraan dapat
memberikan kemudahan bagi pengunjung maupun penjual untuk
melakukan aktifitasnya.

4.2.2 Analisa Sirkulasi dan Parkir


Sistem sirkulasi sangat erat hubungannya dengan pola penempatan
aktivitas dan penggunaan ruang/ zona sehingga merupakan penggerak dari
ruang yang satu keruang yang lain. Kenyamanan dapat berkurang karena
sirkulasi yang kurang baik misalnya tidak ada pembatas ruang untuk
sirkulasi kendaraan dan manusia. Sirkulasi dalam tapak dibedakan atas 2
(dua) jenis, yaitu:
a. Sirkulasi manusia
Sangat penting dalam hubungannya dengan aktivitas didalam tapak.
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah tersedianya pedestrian dan
pengarah yang jelas bagi sirkulasi manusia dapat memberikan kesan
aman dan nyaman.
b. Sirkulasi kendaraan
Dibagi atas tiga bagian yaitu sirkulasi pengunjung, pengelola dan
sirkulasi servis. Sirkulasi perlu dipisahkan sehingga kelancaran lalu
lintas dapat terjamin dengan baik.
c. Parkir

11
Parkiran dalam sebuah tapak tidak hanya ditentukan atas pola
sirkulasi, tetapi juga dapat terbentuk dari bentuk site pada lokasi
perancangan. Parkiran juga dibedakan oleh jenis kendaraan
peruntukan baik roda dua, roda empat dan roda banyak, yang mana
mendukung fungsi dan aktifitas bangunan itu sendiri.

Tabel 4.5 Jenis pola parkir kendaraan


No. Pola Parkir Ciri-ciri

1. Parkiran paralel Parkiran ini kurang efektif pada


lahan jalan sempit dan tidak
3.0 panjang
0
2
m
5.0
m
0
m2
3.0
m
0
m2
m
2. Parkiran Tegak lurus 900. Parkiran 900 lebih efektif pada
lahan jalan yang luas dan lebar,
hal ini mengingat ruang putar
kendaraan besar bila ingin parkir.
Lebar sirkulasi minimal 5meter.

3. Parkiran sudut 300 Parkiran ini lebih


mengoptimalkan kemudahan
masuk keluar kendaraan dengan
sudut yang lancip. Lebar
minimum sirkulasi 3,5meter

4. Parkiran sudut 450. Parkiaran sudut 450 lebih efektis


dari pada sudut yang lain.
3,0 Parkiran ini sangat meoptimalkan
0

12
No. Pola Parkir Ciri-ciri

lahan baik lahan jalan yang sempit


maupun lahan jalan yang besar.
Lebar sirkulasi minimal 3,5meter.

5. Parkiran sudut 600 Parkiran sudut 600 cukup optimal


pada lahan jalan yang mempunyai
kontur berfariasi ( tidak rata).hal
ini memudahkan untuk masuk
keluar lokasi. Lebar minimum
sirkulasi 4-4,5 meter

Sumber : Hasil olahan penulis, 2014


Alternatif-alternatif diatas diasumsikan dengan ukuran standar
mobil pribadi yakni panjang 5m, lebar 2,5-3m dan ukuran motor
lebar 1,00 x panjang 2,00 m (data arsitek ERNST NEUFERT)

Tabel 4.6 Penyelesaian pola sirkulasi dan parkir


No. Jenis Sirkulasi Pola Sirkulasi

1. Pengunjung Khususnya bagi kendaraan pengunjung yang


ditampung pada suatu pusat parkir tersendiri,
selanjutnya dapat menuju ke fasilitas yang
dituju dengan berjalan kaki.

2. Pengelola Sirkulasi kendaraan bagi pengelola diarahkan/


didekatkan dengan area kantor pengelola
dengan pertimbangan tidak terjadi krosing antar
sirkulasi pengunjung dan tidak menimbulkan
kebisingan.

3. Service Untuk kendaraan service terdapat pada area


belakang diletakkan dekat dengan fasilitas
service.

4. Tempat parkir  Sistem parkir direncanakan agar


memudahkan ruang gerak keluar masuknya
kendaraan

13
No. Jenis Sirkulasi Pola Sirkulasi

 Arus lalu lintas kendaraan keluar-masuk


kedalam tapak dibantu dengan rambu-rambu
lalu lintas yang jelas
Sumber : Hasil olahan penulis, 2014

4.2.3 Analisa Penzoningan


Pembagian zoning dalam tapak:
a. Dasar Penentuan Penzoningan
Ada beberapa faktor pertimbangan pembagian zoning dalam kawasan
pasar sebagai berikut:
 Sifat-sifat kegiatan yang serupa dan memiliki keterkaitan
hubungan yang sangat erat
 Kagiatan atau aktifitas yang ada dalam kawasan
 Pola atau bentuk yang berhubungan dengan sirkulasi dan
pencapaian antar fungsi zona
 Sifat zoning dan hubungannya dengan fungsi serta tingkat
pemanfaatan dan akan potensi-potensi tapak
b. Pembagian Zoning
Secara mikro, zoning dalam tapak dibagi atas beberapa zona
kecil, tujuan perzoningan atau pendaerahan dalam sebuah tapak adalah
untuk mendapatkan suatu urutan yang jelas sesuai dengan fungsi
bangunan dan aktifitas serta sifat masing-masing ruang.
Adapun perzoningan yang direncanakan pada tapak kawasan
pasar Kec. Wae Ri’i adalah sebagai berikut :

 Zona penerima berfungsi sebagai area public atau


penerima
 Sifat zona :
 Akses langsung dari Entrance utama

14
 Daerah sibuk dengan tingkat kebisingan yang
ditimbulkan kendaraan cukup tinggi
 Memilki arena guna kemudahan dalam
pencapaian
 Diupayakan menimbulkan kesan mengundang,
terbuka dan relatif dengan cara diberi penekanan pada
beberapa elemen arsitektural
 Fasilitas dalam zona :
 Pintu gerbang
 Pos jaga
 Area parkiran
 Taman
 Zona kegiatan utama berfungsi sebagai tempat jual
beli.
 Sifat zona :
 Mudah diakses dari tempat parkir
 Diupayakan menimbulkan kesan bebas dengan
adanya sirkulasi yang baik
 Fasilitas dalam zona :
 Kantor pengelola
 Bangunan utama pasar
 Los-los
 Toko-toko
 Kios-kios
 Zona pendukung
 Sifat zona :
 Sebagai pengikat atau penghubung pada zona
kegiatan utama
 Bersifat terbuka dan bebas
 Memberikan pelayanan kepada pembeli
 Fasilitas dalam zona :

15
 Toko-toko
 Pelataran kaki lima
 warung makan
 Pelayanan jasa angkut / gerobak
 Zona service
 Sifat zona :
Mudah diakses dari tiap zona, terutama zona kegiatan utama
dan penerima
 Fasilitas dalam zona :
 MEE
 Genset
 WC. Umum
 Area bongkar muat
 Tower air

Alternatif 1:

Gambar 4.10 Alternatif 1, Alternatif 1 pembagian zoning dalam tapak


(Sumber: Hasil olahan penulis)

Alternatif 2:

16

Gambar
Gambar 4.11
4.11 Alternatif
Alternatif 2,
2, Alternatif
Alternatif 11 pembagian
pembagian zoning
zoning dalam
dalam tapak
tapak
(Sumber:
(Sumber: Hasil
Hasil olahan
olahan penulis)
penulis)
Tabel 4.7 Pemilihan penzoningan berdasarkan alternatif

Alternatif 1 Alternatif 2

Keuntungan Kerugian Keuntungan Kerugian

 Zona  Adanya  Kedekatan  Tidak ada


penerima pemisahan zona kegiatan plaza sebagai
dibagian depan antara penerima ruang
dan samping kegiatan mempermudah terbuka
memberikan utama, harus akses pembeli  Harus
kesan dipikirkan barang dipikirkan
menerima bagaimana bagaimana
sekaligus sirkulasi sirkulasi
mempermudah manusia menuju
akses bagi service
pengunjung  Zona
 Zona pendukung
pendukung dan tidak tidak
plaza menjadi bersifat
pengikat menerima
sekaligus
penghubung
untuk menuju
zona utama
Sumber : Hasil olahan penulis, 2014

Berdasarkan tabel 4.5 diatas, maka penetapan alternatif dalam penataan


zoning pasar adalah alternatif yang pertama, dengan alasan :

17
 Plaza dan zona pendukung sangat diperlukan sebagai daerah
penghubung sekaligus pengikat dalam tapak.
 Daerah service memerlukan sirkulasi tersendiri agar tidak mengganggu
sirkulasi dalam tapak.

4.2.4 Analisa Perletakan Masa Bangunan


Dasar pertimbangan :
 Pasar sebagai bangunan komersial dan mempunyai nilai ekonomis
tinggi, harus dipikirkan bagaimana pemanfaatan lahan yang maksimal
sehingga tidak terkesan banyak yang kosong.
 Harus dipertimbangkan dengan keadaan existing
Untuk memperoleh tata letak massa bangunan dalam tapak sangat
ditentukan oleh:
 Fungsi masing-masing bangunan.
 Bentuk tapak.
 Orientasi/view site perencanaan.
Tata letak massa bangunan sedapat mungkin menghasilkan :
 Kesatuan antara fungsi bangunan.
 Kesatuan antara bangunan dengan site perencanaan.
 Kesatuan fungsi bangunan, site perencanaan dan lingkungan
perencanaan.
Alternatif 1:

Alternatif 2:

Gambar
Gambar 4.12
4.12 Alternatif
Alternatif 1,
1, Alternatif
Alternatif 11 pola
pola grid
grid
(Sumber:
(Sumber: Hasil
Hasil olahan
olahan penulis)
penulis)

18

Gambar
Gambar 4.13
4.13 Alternatif
Alternatif 2,
2, pola
pola clutser
clutser
Tabel 4.8 Pemilihan pola perletakan masa bangunan berdasarkan
alternatif

Alternatif 1 Alternatif 2

Keuntungan Kerugian Keuntungan Kerugian

 Pemanfaatan  Orientasi  Pengikat  Kurang


lahan lebih kurang, massa dan efisien dalam
optimal kebebasan orientasi pada penggunaan
(ekonomis) dan luasan tiap massa lahan
 Hubungan dan ruang yang  Kesan  Terjadinya
pengelompoka kurang kebebasan perubahan
n antara tercapai ruang yang yang jelas
aktifitas dapat karena dibentuk dalam tapak
dipisahkan terikat pada tercapai jelas
 Penempatan poros  Pengawasan
bangunan  Komunikasi pada tiap
dapat tiap kelompok
disesuaikan kelompok lebih mudah
dengan kurang
eksisting lama

Sumber : Hasil olahan penulis, 2014

Berdasarkan tabel 4.6 diatas, maka penetapan alternatif dalam penataan


pola masa bangunan pasar adalah alternatif yang pertama, dengan
alasan:
 Efisiensi lahan (segi ekonomis) lebih tercapai
 Tidak merubah tapak secara total, tetapi berkesinambungan dengan
existing yang lama.

4.3 Analisa Bangunan

19
4.3.1 Analisis Pelaku dan Aktifitas
Analisis pelaku dan aktivitas di bagi menjadi dua:
1. Primer
Analisis pelaku dan aktivitas yang tergolong primer adalah pembeli,
penjual, dan distributor.

a. Pembeli

b. Penjual, dibagi menjadi empat:


 Penjual di toko
Yaitu penjual yang berada dalam ruang dengan batasan adanya dinding,
pedagang yang berjualan pada area ini biasanya untuk pedagang yang
masuk kategori pasar kering, misalkan: penjual pakaian, perabot rumah
tangga dan lain-lain.

20
 Penjual di kios
Yaitu penjual yang berada dalam ruang yang ukurannya lebih kecil dari
toko dengan batasan adanya dinding, pedagang yang berjualan pada
area ini biasanya untuk pedagang yang masuk kategori pasar kering.

 Penjual di los (lapak)


Yaitu penjual yang berada dalam ruang tanpa pembatas dinding hanya
sebuah meja saji yang menjadikan batas area jual, biasanya pada area
ini digunakan untuk pedagang yang masuk kategori pasar basah,
misalkan: penjual daging, sayur-sayuran dan ikan.

21
 Penjual di los (pelataran)
Yaitu penjual yang berada dalam ruang tanpa pembatas dinding hanyan
sebuah batasan pada area pada lantai, ukuran lebih kecil dari los lapak
dan tanpa meja, ketika pulang barang dibawa.

c. Distributor

22
2. Sekunder
Analisis pelaku dan aktivitas yang tergolong sekunder adalah pelaku yang
bersifat sebagai pengelolah pasar yang terdiri dari:
a. Pengelola

b. Keamanan

23
c. Petugas kebersihan

4.3.2 Analisa Pola Aktivitas dan Kebutuhan Ruang


Tabel 4.9 Pola Aktivitas dan Kebutuhan Ruang

24
No. Fasilitas Pengguna Aktifitas Kebutuhan

1. Kantor Pengelola  
Pengelola Datang / Pulang Gerbang
 
Parkir Parkiran khusus
 
Absen Ruang resepsionis
 
Menyimpan barang Ruang loker

Mempersilahkan 
tamu menunggu Ruang tunggu

Bekerja dibagian 
sekretaris Ruang sekretaris

Bekerja dibagian 
penjualan dan Ruang informasi
promosi

Kepala pengelola 
 Ruang kepala
Makan 
 Cafetaria
Istirahat 
 Ruang istirahat
Buang hajat 
WC
2. Bangunan Pedagang   Gerbang
pasar Datang/pulang  Sarana bongkar
 muat
Bongkar muat  Toko,petak/kios

  Kantor koperasi
Menjual barang
dagangan  Tempat
 penyimpanan
Meminjam uang
untuk modal usaha

Menyimpan barang  WC
dagangan yang

25
No. Fasilitas Pengguna Aktifitas Kebutuhan

tidak laku atau


kelebihan stok

Buang hajat
3. Bangunan Pembeli   Gerbang
pasar Datang/pulang  Parkiran
 pengunjung
Parkir  Pendistrian/setapak
 Toko, petak/kios

Jalan-jalan keliling  Kios dan los
 pakaian
Belanja kebutuhan  Kios dan los
sehari-hari kebutuhan rumah
 tangga
Belanja sambil  Kios los alat
melihat-lihat elektronik

Sumber: Hasil olahan penulis, 2014

4.3.2 Analisa Jumlah Pedagang Dan Konsumen Berdasarkan Jumlah


Penduduk (Lingkup Pelayanan)
1. Lokasi
a. Terletak pada lahan, dengan tata guna sebagai area perdagangan
dan terletak diantara area pemukiman masyarakat.
b. Berada diantara dua kecamatan yang berdekatan yaitu Kec. Wae
Ri’i da Kec. Langke Rembong
c. Dekat dengan terminal transportasi darat (Terminal Carep), sebagai
pusat titik temu anatara masyarakat dari setiap daerah, sehingga:
- lingkup pelayanan pasar juga dapat melayani seluruh daerah di
Kabupaten Manggarai.
- dapat mempermudah alur distribusi konsumen maupun komoditi
barang.
d. Memiliki kelengkapan fasilitas umum lingkungan seperti jaringan
listrik, jaringan komunikasi, jaringan air bersih, jaringan jalan dan
jaringan drainase.

26
e. Terdapat transportasi umum serta mudah dijangkau karena berada
disekitar daerah pemukiman masayarakat serta bterletak disamping
jalan umum.
f. Lokasi perancangan merupakan lokasi yang ramai

Gambar 4.14 Peta ruang lingkup pelyanan pasar


2. Jumlah Penduduk (Sumber: Hasil olahan penulis)
Karena berada diantara 2 kecamatan yang berdekatan maka lingkup
pekayanannya dirumuskan untuk 2 kecamatan yaitu wae ri’i dan
Langke Rembong.
- Jumlah penduduk Kec. Langke Rembong : 72.063 jiwa
- Jumlah penduduk Kec. Wae Ri’i : 29.521 jiwa
TOTAL : 101.584 jiwa
Berdasarkan data diatas dirumuskan bahwa jumlah pengunjung yang
mengunjungi pasar adalah sebesar:
- Langke Rembong
Bedasarkan letak lokasi perancangan diasumsikan jumlah pengunjung
dari kecamatan langke Rembong berkisar ± 40.000 orang,

27
dikarenakan ± 32.063 orang dari jumlah penduduk langke rembong
yang berjiumlah 72.063 orang lebih cendrung mengunjungi sebuah
pasar yang berada di kota ruteng.`
- Wae Ri’i
Beradasarkan letak lokasi perancangan dianallisa jumlah pengunjung
dari Kec. Wae Ri’i berkisar ± 29.521 orang atau dibulatkan menjadi ±
29.500 orang, ini dikarenakan letak lokasi yang tepat berada di Kec.
Wae Ri’i serta belum adanya Pasar yang layak disekitar daerah
tersebut. Sehingga jumlah pengunjung mencakupi semua penduduk
Kec. Wae Ri’i.
Jadi, total pengunjung pasar berjumlah:

- Kec. Langke Rembong : ± 40.000 orang


- Kec. Wae Ri’i : ± 29.500 orang
TOTAL : ± 69.500 orang

Dari total pengunjung seluruhnya, dianalisa jumlah pengunjung pasar


perjam setiap harinya adalah:

Pasar dibuka setiap hari dari pukul 07.00 s/d 19.00 artinya kegiatan pasar
dibuka atau dilakukan selama 12 jam per harinya. Maka analisa jumlah
pengunjung perjamnya adalah:
69.500 orang : 12 jam = 5.791 orang/jam.
Jadi, jumlah pengunjung perjam setiap harinya berkisar ± 5.791
orang/jam.
Dari jumlah pengunjung perjam setiap harinya dianalisa lagi menjadi 2
bagian yaitu pengunjung yang pergi dan tidak pergi ke pasar ini
dikarenakan perkiraan orang yang akan pergi kepasar dan yang tidak
peergi kepasar per harinya.
Hasil analisa:
 Pergi 60% dari 5.791 orang = 3.474 orang/jam
 Tidak pergi 40% dari 5.791 orang= 2.316 orang/jam
Analisa jumlah pengunjung pasar setiap harinya, adalah:
Jumlah pengunjung perharinya dianalisa bedasarkan 3 pembagian waktu
kegiatan pasar:
- Pagi hari dari pukul 07.00 s/d 12.00 (jam ramai), dari 3.474 orang
jumlah pengunjung perjamnya dianalisa berkisar ± 1000 orang

28
Maka analisa jumlah pengunjung pada jam ini adalah:
5 x 1000 orang = ± 5000 orang
- Siang hari dari pukul 12.00s/d 15.00 (Jam sedang), dari 3.474 orang
jumlah pengunjung perjamnya dianalisa berkisar ± 500 orang
Maka analisa jumlah pengunjung pada jam ini adalah:
3 x ± 500 orang = ± 1500 orang
- Sore hari dari pukul 15.00 s/d 19.00 (jam ramai), dari 3.474 orang
jumlah pengunjung perjamnya dianalisa berkisar ± 1000 orang
Maka analisa jumlah pengunjung pada jam ini adalah
4 x ± 1000 orang = ± 4.000 orang
Total pengunjung pasar perharinya:
- Pagi : ± 5.000 orang
- Siang : ± 1.500 orang
- Sore : ± 4.000 orang
TOTAL : ± 10.500 orang
Jadi, hasil analisa dari total pengunjung pasar seluruhnya yang berjumlah
± 69.500 orang, hanya ± 10.500 orang saja yang akan menjadi konsumen
perharinya dan belum terhitung dengan peningkatan jumlah konsumen
pada hari-hari ramai, misalkan pada hari sabtu dan minggu atau pada hari-
hari libur.

Berdasarkan hasil analisa, maka total jumlah pedagang dalam pasar


diasumsikan minimal berkisar ± 500 pedagang sehingga mampu melayani
10.500 pengunjung yang masuk keluar pasar tiap harinya.

4.3.3 Analisa Kebutuhan Ruang, Sarana, Fungsi Serta Jumlah dan Jenis
Pedagang

Tabel 4.10 Jenis ruang, sarana, fungsi serta jumlah dan jenis pedagang

No Jenis Ruang Luas Ju Jumlah dan Jenis


. ml Pedagang
ah
ru
an
g
1. Pasar Utama

29
1.1 Bangsal I 1 - 32 pedagang sayur +
(kering) bumbu dapur
- 16 pedagang buah
- 16 pedagang umbi-
umbian/biji-bijian

Terdiri dari 64 lapak


P : 3,5 m dan L: 2,6 m
Luas: 3,5 m x 2,6 m
= 9,1 m2
Total luas bangsal I
P : 35 m dan L: 30 m
Luas: 35 m x 30 m
= 1.050 m2
1.2 Bangsal II 1 - 32 pedagang tahu,
(kering) tempe, telur, dll
- 16 pedagang kacang-
kacangan + bumbu
dapur
- 16 pedagang tepung,
kopi, serta
penggilingan tepung,
kopi, dll

Terdiri dari 64 lapak


P : 3,5 m dan L: 2,6 m
Luas: 3,5 m x 2,6 m
= 9,1 m2
Total luas bangsal II
P : 35 m dan L: 30 m
Luas: 35 m x 30 m
= 1.050 m2
1.3 Bangsal III 1 - 16 pedagang daging
(basah) sapi, kerbau,
kambing, dll
- 16 pedagang ayam,
bebek, dll

Terdiri dari 32 lapak


P : 3,5 m dan L: 2,6 m

30
Luas: 3,5 m x 2,6 m
= 9,1 m2
Total luas bangsal II
P : 34 m dan L: 13,5 m
Luas: 34 m x 13,5 m
= 459 m2
1.4 Bangsal IV 1 - 16 pedagang ikan
(basah) basah
- 16 pedagang ikan
kering

Terdiri dari 32 lapak


P : 3,5 m dan L: 2,6 m
Luas: 3,5 m x 2,6 m
= 9,1 m2
Total luas bangsal II
P : 34 m dan L: 13,5 m
Luas: 34 m x 13,5 m
= 459 m2
1.5 Bangsal V 1 - 16 pedagang daging
(basah) babi, anjing, dll
- 16 pedagang bahan
makanan hewan

Terdiri dari 32 lapak


P : 3,5 m dan L: 2,6 m
Luas: 3,5 m x 2,6 m
= 9,1 m2
Total luas bangsal II
P : 34 m dan L: 13,5 m
Luas: 34 m x 13,5 m
= 459 m2
2. Kios
2.1 Kios I 32 - 32 pedagang sembako
eceran (non grosir)

Terdiri dari 32 kios

31
P : 3 m dan L: 2 m
Luas: 3 m x 2 m
= 6 m2
Total luas kios I
Luas: 32 x 6 m2
= 192 m2
2.2 Kios II 32 - 32 pedagang
kelontong eceran (non
grosir)

Terdiri dari 32 kios


P : 3 m dan L: 2 m
Luas: 3 m x 2 m
= 6 m2
Total luas kios I
Luas: 32 x 6 m2
= 192 m2
2.3 Kios III 32 - 32 pedagang asesoris
(kosmetik, sovenir,
topi, gelang, kaset
DVD, sol sepatu, dll)

Terdiri dari 32 kios


P : 3 m dan L: 2 m
Luas: 3 m x 2 m
= 6 m2
Total luas kios I
Luas: 32 x 6 m2
= 192 m2
3. Toko
3.1 Toko I 6 - 6 pedagang barang
(barang elektronik
elektronik)

Terdiri dari 6 toko


P : 12 m dan L: 4 m
Luas: 12 m x 4 m

32
= 48 m2
Total luas toko I
Luas: 6 x 48 m2
= 288 m2
3.2 Toko II 6 - 6 pedagang barang
(peralatan perlatan rumah tangga
rumah
tangga)

Terdiri dari 6 toko


P : 12 m dan L: 4 m
Luas: 12 m x 4 m
= 48 m2
Total luas toko II
Luas: 6 x 48 m2
= 288 m2
3.3 Toko III 12 - 12 pedagang pakaian
(pakaian)

Terdiri dari 12 toko


P : 12 m dan L: 4 m
Luas: 12 m x 4 m
= 48 m2
Total luas toko III
Luas: 12 x 48 m2
= 576 m2
3.4 Toko IV 6 - 12 pedagang sandal,
(sandal, sepatu, tas, dll
sepatu, tas,
dll)

Terdiri dari 12 toko


P : 12 m dan L: 4 m
Luas: 12 m x 4 m
= 48 m2
Total luas toko IV
Luas: 12 x 48 m2
= 576 m2

33
3.5 Toko V 12 - 12 pedagang peralatan
(peralatan dapur
dapur)

Terdiri dari 12 toko


P : 6 m dan L: 4 m
Luas: 6 m x 4 m
= 24 m2
Total luas toko V
Luas: 12 x 24 m2
= 288 m2
3.6 Toko V I 24 - 24 pedagang pakaian
(pakaian rombengan
rombengan)

Terdiri dari 24 toko


P : 6 m dan L: 4 m
Luas: 6 m x 4 m
= 24 m2
Total luas toko V
Luas: 24 x 24 m2
= 576 m2
3.7 Toko VII 6 - 6 pedagang peralatan
(peralatan tukang
tukang)

Terdiri dari 12 toko


P : 6 m dan L: 4 m
Luas: 6 m x 4 m

34
= 24 m2
Total luas toko V
Luas: 6 x 24 m2
= 144 m2
3.8 Toko VIII 6 - 6 pedagang alat tulis,
(alat tulis dan mainan anak, dll
mainan anak)

Terdiri dari 12 toko


P : 6 m dan L: 4 m
Luas: 6 m x 4 m
= 24 m2
Total luas toko V
Luas: 6 x 24 m2
= 144 m2
3.9 Toko IX 16 - 16 pedagang beras,
(alat tulis dan kacang-kacangan,
mainan anak) jagung, biji-bijian,
serta hasil bumi lain
secara grosir

Terdiri dari 16 toko


P : 6 m dan L: 4 m
Luas: 6 m x 4 m
= 24 m2
Total luas toko V
Luas: 16 x 24 m2
= 384 m2
TOTAL Luas ruang 7.317 m2 19 420 pedagang
5
Sumber: Hasil olahan penulis 2014

4.3.4 Analisa Bentuk dan Tampilan Bangunan


1. Analsisa bentuk

35
Secara umum geometri dibedakan atas 3 bentuk dasar yang
mempunyai sifat dan karakteristik yang berbeda-beda yaitu :
Tabel 4.11 Analisa bentuk dasar

Bentuk Dasar Sifat Dan Karakteristik


1. Kubus atau Persegi  Mempunyai kesan statis
 Stabil
 Formal
 Monoton dan masi
2. Bulat atau Bola  Memberi kesan tuntas
 Labil
 Bergerak
 Dinamis
3. Segitiga dan Meruncing  Memberi kesan aktif
 Energik
 Tajam
 Mengarah
Sumber: Hasil analisa 2014

Dari ketiga bentuk dasar tersebut, maka akan di dapatkan suatu


komposisi yang merupakan gabungan dari beberapa bentuk tersebut.
Penentuan bentuk bangunan harus mempertimbangkan :
 Fungsi bangunan
 Kesesuaian sifat antara bentuk dan fungsi bangunan
 Berorientasi dengan lingkungan
Bentuk massa bangunan harus mempertimbangkan faktor fungsi
bangunan. Karena itu massa bangunan yang direncanakan akan
menggunakan bentuk persegi baik itu persegi panjang maupun persegi
empat atau gabungan bentuk antara keduanya. Teknik olah bentuk
yang digunakan yaitu dengan penambahan bentuk atau pengurangan
bentuk pada bentuk dasarnya ataupun dengan menggunakan teknik
eksagerasi.
2. Analisa Tampilan bangunan

36
Yang menjadi dasar pertimbangan dalam menciptakan tampilan
bangunan adalah:
 Bentuk.
 Memanfaatkan bentuk sesuai dengan fungsi bangunan
untuk menunjang pelayanan terhadap masyarakat.
 Bersifat terbuka.
 Berorientasi dengan lingkungan.
 Sifat.
 Terbuka, menerima, selaras dengan lingkungan.
 Penampilan ruang yang menarik.
 Tidak kaku/monoton.
 Tata letak terhadap ruang luar.
 Pencapaian yang mudah dari segala arah.
 Kesatuan gubahan massa dengan ruang luar.
4.3.5 Sirkulasi Dalam Bangunan
Alur sirkulasi dapat diartikan sebagai “Tali” yang mengikat ruang-
ruang suatu bangunan atau suatu deretan ruang-ruang dalam maupun luar,
menjadi saling berhubungan. Sirkulasi dalm bangunan terbagi atas 2 (dua)
1. Sirkulasi Horizontal
2. Sirkulasi Vertikal
Tabel 4.12
Jenis Sirkulasi Horizontal berdasarkan Konfigurasi alur gerak
Jenis sirkulasi
No Keterangan
horizontal
1 Linear Semua jalan adalah linear. Jalan yang
lurus dapat menjadi pengorganisir yang
utama untuk satu sederetan ruang-ruang.
Sebagai tambahan jalan dapat
melengkung atauterdiri dari segmen-
segmen, memotong jalan lain,
bercabang-cabang, membentuk kisaran
(Loop)
2 Radial Bentuk radial memiliki jalan yang

37
Jenis sirkulasi
No Keterangan
horizontal
berkembang dari atau berhenti pada,
sebuah pusat, titik bersama.

3 Sebuah bentuk spiral adalah sesuatu


jalan yang menerus yang berasal dari
titik pusat, berputar mengelilinginya
dengan jarak yang berubah.

Spiral

4 Grid Bentuk grid terdiri dari dua set jalan-


jalan sejajar yang saling berpotongan
pada jarak yang sama dan menciptakan
bujur sangkar atau kawasan-kawasan
ruang segi empat.

5 Network Suatu bentuk jaringan terdiri dari


beberapa jalan yang menghubungkan
titik-titik tertentu di dalam ruang.

6 Komposit Pada kenyataannya, sebuah bangunan


umumnya mempunyai suatu kombinasi
dari pola-pola diatas. Untuk
menghindarkan terbentuknya orientasi
yang membingungkan, suatu susunan
hirarkis di antara jalur-jalur jalan bisa
dicapai dengan membedaan skala,
bentuk dan panjangnya.

(Sumber: Konfigurasi Alur Gerak, Hal. 271. Francis D.K. Ching. ARSITEKTUR:
BENTUK, RUANG & SUSUNANNYA. 1984)

38
Berdasarkan tabel diatas mengenai konfigurasi alur gerak, maka dalam
perancangan perpustakaan digunakan konfigurasi komposit, dengan
pertimbangan bentuk kotak pada denah massa bangunan.

Tabel 4.13
Jenis Sirkulasi Vertikal Berdasarkan Konfigurasi Alur Gerak
No. Jenis sirkulasi vertikal Keterangan

1 Elevator/ Lift a. Pencapaian langsung ke tiap-


tiap lantai
b. Waktu tempuh lebih singkat
c. Dapat menempuh lebih dari
satu lantai sekaligus
d. Kapasitas orang bergantung
pada ukuran, jumlah, dan
kecepatan lift.
2 Eskalator a. a. Pencapaian mengalir dari satu lantai ke
lantai lain
b. Waktu tempuh relatif singkat
c. Orientasi jelas

3 Tangga a. Pencapaian terbatas


b. Waktu tempuh relatif lama
c. Alternatif pencapaian pada
saat darurat
d. Memerlukan tenaga

39
(sumber : Buku Utilitas, data diolah berdasarkan skripsi Halason Koko Indra Sitorus.
siantar music center arsitektur ekspresionisme, 2009)

4.4 Analisa Struktur Bangunan


Struktur yang direncanakan pada perancangan Pasar ini terbagi
dalam tiga bagian, yaitu :
1. Sub Structure ( Struktur bagian bawah )
Merupakan struktur pada bagian bawah bangunan yang langsung
berhubungan dengan tanah dan berfungsi sebagai pemikul beban
bangunan di atasnya, yang biasa disebut pondasi.
2. Super Structure ( Struktur bagian tengah )
Merupakan struktur pada tubuh atau badan bangunan yang berfungsi
untuk menyalurkan beban menuju pondasi ( sub structure ). Super
Structure terbagi atas :
a. Komponen horizontal Merupakan bagian pengaku bangunan yang
berupa balok dan plat lantai.
b. Komponen vertikal. Merupakan penyalur beban untuk diteruskan
ke bagian sub structure (pondasi) yang berupa dinding dan kolom.
Pertimbangan-pertimbangan dalam menentukan super structure,
antara lain :
- Faktor teknis mengenai kekokohan, kestabilan, dan kekakuan
dalam menahan gaya lateral.

40
- Kemudahan pelaksanaan dengan mempertimbangkan
efektifitas waktu pengerjaan.
- Faktor ekonomis yang tetap memperhatikan faktor estetis.
3. Upper Structure ( Struktur bagian atas )
Merupakan struktur atap (struktur atas) yang dipertimbangkan atas luas
bangunan berdasarkan aktivitas keseluruhannya. Beberapa faktor yang
mempengaruhi dalam penentuan struktur :
a. Kondisi fisik setempat, seperti daya dukung tanah dan kedalaman
tanah kerasnya.
b. Faktor ekonomis bangunan baik dari segi pelaksanaan maupun segi
pemeliharaan.
c. Beban bangunan.
d. Resiko pelayanan (berdasarkan fungsi bangunan yang
direncanakan).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pendekatan bahan :


1. Mudah didapat atau murah
2. Daya tahan lama (minimal 10 tahun)
3. Daya fleksibilitas yang baik dan berat bahan (Kg/ m2)
4. Pemeliharaan ekonomis
5. Tahan api/ kebakaran
6. Efisiensi penggunaan bahan
Tabel 4.13
Analisa Struktur, Konstruksi Dan Material Finishing
No. Alternatif Bahan Tinjauan
1 Beton  Campuran material mudah didapat
 Mahal pelaksanaannya dan membutuhkan
waktu
 Daya tahan tidak terbatas
 Fleksibilitas lebih tinggi dan bentuk dapat
lebih bebas
 Ketahanan terhadap kebakaran tergantung
selimut beton
2 Baja  Murah ditinjau dari pelaksanaannya
 Konstruksi ringan
 Daya tahan 20 tahun
 Fleksibilitas kurang, untuk bentuk lurus,
berpatah-patah (kaku)
 Kurang tahan cuacu
 Tidak tahan api

41
 Efisiensi untuk bangunan bertingkat tinggi
(20 Lt. Keatas)

3 Kayu  Mudah didapat di indonesia


 Harganya relatif murah
 Tidak tahan cuaca, 2-3 tahun perlu
pengecekan, 5-7 tahun perlu pemolesan
obat tahan lama.
Sumber: Hasil olahan penulis (2013)

4.4.1 Analisa Sistem Sub Struktur.


Sub struktur merupakan bagian dari struktur yangg paling bawah,
berfungsi sebagai penyalur gaya ke tanah. Dengan kata lain fungsi sub
struktur yaitu menjaga kestabilan bangunan terhadap berat sendiri dan
gaya-gaya luar. Sub struktur yang dikenal yaitu pondasi. Pondasi bangunan
yang menjamin kestabilan bangunan tehadap pembebanan.
Analisa struktur tanah menunjukan keadaan tanah pada area perencanaan
relatif stabil, sehingga perlu antisipasi terhadap jenis pondasi yang
digunakan.

Gambar alternatif jenis - jenis pondasi


 Pondasi lajur dengan cerucuk

 Pondasi Tiang Pancang dengan pail cup


Pondasi tiang
pancang umumnya digunakan pada
bangunan tinggi dengan kondisi

42
tanah yang labil, pondasi ini mempunyai fungsi sebagai penyalur
gaya atau pernikul beban dah kolom-kolom bangunan (kolorn
struktur), tiang pancang urnumnya terbuat dari pipa baja atau beton
yang dipancang sampai kedalaman tanah keras

4.4.2 Nalisa Sistem Super Struktur.


Supper struktur adalah struktur yang menyalurkan gaya dari atas (upper
struktur) ke pondasi, struktur ini dapat berupa kolom, balok struktur dan
juga dinding, berikut sistem jenis-jenis supper struktur:
 Rigid Frame
Rigid frame adalah struktur rangka yang memunyai sistern joint yang
kokoh (rigid) dan dapat terbuat dari beton, baja, kombinasi beton dan
baja.
 Shear Wall
Shear wall adalah struktur dinding pemikul, struktur dinding ini
keseluruhannya terbuat dari bahan beton, dan umumnya digunakan
pada core dari sebuah gedung, ataupun pada sisi-sisi bangunan
dengan maksud untuk menghindari sinar matahari langsung
masuk kedalam bangunan atau juga sebagai tembok pengarah angin.
 Kolom struktur:
Digunakan untuk memikul beban secara langsung baik beban
vertikal maupun beban horisontal dan disalurkan ke dalam tanah
Dimensi kolorn struktur ditentukan oleh:
 Besarnya beban yang diterima.
 Tinggi kolorn per lantai
 Jarak antar kolorn ditentukan oleh modul dasar material.
 Tinggi kolom struktur ± 3,50 sampai dengan 4,00 meter.
 Kolom partisi.
Digunakan untuk mengikat dinding bangunan atau dincling penyekat
 Balok
 Balok induk ( balok struktur).

43
Dihitung agar sesuai lebar bentangan dan mampu memikul
beban. Tebal balok : 1/5 - 1 / 10 ( beton bertulang )
 Balok anak
Dihitung agar dimensi balok mampu stabil dalam menyalurkan
gaya.
 Material ; beton bertulang.,
 Dinding1partisi.
Material dincling / partisi kaca, bata, dan kayu. Dimensi :
 Tebal kaca 5 mm.
 Tebal bata 17 cm.
4.4.2 Analisa Sistem Upper Struktur.
Upper struktur yang dimaksud adalah struktur atas yang berhubungan
dengan atap. Atap merupakan bagian paling atas dad satu bangunan yang
melindungi gedung dan penghuninya secara fisik maupaun metafisik.
Permasalahan atap tergantung pada luasnya ruang yang dilindungi, bentuk
dan kostruksi yang dipilih dan lapisan penutupnya. Daerah tropis atap
merupakan salah satu bagian terpenting.
Fungsi atap:
 Melindungi bangunan dan air, angin, dan panas.
 Menyalurkan air hujan.
Material penutup atap:
 Material alami ( lokal ) seperti : sirap, alang -alang, ijuk.
 Material pabrikasi seperti : Asbes, ondeline, genteng dan lain –
lain

4.5 Analisa Utilitas Tapak dan Bangunan.


4.5.1 Utilitas Lingkungan.
a. Sistern Drainase
Lokasi perencanaan sudah memiliki sistem drainase kota dan
lingkungan. Namun perlu direncanakan sebuah sistem drainase baru
yang lebih efisien untuk mengatur pembuangan air kotor atau limbah
dan air hujan baik dalam bangunan maupun diluar bangunan.

44
Perencanaan drainase ditentukan atau dipengaruhi oleh :
 Topografi ( kemiringan tanah )
Kemiringan tanah pada site perencanaan relatif datar sehingga
membutuhkan pengaturan sistem drainase yang memungkinkan
aliran air buangan atau limbah secara baik rnenuju drainase kota
dan lingkungan.
 Jenis Tanah.
Keadaan tanah pada site perencanaan adalah tanah yang tidak
mudah meyerap air sehingga kemungkinan terjadinya genangan air
dalam site cukup besar.
b. Sistem Persampahan.
Site perencanaan belum memiliki sarana persampahan yang baik
sehingga perlu direncanakan sistem persempahan baru guna menampung
sampah-sampah dan selanjutnya diangkut untuk dibuang ke tempat
pembuangan umum atau sampah kota
Gambar :Sistem Persampahan

45
Gambar 4.15 Sistem persampahan
Sumber: Hasil analisa 2013

4.5.2 Utilitas bangunan.


a. Kebutuhan air bersih
Persediaan air bersih dalam site sudah ada yaitu berasal dari PDAM
namun dalam perencanaan nanti perlu di rencanakan sumber pasokan
air baru yaitu yang berasal dari sumur bor di sekitar area perencanaan.
Tingkat kebutuhan air bersih dalam kegiatan pasar berbeda - beda
antar kelompok aktifitas.
Zona yang paling banyak membutuhkan air bersih adalah:
 Zona kegiatan utama
 Zona pelayanan atau service
 Taman - taman.
Cara pendistribusian.
Kebutuhan air bersih pada site perencanaan berasal dari dua sumber,
 Dari PDAM
 Dari sumur bor, untuk persediaan atau cadangan kalau
PDAM tidak mencukupi atau tidak berfungsi. Air dari kedua
sumber ini didistribusikan ke unit-unit yang membutuhkan air, atau
ruang-ruang.
Penyediaan Air
Air yang berasal dari PDAM dan sumur bor ditampung pada bak
penampung atau resefoir bawah, dan dinaikkan ke reseofoir atas, dan
selanjutnya dialirkan ke ruang-ruang atau zona yang membutuhkan air,
perhatikan sistem pendistribusian air berikut ini:
Gambar: Sistem penyediaan air

46
Gambar 4.16 Sistem penyediaan air bersih
Sumber: Hasil analisa 2013

b. Air Kotor
Mengingat rancangan objek studi adalah pasar yang secara umum
menghasilkan cukup banyak limbah (padat maupun cair), maka
sekiranya
diperhatikan sistem pembuangan air kotor pada bangunan (terutama
pada area basahan), sehingga tidak mengganggu segala kegiatan yang
berlangsung di dalam pasar. Selain itu, pengolahan dan pembuangan air
hujan juga perlu diperhatikan, sehingga sebisa mungkin tidak
mengganggu kondisi tapak bangunan.

Gambar 4.17 Sistem pembuangan air kotor


Sumber: Hasil analisa 2013

Dapat dilihat, pada pengolahan air kotor juga terdapat STP (sewage
treatment plant), hal ini dimaksudkan agar limbah yang dihasilkan
sedikit
mungkin atau sama sekali tidak mencemari lingkungan sekitarnya.
Adapun sistem pembuangan air hujan dari dalam maupun luar bangunan
objek studi, salah satunya yaitu menggunakan sistem lubang biopori.

47
Gambar 4.18 Sistem pembuangan air hujan
Sumber: Hasil analisa 2013

Gambar 4.19 Sistem biopori


Sumber: Hasil analisa 2013
c. Penerangan.
Kebutuhan penerangan, Kelompok ruang yang membutuhkan
penerangan sebagai berikut :
 Ruang - ruang luar : site dan main entrance, jalan masuk, parkir, pos
keamanan, dan taman - taman.
 Ruang - ruang dalarn : kantor pengelola, bangunan utama pasar,
toiet, dan fasilitas penunjang lain.
Sumber listrik.
Adapun sumber listrik dalarn site perencanaan berasal dari PLN dan
genset sebagai listrik cadangan. Cara pendistribusian listrik dapat dilihat
pada bagan berikut ini:
Bagan : Skema Sumber Listrik

48
Sistem distribusi
Untuk memenuhi segala kebutuhan elektrikal bangunan, maka listrik
tersebut didistribusikan melalui suatu terminal, pada terminal ini,
masing-masing cabang menggunakan sebuah central fuse box (untuk
mengontrol jika tejadi kebakaran) dengan demikian bila pada salah satu
cabang utama terjadi kerusakan maka cabang-cabang yang lainnya
masih tetap aman.
Bagan Diagram Sistem Jalur

Gambar Skema jaringan listrik

:Distributing cable
:Main dishibution
1 : Bafteray
2 : Genset
3 : PLN
4 : Transfo
5 : ATS
6 : Main panel
Zekering box
7 : Sub zekering
Sub trans fb

d. Sistem penghawaan.

49
Sistern penghawaan pada bangunan dapat dilakukan melaui dua
altematif yaitu : sebagai berikut:
 Penghawaan buatan, dengan mengadakan bukaan - bukaan
yang cukup untuk mendapatkan penghawaan alarni secara langsung.
Gambar : Sistem penghawaan alami

Aliran udara yang dibelokan kedalam ruang dengan menggunakan


penghalang berupa pohon yang ada disamping kanan dan kiri
bangunan.
 Penghawaan buatan, dengan mengadakan AC (air
conditioning) pada ruangan yang membutuhkan pengaturan
penghawaan khusus karena kondisi suhu kota Kupang yang panas
dan kering saat musim kemarau.
Sistem AC yang digunakan pada bangunan yang direncanakan
adalah sebagai berikut:

50
Gambar: altematif 1 sistem penghawaan buatan
Sistem AC indifidu, yaitu masing - masing individu memakai serta
mengontrol unit AC sendiri sesuai dengan kebutuhan
Gambar: Sistem AC individu

Alternatif 2 sistem penghawaan buatan


Sistem AC sentral, yaitu sistern AC yang langsung di control melalui
panel control pada operator room.
e. Sistem komunikasi.
Kebutuhan akan sarana komunikasi sangat diperlukan untuk kelancaran
kegiatan pada area perencanaan. Untuk itu disediakan sarana komunikasi
seperti telepon dan sarana komunikasi lain bila dipedukan. Sistem
hubungan telepori pada area perencanaan, dapat digunakan beberapa
alternatif pilihan sebagai berikut:
Gambar: Alternatif 1 sistem komunikasi Sistern operator (central),
adalah suatu sistern yang tidak langsung, harus melalui operator dimana
satu nomor telepon sentral mempunyai beberapa nomor untuk ruangan -
ruangan di dalam bangunan.

51
Gambar: Alternatif 2 sistem komunikasi
Sistem langsung, para konsumen dapat berhubungan langsung dengan
tempat lain tanpa harus melewati operator.
Bagan : Diagram jaringan horisontal antara telepon dan interkom.

Keterangan :
1. Saluran horisontal
2. Pembagian saluran horisontal
3. Saluran ke pesawat telepon
4. Pembagi saaluran kabel
5. Saluran ke interkom

f. Sistem pencegahan kebakaran (Fire Protection)


Sarana pencegahan kebakaran sangat penting dalam perencanaan
fasilitas pasar guna mendeteksi kebakaran dan mengatasi bahaya
kebakaran yang mungkin terjadi.
 Sistem pencegahan kebakaran dad luar bangunan.
Alternatif yang dapat dipergunakan adalah sebagai berikut:
 Menggunakan mobil pemadam kebakaran.
 Menyediakan fire hidrant disekeliling bangunan.
 Sistem pencegahan kebakaran dalarn bangunan.
Alternatif yang dapat dipergunakan adalah sebagai berikut:
 Dengan sprinkler system.

52
Terdiri dari pipa - pipa yang bercorak horisontal yang diletakan
dekat langit-langit pada bangunan. Pipa -pipa ini berisi air penuh
yang dapat keluar atau menyembur secara otomatis pada
temperatur tertentu.
Gambar Gambar sprinkler system

 Special fire protection system.


Sistern ini mengg6nakan sprinkler otomatis yang menyemburkan
kabut air, dapat dilengkapi dengan alarm system.

53

Anda mungkin juga menyukai