Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


KEBAKARAN PADA PT. MANDOM
DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS SEMINAR MSDM
DOSEN PENGAMPU : TEGUH ARIEFIANTORO, SE, MM

DISUSUN OLEH :

1. CLORINDA PERMADI PUTRI B.111.15.0036


2. VERANITA ANNUR B.111.15.0037
3. YESA RESKY ANGGUN CAHYA P. B.111.15.0061
4. MUHAMAD FANDI SETYAWAN B.111.15.0064
5. TUTUT OCTAVIANA DEWI B.111.15.0070

S1 MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEMARANG
TAHUN 2017
1. LATAR BELAKANG MASALAH
Penyidik Direktorat Kriminal Umum Polda Metro Jaya telah menetapkan
2 tersangka atas kasus kebakaran di PT Mandom di Jalan Irian, Blok PP,
Kawasan Industri MM 2100, Cikarang, Bekasi.
Dari hasil penyidikan yang dilakukan, polisi menemukan fakta bahwa
kebakaran tersebut dipicu oleh ke kebocoran pipa gas flexible tube di mesin
konveyor hingga menimbulkan ledakan dahsyat.
Kasubdit Keamanan Negara (Kamneg) Direktorat Reserse Kriminal
Umum Polda Metro Jaya, AKBP Fadli mengatakan percikan api kebakaran
mulai muncul pada salah satu mesin untuk memanaskan plastik
bernama dryer. Di mesin itu, sejumlah petugas pabrik tengah melakukan
pengepakan produk. Tiba-tiba karena ada kebocoran gas, muncul percikan api
dari mesin dryer, sehingga memicu ledakan.
"Panas yang dikeluarkan mesin itu mencapai 300 derajat celcius untuk
memanaskan plastik. Karena ada kebocoran gas, muncul percikan api dan
langsung meledak," ungkap Fadli saat memberikan keterangan persnya di
Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (14/10/2015).
"Kebocoran gas awalnya karena menggunakan flexibel tube lama atau
bekas. Sehingga terjadi kebocoran. Maka liquid gas elpiji yang memang
dialirkan ke mesin, terbawa oleh konveyor kemidian masuk ke dryer tadi,"
sambungnya. Ditambahkan Fadli, ledakan tersebut terjadi cukup singkat
berkisar antara 3 sampai 4 detik. Sehingga sistem deteksi kebakaran di dalam
ruangan produksi pabrik PT Mandom tidak sempat memberi peringatan.
"Alarm di dalam ruangan itu sebenarnya ada. Tetapi baru bereaksi ketika
18 detik kemudian dari kebakaran menyala," terang Fadli. Akibat ledakan
Dahsyat itu, seisi ruangan pengepakan produk mendadak luluh lantak. Selain
itu, dua pekerja tewas di tempat dengan kondisi tubuh hangus terbakar.
"Kami menduga ada 2 korban yang meninggal di TKP," ucap dia.
Polisi telah menetapkan AH dan T sebagai tersangka. Keduanya
merupakan karyawan PT Iwatani, perusahaan kontraktor instalasi pipa gas di
PT Mandom Indonesia. T berprofesi sebagai General Manager di PT Iwatani.
Sementara AH berperan memasang flexible tube atau selang fleksibel di PT
Mandom atas instruksi T.
PT Iwatani terbukti lalai dalam menjalankan tugasnya yang berakibat fatal
pada terbakarnya pabrik milik perusahaan kosmetik itu. PT Mandom telah
meminta kepada T agar 8 buah flexible tube di ruang DPS diganti baru
semua. Namun PT Iwatani hanya mengganti separuh dari jumlah tersebut
dengan selang fleksibel baru.
"Dari 8 buah flexible tube tersebut hanya 4 buah yang diganti baru.
Sedangkan 4 buah lainnya bekas pindahan dari pabrik PT Mandom yang ada
di Sunter, Jakut," tutur Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Kombes Pol
Krishna Murti, Jakarta, Selasa 13 Oktober 2015.
Akibat kelalaian itu, ruang DPS milik PT Mandom Indonesia yang berada
di Jalan Irian, Blok PP, Kawasan Industri MM 2100, Cikarang, Bekasi itu
terbakar hebat, Jumat 10 Juli 2015. 28 Karyawan tewas dan 31 lainnya
mengalami luka bakar dalam kecelakaan tersebut.
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan masalah tersebut, yang menjadi masalah pokok adalah :
- Bagaimana cara mengantisipasi kebakaran pada PT. Mandom?
3. PEMBAHASAN
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktifsecara sosial, dan ekonomis.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan, dan pencegahan gangguan
kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan
termasuk kehamilan, dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses
membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri ataupun
secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai
hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya, dan orang lain.
Keselamatan adalah suatu keadaan aman, dalam suatu kondisi yang aman
secara fisik, sosial, spiritual, finansial, politis, emosional, pekerjaan, psikologis,
ataupun pendidikan dan terhindar dari ancaman terhadap faktor-faktor tersebut.
Untuk mencapai hal ini, dapat dilakukan perlindungan terhadap suatu kejadian
yang memungkinkan terjadinya kerugian ekonomi atau kesehatan.

DEFINISI PERLINDUNGAN DIRI (K3)


Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh
perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko
kecelakaan kerja (zero accident). Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap
sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai
bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan yang berlimpah pada
masa yang akan datang.Berikut ini adalah peralatan pelindung diri dalam bekerja :
1. Alat pelindung mata
Mata harus terlindung dari panas, sinar yang menyilaukan dan debu.
Berbagai jenis kacamata pengaman mempunyai kegunaan yang berbeda.
Seperti Kacamata las berguna melindungi mata dari bahaya sinar yang
menyilaukan (kerusakan retina mata) pada saat melaksanakan pengelasan.
2. Alat pelindung kepala
Topi adalah alat pelindung kepala secara umum, bila kita bekerja pada
mesin-mesin topi melindungi terpuntirnya rambut oleh putaran mesin bor
atau rambut terkena percikan api pada saat mengelas.
3. Alat pelindung telinga/Ear plug
Alat pelindung telinga ialah alat yang melindungi telinga dari gemuruhnya
mesin yang bising, juga penahan bising dari letupan / letusan.
4. Pelindung hidung dan mulut
Ditempat- tempat tertentu dari bagian bengkel, udara sering dikotori
terutama akibat kimiawi, akibat gas yang terjadi, akibat semprotan cairan,
akibat debu dan partikel lainnya yang lebih kecil. Misalnya pengotoran pada
pernafasan akibat debu kasar dari gerinda, kabut dari proses pengecatan, asap
yang timbul ketika pahat sedang digerinda dan asap ketika mengelas.
5. Alat pelindung tangan
Alat pelindung tangan yaitu (sarung tangan) (sarung tangan asbes)
a. Sarung tangan kain
Digunakan untuk memperkuat pegangan. Hendaknya dibiasakan bila
memegang benda yang berminyak, bagian-bagian mesin atau bahan
logam lainnya
b. Sarung tangan asbes
Sarung tangan asbes digunakan terutama untuk melindungi tangan
terhadap bahaya pembakaran api. Sarung tangan ini digunakan bila setiap
memegang benda yang panas, seperti pada pekerjaan mengelas dan
pekerjaan menempa (pande besi).
6. Alat pelindung kaki
Untuk menghindarkan kerusakan kaki dari tusukan benda tajam, tertimpa
benda yang berat, terbakar oleh zat kimia, maka sebagai pelindung digunakan
sepatu. Sepatu ini harus terbuat dari bahan yang disesuaikan dengan jenis
pekerjaan.
7. Alat pelindung badan
a. Apron
Ketentuan memakai sebuah apron pelindung harus dibiasakan diluar baju
kerja. Apron kulit dipakai untuk perlindungan dari rambatan panas nyala
api.
Dengan menggunakan pakaian pelindung yang dibuat dari kulit, maka
pakaian biasa akan terhindar dari percikan api terutama pada waktu mengelas dan
menempa. Lengan baju jangan digulung, sebab lengan baju akan melindungi
tangan dari sinar api.

TUJUAN K3 (KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


Menghindari hal-hal atau kondisi yang kita tidak inginkan dan menggapai
tujuan yang ingin di capai berupa hasil kerja yang maksimal. Tujuan utama K3
umtuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja terhadap para pekerja agar tidak
mengalami cedera.
Keselamatan Kerja. Di dalamnya terdapat 3 (tiga) tujuan utama dalam
Penerapan K3 berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja yaitu antara lain:
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman
dan efisien.
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas Nasional.
Berdasarkan Undang-Undang nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja di
atas terdapat harmoni mengenai penerapan K3 di tempat kerja antara Pengusaha,
Tenaga Kerja dan Pemerintah/Negara. Sehingga di masa yang akan datang, baik
dalam waktu dekat ataupun nanti, penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan
Kerja) di Indonesia dapat dilaksanakan secara nasional menyeluruh dari Sabang
sampai Meraoke. Adapun tujuan yang sudah di simpulkan dari Undang-Undang
nomor 1 tahun 1970 yaitu sbb.
a. Mencegah dan mengurangi dan memadamkan kebakaran
b. Mencegah dan mengurangi kecelakaan
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan dari pada waktu
kebakaran atau kejadian - kejadian lain yang berbahaya
e. Memberi pertolongan pada kecelaka.
Bahwa tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut:
 Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja
baik secara fisik, sosial, dan psikologis.
 Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya
selektif mungkin.
 Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.
 Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi
pegawai.
 Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja.
 Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan
atau kondisi kerja.
 Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja

MANFAAT K3 DALAM BEKERJA BESERTA TUJUANYA


Banyak perusahaan atau pengusaha yang merasa jika Audit adalah proses
untuk mencari kesalahan yang dilakukan oleh pengusaha tersebut atau karyawan
yang bekerja di perusahaan tersebut merasa bahwa ia sedang diperiksa dan dicari
kesalahannya sehingga anggapan bahwa Audit itu akan membuat mereka berada
dalam masalah.
1. Berikut ini adalah 4 manfaat Audit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
:
Mejemen mengetahui kelemahan unsur sistem operasi sebelum timbul
gangguan operasi, insiden atau kecelakaan yang merugikan shingga
kerugian dapat ditekan dan keandalan serta efisiensi dapat ditingkatkan
2. Diperoleh gambaran yang jelas dan lengkap tentang status mutu
pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja yang ada saat minim sasaran
apa yang ingin dicapai dimasa mendatang dan tingkat pemenuhan terhadap
peraturan perundang-undangan keselamatan dan kesehatan kerja yang
berlaku
3. Diperoleh peningkatan pengetahuan, kematangan dan kesadaran tentang
K3 bagi karyawan yang terlibat dalam pelaksanaan audit keselamtan dan
kesehatan kerja
4. Penigkatan citra perusahaan.
Adapun manfaat penerapan 5R (5S) di tempat kerja antara lain :
1. Meningkatkan produktivitas karena pengaturan tempat kerja yang lebih
efisien.
2. Meningkatkan kenyamanan karena tempat kerja selalu bersih dan menjadi
luas/lapang.
3. Mengurangi bahaya di tempat kerja karena kualitas tempat kerja yang
bagus/baik.
4. Menambah penghematan karena menghilangkan berbagai pemborosan di
tempat kerja.
Budaya 5R (5S) sudah banyak diterapkan pada perusahaan-perusahaan,
bahkan dengan menerapkan budaya 5R (5S) di tempat tersebut itulah perusahaan-
perusahaan banyak yang berkembang menjadi perusahaan kelas atas. Budaya 5R
(5S) merupakan investasi awal bagi sebuah perusahaan untuk menuju kesuksesan
berkelanjutan.

PERAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA(K3)


Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu
bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari
pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja
menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan pengusaha,
tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak
lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Pada posting kami sebelumnya, telah dibahas secara singkat pengertian
Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja (K3). Berdasarkan pengertian K3
sebelumnya, bisa dirumuskan suatu kesimpulan mengenai peran K3. Berikut ini
gambaran singkat Peran Keamanan, Kesehatan, dan Keselamatan Kerja (K3) :
 Setiap karyawan atau tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas
keselamatannya, dalam melakukan kegiatan atau pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas
perusahaan pada khususnya; juga produktivitas nasional secara umum.
 Setiap individu / orang / manusia yang berada di tempat kerja perlu
terjamin keselamatannya.
 Setiap sumber produksi / alat-alat / inventory perlu dipakai dan
dipergunakan secara aman, efisien, serta tepat guna.
 Merupakan tindakan preventif / antisipatif / pencegahan dari sebuah
lembaga / perusahaan untuk mengurangi / meminimalkan kemungkinan
terjadinya kecelakaan atau sakit akibat kerja, sehingga dapat mengurangi
anggaran biaya perusahaan.

ANALISA POTENSI BAHAYA DI TEMPAT KERJA


Bahaya Pada dasarnya diproteksi kedalam 3 faktor utama dilingkungan
kerja diantaranya:
1. Manusia atau Karyawan.
2. Material, alat atau Mesin.
3. Lingkungan Kerja atau Lingkungan Sekitar.
Apa bila ketiga elemen kerja diatas diabaikan dapat menimbulkan
berbagai kerugian baik langsung maupun secara tidak langsung. Adapun kerugian
yang ditimbulkan adalah sebagai berikut:
a. Kerugian Secara Langsung.
Kerugian ini timbul akibat kecelakaan kerja, sehingga langsung dirasakan
oleh pihak perusahaan melalui:
- Biaya Pengobatan dan Kompensasi
- Kerusakan sarana atau fasilitas akibat dari bahaya yang timbul
b. Kerugian Tidak langsung.
Meskipun resiko yang ditimbulkan secara tidak langsung, namun dapat
mempengaruhi kinerja perusahaan serta dapat merugikan perusahaan,
kerugian yang ditimbulkan sebagai berikut:
- Kerugian Jam Kerja.
- Kerugian Produksi.
- Kerugian sosial.
- Kerugian dari efect Kurangnya Citra dan kepercayaan Konsumen.
Analysis Potensi Hazard atau Penilaian potensial bahaya pada umumnya
menyertakan aktivitas sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi tugas/task
2. Membentuk team (untuk task yg sederhana – satu orang)
3. Membagi tugas/ task menjadi beberapa steps
4. Mengidentifikasi potential hazards
5. Membuat solusi/ mengontrol untuk memitigasi hazards.
Tujuan dari Penilaian potensi Bahaya ini adalah untuk:
Menyediakan pedoman saat melakukan analisis potensi bahaya dengan
mengikuti tiga tahap analisis potensi bahaya;
1. Tahap Perencanaan– Job Hazard Analysis (JHA) bertujuan untuk
- Untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan tindakan pencegahannya
- Untuk memastikan bahwa jumlah orang, pengaturan keahlian,
peralatan dan APD sudah termasuk dalam perencanaan.
- Memberikan kesempatan untuk menyesuaikan rencana kerja untuk
mengurangi risiko.
- Untuk mengidentifikasi jenis perizinan yang diperlukan untuk
melakukan pekerjaan
- Digunakan sebagai titik awal (starting point) untuk Onsite JSA.
- Q-SOP dapat digunakan sebagai analisis potensi bahaya untuk
perencanaan pekerjaan
2. Tahap Perizinan - Onsite Job Safety Analysis (Onsite JSA)
- Dilakukan dilapangan sesaat sebelum pekerjaan dimulai.
- Melibatkan tim untuk memastikan bahwa orang yang melakukan
pekerjaan mengerti pekerjaan yang akan dilakukan, potensi bahaya
yang ada serta tindakan pencegahannya
- Mengidentifikasi potensi bahaya pada waktu pekerjaan akan dimulai
dan tindakan pencegahan yang spesifik.
- JSA yang sudah dibuat bisa disimpan sebagai referensi untuk operasi
yang serupa dimasa yang akan datang.
- Dikembangkan dalam bahasa yang sesuai untuk tim yang bekerja
(terjemahaan secara verbal mungkin diperlukan) untuk mengatasi
kondisi dilapangan pada hari pekerjaan dilakukan
3. Tahap Pelaksanaan – Self Assessment
Setiap pekerja bertanggung jawab terhadap kesehatan dan
keselamatan dirinya sendiri dan tim di seluruh aktifitas termasuk
melindungi lingkungan.Untuk itu, semua karyawan diberikan hak untuk
menghentikan pekerjaannya atau SSWA (Self Stop Work
Authority) dengan memikirkan langkah yang aman untukbekerja. Dalam
hal ini perlu melibatkan orang yang berwenang untuk mengambil
keputusan.

PENGERTIAN KECELAKAAN AKIBAT KERJA


Kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga, tidak
dikehendaki dan dapat menyebabkan kerugian baik jiwa maupun harta benda
(Rachman, 1990).Menurut Suma’mur (1989), kecelakaan akibat kerja adalah
kecelakaan yang berhubungan dengan kerja pada perusahaan, artinya bahwa
kecelakaan kerja terjadi disebabkan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan
pekerjaan.
Kronologis Kecelakaan Akibat Kerja
Timbulnya kecelakaan kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor, dimana
faktor yang satu mempengaruhi faktor yang lainnya, faktor-faktor yang
mempengaruhi kecelakaan akibat kerja dapat dikelompokkan sebagai berikut.
- Host, yaitu pekerja yang melakukan pekerjaan.
- Agent, yaitu pekerjaan.
- Environment, yaitu lingkungan kerja.
Dari ILCI, dengan memodifikasi teori dari Heinrich yang terkenal dengan
nama teori domino yaitu tentang terjadinya kecelakaan kerja sebagai berikut:
1. Kurangnya terhadap pengendalian oleh manajemen (Lack of Control
Management) meliputi :
- Perencanaan
- Pengorganisasian
- Kepemimpinan
- Pengendalian
2. Penyebab-penyebab dasar murni ( Basic Couse (s) Origin (s) ):
- Faktor personal
- Faktor Pekerja
3. Penyebab yang merupakan gejala-gejala ( Immediate: Cause (s) Simptoms
)
- Unsafe Act adalah pelanggaran terhadap prosedur yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
- Unsafe Condition atau keadaan yang secara langsung dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
4. Keterkaitan terjadinya kecelakaan ( Incident Contact ).
5. Kehilangan orang atau harta ( People Proverty Loss ).
Faktor Pekerja
1. Umur
Umur mempunyai pengaruh yang penting terhadap kejadian
kecelakaan akibat kerja. Golongan umur tua mempunyai kecenderungan
yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan akibat kerja dibandingkan
dengan golongan umur muda karena umur muda mempunyai reaksi dan
kegesitan yang lebih tinggi (Hunter, 1975. dari hasil penelitian di Amerika
Serikat diungkapkan bahwa pekerja muda usia lebih banyak mengalami
kecelakaan dibandingkan dengan pekerja yang lebih tua. Pekerja muda
usia biasanya kurang berpengalaman dalam pekerjaanya (ILO, 1989).
2. Tingkat Pendidikan
Pendidikan sesorang berpengaruh dalam pola pikir sesorang dalam
menghadapi pekerjaan yang dipercayakan kepadanya, hubungan tingkat
pendidikan dengan lapangan yang tersedia bahwa pekerja dengan tingkat
pendidikan rendah, seperti Sekolah Dasar atau bahkan tidak pernah
bersekolah akan bekerja di lapangan yang mengandalkan fisik ( Efrench,
1975).
3. Pengalaman Kerja
Pengalaman kerja merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya kecelakaan akibat kerja. Berdasarkan berbagai penelitian
dengan meningginya pengalaman dan keterampilan akan disertai dengan
penurunan angka kecelakaan akibat kerja. Kewaspadaan terhadap
kecelakaan akibat kerja bertambah baik sejalan dengan pertambahan usia
dan lamanya kerja di tempat kerja yang bersangkutan ( Suma’mur 1989).
Pekerjaan
1. Giliran Kerja ( Shift )
Giliran kerja adalah pembagian kerja dalam waktu dua puluh
empat jam ( Andrauler P. 1989). Terdapat dua masalah utama pada pekerja
yang bekerja secara bergiliran, yaitu ketidak mampuan pekerja untuk
beradaptasi dengan sistem shift dan ketidak mampuan pekerja untuk
beradaptasi dengan kerja pada malam hari dan tidur pada siang hari
(Andrauler P. 1989).
2. Jenis (Unit) Pekerjaan
Jenis pekerjaan mempunyai pengaruh besar terhadap resiko
terjadinya kecelakaan akibat kerja (Suma’mur, 1989). Jumlah dan macam
kecelakaan akibat kerja berbeda-beda di berbagai kesatuan operasi dalam
suatu proses.
Faktor Lingkungan
1. Lingkungan Fisik
- Pencahayaan
Pencahayaan merupakan suatu aspek lingkungan fisik yang penting
bagi keselamatan kerja. Beberapa penelitian membuktikan bahwa
pencahayaan yang tepat dan sesuai dengan pekerjaan akan dapat
menghasilkan produksi yang maksimal( ILO, 1989 ).
- Kebisingan
Kebisingan ditempat kerja dapat berpengaruh terhadap pekerja
karena kebisingan dapat menimbulkan gangguan perasaan, gangguan
komunikasi sehingga menyebabkan salah pengertian, tidak mendengar
isyarat yang diberikan, nilai ambang batas kebisingan adlah 85 dBa
untuk 8 jam kerja sehari atau 40 jam kerja dalam seminggu
(Suma’mur, 1990).
2. Lingkungan Kimia
Faktor lingkungan kimia merupakan salah satu faktor lingkungan
yang memungkinkan penyebab kecelakaan kerja. Faktor tersebut dapat
berupa bahan baku suatu produks, hasil suatu produksi dari suatu proses,
proses produksi sendiri ataupun limbah dari suatu produksi.
3. Faktor Lingkungan Biologi
Bahaya biologi disebabkan oleh jasad renik, gangguan dari
serangga maupun binatang lain yang ada di tempat kerja. Berbagai macam
penyakit dapat timbul seperti infeksi, allergi, dan sengatan serangga
maupun gigitan binatang berbisa berbagai penyakit serta bisa
menyebabkan kematian (Syukri Sahap, 1998).

Klasifikasi Akibat Kecelakaan Kerja


Berdasarkan pada standar OSHA tahun 1970, semua luka yang
diakibatkan oleh kecelakaan dapat dibagi menjadi:
1. Perawatan Ringan ( First Aid )
Perawatan ringan merupakan suatu tindakan/ perawatan terhadap luka
kecil berikut observasinya, yang tidak memerlukan perawatan medis
(medical treatment) walaupun pertolongan pertama itu dilakukan oleh
dokter atau paramedis.
2. Perawatan Medis ( Medical Treatment )
Perawatan Medis merupakan perawatan dengan tindakan untuk
perawatan luka yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga medis
profesional seperti dokter ataupun paramedis. Yang dapat
dikategorikan perawatan medis terganggunya fungsi tubuh seperti
jantung, hati, penurunan fungsi ginjal dan sebagainya.
3. Hari Kerja yang Hilang (Lost Work Days)
Hari kerja yang hilang ialah setiap hari kerja dimana sesorang pekerja
tidak dapat mengerjakan seluruh tugas rutinnya karena mengalami
kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yan dideritanya. Hari kerja
hilang ini dapat dibagi menjadi dua macam :
 Jumlah hari tidak bekerja (days away from work) yaitu semua hari
kerja
dimana sesorang pekerja tidak dapat mengerjakan setiap fungsi
pekerjaannya karena kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan
yang dideritanya.
 Jumlah hari kerja dengan aktivitas terbatas (days of restricted
activities), yaitu semua kerja dimana seorang pekerja karena
mengalami kecelakaan kerja atau sakit akibat pekerjaan yang
dideritanya. Untuk kedua kasus diatas, terdapat pengecualian pada
hari saat kecelakaan atau saat terjadinya sakit, hari libur, cuti, dan
hari istirahat.
4. Kematian (Fatality)
Dalam hal ini, kematian yang terjadi tanpa memandang waktu yang
sudah berlalu antara saat terjadinya kecelakaan kerja aaupun sakit yang
disebabkan oleh pekerjaan yang dideritanya, dan saat si korban
meninggal.
UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA
Berdasarkan teori domino effect penyebab kecelakaan kerja H.W.
Heinrich, maka terdapat berbagai upaya untuk mencegah kecelakaan kerja di
tempat kerja, antara lain :
1. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pengendalian Bahaya Di
Tempat Kerja :
- Pemantauan dan Pengendalian Kondisi Tidak Aman di tempat kerja.
- Pemantauan dan Pengendalian Tindakan Tidak Aman di tempat kerja.
2. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Pembinaan dan
Pengawasan :
- Pelatihan dan Pendidikan K3 terhadap tenaga kerja.
- Konseling dan Konsultasi mengenai penerapan K3 bersama tenaga
kerja.
- Pengembangan Sumber Daya ataupun Teknologi yang berkaitan
dengan peningkatan penerpan K3 di tempat kerja.
3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja melalui Sistem Manajemen :
- Prosedur dan Aturan K3 di tempat kerja.
- Penyediaan Sarana dan Prasarana K3 dan pendukungnya di tempat
kerja.
- Penghargaan dan Sanksi terhadap penerapan K3 di tempat kerja oleh
tenaga kerja.
Kegiatan – Kegiatan atau Upaya Keselamatan Kerja
Untuk meningkatkan keselamatan kerja di perusahaan atau di tempat –
tempat kerja, maka ILO, (1989) menyusun suatu ketentuan, yaitu sebagai berikut :
- Peraturan-peraturan, yaitu peraturan perundangan yang bertalian
dengan syarat-syarat kerja umum, perencanaan –perencanaan,
kontruksi, perawatan, pengujian dan pemakaian industri, kewajiban
pengusaha dan pekerja, latihan, pengawasan kesehatan kerja,
pertolongan pertama pada kecelakaan dan pengujian kesehatan.
- Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar.
- Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-
ketentuan yang diwajibkan.
- Penelitian bersifat teknis, yang meliputi sifat dan ciri-ciri dari bahan-
bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman,
pengujian alat pelindung diri.
- Riset medis, meliputi tentang efek-efek fisiologis dan patologis faktor-
faktor lingkungan dan teknologis, keadaan-keadaan fisik yang
mengakibatkan kecelakaan.
- Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan
yang terjadi, banyaknya mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan
apa sebab-sebabnya.
- Pendidikan, menyangkut pendidikan keselamatan dan kurikulum
teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.
- Latihan-latihan yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya
tenaga yang baru, dalam keselamatan kerja.
- Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau
pendekatan lain untuk menimbulkan sikap untuk selamat.
- Asuransi, yaitu intensif finansial untuk meningkatkan pencegahan
kecelakaan, misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar
oleh perusahaan usaha kesehatan pada tingkat perusahaan, yang
merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan
kerja.

Kecelakaan pada PT. Mandom yang diakibatkan kelalaian PT. Iwatani


tentunya tidak sesuai dengan tujuan K3 itu sendiri. Berdasarkan analisa potensi
bahaya di tempat kerja, kecelakaan pada PT. Mandom disebabkan dari manusia
dan material atau mesin. Dari sisi manusia, dapat kita lihat bahwa tersangka yang
ditetapkan oleh polisi terbukti lalai dalam menjalankan tugas. Penggantian mesin
lama tidak dilakukan pada keseluruhan mesin melainkan hanya setengahnya (4
mesin baru dan lainnya bekas) sehingga menyebabkan kebakaran karena
kebocoran pada pipa yang lama. Kerugian yang ditimbulkan adalah kerugian
secara langsung dan tidak langsung. PT. Mandom harus membiyayai pengobatan
atau kompensasi pada karyawan yang terluka ataupun meninggal serta harus
mengganti sarana dan prasarananya. Ditambah lagi kerugian dalam jam kerja,
produksi, sosial, ataupun citra perusahaan yang menurun.
Seharusnya PT. Mandom sebelum mengoprasikan mesinnya diperiksa
terlebih dahulu apakah mesin yang dioprasikan sesuai dengan intruksi dari PT.
Mandom atau tidak dan apabila penanggulangan dari kedua belah pihak terlalu
lama, lebih baik PT. Mandom melakukan penilaian potensi bahaya terhadap
pemakaian mesin yang bekas. Hal ini tidak boleh dianggap remeh. Pada saat
maintenance tidak boleh menganggap remeh permasalahan tube yang tidak layak
pakai. Pada tahap perencanaan yang bertujuan untuk menilai seberapa besar
potensi bahaya yang akan disebabkan mesin bekas tersebut, PT. Mandom dapat
memeriksa apakah mesin tersebut layak pakai atau tidak, melakukan pemeriksaan
apakah terjadi kebocoran pada tube, dan melihat material ataupun cairan yang
mudah terbakar untuk dijauhkan. PT. Mandom dapat melakukan kegiatan atau
upaya keselamatan kerja yakni apakah sudah sesuai dengan standarisasi, dapat
melakukan pengujian mesin yang sesuai dengan peraturan perundangan yang
sudah ditetapkan, penelitian bersidat teknis ataupun latihan-latihan apabila terjadi
sesuatu yang tidak diinginkan.
Perusahaan juga dapat menyediakan alat pemadam api untuk
menanggulangi kebakaran sedini mungkin. Karyawan perusahaan juga seharusnya
diberikan pengetahuan tentang keselamatan dan cara menangani kebakaran
bahkan cara penyelamatan diri sesuai dengan prosedur K3. Jika mendengar tanda
alarm terus menerus tetaplah tenang, amankan semua dokumen-dokumen penting.
Matikan dan lepaskan semua peralatan listrik. Dengarkan baik-baik pengumuman
yang disampaikan melalui pengeras suara dan ikuti petunjuk yang diberikan. Jika
kebakaran tidak dapat dikuasai, tutup semua pintu ruang yang terbakar dan segera
tinggalkan tempat tersebut melalui tangga darurat terdekat. Jangan menggunakan
lift.
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Kesehatan_dan_keselamatan_kerja

http://id.wikipedia.org/wiki/Keselamatan

http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/09/tujuan-k3-
keselamatan-dan-kesehatan.html

http://nadzibillah.blogspot.com/2013/09/peranan-k3-kesehatan-dan-
keselamatan.html

http://sistemmanajemenkeselamatankerja.blogspot.com/2013/10/pencegahan-
kecelakaan-kerja.html

Anda mungkin juga menyukai