Anda di halaman 1dari 13

IMAN ISLAM DAN IHSAN TIGA PILAR DIALEKTIS PEMBENTUK

KARAKTER UNGGUL

Nama : Seno Putra Guruh Priambodo

NIT : 17.53.1089

Kelas : Nautika D

DOSEN PENGAMPU: Drs. TRI HANDOYO

AKADEMI PELAYARAN NIAGA INDONESIA


(AKPELNI)
2017
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyusun makalah. Makalah ini merupakan
tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang berjudul "Iman, Islam, dan
Ihsan Tiga Pilar Untuk Membentuk Karaker Unggul” ini dengan tempat
waktu.Shalawat beriring salam tak lupa kami sampaikan kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah menerangi kita dari kegelapan menuju alam terang benderang
seperti sekarang ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing Ibu Sri
Murdiyah yang telah memberi materi ini sehingga kami dapat mengetahui tentang
materi pelaksanaan pembelajaran pendidikan guru sekolah dasar.
Saya juga menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak berbagai
kekurangan, baik dari segi isi maupun bahasa. Untuk itu saya mengharapkan
kritik serta saran teman-teman agar makalah ini menjadi sempurna.Kami juga
berharap bahwa makalah ini dapat berguna bagi pembaca.

Blitar 3 Desember 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Iman, Islam dan Ihsan merupakan pilar penting dalam agama dan selalu
berkaiatan satu sama lain. Tiga pilar tersebut dibutuhkan untuk membentyk
karakter yang unggul. Karekter unggul merupakan karakter manusia yang
selalu berusaha melakukan hal-hal yang positif dan bermanfaat yang dapat
digambarkan dari sikap mental dan jiwa melalui landasan agama. Selain itu
karakter unggul juga dapat mengatur hubungan-hubungan dengan sesama,
dengan alam dan juga dengan Allah. Karakter unggul merupakan karekter
yang perlu dikembangkan dan ditanamkan bagi seluruh lapisan masyarakat
melalui tiga pilar agama yaitu Iman, Islam dan Ihsan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian Iman, Islam dan Ihsan?
1.2.2 Bagaimana proses terbentuknya Iman, Islam, dan Ihsan?
1.2.3 Bagimana cara mengamalkan Iman, Islam dan Ihsan?
1.2.4 Apa hakikat dan manfaat Iman, Islam, dan Ihsan?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk memahami pengertian Iman, Islam dan Ihsan
1.3.2 Untuk memahami proses terbentuknya Iman, Islam, dan Ihsan
1.3.3 Untuk memahami cara mengamalkan Iman, Islam dan Ihsan
1.3.4 Untuk memahami hakikat dan manfaat Iman, Islam, dan Ihsan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Iman, Islam, dan Ihsan

2.1.1 Pengertian Iman

Kata iman dalam bahasa arab merupakan bentuk masdar (gerund)


dari fi’il madli (verb) aamana, yang berarti percaya (yakin). Iman juga
dapat diartikan percaya dan kepercayaan. Secara istilah, iman adalah
mengucapkan dengan lisan (iqrar lisany), membenarkan dengan hati
(tashdiq qalby), dan melaksanakan dengan segala anggota badan (‘amal
rukny).

Iman dalam arti percaya adalah sikap mental atau jiwa yang
mempercayai bahwa sesuatu itu benar. Jika dikaitkan dengan Islam
berarti sikap mental seorang muslim yang mempercayai pokok-pokok
kepercayaan yang enam dan menerima hal-hal itu sebagai kebenaran
yang tidak diragukan.

Abu Hurairah RA meriwayatkan, “Adalah Nabi SAW pada suatu hari


hadir dan duduk bersama para sahabat. Kala itu datanglah kepadanya
seorang lelaki (malaikat dalam rupa manusia), lalu bertanya: Apakah
iman itu? Nabi SAW menjawab: Iman itu ialah Engkau mengimani
(membenarkan sambil mengakui) Allah, malaikat-malaikat-Nya, Rasul-
Nya, dan Engkau mengimani hari kebangkitan.”

2.1.2 Pengertian Islam

Islam (al-islām, ‫اإلسالم‬ "berserah diri kepada Tuhan") adalah


agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Islam memiliki arti
"penyerahan", atau penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan (‫هللا‬,
Allāh). Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang
berarti "seorang yang tunduk kepada Tuhan", atau lebih lengkapnya
adalah Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan.
Berdasarkan ilmu bahasa (etimologi) kata “islam” berasal dari
bahasa Arab, yaitu kata salima yang berarti selamat, sentosa, dan
damai. Dari kata itu terbentuk kata aslama yuslimu islaman yang berarti
juga menyerahkan diri, tunduk, patuh, dan taat. Sedangkan muslim
yaitu orang yang telah menyatakan dirinya taat, menyerahkan diri,
patuh, dan tunduk kepada Allah SWT.

Secara istilah (tertimologi), islam berarti suatu nama bagi agama


yang ajaran-ajarannya di wahyukan Allah kepada manusia melalui
seorang rasul. Ajaran-ajaran yang di bawa oleh islam merupakan ajaran
manusia mengenai berbagai segi dan kehidupan manusia. Islam
merupakan ajaran yang lengkap, menyuluruh, dan sempurna yang
mengatur tata cara kehidupan seorang muslim baik ketika beribadah
maupun ketika berinteraksi dengan lingkunganya.

2.1.3 Pengertian Ihsan

Secara etimologis kata Ihsan berasal dari ahsana, yuhsinu,


ihsanan yang berarti berbuat baik. Secara terminologis, Ihsan berrati
apabila seseorang beribadah kepada Allah seolah-olah ia melihat-Nya.
Sebab Ihsan menjadikan kita sosok yang mendapatkan kemuliaan dari-
Nya. Sebagaimana dinyatakan dalam hadist
Hadist diatas diperkuat dengan surat al-isra’ ayat 7 yang artinya
“jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu
sendiri...”. Dalam al-qur’an sendiri terdapat 166 ayat yang berbicara
tentang ihsan dan implementasinya. Dari sini kita dapat menarik suatu
kesimpulan bahawa betapa mulia dan agungnya perilaku dan sifat ini,
hingga mendapat porsi yang sangat istimewa dalam al-qur’an.

2.2 Proses Terbentuknya Iman, Islam dan Ihsan

Iman sangat erat kaitannya dengan hati. Hati sangat andil dalam
pembentukan iman dalam diri seseorang. Tinggi-rendah dan tebal-tipisnya
keimanan sangat bergantung pada hati seorang manusia. Beberapa hal yang
menjadi sebab-sebab terbentuknya iman antara lain: Hidayah, Fitrah Ilahi,
Dzikir, Tafakkur, Tadabbur, dan Ingat mati. Diantara semua sebab itu,
hidayah adalah sebab yang paling utama dalam menumbuhkan keimanan
karena sekuat apapun usaha yang dilakukan tanpa hidayah Allah akan sia-sia.
Siapapun tidak dapat memberi hidayah kepada yang lain. Allah berfirman:

“Sesungguhnya Engkau tidak akan dapat memberi petunjuk kepada


orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang
dikehendaki-Nya, dan Allah mengetahui orang-orang yang mau menerima
petunjuk.” (Q.S.Al-Qashah:56).

2.2.1 Hidayah

Dalam islam, hidayah dalam segi bahasa ialah “petunjuk” atau


”hadiah”. Sedangkan darisegi istilah ialah petunjuk Allah ke arah
kebenaran. Allah menganugerahkan hidayah kepada siapa saja yang
dikehendakinya agar beriman dan menaati perintahnya. (Wikipedia,
2013). Firman Allah :
“Maka sesiapa yang Allah kehendaki untuk memberi hidayah
petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkandadanya(membuka
hatinya)untukmenerima islam. (Surah Al-An’aam:125)

Pengertian hidayah, menurut Muhammad Abduh, adalah


“Petunjuk halusyang membawa atau menyampaikan kepada apa yang
dituju atau diingini.” Abduh menambahkan ada lima macam hidayah
yang dianugerahkan Allah kepada manusia, yaitu:

a. Hidayah al-wijdan al-fithri (petunjuk insting dan intuisi)


b. Hidayah al-hawas (petunjuk inderawi)
c. Hidayah al-‘aql (petunjuk akal)
d. Hidayah al-din (petunjuk agama)
e. Hidayah al-taufiq (petunjuk khusus) (Anshari, 1979)

Darikelima hidayah diatas, hidayah yang paling penting adalah


hidayah taufiq. Dengan hidayah ini, seseorang akan selalu berjalan di
jalan yang lurus. Bagi yang belum muslim karena berada di lingkungan
yang tidal Islami bisa menjadi muslim karena hidayah ini. Sedang yang
telah muslim memerlukan hidayah ini agar tetap selamat dalam
perjalanan hidupnya.

2.2.2 Fitrah Ilahi

Fitrah adalah sesuatu yang netral pada jiwa dan tidak terkait serta
terpasung oleh keinginan dan keperluan duniawi dan berlapangdada
serta jiwa yang tentram dan tenang, fitrah hanya punya satu tujuan yaitu
selalu ingin kembali kepada Tuhan Penciptanya (Wikipedia, 2017).
Bisa dikatakan fitrah ilahi adalah suatu kenetralan jiwa yang diberikan
oleh Allah SWT. Allah menanamkan fitrah berupa fitrah tauhid
(menyembah Allah) dalam diri manusia sejak ia masih dalam rahim
ibunya. Umumnya, fitrah ini akantumbuh dalam diri manusia manakala
lingkungan keluarga/sosialnya adalah islam.

Dalam Q.S. Ar-Rum:30 menyebutkan:


“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut
fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang
lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Ar-
Rum:30).

Maksud fitrah Allah disini adalah ciptaan Allah. Manusia


diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid.
Fitrah ini selamanya ada pada diri setiap manusia dan tidak mengalami
perubahan. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, makahalitu
tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid adalah karena pengaruh
lingkungan.

2.2.3 Dzikir, Tafakkur, dan Tadabbur

Iman dapat terbentuk dari zikir, yaitu mengingat Allah SWT dan
menyebut nama-nama-Nya. Mengingat Allah dan menyebut namanya
memiliki efek yang besar dalam menumbuhkan iman, karena orang
yang berzikir akan senantiasa dekat dekat dengan Allah.

Mengingat Allah juga dapat dilakukan dengan tadabbur


(merenung)dan tafakkur (memikirkan) ciptaan Allah. Iman dapat
terbentuk ketika manusia dengan sungguh-sungguh memikirkan proses
terjadinya alam semesta. Dengan proses tersebut akan tergambar
dengan jelas kebesaran atau keagungan Allah SWT.

“Sesungguhnya akumenghadapkan diriku kepada Tuhan yang


menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agamayang
benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang menyekutukan
Tuhan” (Q.S. Al-an’aam:79)
2.2.4 Ingat mati

Setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mati. Manusia,hewan,


dan tumbuhan yang pernah hidup pasti akan mati. Namun, mati
bukanlah akhir dari perjalanan manusia, lain dengan hewan dan
tumbuhan yang setelah mati tidak ada kehidupan lagi. Manusia yang
mati akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya di dunia.
Apabila berbuat kebaikan akan mendapat hadiah sedangkan apabila
berbuat yang burukakan mendapat siksa. Oleh karena itu lah orang yang
ingat mati akan senantiasa melakukan kebaikan dan menjauhi
kemaksiatan.

2.3 Cara Mengamalkan Iman, Islam, dan Ihsan

Cara-cara mengamalkan Iman, Islam, dan Ihsan adalah dengan


menyakini adanya agama dan juga Iman. Rukun iman merupakan bagian
pokok dari agama Islam, untuk itu setiap perbuatan dan tindakan yang kita
lakukan harus sesuai dengan Rukun Iman yang berjumlah enam. Islam sendiri
merupakan ajaran agama yang berisi aturan-aturan allah yang mengatur
hubungan dengan manusia dengan allah, manusia dengan manusia, dan
manusia dengan alam. Untuk itu kita wajib melaksanakan perintahnya dan
menjauhi larangannya seperti yang sudah ada didalam kitab suci Al Qur’an.
Ihsan, jika ditinjau dari pengertiannya cara mengamalkan Ihsan cukup mudah,
kita perlu meyakini bahwa disetiap perbuatan, perkataan dan tingkah laku kita
selalu ada yang melihat walaupun sesunguhnya kita tidak bisa melihat-Nya
namun sesungguhnya Dia melihat kita, untuk itu kita harus berhati-hati dalam
setiap perbuatan, tindakan dan perkataan yang kita perbuat, karena setiap
perbuatan, tindakan dan perkataan kita akan kita pertanggungjawabkan di
akhirat nanti

2.4 Hakikat dan Manfaat Manifestasi Iman, Islam, dan Ihsan

Iman adalah berikrar dengan lidah, membenarkan dengan hati, dan


melaksanakannya dengan anggota badan. Orang mengaku iman kepada Allah
haruslah membuktikan keimanannya dengan perbuatan dan amalan, seperti
ibadah.Inilah manifestasi iman yang diwujudkan dengan perbuatan.
2.4.1 Hakikat Ibadah

Ibadah sering dimaknai sebagai perbuatan-perbuatan atau


kegiatan-kegiatan ritual seperti shalat, berdoa, puasa, dan yang
semacamnya. Ibadah sering diartikan hanya sebagai perwujudan
hubungan manusia dengan Allah (hablun minallah) saja. Namun,
pengertian ibadah yang sebenarnya tidaklah sesempit itu. Ibadah adalah
bentuk penghambaan diri kepada Allah yang berkaitan dengan
hubungan manusia dengan Allah (hablun minallah), hubungan manusia
dengan manusia (hablun minannas), dan bahkan hubungan manusia
dengan makhluk (mu’amalah ma’al khalqi).

Para ulama mengemukakan pengertian yang berbeda-beda


mengenai ibadah. As-Siddieqy mengartikan ibadah sebagai: “nama
yang meliputi segala kegiatan yang disukai dan diridhoi oleh Allah,
baik berupa perkataan atau perbuatan, secara terang-terangan ataupun
tersembunyi” (as-Siddieqy, 1963:22). Bisa dikatakan cakupan ibadah
sangat luas, meliputi segala aspek, gerak, dan kegiatan hidup manusia.
Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa memindahkan batu yang berada
ditengah jalan adalah ibadah.

Kemudian, Al-Iman IbnuKatsir dalamtafsirnya menyimpulkan


bahwa hakikat ibadah ialah: “suatu pengertian yang mengumpulkan
kmesempurnaan cinta, tunduk dan takut (kepada Allah)” (as-Siddieqy,
1963:24). Takut dalam halinibukanlah takut layaknya takut kepada
binatang buas, namun takut disini memiliki arti takut kalau
pengabdiannya yang sepenuh hati tersebut tidak diterima atau ditolak
oleh Allah SWT.

2.4.2 Manfaat Ibadah

Ibadah adalah segalasesuatu yang dilakukan hanya mengharap


ridhoAllah SWT. Allah memberikan janji bagi orang yang mau
mengerjakan ibadah kepada-Nya dengan balasan yang setimpal.

Beberapa fungsi ibadah antara lain:


1) Menjaga keselamatan akidah, terutama terkait dengan kedudukan
manusia dan Allah, di mana manusia dalam posisi sebagai hamba
yang menyembah dan Allahdalamposisi sebagai Tuhan yang
disembah (‘abdun ya’budu wa rabb yu’badu).
2) Menjaga hubungan antara manusia dengan tuhan. Jika hubungan
manusia dengan tuhannya berjalan dengan baik maka akan
mendatangkan ketenangan dan kedamaian bagi manusianya.
3) Mendisiplinkan sikap dan perilaku agar etis dan religius. Sikap etis
ditumpukan pada aktivitas-aktivitas sosial, sedangkan sikapreligius
ditumpukan pada aktivitas-aktivitas keagamaan (Tim Dosen PAI
UM., 2005:38)
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Iman adalah meyakini dengan sepenuh hati, mengucapkan dengan lisan


dan mengamalkan dengan anggota badan adanya Allah SWT. Islam
merupakan ajaran yang lengkap, menyuluruh, dan sempurna yang mengatur
tata cara kehidupan seorang muslim. Sedangkan Ihsan berrati apabila
seseorang beribadah kepada Allah seolah-olah ia melihat-Nya. Dari
pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa iman, islam, ihsan
merupakan tiga pilar yang dapat membentuk karakter unggul yang
menjadikan kita jauh lebih baik dan semakin bertakwa kepada Allah SWT.

3.2 Saran

Sebaiknya mahasiswa lebih dapat memahami apa itu iman, islam, dan
ihsan sehingga nantinya dapat lebih bisa mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Dan untuk dosen diharapkan untuk terus dapat mendampingi dan
membimbing mahasiswanya dalam proses belajar mengajar.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Dosen PAI UM. 2015. Pendidikan Agama Islam Transformatif. Malang:
dream litera.

DR. Amini Amir Abdullah. 2011.Akhlak : Manifestasi iman dan takwa.


http:www.dakwah.com.my/ diakses pada tanggal 25 Agustus 2017.

Muhammad Salim. 2012. Iman, Islam, ihsan.


http://serbamakalah.bolgspot.co.id/2013/02/iman-islam-ihsan.html diakses pada
tanggal 27 Agustus 2017.

Rifa Rofiah. 2015. Makalah Agama Islam.


http://disinis.blogspot.co.id/2015/10/makalah-tentang-agama-islam-bagibagi.html
diakses pada tanggal 3 September 2017.

Anda mungkin juga menyukai