Kimia Permukaan - 7 Juni 16
Kimia Permukaan - 7 Juni 16
Seperti telah dikemukakan, nisbah permukaan volume yang besar pada sistem
koloid memegang peranan penting dalam menentukan sifat-sifat sistem koloid
tersebut. Karena ukuran partikel koloid yang sangat kecil, maka penelitian sifat-sifat
permukaan partikel ini secara langsung tidak selalu dapat dilakukan. Biasanya untuk
meneliti sifat permukaan dibuat permukaan yang serupa tetapi dengan luas yang jauh
lebih besar, kemudian permukaan ini dipelajari. Adalah sangat menguntungkan
bahwa sifat-sifat permukaan makro ini dapat dihubungkan dengan sistem koloid.
Situasi ini, biasanya menimbulkan dilema bagi seorang ahli kimia fisik. Di satu
pihak, dia dapat melakukan penelitian tentang situasi sebenarnya tanpa mengetahui
apa yang sebenarnya terjadi pada tingkat molekular, atau di lain pihak, ia dapat
mempelajari model sederhana dengan sedikit variabel dalam rangka lebih
mengetahui apa yang terjadi pada tingkat molekular, baru kemudian perlahan-lahan
diarahkan pada sistem sebenarnya secara bertahap dengan meningkatkan jumlah
variabel yang ada.
Salah satu sifat permukaan yang telah dipelajari pada Bab 3, adalah tegangan
permukaan. Tegangan permukaan disebabkan adanya kecenderungan permukaan
cairan untuk memperkecil luas permukaan secara spontan. Pada tingkat molekular
hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : molekul yang berada di dalam cairan akan
mengalami gaya tarik-menarik (gaya van der Waals) yang sama besarnya ke segala
arah. Tetapi, molekul pada permukaan cairan akan mengalami gaya resultan yang
mengarah ke dalam cairan dan akibatnya molekul ke permukaan cenderung untuk
meninggalkan permukaan masuk ke dalam cairan cenderung untuk menyusut. Hal ini
pulalah yang menyebabkan butiran cairan atau gelombang gas cenderung untuk
membentuk lingkaran (karena pada lingkaran nisbah luas permukaan-volume
minimum). Sekarang akan dibicarakan sifat-sifat tegangan permukaan dan sifat-sifat
permukaan lain secara lebih mendetail.
2
P (1)
R
Gambar 1 : Gelembung gas bulat di dalam air yang berada didalam keseimbangan
2
Pmaks gh ( o) (2)
r
tekanan
cairan yang diukur tegangan
permukaanya
F
(4)
4 R
4b 1 F
( a ) 2 2 2 c (5)
R 4 R ( 1 2
a = 0.725
b = 0.090 75 m-1 det2
r
c = 0.045 34 – 1.679
R
r = jari-jari kawat yang digunakan untuk membuat cincin
R = jari-jari rata-rata lingkaran
1 = massa jenis cairan yang berada di bawah
2 = massa jenis cairan yang berada di atas
Biasanya untuk meyakinkan bahwa sudut kontak memang nol, digunakan cincin
yang terbuat dari kawat platina.
Ketika mengukur tegangan permukaan cairan-cairan, harus diperhatikan
bahwa cairan yang ada di bawah benar-benar membasahi cincin. Jadi bila hendak
mengukur tegangan permukaan antara benzena dan air, harus digunakan cincin
platina (hidrofilik). Tetapi kalau yang hendak diukur adalah tegangan permukaan air-
karbon tetraklorida, harus digunakan cincin yang terbuat dari bahan hidrofobik atau
bila digunakan cincin platina, cincin tidak diangkat, melainkan harus ditekan ke
bawah.
Adsorpsi
Apabila pada permukaan antara dua fasa yang bersih (seperti antara gas-
cairan dan cairan-cairan) ditambah komponen ketiga, maka komponen ketiga ini akan
teradsopsi pada permukaan dan komponen ini akan sangat mempengaruhi sifat
permukaan.
Sebagai contoh bila komponen ketiga tadi adalah n-pentanol (alkohol rantai
pendek), yang dilarutkan dalam air, maka tegangan permukaan air-udara akan
berkurang karena adanya adsorpsi n-pentanol tadi. Contoh lain adalah penambahan
sabun untuk menstabilkan emulsi air-minyak. Kestabilan akan meningkat karena
dalam kasus ini molekul sabun akan teradsopsi pada permukaan antara kedua cairan
dan menurunkan tegangan permukaan.
Dalam kedua kasus di atas, komponen ketiga yang ditambahkan adalah
molekul yang teradsorbsi pada permukaan (dan karenanya dinamakan sebagai
surface active atau surfaktan). Molekul-molekul ini mengandung gugus polar dan
nonpolar (dinamakan sebagai amfifilik). Gugus polar cenderung untuk larut pada
medium polar seperti air dan gugus nonpolar cenderung untuk larut pada medium
nonpolar seperti minyak atau fasa gas. Dengan kata lain komponen ketiga ini tidak
hanya bersifat surface active, tetapi komponen ini juga menyusun dirinya pada
permukaan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.
Secara garis besar, komponen ketiga ini dapat dibagi menjadi dua kelompok :
(1) Larut dalam air ; misalnya alkohol rantai pendek dan asam lemak rantai pendek.
Komponen ini apabila ditambahkan dengan jalan adsorpsi dari larutan akan
membentuk lapisan dengan ketebalan satu molekul. Lapisan ini dinamakan
sebagai lapisan monomolekular. Konsentrasi komponen ketiga jenis ini (yang
terdapat pada permukaan) dapat dicari dengan persamaan Gibbs (persamaan 7).
(2) Tidak larut dalam air ; dengan menggunakan pelarut organik yang sesuai seperti
misalnya petroleum eter, senyawa seperti asam lemak rantai panjang (asam
stearat C17H35COOH misalnya) dapat disebarkan pada permukaan air untuk
membentuk lapisan monomolekular. (dalam hal ini asam lemak tersebut akan
tersebar pada permukaan, sedangkan pelarut organik dengan cepat akan
menguap). Lapisan monolayer yang bersifat tidak larut ini dapat dipelajari secara
langsung dengan menggunakan neraca Langmuir. Dalam hal ini karena
konsentrasi komponen ketiga yang ada di permukaan telah diketahui (untuk
menambah komponen ketiga ke dalam pelarut organik digunakan suntikan khusus
dengan ketepatan yang tinggi) sehingga persamaan Gibbs tidak perlu digunakan.
Perlu diingat bahwa dalam kasus ini, monolayer tidak diadsorpsi dari larutan,
tetapi disebarkan secara langsung pada permukaan.
mNm-1
tegangan y0 = 72.75
permukaan
C2H5OH
C3H7OH
C4H9OH
C5H11OH
0
Konsentrasi (mol/liter)
Gambar 6. Tegangan permukaan larutan sebagai alkohol dalam air sebagai fungsi konsentrasi
Persamaan 7 hanya berlaku untuk larutan encer; untuk larutan yang lebih
pekat, konsentrasi c2, harus diganti dengan aktivitas a2.
Untuk menguji kebenaran persamaan Gibbs telah dilakukan banyak
percobaan. Salah satu percobaan yang berhasil membuktikan persamaan tersebut
telah dilakukan oleh McBrain pada tahun 1932. McBrain menggunakan microtone
untuk mengikis suatu lapisan permukaan yang sangat tipis (0,1 mm) dan kemudian
membandingkan konsentrasi surfaktan yang berhasil dikikis dari permukaan dengan
konsentrasi surfaktan pada larutan. Contoh di bawah ini memperlihatkan perhitungan
dengan menggunakan metoda McBrain.
Contoh Perhitungan
a. Dengan menggunakan microtone sesuai dengan metoda McBrain dari permukaan
suatu larutan seluas 0,031 m2 berhasil dikikis 2,30 gram larutan asam
hidrosinamat. Larutan asam hidrosinamat hasil kikisan mempunyai konsentrasi
4.0130 g/kg air, sedangkan keseluruhan larutan berkonsentrasi 4.000 g/kg. Suhu
larutan 25oC.
b. Pada percobaan lain, dari larutan asam hidrosinamat bersuhu 25 oC, diperoleh
data sebagai berikut :
Karena 2 dari data microtone mendekati nilai 2 dari persamaan Gibbs, dapat
disimpulkan bahwa persamaan Gibbs telah dibuktikan secara percobaan.
Komponen ketiga yang bersifat tidak larut dalam air dapat dibentuk pada
permukaan air dengan cara berikut : surfaktan mula-mula dilarutkan dalam pelarut
organik sampai mencapai konsentrasi yang tertentu. Sejumlah tertentu volume
larutan surfaktan dalam pelarut organik ini kemudian disebarkan pada permukaan air
yang bersih dengan menggunakan suntikan. Pelarut organik akan menguap dengan
cepat meninggalkan suatu monolayer. Monolayer ini dapat dipelajari dengan
menggunakan neraca Langmuir yang gambarnya dapat dilihat pada Gambar 7.
Tekanan permukaan suatu monolayer adalah Expanding pressure surfaktan,
yang kerjanya berlawanan dengan tegangan permukaan. Jadi :
=o - (8)
Konsentarsi zat surface active yang terdapat pada permukaan dapat dihitung
dari jumlah surfaktan yang ditambahkan dan luas permukaan air-udara yang terdapat
pada neraca Langmuir. Penghalang yang dapat digerakkan, didekatkan ke arah
pelampung dan tekanan yang dialami
Rantai
hidrokarbon
yang panjang
air
Gambar 9. Orientasi condensed film dari asam lemak rantai panjang pada tekanan permukaan
yang tinggi.
Jika condensed film bersifat seperti kristal padat, tapi dalam dua dimensi,
maka terdapat pula zat-zat lain yang mempunyai sifat yang menyerupai fasa gas atau
fasa cair.
.
R R’ R”
… ---- CH --- NH --- CO ---CH ---NH --- CO --- CH --- …, dan seterusnya
ikatan peptida ikatan peptida
Protein mempunyai struktur tiga dimensi yang rumit, struktur tiga dimensi ini
terbentuk karena adanya ikatan hidrogen, gaya van der Waals, dan sebagainya.
Protein yang teradsorpsi pada permukaan akan mengalami perubahan struktur yang
dikenal dengan nama denaturasi. Perubahan ini disebabkan kecenderungan gugus-
gugus hidrofobik seperti R, R’, R”, dan seterusnya, untuk larut dalam medium
nonpolar dan gugus hidrofilik seperti ----- COOH yang cenderung larut pada medium
polar.